Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT HIPERTENSI

Nama : Yoga pratama

NIM : 18.037

Institusi : Akademi keperawatan pemkab konawe

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE

UNAAHA

TAHUN 2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tingggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. ( Sylvia A.price )
2. Anatomi dan Fisiologis
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung,pembuluh
darah,dan saluran limfe.jantung merupakan organ penting yang memompa
darah dan memelihara peredaran melalui saluran tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung vena membawa darah ke jantung
kapiler menggambungkan arteri dan vena,terentang di antaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Di sini
juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra seluler atau intershild.
Saluran limfe mengumplkan, mengiring dan menyalurkan kembali ke
dalam limfe nya yamg di keluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat di anggap menjadi
bagian sistem peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila
darah dipompa keluar jantung.denyut ini mudah diraba ditempat arteri
temporalis diatas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis di belokan
mata kaki.kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-
beda,dipengaruhi penghidupan,pekerjaan,makanan,umur dan emosi. Irama
dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti
siklus jantung 70 kali per menit.
3. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi primer ( esensial )
Di sebut juga hipertensi idiopatik karena tidak di ketahui penyebab
nya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan,
hiperaktivitas saraf simpatis sistem renin. Angiontensin dan
peningkatan Na+Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan
resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
2. Hipertensi sekunder

2
Penyebab yaitu : pengunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cusing dan hipertensi yang berhubngan dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut di bedakan atas :

1. Hipertensi di mana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi di mana tekanan diastolic lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya pada
perubahan perubahan pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun.


2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan janung memompa darah
menurun menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena
kuranganya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Secara klinis derajat hipertensi dapat di kelompokkan yaitu :

No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


1 Optimal < 120 < 80
2 Normal 120-129 80-84
3 High normal 130-139 85-89
4 Hipertensi :
Grade 1 ( ringan ) 140-159 90-99
Grade 2 ( sedang ) 160-179 100-109
Grade 3 ( berat ) 180-209 100-109
Grade 4 ( sangat >210 >120
berat )

3
4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darahterletak di pusat


vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut pada korda spinalis dan keluar dari kolumnna medulla
spinalis ke ganglia spinalis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di
hantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan astiskolin
yang akan meragasang serabut saraf pusat gangalia ke pembuluh darah, di mana
dilepaskan nya noropineprin mngakibatkan mengakibatkan kontraksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketepatan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap neropineprin, meskipun tidak di ketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan di mana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
yang mengakibatkan tambahan aktivitas konstraksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi adrenal serta mensekresi
kortisol dan steroid lainya. Yang dapat meperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal
yang kemudian menyebabkan pelepasan renin.renin merangsang pembentukan
angiotensin 1, uang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu
vasokontriksor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktir tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh
beberapa factor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis.gangguan sirkulasi.
Peningkan aktifitas tonus simpatis,menyebabkan vasokontraksi. Sedangkan
mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas, efek utama dari
penuaan norml terhadap system kardivaskuler meliputi perubahan aorta dan
pembuluh darah besar meningkat dan menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler
perifer,yang kemudian tahanan perifer meningkat. Factor lain yang juga berpengaruh
terhadap hipertensi yaitu kegemukan,yang akan mengakibatkan penimbun kolesterol
sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa
darah.rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap
melalui rokok.yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dsan mengakibtakan proses ateroskelosis dan tekanan darah

4
tinggi.komsumsi alcohol berlebihn dapat meningkatkan sel darah merah serta
kekentalan darah perperan dalam menaikan tekanan darah.

Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan air
dari dalam tubuh.volume darah dalam tubuh meningkat,sehingga tekanan darah juga
meningkat.jika penyebabnya adalah feokromositoma,maka didalam urine bias
ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormone (Rohaendi 2008)

5
Faktor predisposisi : jenis kelamin,merokok,stress, kurang
olah raga,genetic,alcohol,konsentrasi,garam, obesites Aliran darah makin cepat keseluruh
Beban kerja jantung
tubuh sedangkan nutrisi dalam sel
sudah mencukupi kebutuhan
Kerusakan vaskuler pembuluh darah HIPERTENSI Tekanan sistemik darah

Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situasional Metode kopig tidak efektif

Informasi yang minim Defisiensi pengetahuan Ketidak efektifan koping


Penyumbatan pembuluh darah
ansietas

vasokonstriksi Retensi pembuluh darah otak Nyeri kepala

Otak Suplai O2 ke otak Resiko ketidak efektifan perfusi


Gangguan surkulasi
jaringan otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi pemb darah ginjal Spesma arteriol


Sistemik Koroner

Blood flow darah Risiko cedera


Vasokonstriksi Iskemik miokard

Respon RAA Penurunan curah jantung


Afterload Nyeri

Merangsang aldosteron Kelebihan volume cairan Fatigue

6
Retensi Na Edema Intoleransi aktivitas
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis yang di temukan pada penderita hipertensi yaitu :
a. Sakit kepala
b. Jantung berdebar debar
c. Sulit bernafas setelah berkerja keras atau mengangkat beban berat
d. Mudah lelah
e. Penglihatan kabur
f. Wajah memerah
g. Hidung berdarah
h. Sering buang air kecil terutama pada malam hari ( Ruhyanudin , 2007)

Gejala-gejala yang mudah di amati lain gejala ringan yaitu :

a. Pusing atau sakit kepala


b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung

6. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada hipertesi di bedakan menjadi :

a) Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang di hubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertnsi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b) Gejala yang lazim
Sering di katakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis

7
h. Kesadaran menurun

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus hipertensi cukup beragam dan banyak di
modifikasi oleh berbagai masyarakat dan juga di bedakan berdasarkan :
Hipertensi indikasi khusus yaitu menggunakan obat anti hipertensi lainya
seperti diuretic, penghambat EKA, ARB, dan antogenesis Ca sesuai yang di
perlukan.
Hipertensi derajat 1 dengan tekanan darah sistolik 140-149 mmHg dan
tekanan diastolic 90-99 mmHg umumnya di berikan diuretic gol thaizide. Bisa
di pertimbangkan pemberian penghambat EKA, ARB, Antagonis Ca atau
kombinasi
Hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah sistolik besar sama dengan 160
mmHg dan tekanan diastolic 100-109 mmHg umumnya di berikan kombinai 2
macam obat biasanya diuretic gol thaizide dan penghambat EKA, atau ARB.
Namun jika sasaran tekanan darah tidak tercapai maka optimalkan dosis atau
penambahan jenis obat sampai target tekanan darah tercapai dan selalu
melakukan konsultasi pada spesialis hipertensi.

B. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Dalam riwayat keperawatan yang perlu di kaji yaitu :
1. Keluhan utama : sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tungkuk,
timbul perasaan seperti terputar dan serasa ingin jatuh.
2. Riwayat kesehatan terdahhulu : apakah ada anggota keluarga yang
memiliki penyakit yang sama atau penyakit bawaan ( genetic)
b. Pemeriksaan fisik, Data fokus
Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama, dan karekter
denyut apical dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi terhadap jantung dan
pembuluh darah perifer. Adapun aspek-aspek yang perlu di kaji yaitu :
a. Aktivitas dan istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Makanan/cairan
e. pernafasan

c. Pemeriksaan penunjang
8
a. Photo dada
b. CT scan
c. EKG
d. Pemeriksaan laboratorium : Hb/Ht, BUN
2. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia

miokard.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang

diderita klien.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses

penyakit.

9
C.INTERVENSI KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIANGOSA KEPERAWATAN
DX DAN KOLABORASI TUJUAN(NOC) INTERVENSI(NIC)
1 Resiko tinggi terhadap penurunan NOC : NIC :
curah jantung berhubungan   Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
dengan peningkatan afterload,   Circulation Status   Evaluasi adanya nyeri dada
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas   Vital Sign Status ( intensitas,lokasi, durasi)
ventrikuler, iskemia miokard Kriteria Hasil:   Catat adanya disritmia jantung
  Tanda Vital dalam rentang   Catat adanya tanda dan gejala
normal (Tekanan darah, penurunan cardiac putput
Nadi, respirasi)   Monitor status kardiovaskuler
  Dapat mentoleransi   Monitor status pernafasan yang
aktivitas, tidak ada menandakan gagal jantung
kelelahan   Monitor abdomen sebagai indicator
  Tidak ada edema paru, penurunan perfusi
perifer, dan tidak ada   Monitor balance cairan
asites   Monitor adanya perubahan tekanan
  Tidak ada penurunan kesadaran darah
  Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
  Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
  Monitor toleransi aktivitas pasien
  Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
  Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
  Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
  Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
  Monitor kualitas dari nadi
  Monitor adanya pulsus paradoksus
  Monitor adanya pulsus alterans
  Monitor jumlah dan irama jantung
  Monitor bunyi jantung
  Monitor frekuensi dan irama pernapasan

10
  Monitor suara paru
  Monitor pola pernapasan abnormal
  Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
  Monitor sianosis perifer
  Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
  Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

2. Intoleransi aktivitas berhubungan NOC : NIC :


dengan kelemahan,   Energy conservation Energy Management
ketidakseimbangan suplai dan   Self Care : ADLs   Observasi adanya pembatasan klien
kebutuhan oksigen Kriteria Hasil : dalam melakukan aktivitas
  Berpartisipasi dalam   Dorong anal untuk mengungkapkan
aktivitas fisik tanpa perasaan terhadap keterbatasan
disertai peningkatan   Kaji adanya factor yang menyebabkan
tekanan darah, nadi dan kelelahan
RR   Monitor nutrisi  dan sumber energi
  Mampu melakukan aktivitas tangadekuat
sehari hari (ADLs) secara   Monitor pasien akan adanya kelelahan
mandiri fisik dan emosi secara berlebihan
  Monitor respon kardivaskuler  terhadap
aktivitas
  Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
  Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
  Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
  Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
  Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
  Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
  Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
  Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
  Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
  Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual

11
3 Nyeri akut berhubungan dengan NOC : NIC :
peningkatan tekanan vaskuler   Pain Level, Pain Management
serebral   Pain control,   Lakukan pengkajian nyeri secara
  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
 Mampu mengontrol nyeri dan faktor presipitasi
(tahu penyebab nyeri,   Observasi reaksi nonverbal dari
mampu menggunakan ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi   Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengurangi nyeri, untuk mengetahui pengalaman nyeri
mencari bantuan) pasien
 Melaporkan bahwa nyeri   Kaji kultur yang mempengaruhi respon
berkurang dengan nyeri
menggunakan manajemen   Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
nyeri   Evaluasi bersama pasien dan tim
Mamampu mengenali nyeri kesehatan lain tentang ketidakefektifan
(skala, intensitas, frekuensi kontrol nyeri masa lampau
dan tanda nyeri)   Bantu pasien dan keluarga untuk
 Menyatakan rasa nyaman mencari dan menemukan dukungan
setelah nyeri berkurang   Kontrol lingkungan yang dapat
 Tanda vital dalam rentang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
normal pencahayaan dan kebisingan
  Kurangi faktor presipitasi nyeri
  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
  Ajarkan tentang teknik non farmakologi
  Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
  Tingkatkan istirahat
  Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
  Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
  Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
  Cek riwayat alergi
  Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
  Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
  Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
  Pilih rute pemberian secara IV, IM

12
untuk pengobatan nyeri secara teratur
  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
  Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

4 Cemas berhubungan dengan krisis Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction


situasional sekunder adanya keperawatan selama 3 x 24 jam,      Gunakan pendekatan yang
hipertensi yang diderita klien cemas pasien berkurang dengan menenangkan
kriteria hasil:   Nyatakan dengan jelas harapan
 Anxiety Control terhadap pelaku pasien
 Coping   Jelaskan semua prosedur dan apa yang
 Vital Sign Status dirasakan selama prosedur
 Menunjukan teknik untuk   Temani pasien untuk memberikan
mengontrol cemas  keamanan dan mengurangi takut
teknik nafas dalam   Berikan informasi faktual mengenai
 Postur tubuh pasien rileks diagnosis, tindakan prognosis
dan ekspresi wajah tidak   Dorong keluarga untuk menemani anak
tegang   Lakukan back / neck rub
 Mengungkapkan cemas   Dengarkan dengan penuh perhatian
berkurang   Identifikasi tingkat kecemasan
 TTV dbn   Bantu pasien mengenal situasi yang
TD = 110-130/ 70-80 mmHg menimbulkan kecemasan
RR = 14 – 24 x/ menit   Dorong pasien untuk mengungkapkan
N   = 60 -100 x/ menit perasaan, ketakutan, persepsi
S    = 365 – 375 0C   Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
  Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan kurangnya   Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
informasi tentang proses penyakit   Kowledge : health Behavior   Berikan penilaian tentang tingkat
Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang proses
  Pasien dan keluarga penyakit yang spesifik
menyatakan pemahaman   Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
tentang penyakit, kondisi, bagaimana hal ini berhubungan dengan
prognosis dan program anatomi dan fisiologi, dengan cara
pengobatan yang tepat.
  Pasien dan keluarga   Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
mampu melaksanakan muncul pada penyakit, dengan cara
prosedur yang dijelaskan yang tepat
secara benar   Gambarkan proses penyakit, dengan
  Pasien dan keluarga cara yang tepat
mampu menjelaskan   Identifikasi kemungkinan penyebab,
kembali apa yang dengna cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim   Sediakan informasi pada pasien tentang
kesehatan lainnya. kondisi, dengan cara yang tepat
  Hindari harapan yang kosong
  Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
  Diskusikan perubahan gaya hidup yang

13
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
  Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
  Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
  Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
  Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
  Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat

1. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah sebuah fase di mana perawat melakukan
intervensi keperawatan yang sudah di rencanakan sebelumnya. Berdasarkan
terminology NIC implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang di gunakan untuk melakukan
intervensi ( Menurut kozier 2010)
2. Evaluasi
Evalusi keperawatan adalah fase kelima atau terakhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi dapat berupa evalusi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan
evaluasi sumatif di lakukan setelah program selesai dan mendapapatkan informasi
efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan di dokuentasikan
dalam bentuk SOAP ( Subjek, objek, assessment, planning). Evaluasi yang di

14
harapkan sesuai dengan masalah yang klien hadapi yang telah di buat pada
perencanaan tujuan fan criteria hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:

Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New

Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima

Medika

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

15
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC

https// Academia.edu Laporan pendahuluan hipertensi

Asuhan keperawatan praktis nanda NIC-NOC

16

Anda mungkin juga menyukai