Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI : KANKER PAYUDARA

DI RUANG DAHLIA 2 RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh :

Syafatesia Nicky Pratiwi

(202002040065)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN & PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2021
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kanker merupakan sekelompok penyakit yang memiliki ciri-ciri
pertumbuhan dan penyebaran sel tidak terkontrol dan sel yang abnormal.
Dalam perkembangannya, sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh
lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian (Misgiyanto, 2014).
Kanker payudara merupakan pertumbuhan sel payudara yang abnormal,
yaitu, terus tumbuh, dan tidak terkontrol yang akhirnya sel-sel ini
membentuk benjolan di payudara [ CITATION Put15 \l 1057 ]. Kanker
payudara merupakan kondisi sel yang kehilangan kendali dan mekanisme
normalnya, sehingga petumbuhannya tidak normal, cepat dan tidak
terkendali pada jaringan payudara (Mulyani & Nuryani, 2017). Kanker
payudara merupakan tumbuh dan berkembangnya sel di dalam payudara
yang tidak terkendali (Mulyani & Rinawati, 2017). Dapat disimpulkan
bahwa kanker payudara merupakan pertumbuhan sel payudara abnormal
dan tidak terkontrol yang menyerang jaringan payudara dan dapat
membentuk benjolan di payudara.

2. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat dipastikan. Namun, ada
beberapa faktor resiko terjadinya kanker payudara yang sudah diketahui.
Berikut adalah faktor resiko terjadinya kanker payudara menurut
[ CITATION Han12 \l 1057 ] :
a. Jenis kelamin
Wanita berisiko lebih besar mengalami kanker payudara daripada
laki-laki. Karena pada laki-laki jumlah hormon estrogennya lebih
sedikit dan hormon progesteron yang dapat memicu pertumbuhan sel
kanker. Payudara laki-laki terdiri dari lemak dan bukan terdiri dari
kelenjar seperti pada wanita. Menurut Mulyani & Rinawati (2017)
kanker payudara bisa terjadi pada laki-laki, namun perbandingannya
sangat kecil yaitu 1:1000.
b. Usia
Rentang usia 3-39 tahun, resiko terjadinya kanker 1 dari 233 orang
atau 0,43%. Usia 60-an resiko terjadinya kanker 1 dari 27 orang atau
4%.
c. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga penderita kanker payudara beresiko
lebih besar menderita kanker payudara. Ada hubungan darah dengan
penderita meningkatkan resiko dua kali lipat.
d. Genetik
Sebanyak 5-10% kasus kanker payudara disebabkan karena ada
kerusakan genetik (mutasi) yang diturunkan dari orangtua. Anak
memiliki resiko lebih besar menderita kanker yang diturunkan dari
orangtua yang mengalami kerusakan genetik(mutasi).
e. Riwayat kanker
Resiko terkena kanker payudara 3-4 kali lebih besar jika seseorang
pernah menderita kanker payudara.
f. Paparan radiasi
Seseorang beresiko lebih tinggi terkena kanker payudara jika pernah
mengalami kanker dan mendapat terapi radiasi kanker. Semakin
muda seseorang mendapat terapi radiasi, semakin tinggi beresiko
terkena kanker payudara karena saat muda organ payudara sedang
mengalami pertumbuhan.
g. Riwayat kelainan payudara
Wanita beresiko lebih tinggi terkena kanker payudara jika pernah
memiliki tumor atau kelainan bersifat jinak pada payudara.
h. Ras
Perbedaan kualitas pelayanan kesehatan dan akses untuk melakukan
mamografi (pemeriksaan payudara dengan sinar x dosis rendah
untuk mendeteksi dini kanker payudara).
i. Obesitas
Wanita obesitas memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker
payudara dibanding dengan wanita yang memiliki berat badan ideal,
terutama pada wanita yang memasuki masa menopause. Semakin
banyak sel lemak seseorang, semakin tinggi kadar hormon estrogen
dalam tubuh. Salah satu pemicu pertumbuhan sel kanker payudara
adalah hormon estrogen.
j. Riwayat kehamilan
Wanita belum pernah hamil atau melahirkan anak pertama pada usia
lebih dari 30 tahun memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker
payudara. Sel payudara yang imatur(belum matang) lebih rentan
terhadap kelainan genetik (mutasi) jika terpapar hormon estrogen.
k. Riwayat menyusui
Dengan menyusui, wanita akan mengalami penundaan menstruasi
sehingga mengurangi siklus menstruasi yang dapat mengurangi
paparan hormon estrogen pada tubuh sehingga menurunkan resiko
kanker payudara.
l. Riwayat menstruasi
Semakin muda usia saat payudara mulai tumbuh dan terpapar
hormon dari dalam tubuh atau bahan kimia dari luar tubuh, semakin
meningkatkan resiko kanker payudara.

3. Manifestasi Klinik
Berikut adalah manifestasi klinis kanker payudara menurut
Smeltzer, 2017:
a. Lesi tidak nyeri saat ditekan, terfiksasi, dan keras dengan batas tidak
teratur yang sering terjadi di kuadran luar atas.
b. Beberapa wanita tidak mempunyai gejala dan tidak memiliki
benjolan yang teraba, tepapi pemeriksaan mammogram menunjukan
hasil yang abnormal.
c. Tanda-tanda lanjut mencakup lekukan di kulit, retraksi puting, atau
ulserasi kulit.
Berikut adalah manifestasi klinis kanker payudara menurut Dr.
Lestari, dkk, 2012 :
a. Benjolan teraba di payudara
b. Payudara maupun puting susu terasa nyeri
c. Ketika sedang tidak menyusui keluar cairan dari puting susu yang
memiliki warna dan kekentalan yang berbeda dengan ASI
d. Payudara bersisik
e. Kulit tertarik kedalam (retraksi)
f. Puting susu berubah menjadi kemerahan, kasar, dan menjadi lebih
tebal
g. Kulit payudara mengerut

4. Patofisiologi
Normalnya, sel yang mati sama dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila
sel tersebut sudah mengalami malignansi/keganasan atau bersifat kanker
maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa memperhatikan
kebutuhan. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang
menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut
terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua
tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antara sel-sel
normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase yaitu sebagai berikut :
a. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam
terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
sampai bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini
tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen
tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya
zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan
individu
b. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-
paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di
payudara.
c. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melaluiui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu
sampai beberapa tahun.
d. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah.

5.
6. Pemeriksaan penunjang dan hasilnya
Penyakit kanker payudara dapat diketahui secara pasti dengan tindkaan
biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan sel payudara yang benjol.
Cara ini dapat mengetahui jenis pertumbuhan sel yang dialami. Apakah
bersifat tumor jinak atau tumor ganas (kanker). Selain itu Dokter
biasanya menyarankan untuk dilakukan tes penanda tumor CA 15-3
dengan cara mengambil sampel darah dengan tujuan untuk mengetahui
penyebaran tumor atau risiko kekambuhan.
Menurut Nurafif (2015) Pemeriksaan penunjang kanker payudara yaitu
sebagai berikut:
a. Scan (MRI, CT, gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi.
b. Biopsi
Untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2
c. Penanda tumor
d. Mammografi
e. Sinar X dada

7. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Mastektomi
segmental (lumpektomi) melakukan pengangkatan benjolan dan
sejumlah kecil jaringan payudara di sekitarnya. Mastektomi
sederhana (atau dimodifikasi) mengangkat seluruh payudara.
Mastektomi radikal mengangkat seluruh payudara bersama dengan
otot yang mendasari dan kelenjar getah bening ketiak.
b. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang
pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan
kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus
atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
c. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam
aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu
makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy.
Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

8. Stadium kanker payudara


Berikut adalah stadium kanker payudara menurut Dr. Lestari, dkk
(2012) :
a. Stadium 0
Merupakan stadium pre-kanker. Sel-sel kanker berada di dalam
duktus, belum menginvasi ke dalam jaringan payudara.
b. Stadium I
Ukuran kanker 2 cm atau kurang, pada payudara belum pada
kelenjar getah bening.
c. Stadium IIA
Sel-sel kanker ditemukan di kelenjar getah bening diketiak bagian
bawah lengan. Ukuran tumor 2 cm atau kurang yang telah menyebar
ke kelenjar getah bening aksila. Bisa juga berukuran lebih dari 2 cm
dan tidak lebih dari 5 cm yang belum menyebar ke kelenjar getah
bening aksila.
d. Stadium IIB
Ukuran sudah lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm dan tumor
sudah menyebar ke kelenjar getah bening aksila.
e. Stadium IIIA
Tumor ditemukan di kelenjar getah bening melekat dengan struktur
yang lain dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening aksila.
Saling melekat atau menempel dengan struktur lain, atau kanker
ditemukan pada kelenjar getah bening dekat dengan tulang dada.
f. Stadium IIIB
Tumor ditemukan dengan berbagai ukuran dan sudah menyebar ke
dinding dada atau kulit payudara. Menyebar ke kelenjar getah bening
aksila melekat pada struktur lain dan sudah mengalami peradangan
atau inflamasi.
g. Stadium IIIC
Sel kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening diatas tulang
selangka atau klavikula.
h. Stadium IV
Kanker sudah menyebar atau bermetastasis ke bagian tubuh yang
lain.

9. Jenis-jenis kanker payudara


a. Duktal karsinoma in situ (DCIS)
Merupakan tipe kanker payudara non invasif paling umum. DCIS
berarti sel-sel kanker berada di dalam duktus dan belummenyebar
lkeluar dinding duktus ke jaringan payudara di sekitarnya.
b. Lobular karsinoma in situ (LCIS)
LCIS digolongkan sebagai tipe kanker payudara non invasif.
Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak
berkembang melewati dinding lobulus. LCIS sering tidak menjadi
kanker invasif, tetapi wanita dengan kondisi ini memiliki risiko lebih
tinggi untuk menderita kanker payudara invasif pada payudara yang
sama atau berbeda.
c. Invasif atau infiltrating duktal karsinoma (IDC)
Merupakan jenis kanker payudara yang paling umum dijumpai.
Timbulnya sel kanker bermula dari duktus, menerobos dinding
duktus, dan berkembang kedalam jaringan lemak payudara. Kanker
akan menyebar (bermetastasis) ke organ tubuh lainnya melalui
sistem getah bening dan aliran darah.
d. Invasif atau infiltrating lobular karsinoma (ILC)
Kanker jenis ini dimulai dari lobulus. Sperti IDC, ILC dapat
menyebar atau bermetastasis kebagian lain di dalam tubuh.
e. Kanker payudara terinflamasi (IBC)
Merupakan jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi. Hanya
sekitar 1-3% dari semua jenis kanker payudara adalah jenis IBC.
Biasanya tidak terjadi benjolan tunggal atau tumor pada paudara.
Sebaliknya, kanker jenis ini membuat kulit payudara terlihat merah
dan terasa hangat. Kulit payudara tampak tebal dan mengerut seperti
kulit jeruk. Dokter baru mengetahui terjadinya perubahan ini karena
sel-sel kanker telah menghambat pembuluh getah bening di kulit.
Bukan karena adanya inflamasi, peradangan, atau infeksi. Payudara
yang terinvasi biasanya berukuran lebih besar, kenyal, lembek, atau
gatal. Jenis kanker ini cenderung menyebar dan memiliki prognosis
yang buruk dibandingkan tipe IBC atau ILC.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien dan Penanggung Jawab
b. Keluhan Utama
Nyeri, benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna
merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit
pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada
bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti
kanker ovarium atau kanker serviks.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium
atau kanker serviks.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian
posterior.
2) Rambut
Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
3) Mata
Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan
4) Telinga
Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran
5) Hidung
Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan
6) Mulut
Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
7) Dada
Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange serta tanda-tanda
radang
8) Hepar
Biasanya tidak ada pembesaran hepar
9) Ekstremitas
Biasanya ektremitas lemah
g. Pengkajian Pola Fungsional
1) Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang
terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu
hanya benjolan biasa
2) Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,
muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada
riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
3) Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan
mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan
konstipasi.
4) Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan
klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri
5) Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun
motorik
6) Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
7) Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau
kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya
diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
8) Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan
dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
9) Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan
pada tingkat kepuasan.
10) Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial
dan keputus asaan.
11) Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima
kondisinya dengan lapang dada.

2. Diagnosa Keperawatan Utama


a. Nyeri berhubungan dengan penekanan massa tumor
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan umum
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
e. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
g. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

3. Intervensi dan rasional

N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA NIC


O HASIL (NOC)
1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan NIC
berhubungan keperawatan selama 3x24 Pain Management
dengan jam diharapkan nyeri 1. Lakukan pengkajian
penekanan teratasi dengan tujuan dan nyeri secara
massa tumor kriteria hasil : komprehensif
termasuk lokasi,
NOC
karakteristik, durasi
   Pain Level,
frekuensi, kualitas
   Pain control
dan faktor
   Comfort level
presipitasi
Kriteria Hasil :
2. Observasi reaksi
   Mampu mengontrol nyeri nonverbal dan
(tahu penyebab nyeri, ketidaknyamanan
mampu menggunakan 3. Gunakan teknik
tehnik nonfarmakologi komunikasi
untuk mengurangi nyeri, terapeutik untuk
mencari bantuan) mengetahui
   Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri
berkurang dengan pasien
menggunakan manajemen 4. Kaji kultur yang
nyeri mempengaruhi
  Mampu mengenali nyeri respon nyeri
(skala, intensitas, frekuensi 5. Evaluasi
dan tanda nyeri) pengalaman nyeri
 Menyatakan rasa nyaman masa lampau
setelah nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu pasierl dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
13. Berikan anaIgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15.   Tingkatkan
istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration
1.   Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
        Pilih analgesik
yang diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
4. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
5. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
6.   Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
7. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
8. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala

2 Nutrisi Setelah dilakukan tindakan NIC :


kurang dari keperawatan selama 3x24 Nutrition
kebutuhan jam diharapkan nyeri Management
tubuh teratasi dengan tujuan dan
1. Kaji adanya alergi
berhubungan kriteria hasil :
makanan
dengan
NOC :
anoreksia
2. Kolaborasi dengan
Nutritional Status : food and
ahli gizi untuk
Fluid Intake
menentukan jumlah
Kriteria Hasil :
kalori dan nutrisi
Adanya peningkatan berat
yang dibutuhkan
badan sesuai dengan tujuan
pasien.
Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan
3. Anjurkan pasien
Mampu mengidentifikasi
untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi
intake Fe
Tidak ada tanda tanda
malnutrisi 4. Anjurkan pasien
Tidak terjadi penurunan untuk meningkatkan
berat badan yang berarti protein dan vitamin
C

5. Berikan substansi
gula

6. Yakinkan diet yang


dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah konstipasi

7. Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)

8. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian.

9. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori

10. Berikan informasi


tentang kebutuhan
nutrisi

11. Kaji kemampuan


pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition
Monitoring

12. BB pasien dalam


batas normal
13. Monitor adanya
penurunan berat
badan

14. Monitor tipe dan


jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan

15. Monitor interaksi


anak atau orangtua
selama makan

16. Monitor lingkungan


selama makan

17. Jadwalkan
pengobatan  dan
tindakan tidak
selama jam makan

18. Monitor kulit kering


dan perubahan
pigmentasi

19. Monitor turgor kulit

20. Monitor kekeringan,


rambut kusam, dan
mudah patah

21. Monitor mual dan


muntah
22. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht

23. Monitor makanan


kesukaan

24. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan

25. Monitor pucat,


kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva

26. Monitor kalori dan


intake nuntrisi

27. Catat adanya edema,


hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.

28. Catat jika lidah


berwarna magenta,
scarlet

3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan NIC :


mobilitas keperawatan selama 3x24 Exercise therapy :
fisik jam diharapkan nyeri ambulation
berhubungan teratasi dengan tujuan dan 1. Monitoring vital
dengan kriteria hasil : sign sebelm/sesudah
kelemahan latihan dan lihat
NOC :
umum respon pasien saat
§ Joint Movement : Active
latihan
§ Mobility Level
2. Konsultasikan
§ Self care : ADLs
dengan terapi fisik
§ Transfer performance
tentang rencana

Setelah dilakukan tindakan ambulasi sesuai

keperawatan dengan kebutuhan

selama….gangguan 3. Bantu klien untuk

mobilitas fisik teratasi menggunakan

dengan kriteria hasil: tongkat saat berjalan

§ Klien meningkat dalam dan cegah terhadap

aktivitas fisik cedera

§ Mengerti tujuan dari 4. Ajarkan pasien atau

peningkatan mobilitas tenaga kesehatan

§ Memverbalisasikan perasaan lain tentang teknik

dalam meningkatkan ambulasi

kekuatan dan kemampuan 5. Kaji kemampuan

berpindah pasien dalam

§ Memperagakan penggunaan mobilisasi

alat Bantu untuk mobilisasi 6. Latih pasien dalam

(walker pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan
Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan
ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperluka

4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Self Esteem


harga diri keperawatan selama 7x24 Enhancement
berhubungan jam diharapkan nyeri 1. Tunjukan rasa
dengan teratasi dengan tujuan dan percaya diri
kecacatan kriteria hasil : terhadap
bedah kemampuan pasien
Tujuan dan Kriteria Hasil
untuk mengatasi
NOC :
situasi
     Body Image, disiturbed
2. Dorong pasien
     Coping, ineffective
mengidentifikasi
      Personal identity, disturbed
kekuatan dirinya
     Health behavior, risk
3. Ajarkan
     Self esteem situasional, low
keterampilan
Kriteria Hasil :
perilaku yang positif
     Adaptasi terhadap
melalui bermain
ketunadayaan fisik : respon
peran, model peran,
adaptif klien terhadap
diskusi
tantangan fungsional
4. Dukung peningkatan
penting akibat ketunadayaan
tanggung jawab diri,
fisik
jika diperlukan
     Resolusi berduka :
5. Buat statement
penyesuaian dengan
positif terhadap
kehilangan aktual atau
pasien
kehilangan yang akan
6. Monitor frekuensi
terjadi komunikasi verbal
     Penyesuaian psikososial : pasien yang negative
perubahan hidup : respon 7. Dukung pasien
psikososial adaptiv individu untuk menerima
terhadap perubahan tantangan baru
bermakna dalam hidup 8. Kaji alasan-alasan
    Menunjukkan Penilaian untuk mengkritik
pribadi tentang harga diri atau menyalahkan
     Mengungkapkan diri sendiri
penerimaan diri 9. Kolaborasi dengan
     Komunikasi terbuka sumber-sumber lain
     Mengatakan optimisme (petugas dinas
tentang masa depan social, perawat
     Menggunakan strategi spesialis klinis, dan
koping efektif layanan keagamaan)

5 Cemas Setelah dilakukan tindakan NIC


berhubungan keperawatan selama 2x24 Anxiety Reduction
dengan jam diharapkan nyeri (penurunan
perubahan teratasi dengan tujuan dan kecemasan)
gambaran kriteria hasil : 1. Gunakan
tubuh pendekatan yang
menenangkan
Tujuan dan Kriteria Hasil
2. Nyatakan dengan
:
jelas harapan
NOC
terhadap pelaku
         Anxiety self-control
pasien
         Anxiety level
3. Jelaskan semua
         Coping
prosedur dan apa
yang dirasakan
Kriteria Hasil :
selama prosedur
         Klien mampu
4. Pahami prespektif
mengidentifikasi dan
pasien terhadap
mengungkapkan gejala situasi stres
cemas. 5. Temani pasien
         Mengidentifikasi, untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan
menunjukkan tehnik untuk mengurangi takut
mengontol cemas. 6. Dorong keluarga
         Vital sign dalam batas untuk menemani
normal. anak
         Postur tubuh, ekspresi 7. Lakukan back /
wajah, bahasa tubuh dan neck rub
tingkat aktivfitas 8. Dengarkan dengan
menunjukkan berkurangnya penuh perhatian
kecemasan 9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10. Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
12. Instruksikan pasien
menggunakan
teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

6 Kurangnya NOC: NIC :


pengetahuan v  Kowlwdge : disease process 1. Kaji tingkat
berhubunganv  Kowledge : health Behavior pengetahuan
dengan Setelah dilakukan tindakan pasien dan
kurangnya keperawatan selama 1x24 keluarga
informasi jam pasien menunjukkan 2. Jelaskan
pengetahuan tentang proses patofisiologi dari
penyakit dengan kriteria penyakit dan
hasil: bagaimana hal ini
v Pasien dan keluarga berhubungan
menyatakan pemahaman dengan anatomi
tentang penyakit, kondisi, dan fisiologi,
prognosis dan program dengan cara yang
pengobatan tepat.
v Pasien dan keluarga mampu 3. Gambarkan tanda
melaksanakan prosedur dan gejala yang
yang dijelaskan secara benar biasa muncul pada
v Pasien dan keluarga mampu penyakit, dengan
menjelaskan kembali apa cara yang tepat.
yang dijelaskan perawat/tim 4. Gambarkan proses
kesehatan lainnya penyakit, dengan
cara yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan
cara yang tepat
6. Sediakan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
7. Sediakan
bakeluarga
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang
tepat
8. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
9. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat

7 NOC : NIC :
§  Immune Status 1. Pertahankan teknik
§  Knowledge : Infection aseptif
control 2. Batasi pengunjung
§  Risk control bila perlu
3. Cuci tangan setiap
Setelah dilakukan tindakan
sebelum dan
keperawatan selama 3x24
sesudah tindakan
jam pasien tidak mengalami
keperawatan
infeksi dengan kriteria hasil:
4. Gunakan baju,
§  Klien bebas dari tanda dan
sarung tangan
gejala infeksi
sebagai alat
§  Menunjukkan kemampuan
pelindung
untuk mencegah timbulnya
5. Ganti letak IV
infeksi perifer dan dressing
§  Jumlah leukosit dalam batas sesuai dengan
normal petunjuk umum
§  Menunjukkan perilaku hidup 6. Gunakan kateter
sehat intermiten untuk
§  Status imun, gastrointestinal, menurunkan infeksi
genitourinaria dalam batas kandung kencing
normal 7. Tingkatkan intake
nutrisi
8. Berikan terapi
antibiotik
9. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
10. Pertahankan teknik
isolasi
11. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan
cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Kaji suhu badan
pada pasien
neutropenia setiap 4
jam
DAFTAR PUSTAKA

Handayani & Lestari. (2012). Menaklukan kanker serviks dan kanker


payudara dengan 3 terapi alami. Jakarta: Agro Media Pustaka
Misgiyanto. 2014. “Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif ”. Jurnal
Keperawatan
Mulyani, N, Siti & Mega Rinawati. (2017). Kanker Payudara dan PMS pada
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurafif A H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis Nanda Nic Noc. Jogjakarta: MediaAction
Putra, Sitiatava Rizema. (2015). Buku Lengkap Kanker Payudara.
Yogyakarta: Laksana.
Smeltezer, Susan C. (2017). Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : EGC
Tim Cancer Helps. 2010. Stop Kanker Kanker Bukan Lagi Vonis Mati
Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis
Kanker. Jakarta : Agro Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai