Anda di halaman 1dari 16

BAB I

KONSEP TEORI

1.1 Pengertian

Hipertensi adalah suatu peningkatan yang abnormal pada tekanan darah


dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan dengan organ tubuh lainnya secara terus menerus (Irianto,
2019).
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik ditas batas normal yaitu lebih dari 140 mmhg
dengan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg (Ferri, 2017).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah
berada pada
nilai 140/90 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jan-
tung dipaksa
memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa
mengakibatkantimbulnya barbagai
penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung (Willy 2018).
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase
darah yang sedangdipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukan
fase darah yang kem-bali ke jantung (Karlina, Herman Djewarut, 2018).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan
kardiovaskuler. Apabila
tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimen- sia,
gagal jantung, infark miokard, gangguan penglihatan (Kemenkes RI. 2018).
Berdasarkan pengertian dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah pening- katan tekanan darah dengan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga

1
merupakan resiko penyakit kardi- ovaskuler aterosklorosis, gagal jantung, stroke
dan gagal ginjal.
1.2 Tanda Dan Gejala

Tanda dan Gejala Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita


Hipertensi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala.
Menurut (Aspiani, 2018), Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita
Hipertensi sebagai berikut:

1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging

2
1.3 Pohon Masalah

hipertensi

Tekanan dalam pembuluh darah tinggi

Resistensi perifer meningkat Lumen vaskuler


menyempit

Kerja jantung meningkat


Suplai nutrisi ke
tubuh berkurang

Kerusakan vascular pembuluh darah

Resiko deficit nutrisi

Terdapat efek di otak Terjadi perubahan struktur

Tubuh kekurangan
energi
Resister pembuluh darah
otak meningkat

fatigue

Nyeri pada kepala belakang

Intoleransi aktivitas

Nyeri Gangguan pola


akut tidur

3
1.4 Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang


penegakan diagnosis hipertensi antara lain :
1. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia
2. BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjl
3. Glucosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran
4. arah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
5. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6. EKG: dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
7. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal
8. Photo dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katub,
pembesaran jan- tung. (Willy 2018).

1.5 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan farmakologi menurut Karlina, Herman Djewarut, (2018)


merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain:
1. Diuretic (Hidroklorotiazid)
Diuretic bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
se- hingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat
aktivitas saraf simpatis.
3. Betablokar (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada pederita yang mengalami
gangguan pernafasan sep- erti asma bronkial.
4. Vasodilator (Prasosin,Hidralasin)

4
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
5. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin
II dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalai batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi
penempelan zat angi- otensin II pada reseptor.
7. Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung
(kontraktilitas) akan terhambat

5
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

Fokus pengkajian menurut (Aspiani, 2018)Asuhan Keperawatan pada klien


hipertensi dilaksanakan melalui proses keperawatan yang terdiri dari:
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek
Tanda: frekuensi jantung meningkat dan perubahan irama jantung.
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit selebravaskular
Tanda: kenaikan tekanan darah, takkikardi, distritmia, kulit pucat,
sianosis, diaphoresis.
3. Integritas ego
Gejala: perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik
Tanda:gelisah, otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola
bicara
4. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal
5. Makanan atau cairan:
Gejala: makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolestrol, mual dan muntah, perubahan berat badan, adanya edema
6. Neurosensori
Gejala: pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan
keterjagaan,
orientasi pola atau isi bicara efek proses pikir atau memori (ingatan),
perubahan retina optic.
7. Nyeri atau kenyamanan

6
Gejala: angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai klaudikasi, sakit
kepala, nyeri abdomen.
8. Pernapasan
Gejala: dispnea, takipnea
Tanda: distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respons


seserang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Tujuan pencatatan diagnosis keperawatan yaitu sebagai alat komunikasi
tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan merupakan
tanggung jawab seseorang perawat terhadap masalah yang di identifikasi
berdasarkan data serta mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi
keperawatan (PPNI, 2017). Berdasarkan (PPNI 2018) diagnosis keperawatan yang
muncul pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Nyeri (akut) berhubungan cedera fisiologis (iskemia) dihubungkan dengan
mengeluh nyeri kepala bagian belakang, meringis

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi tidak cukup untuk


memenuhi kebutuhan metabolisme dihubungkan dengan berat badan
menurun

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan dyspnea saat/setelah aktivitas,
merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

7
2.3 intervensi keperawatan

No Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi


. keperawat
an
1. Nyeri akut Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).
PPNI (2019) kriteria Intervensi pada nyeri akut adalah
hasil yang didapatkan
Manajemen Nyeri (I. 08238)
adalah

- Observasi
Tingkat Nyeri
(L.08066) 1. lokasi, karakteristik,
Setelah dilakukan durasi, frekuensi, kualitas,
tindakan keperawatan intensitas nyeri
diharapkan tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun dengan kriteria 3. Identifikasi respon nyeri
hasil: non verbal
1. Kemampuan 4. Identifikasi faktor yang
menuntaskan memperberat dan
aktivitas meningkat memperingan nyeri
2. Keluhan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan
menurun dan keyakinan tentang
3. Meringis menurun nyeri
4. Sikap protektif 6. Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
5. Gelisah menurun nyeri
6. Kesulitan tidur 7. Identifikasi pengaruh nyeri
menurun pada kualitas hidup
7. Menarik diri 8. Monitor keberhasilan
menurun terapi komplementer yang
8. Berfokus pada diri sudah diberikan
sendiri menurun 9. Monitor efek samping
9. Diaphoresis

8
menurun penggunaan analgetik
10. Depresi menurun
- Terapeutik
11. Perasaan takut
menurun
1. Berikan teknik
12. Anoreksia menurun
nonfarmakologis untuk
13. Perineum merasa
mengurangi rasa nyeri
tertekan menurun
(mis. TENS, hypnosis,
14. Uterus teraba
akupresur, terapi musik,
membulat menurun
biofeedback, terapi pijat,
15. Ketegangan otot
aroma terapi, teknik
menurun
imajinasi terbimbing,
16. Pupil dilatasi
kompres hangat/dingin,
menurun
terapi bermain)
17. Muntah menurun
2. Control lingkungan yang
18. Mual menurun
memperberat rasa nyeri
19. Frekuensi nadi
(mis. Suhu ruangan,
membaik
pencahayaan, kebisingan)
20. Pola napas membaik
3. Fasilitasi istirahat dan
21. Tekanan darah
tidur
membaik
4. Pertimbangkan jenis dan
22. Proses berfikir
sumber nyeri dalam
membaik
pemilihan strategi
23. Focus membaik
meredakan nyeri
24. Fungsi berkemih
membaik - Edukasi
25. Perilaku membaik
1. Jelaskan penyebab,
26. Nafsu makan
periode, dan pemicu nyeri
membaik
2. Jelaskan strategi
27. Pola tidur membaik
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan

9
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Resiko Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).


deficit PPNI (2019) kriteria Intervensi pada resiko deficit nutrisi
nutrisi hasil yang didapatkan adalah :
adalah Manajemen Nutrisi (I.03119)
- Observasi
Status Nutrisi 1. Mengindentifikasi status
(L.03030) nutrisi
Setelah dilakukan 2. Mengindentifikasi alergi
tindakan keperawatan dan intoleransi makanan
diharapkan status nutrisi 3. Mengindentifikasi
membaik dengan kriteria makanan yang disukai
hasil: 4. Mengindentifikasi
kebutuhan kalori dan jenis
1. Porsi makan yang
nutrien
dihabiskan
5. Mengidentifikasi pelunya
meningkat
pemasangan NGT
2. Kekuatan otot
6. Memonitor asupan
pengunyah
makanan
Meningkat
7. Memonitor berat badan
3. Kekuatan otot
8. Memonitor hasil lab
menelan Meningkat
- Terapeutik
4. Serum albumin
1. Melakukan oral hygiene
Meningkat
sebelum makan jika perlu
5. Verbalisasi
2. Menghentikan pemberian

10
keinginan untuk makan melalui NGT jika
meningkatkan asupan oral dapan
nutrisi Meningkat ditoleransi
6. Pengetahuan tentang - Edukasi
pemilihan makanan 1. Mengajarkan diet yang di
sehat Meningkat programkan
7. Pengetahuan tentang 2. Menganjurkan posisi duduk
pemilihan makanan jika perlu
sehat Meningkat - Kolaborasi
8. Pengetahuan tentang 1. Pemberian medikasi
standar asupan sebelum makan (mis.
nutrisi yang tepat Pereda nyeri), jika perlu
Meningkat 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
9. Penyiapan dari untuk menentukan jumlah
penyimpanan kalori dan jenis nutrient
makanan yang aman yang dibutuhkan, jika perlu
Meningkat
10. Penyiapan dari
penyimpanan
minuman yang aman
Meningkat
11. Perasaan cepat
kenyang menurun
12. Nyeri abdomen
menurun
13. Sariawan menurun
14. Rambut rontok
menurun
15. Diare menurun
16. Berat badan
membaik
17. IMT membaik

11
18. Frekuensi makan
membaik
19. Nafsu makan
membaik
20. Bising usus
membaik
21. Tebal lipatan kulit
trisep membaik
Membrane mukosa
membaik

3 Intoleransi Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).


aktivitas PPNI (2019) kriteria Intervensi pada intoleransi aktivitas
hasil yang didapatkan adalah :
adalah

Manajemen Energi (I. 05178)


Toleransi Aktivitas
(L.05047)
1. Observasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1. Identifkasi gangguan fungsi
diharapkan Toleransi tubuh yang mengakibatkan
Aktivitas meningkat kelelahan
dengan kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi emosional
meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Saturasi oksigen 4. Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas
melakukan aktivitas
sehari-hari
meningkat
4. Kecepatan berjalan

12
meningkat
2. Terapeutik
5. Jarak berjalan
meningkat
1. Sediakan lingkungan
6. Kekuatan tubuh
nyaman dan rendah
bagian atas
stimulus (mis. cahaya,
meningkat
suara, kunjungan)
7. Kekuatan tubuh
2. Lakukan rentang gerak pasif
bagian bawah
dan/atau aktif
meningkat
3. Berikan aktivitas distraksi
8. Toleransi dalam
yang menyenangkan
menaiki tangga
4. Fasilitas duduk di sisi
meningkat
tempat tidur, jika tidak
9. Keluhan lelah
dapat berpindah atau
menurun
berjalan
10. Dyspnea saat
beraktivitas 3. Edukasi
menurun
1. Anjurkan tirah baring
11. Dyspnea setelah
2. Anjurkan melakukan
aktivitas menurun
aktivitas secara bertahap
12. Perasaan lemah
3. Anjurkan menghubungi
menurun
perawat jika tanda dan
13. Aritmia saat
gejala kelelahan tidak
aktivitas menurun
berkurang
14. Aritmia setelah
4. Ajarkan strategi koping
aktivitas menurun
untuk mengurangi kelelahan
15. Sianosis menurun
16. Warna kulit
4. Kolaborasi
membaik
17. Tekanan darah 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
membaik tentang cara meningkatkan
18. Frekuensi napas asupan makanan
membaik

13
19. EKG iskemia
membaik

4. Gangguan Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).


pola tidur PPNI (2019) kriteria Intervensi pada gangguan pola tidur
hasil yang didapatkan adalah
adalah Dukungan Tidur (I.05174)
Pola Tidur (L.09093) Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
tindakan keperawatan 2. Identifikasi factor penggangu
diharapkan pola tidur tidur (fisik atau psikologis)
membaik dengan kriteria 3. Identifikasi makanan dan
hasil: minuman yang menggangu
1. Keluhan sulit tidur
tidur menurun 4. Identifikasi obat tidur yang
2. Keluhan sering dikonsumsi
terjaga menurun Terapeutik
3. Keluhan tidak 1. Modifikasi lingkungan
puas tidur 2. Batasi tidur siang jika perlu
menurun 3. Fasilitasi menghilangkan stress
4. Keluhan pola sebeum tidur
tidur berubah 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
menurun 5. Lakukan prosedur untuk
5. Keluhan istirahat meningkatkan kenyamanan
tidak cukup 6. Sesuaikan jadwal pemberian
menurun obat atau tindakan untuk
6. Kemampuan menunjang siklus tidur terjaga
beraktivitas Edukasi
meningkat 1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan

14
waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan atau minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur
5. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara non
farmakologi lainnya

DAFTAR PUSTAKA

15
Irianto K. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular Dan Tidak Menular
Panduan. Klinis. Bandung: Alfabeta.

Karlina, Herman Djewarut, M. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengtan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di WIliyah Kerja Puskesmas
Kajuara Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis.

Kemenkes RI. (2018). Hipertensi membunuh Diam-Diam. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Willy, Tjin. (2018). Penyebeb Hipertensi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

16

Anda mungkin juga menyukai