Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. A DENGAN


HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PAGAR DEWA
KOTA BENGKULU

DISUSUN OLEH:

NIKE MALASARI
2226050015

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Ns. Hanifah,S.Kep,.M.Kep) ( Padriana, S.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah


sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/ tenang (InfoDATIN, Kemenkes RI).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan, dan Tensi yang
artinya tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan gangguan pada sistem
peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai
normal (Musakkar & Djafar, 2021)
Hipertensi merupakan keadaan meningkatnya tekanan darah secara kronis,
hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Apabila kondisi ini tidak
diatasi dengan baik, maka akan berdampak terhadap fungsi organ lain,
terutama jantung, ginjal dan saraf. Hipertensi dapat terjadi pada setiap orang,
tidak mengenal jenis kelamin ataupun usia, tetapi insidensinya meningkat
pada usia diatas 40 tahun (Lismayanti, 2018)

Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan


yang melebihi batas normal yaitu tekanan darah systole >140 mmHg dan
diastole 90 mmHg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu penyakit
salah satu resiko tinggi yang bisa menjadi penyakit jantung, stroke dan gagal
ginjal (Lismayanti, 2017).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara tetap, khususnya


tekanan diastolik melebihi 95 milimeter air raksa yang tidak bisa
dihubungkan dengan penyebab organik tertentu (Wade, 2016)
B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi
terjadinya hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah
(Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya
Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan
pengobatan lebih ditunukan bagi penderita esensial. Hipertensi primer
disebabkan oleh faktor berikut ini.
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau
makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan
(efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi
akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsungmeningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.
Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang
terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal,
yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume
sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan
aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan
dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder
(Aspiani, 2016).

C. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I


yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang
pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut
cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016)

D. WOC

Umur jenis kelamin gaya hidup obesitas


Elasitas arteriosklerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah Perubahan status

Perubahan struktur kesehatan

Penyumbatan pembuluh darah

vasokontraksi
Ansietas
gangguan sirkulasi

otak Ginjal Pembuluh Retina


darah
vasokontraksi Spasme
resistensi Suplai O2 pembuluh darah arteriole
pembuluh otak ginjal Sistemik Koroner
darah otak menurun Diplopia paparan
blood flow Vaspkontraksi Iskemia informasi
sinkop aliran darah miocard kurang
Nyeri menurun Afterload
akut meningkat Nyeri
respon RAA
kronis
Rangsangan Fatique
Perfusi Resiko
aldosteron
Perufer tidak tinggi Resiko jatuh
efektif Penurunan
Edema curah
Defisit
jantung
pengetahuan

Intoleransi
Hipovolemia
aktivitas
E. Manifestasi Klinis

Tidak semua Hipertensi menampakkan gejala yang spesifik selama


bertahun- tahun. Gejala ada jika menunjukkan adanya kerusakan vaskuler,
dengan tanda yang khas, sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah yang bersangkutan. Perubahan pada ginjal dapat
bermanifestasi, seperti nokturia (peningkatan buang air kecil pada malam
hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea dalam darah dan kreatinin)
(Aspiani, 2016).

Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering


tidak memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious)
atau tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis
beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala,
pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun

Menurut Amin (2015), gejala yang timbul karena penyakit Hipertensi


berbeda pada setiap orang, beberapa dari mereka bahkan tidak memiliki
gejala. Secara umum gejala yang dirasakan orang yang mengalami Hipertensi
adalah sebagai berikut :

1) Sakit kepala.
2) Rasa pegal, kaku dan tidak nyaman pada tengkuk.
3) Berdebar atau detak jantung terasa cepat.
4) Telinga berdengung.
5) Lemas dan kelelahan.
6) Gelisah.
7) Mual.
8) Muntah.
9) Epistaksis.
10) Kesadaran menurun
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut.
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
2) EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infark miocard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3) Foto Rontgen
a. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
b. Pembendungan, lebar paru
c. Hipertrofi parenkim ginjal
d. Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Hipertensi menurut Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI (2014) dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Menggunakan obat-obatan, seperti amlodipine dan captopril. untuk
pemilihan obat, dosis obat, frekuensi minum obat serta penggunaan obat-
obatan Hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga
anda.
2) Memodifikasi gaya hidup dapat dilakukan seperti membatasi jumlah
asupan garam tidak lebih dari seperempat sampai setengah sendok teh atau
setara dengan 6 gram/hari, menurunkan berat badan (bagi yang mengalami
obesitas), menghindari minuman berkafein, merokok, minum minuman
beralkohol, dan pada penderita Hipertensi juga disarankan untuk
melakukan olahraga seperti jalan, lari, jogging, bersepeda santai selama
20-25 menit dengan freuensi 3-5x/minggu. Dan juga disarankan untuk
istirahat cukup sekitar 6-8 jam/hari serta dapat mengendalikan stress.
Ada beberapa makanan yang harus dihindari oleh penderita Hipertensi
seperti berikut:
1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi seperti otak, minyak kelapa,
gajih/lemak.
2) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium seperti biskuit,
crackers, keripik dan makanan kering yang asin.
3) Makanan dan minuman dalam kaleng seperti sarden, sosis, kornet, soft
drink, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng,
4) Makanan yang diawetkan seperti dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang.
5) Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram
natrium. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian,
tape.

H. Komplikasi
Adapun komplikasi Hipertensi menurut Aspiani (2016) adalah seperti
berikut :
1) Stroke Hemoragi dapat terjadi, akibat tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada Hipertensi kronis, apabila arteri
yang memeperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga
aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang, arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami
aterosklerosis tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium, atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Pada Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksgen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melewati ventrikel
sehingga terjadi distristmia, hipoksia jantung dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan.
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran
darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada Hipertensi kronis.
4) Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi pada penderita Hipertensi yang
meningkat cepat. Tekanan yang sangat tinggi dapat meningkatkan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan
saraf pusat. Neuron disekitarnya menjadi kolaps dan menyebabkan koma
serta kematian.
5) Kejang biasanya dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir
biasa dengan berat badan lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat. Dapat juga mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu
mengalami kejang saat atau sebelum melahirkan.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian Teoritis

a. Identitas klien

1) Identitas klien Meliputi :


Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,


palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah
lelah, dan impotensi.

b. Riwayat Kesehatan
- Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan


memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan
lain yang menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan
buram, mual ,detak jantung tak teratur,lemas,Nyeri dada.

- Riwayat kesehatan Dahulu


Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung,
penyakit ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi ,
penyakit metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi
saluran kemih, dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma,
dan lain-lain

c. Aktivitas / istirahat
- Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
- Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
d. Sirkulasi
1) Gejala :

a) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/


katup dan penyakit serebrovaskuler

b) Episode palpitasi

2) Tanda :

a) Peningkatan tekanan darah

b) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia


c) Murmur stenosis vulvular

d) Distensi vena jugularis

e) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)

f) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda

e. Integritas ego

1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress


multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,


tangisan meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola
bicara.

f. Eliminasi

Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuria, retensi,
inkontinensia, apakah kateter indwelling atau kateter eksternal, dan lain-
lain. Pada pasien dengan gastritis didapatkan mengalami susah BAB,
distensi abdomen, diare, dan melena. Konstipasi juga dapat terjadi
(perubahan diet, dan penggunaan antasida).

g. Makanan / cairan

1) Gejala :

a) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,


lemak serta kolesterol

b) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini


(meningkat/turun)

c) Riwayat penggunaan diuretic

2) Tanda :

a) Berat badan normal atau obesitas

b) Adanya edema

c) Glikosuria
d) Neurosensori

3) Gejala :

a) Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital


(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)

b) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)

4) Tanda :

a) Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi


bicara, efek, proses piker

b) Penurunan kekuatan genggaman tangan

h. Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit


kepala

i. Pernapasan

1) Gejala :

a) Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea,


ortopnea. Dispnea

b) Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum

2) Tanda :

a) Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan

b) Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)

c) Sianosis

j. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.

k. Pembelajaran / penyuluhan

Gejala :
1) Factor risiko keluarga: hipertensi, penyakit jantung, diabetes
mellitus.

2) Factor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara,


penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan
alcohol/obat.

l. Rencana pemulangan

Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan dalam


terapi obat.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur d.d mengeluh sulit
tidur
2. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d nafsu makan
menurun
3. Intoleran aktivitas b.d kelemahan, imobilitas d.d merasa lemah
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Intervensi


Kriteria Hasil
1. Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol Pola tidur Dukungan tidur (I.05174)
Rencana tindakan :
tidur d.d mengeluh sulit tidur (L.05045)
Observasi :
Setelah dilakukan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur(fisik
tindakan
dan/atau psikologis
keperawatan 3. Identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur(mis,kopi, teh, alkohol,
diharapkan pasien
makan mendekati tidur, minum banyak air
mampu : sebelum tidur)
Terapeutik :
1. Keluhan sulit
1. Batasi waktu tidur siang,jika perlu
tidur (5) 2. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur
2. Keluhan sering
Edukasi ;
terjaga (5) 1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
3. Keluhan pola
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
tidur berubah 3. Fasilitasi stress sebelum tidur
(5)
4. Mengeluh
istirahat tidak
cukup (5)

2. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)
makanan d.d nafsu makan menurun (L.03030) Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
Setelah dilakukan yang seimbang
tindakan Observasi
keperawatan 1. Identifikasi makanan yang disukai
diharapkan pasien 2. Monitor asupan makanan
mampu : Terapeutik
1. Kekuatan 1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
otot yang sesuai
pengunyah 2. Berikan suplemen makanan
(5) Edukasi
2. Frekuensi 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
makan (5)
3. Nafsu
makan (5)
3. Intoleran aktivitas b.d kelemahan, Toleransi aktivitas Manajemen energi (I.05178)
imobilitas d.d merasa lemah (L.05047) Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan
Setelah dilakukan energi untuk mengatasi atau mencegah
tindakan kelelahan dan mengoptimalkan proses
keperawatan pemulihan
diharapkan pasien Observasi
mampu : 1. Identifikasi ganguan fungsi tubuh yang
1. Kemudahan mengakibatkan kelelahan
dalam 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
melakukan 3. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas sehari- Terapeutik
hari (5) 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
2. Kecepatan stimulis (mis. cahaya, suara, kunjungan)
berjalan (5) 2. Berikan aktivitas distraksi yang
3. Jarak berjalan menyenangkan
(cukup Edukasi
menurun) 1. Anjurkan melakukan aktivitas secara
4. Kekuatan tubuh bertahap
bagian bawah 2. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
(5) dan gejala kelelahan tidak berkurang
5. Keluhan lelah Kolaborasi
(5) 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
6. Perasaan lemah meningkatkan asupan makanan
(5)
7. Tekanan darah
(5)
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.

Kemenkes.RI. (2014).Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1,
Cetakan II. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi
1,Cetakan II. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Rajca, A et all (2018). Pravalence of Hypertension Among Chronic Smokers: Findings From
The Early Lung Cancer Detection Programme Moltest Bis. Arterial Hypertens,
2018, volume 22, No. 2.

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah

Anda mungkin juga menyukai