HIPERTENSI
Dosen Pembimbing : Indanah, Ns. M.Kep, S.Kep. An
Penyusun :
Nama : Finkanita Salsabila
NIM : 132021030036
Kelas :A
Jl. Ganesha Raya No.1 Purwosari, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59316
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus-menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah
yang disebabkan beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya
dalam mempertahankan tekanan secara normal (Wijaya & Siregar, 2013)
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus-menerus
lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. (Aspiani, 2014)
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran
darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh
(Parwati, 2018).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah manusia.
Apabila seseorang memiliki tekanan darah mencapai 140 mmHg (sitolik) atau
lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg, maka orang tersebut dikategorikan
memiliki tekanan darah.
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2014):
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya.Faktor yang mempengaruhi yaitu:
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan,jika memiliki riwayatkeluarga yang memiliki tekanan darah
tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah
meningkat, faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–
laki lebih tinggi dari pada perempuan.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya,jika garam yang dikonsumsi
berlebihan,ginjal yang bertugas untuk mengolah makan menahan cairan
lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.Banyaknya
cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada volume
darah.Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang
menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan
tekanan darah didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan
tekanan darah meningkat.
d. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal.Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
e. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan denganpola hidup sehat, seperti
menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan merokok
berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan
dapat menghabiskan berapa puntung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah pasien.Konsumsi alkoholyang
sering,atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan
darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien
diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam
batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari
komplikasi yang bisa terjadi.
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala (Aspiani, 2014).Secara umum
gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
1) Sakit kepala
2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3) Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5) Telinga berdenging
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
diva somotor,pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada saraf
simpatis,yang berlanjut kebawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis ditoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah,dimana
dengan dilepaskannya noreepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
(Padila., 2013).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila., 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensinI yang kemudian
diubah menjadi angiotensinII, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi(Padila.,
2013).
E. PATHWAY
Defesiensi
Hipertensi Perubahan Informasi pengetahua
Situasi yang minim n Ansietas
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Krisis situasional
Perubahan Struktur
Metode koping
tidak efektif
Penyumbatan
Vasokontriksi
pembuluh darah
Ketidakefektifa
n koping
Gangguan Sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak
berkurang
Resistensi pembuluh
darah ke otak meningkat Ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Nyeri
kepala
Respon RAA
Penurunan Afterload Nyeri
curah jantung
Merangsang aldesteron
Fatigue/kelelahan
garam juga merupakan usaha mencegah sedikit natrium yang masuk kedalam
Keadaan ini terjadi karena individu terbiasa dengan makanan berasa asin
selama puluhan tahun. Tentu memerlukan usaha yang keras untuk mengurangi
garam.
b. Mengendalikan Minum (Kopi Dan Alkohol)
Kopi tidak baik di konsumsi bagi individu dengan hipertensi karena,
senyawa kafein dalam kopi dapat memicu meningkatnya 25 denyut jantung
yang berdampak pada peningkatan tekanan darah. Minuman beralkohol
dapat menyebabkan hipertensi karena, bila di konsumsi dalam jumlah yang
berlebihan akan meningkatkan tekanan darah. Pada dasarnya pada penderita
hipertensi perlu meninggalkan minuman beralkohol.
c. Mengendalikan Berat Badan
Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk kedalam tubuh atau
mengimbangi dengan melakukan banyak aktivitas, penurunan 1kg berat
badan dapat menyebabkan tekanan darah turun 1 mmHg.
d. Berolah Raga Teratur
Seorang penderita hipertensi bukan dilarang untuk berolahraga, tetapi
baik dilakukan asal tidak menyebabkan kelelahan fisik dan selain itu olahraga
keringat.
Terapeutik
Posisikan pasien semi-
Fowler atau Fowler
dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
Berikan diet jantung yang
sesuai (mis. batasi asupan
kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan
tinggi lemak)
Gunakan stocking elastis
atau pneumatik
intermiten, sesuai
indikasi
Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
2. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Tindakan yang dilakukan
dengan agen pencedera keperawatan selama 1 × 24 pada intervensi perawat,
jam maka diharapkan Manajemen nyeri (I.08238):
fisiologis (D.0077)
Tingkat nyeri (L.08066)
Observasi
dengan kriteria hasil:
Identifikasi lokasi,
Keluhan nyeri meningkat karakteristik,durasi,frekuen
si, kualitas, intensitas nyeri
Meringis meningkat
Identifikasi skala nyeri
Sikap protektif sedang Identifikasi respon nyeri
Mon verbal
Gelisah meningkat Identifikasi faktor yang
Kesulitan tidur meningkat memperberat dan
memperingan nyeri
Menarik diri menurun Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan nyeri
Berfokus pada diri sendiri
meningkat Terapeutik
Diaforesis sedang Berikan teknik non
farmakologis untuk
Perasaan depresi mengurangi rasa nyeri
(tertekan) meningkat (mis. TENS,hipnosis,
akupresur,terapi musik,
Perasaan takut mengalami biofeedback, terapi pijat,
cedera berulang aromaterapi,teknik
meningkat imajinasi, terbimbing,
kompres hangat atau
Anoreksia menurun
dingin, terapi bermain )
Perineum terasa tertekan Kontrol lingkungan yang
sedang memperberat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan,
Uterus teraba membulat pencahayaan,kebisingan)
sedang
Fasilitasi Istirahat dan
Ketegangan otot tidur
meningkat Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
Pupil dilatasi sedang pemilihan strategi
meredakan nyeri
Muntah meningkat
Mual meningkat
Edukasi
Anjurkan tiang balik
Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. Resiko cedera ditandai Setelah dilakukan tindakan Tindakan yang dilakukan
dengan terpapar patogen, keperawatan selama 1 x 24 pada intervensi perawat
disfungsi autoimun jam maka diharapkan Tingkat Pencegahan cedera (I.14537):
(D.0136) cedera (L.14136) dengan Observasi
Edukasi
Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan
duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
5. Koping tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 pada intervensi perawat
ketidakpercayaan terhadap jam maka diharapkan Status Dukungan pengambilan
kemampuan diri koping (L.09086) dengan keputusan (I.09265):
mengatasi masalah kriteria hasil: Observasi
Edukasi
Informasikan alternatif
solusi secara jelas
Berikan informasi yang
diminta pasien
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam
memfasilitasi
pengambilan keputusan
KURANG MENDELAY PPNI
DAFTAR PUSTAKA
Andra, E. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI UPTD GRIYA WREDA JAMBANGAN
SURABAYA. 8.5.2017, 2003–2005.
Aspiani, R. Y. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler.
Nursidiq, I. (2022). Cikajang Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut Tahun 2022 Fakultas
Keperaatan Program Diploma Iii.
Padila. (2013). Pastofisiologi Hipertensi. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, 69.
Parwati, N. N. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Utama Hipertensi
pada Tn. R di Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan Ump, 2010, 8–42. http://repository.ump.ac.id/2753/
Shoenarta, A., & Erwinanto. (2015). pedoman tatalaksana hipertensi (1st ed.).
http://www.inaheart.org/upload/image/Pedoman_TataLaks
Wijaya, I., & Siregar, P. (2013). Hypertensive crises in the adolescent: evaluation of
suspected renovascular hypertension. Acta Medica Indonesiana, 45(1), 49–54.
Yusuf Sukman, J. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
HIPERTENSI PADA LANSIA TAHAP AWAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
ANDALAS PADANG. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Kemenkes Padang, 4, 9–15.