Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM KARDIOVASKULAR : HIPERTENSI


(MINGGU KE-2)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik KMB

Dosen Pembimbing : Sugiharto, Ns., PhD.

Disusun Oleh :

Nama : Sherly Auliasari Harbelubun

NIM : 17.1388.S / 4A

Tanggal Praktik : 4-10 Januari 2021

PROGRAM STUDI SARJANA

KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN PEKALONGAN
A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Irawan, 2016 menyatakan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan dimana


seseorang mengalami peningkatan darah diatas normal yang ditunjukan oleh
angka systolic (bagian atas) dan angka diastolic (bagian bawah) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tenkanan darah baik
yang berupa cuff air raksa ataupun alat digital lainnya.

Menurut Koes Irianto 2014, Hipertensi merupakan suatu keadaan


peredaran darah meningkat secara kronis yang terjadi akibat kerja jantung
memompa darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
dalam tuhuh sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi secara terus
menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, dan tekanan diastolic
90 mmHg atau lebih.

2. Etiologi

Hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Hipertesi primer

Jenis ini tidak diketahui penyebabnya, banyak factor yang


mempengaruhinya seperti:

1) Factor keturunan,

2) Ciri perorangan,

3) Kebiasaan hidup. (Aspiani 2014)

b. Hipertensi sekunder

Jenis hipertensi ini disebabkan oleh penyakit lain. Factor pencetus


terjadinya hipertensi sekunder antara lain :

1) Penggunaan kontrasepsi oral,

2) Neurogenic (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikatris),


3) Kehamilan,

4) Peningkatan tekanan intravaskuler,

5) Luka bakar,

6) Stress. (Udjianti, 2011)

3. Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah berdasarkan tingkatan

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah


diastolic
(mmHg) (mmHg)

Normal <130 mmHg <85 mmHg

Normal tinggi 130- 139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1 (ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2 (sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3(berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg

Stadium 4 (maligna) >210 mmHg >120 mmHg

Sumber : Black & Hawks 2014

4. Tanda dan gejala

Aspiani,2014 menyebutkan umum yang sering dikeluhkan oleh penderita


hipertensi antara lain :

a. Sakit kepala,

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk,

c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh,

d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat,


e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera.

5. Patofisiologi

Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dinding pembuluh darah dan


hilangnya elastisitas dinding arteri. Hal ini menyebabkan resistensi perifer akan
meningkat sehingga jantung akan memompa lebih kuat untuk mengatasi
resistensi yang lebih tinggi. Akibatnya aliran darah ke organ vital seperti
jantung, otak dan ginjal akan menurun (Potter&Perry, 2012). Selain itu juga
terjadinya mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jarak saraf simpatis, yang berlajut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis gangliasimpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
kebawah melalui system syaraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Brbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontrisi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bias terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medulla adrenal
emnsekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortiso; dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokontrikstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian dirubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
dekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulua ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.

Perubahan structural dan fungsional pada system darah yang terjadi pada
usia lajut. Perubahan tersebut meliputi ateroklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya renggang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri berkurang kemampuannya
dalam meakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer. (Brunner&Suddarth, 2013)
6. Patways (Nurarif dan Kusuma,2015)

Faktor predeposisi : jenis kelamin, usia, merokok, stress, kurang olahraga, genetik, alkohol,
konsentrasi garam, obesitas

Kerusakan vaskuler pembuluh darah Hipertensi Beban kerja jantung meningkat


Tekanan sistemik darah meningkat

Perubahan
Perubahan struktur Aliran darahKritis
makin cepat keseluruh tubuh sedangkan nutrisi dalam s
situasional

Retensi pembuluh darah keotak


Penyumbatan pembuluh darah Difisiensi pengetahuan

Vasokontriksi Nyeri akut


Informasi yang minim
Metode koping tidak efektif

Suplai o2 ke otak menurun


Gangguan sirkulasi
Ketidakefektifan koping
Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi pemb. Spasme arteriol Sistemik Resiko ketidak efektifan perfusi jaringa
Darah ginjal
Resiko cedera
Afterload
Blood flow darah menurun
Penurunan curah jantung Coroner
Fatigue

Respon RAA Iskemik miokard

Kelebihan volume cairan


Nyer
Merangsang i

Intoleransi aktifitas
Retensi Na Edema
7. Komplikasi

Tekanan darah tinggi bila tidak ditangani atau diobati dalam jangka panjang
akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang
mendapat suplai darah arteri tersebut. Komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita hipertensi yaitu :

a. Stroke,

b. Infark miokard,

c. Gagal jantung,

d. Kerusakan ginjal.(Aspiani 2014)

Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan menurut Nugraha 2016 :

a. Retinol hipertensif

b. Penyakit jantung dan pembuluh darah

c. Hipertensi serebrovaskuler (stroke0

d. Ensefalopati (kerusakan otak)

8. Pemeriksaan penunjang

Menurut Aspiani 2014 pemeriksaan penunjang untuk menegakkan


diagnosis hipertensi anatara lain :

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Albumin pada hipertensi meningakat karena kelainan parenkim


ginjal

2) Keratinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena


parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut

3) Darah perifer lengkap

b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri

2) Iskemia atau infark miokard

3) Gangguan konduksi

4) Peninggian konduksi

c. Foto rontgen

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian focus

a. Akitifitas / istirahat.

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner/ katup dan penyakit


stroke , episode palipitasi

Tanda : Kenaikan tekanan darah, nadidenyutan jelas dari karotis, jugularis,


radialis takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit
pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler
mungkin lambat atau tertunda.

c. Integritas ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple


(hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan)

d. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
Tanda : Jumlah dan frekuensi buang air kecil

e. Makanan/ cairan

Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak


serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini serta
riwayat penggunaan obat deuretik.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.

f. Neurosensory

Gejala : Keluhan pening atau pusing, sakit kepala, gangguan


penglihatan (diplobia, penglihatan kabur)

Tanda : Perubahan status mental, perubahan orientasi, pola/isi bicara, efek,


proses piker, penurunan kekuatan genggaman tangan.

g. Pernafasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktifitas/ kerja takipnea, dyspnea,


batuk dengan atau tanpa batuk sputum, riwayat merokok.

Tanda : Distress pernafasan/ penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi


nafas tambahan ( krakties/mengi) sianosis.

h. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.

(Bachrudin & Moh. Najib, 2016)

2. Pengkajian sekunder

a. Pemeriksaan fisik (head to toe)

1) Kepala : Terdapat nyeri tekan pada kepala bagian


belakang, ada tidak nya odema dan lesi, serta adakah kelainan
bentuk kepala.
2) Mata : Biasanya terdapat conjungtivitis, anemis.

3) Hidung : Biasanya dapat dijumpai epitaksis jika sampai terjadi


kelainan vaskuler akibat dari hipertensi.

4) Mulut : Biasanya ada perdarahan pada gusi

5) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar limfe


atau pembesaran tonsil.

6) Dada : Sering dijumpai tidak ditemukan kelainan,

Inspeksi : Meliputi bentuk dada, simetris atau tidak serta cordis


Nampak atau tidak.

Palpasi : Didapatkan voal fremitus hasilnya disemua


kuadran.

Perkusi : Biasanya didapatkan hasil sonor

Auskultasi : Tidak terdengan suara nafas tambahan

7) Perut

Inspeksi : Bentuk perut

Palpasi : Didapatkan teraba kenyal atau supel, tidak


terdapat distensi.

Perkusi : Biasanya hasilnya timpani

Auskultasi : terdengar usus normal

8) Ekstermitas atas dan bawah

Pada pasien hipertensi tidak terjadi kelainan tonus oto, terkecuali


jika sudah menjadi komplikasi dari hipertensi itu sendiri seperti
skroke, maka akan terjadi penurunan tonus otot atau parase.

b. Prosedur diagnostic dan laboratorium


1) Albumin tujuannya untuk mengetahui kaadar albumin dalam darah,
normalnya kadar albumin pada orang dewasa sekitar 3.5- 5,5 g/dl,
Albumin pada hipertensi meningakat karena kelainan parenkim
ginjal,

2) Keratinin serum dan BUN untuk memberikan informasi tentang


perfusi atau fungsi ginjal, pada penderita hipertensi terjadi
peningkatan karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut,

1) Darah perifer lengkap. (Aspiani 2014)

3. Diagnosa keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,


vasokontriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.

b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral


dan iskemia.

c. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak

(Nurarif dan Kusuma 2015)

4. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Rencana tindakan Rasional


keperawatan hasil

1. Penurunan NOC : NIC : 1. Untuk


curah jantung megetahui
Setetelah dilakukan 1. Monitor
berhubungan nilai
tindakan tanda vital
tekanan
dengan
peningkatan keperawatan selama 2. Identifikasi darah, nadi,
afterload, … x 24 jam penyebab pernafasan,
vasokontriksi, diharapkan tekanan dari dan suhu
hipertrofi/rigidit darah normal atau perubahan
2. Untuk
as ventrikuler, menurun. vital sign
mengetahui
iskemia miokard 1. Kefektifitas 3. Monitor pola penyebab
pompa penaafasan dari
jantung abnormal perubahan
vital sign
2. Status 4. Monitor
sirkulasi jumlah 3. Untuk
mengetahui
Kriteria hasil :
dan irama
jumlah
1. Tanda vital jantung
dalam rentan dan irama
5. Monitor
normal jantung
bunyi
2. Dapat jantung 4. Untuk
mentoleransi mengetahui
6. Manajemen
aktifitas tidak bunyi
nutrisi
ada kelelahan jantung
7. Kolaborasi apakah
3. Tidak ada
dengan normal atau
edema paru,
dokter untuk tidak
perifer, dan
pemberian
tidak 5. Untuk
obat
memanaje
ada asites men nutrisi

4. Tidak pada
penderitta
ada
hipertensi
penurunan
6. Untuk
kesadaran
menurunkan
tekanan
darah

2. Nyeri NOC : NIC : 1. Untuk


mengetaui
Setetelah dilakukan 1. Lakukan
akut tingkat nyeri
tindakan pengkajian
berhubungan pasien
keperawatan selama nyeri
dengan
… x 24 jam 2. Untuk
peningkatan 2. Ajarkan
diharapkan pasien mengurangi
tekanan terapi
dapat mengontrol rasa nyeri
vaskuler relaksasi
nyeri. pasien
serebral
3. Ajarkan
dan 1. Control nyeri 3. Untuk
imajinasi
iskemia mengurangi
2. Tingkat nyeri terbimbing
rasa nyeri
Kriteria hasil : 4. Tingkatkan pasien
istirahat
1. Mampu 4. Untuk
/peningkata
mengontrol mengurangi
n tirdur
nyeri rasa nyeri
5. Terap pasien
2. Melaporkan i
bahwa nyeri musik 5. Untuk
berkurang mengurangi
6. Kolaborasik
dengan rasa nyeri
an dengan
menggunakan pasien
dokter
manajemen
jika 6. Untuk
nyeri
ada keluhan meredakan
3. Mampu rasa nyeri
dan tindakan
menganalisa pasien
nyeri
nyeri
tidak

(skala berhasil
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)

3. Resiko ketidak NOC : NIC : 1. Untuk


efektifan perfusi mengetahui
Setetelah dilakukan 1. Monitor
jaringan otak adanya
tindakan adanya
daerah
keperawatan selama daerah
tertentu
… x 24 tertentu
yang hanya
jam diharapkan yang hanya
peka
pasien dapat peka
terhadap
mencegah terhadap
pahas/
ketidakfektifan pahas/
dingin/
perfusi jaringan dingin/
tajam
tajam
Kriteria hasil : / tumpul
/ tumpul
1. Mendemosntr 2. Untuk
2. Monitor
asikan status mengetahui
adanya
sirkulasi yang adanya
paretese
ditandai paretese
dengan : 3. Batasi
3. Untuk
gerakan
a. Tekanan mengurangi
kepala, leher
systole aktivitas
dan
dan yang dapat
punggung
diastole menimbulka
dalam 4. Intruksikan
n
keluarga
rentan
untuk 4. Untuk
yang
mengobserv mengetahui
diharapkan
asi kulit jika keadaan
,
ada isi atau kulit apakah
b. tidak laserasi ada isi atau
ada tanda
peningkata 5. Kolaborasi laserasi
n tekanan dengan
intracranial dokter untuk
pemberian
obat
2. mendemostra analgetik
sikan
kemampuan
kognitif yang
ditandai
dengan :

a. berkomuni
kasi
dengan
jelas
sesuai
kemampu
an

b. memprose
s
informasi

c. membuat
keputusan
yang benar

3. Menunjukan
fungsi sensori
yang utuh :

a. tingkat
kesadaran
membaik,

b. tidak

ada
gerakan
involunter
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. 2014. Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskuler
aplikasi NIC &NOC. Jakarta:EGC

Bachrudin, M., dan Moh. Najib.2016. Keperawatan medical bedah I. Jakarta: Kemenkes
RI

Black, J & Hawks, J. 2014. Keperawatan medikal bedah:manajemen klinis untuk hasil
yang diharapkan. alih bahasa : nampira, R. Jakarta: Salemba Emban Patria

Burnner & Suddart. 2013. Buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8. Jakarta: EGC

Irawan. 2016. Epidemiolohi penyakit tidak menular. Yogyakarta:Deepublish

Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi penyakit menular dan tidak menular, Panduan Klinis.
Bandung :ITB

Nurarif, A.H., dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuha Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC NOC. Jogjakarta:Mediaction

Nurgraha, A. 2016. Rencana asuhan keperawatan medical bedah : diagnosis NANDA-I


2015-2017 intervensi NIC hasil NOC. Jakarta: EGC

Potter, P. A & Perry A.G.2012. fundamental of nursing. Jakarta:EGC

Udjianti, W. J. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai