Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KASUS HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

RIZA FEBRINA RAHMAYANTI


026 SYE 16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG D III

MATARAM

2018
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KASUS HIPERTENSI

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg.
Menurut WHO, tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.

2. Klasifikasi
1) Klasifikasi hipertensi menurut WHO dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Tingkat I yaitu tekanan darah meningkat tanpa gejala dari gangguan atau
kerusakan kardiovaskuler.
b. Tingkat II yaitu tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,
tetapi yanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau
organ lain.
c. Tingkat III yaitu tekanan darah meningkat dengan gejala-gejala yang
jelas dari kerusakan dan gangguan faal dari target organ.
2) Klasifikasi hipertensi menurut JVC VII, sebagai berikut :
a. Kategori tekanan sistolik (mmHg) tekanan distolik (mmHg)
b. Normal < sbp = “sistole” pressure= “DBP”>= 160 dan DBP >=100
mmHg.
3) Klasifikasi hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan kita Jakarta, yaitu
sebagai berikut :
a. Hipertensi ringan yaitu tekanan darah diastolik 90-100 mmHg
b. Hipertensi sedang yaitu tekanan darah diastolik 105-114 mmHg
c. Hipertensi berat yaitu tekanan darah diastolik >115 mmHgg.
d. Hipertensi maligna/krisis yaitu tekanan darah diastolik > 120 mmHg,
yang disertai gangguan fungsi target organ.
e. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik >160 mmHg. Hipertensi
sistolik dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi emergensi akut yaitu hipertensi
yang membahayakan jiwa, terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ
target. yang kedua yaitu hipertensi urgensi merupakan hipertensi berat
tanpa ada gangguan organ target akan tetapi tekanan darah perlu
diturunkan dengan segera atau secara bertahap dalam waktu 24-48 jam,
sebab penurunan tekanan darah dengan cepat akan mengakibatkan efek
ischemik pada organ target.
4) Klasifikasi hipertensi pada lansia berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.

5) Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan


rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure” sebagai
berikut:
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan
pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1) Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:


a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :


a. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alkohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :


1) Ginjal
a. Glomerulonefritis
b. Pielonefritis
c. Nekrosis tubular akut
d. Tumor
2) Vascular
a. Aterosklerosis
b. Hiperplasia
c. Trombosis
d. Aneurisma
e. Emboli kolesterol
f. Vaskulitis
3) Kelainan endokrin
a. DM
b. Hipertiroidisme
c. Hipotiroidisme
4) Saraf
a. Stroke
b. Ensepalitis
c. SGB
5) Obat-obatan
a. Kontrasepsi oral
b. Kortikosteroid

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer. Pada usia lanjut perlu diperhatikan
kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis
sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer.
Pathway

umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi sistemik koroner Spasme


pembuluh otak pembuluh darah arteriole
darah otak menurun ginjal
vasokonstriksi Iskemi
diplopia
miocard
Blood flow
Nyeri Gangguan sinkop munurun
kepala pola tidur Afterload
meningkat Nyeri dada Resti injuri

Respon RAA
Gangguan
perfusi Penurunan curah Fatique
jaringan Rangsang jantung
aldosteron
Intoleransi
aktifitas
Kelebihan volume cairan
Retensi Na

edema
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Jantung berdebar-debar
e. Gelisah
f. Penglihatan kabur
g. Vertigo (dunia terasa berputar)
h. Mual
i. Muntah
j. Kelemahan otot
k. Epistaksis (mimisan)
l. Kesadaran menurun

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor– factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
a. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
b. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
a) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
b) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
c) Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
h. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter
i. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
j. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
k. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.

7. Penetalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1) Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip
yaitu :
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
c) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
2) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite
Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Committee On Detection, Evaluation
And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya
meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
a) Dosis obat pertama dinaikkan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
a) Obat ke-2 diganti
b) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
(perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya.
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya.
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter.
e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu.
f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita.
g. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah.
i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari.
j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi.
k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal.
l. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering.
n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
o. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin (Pada hipertensi lansia laki-laki lebih sering
menderita), umur (karena bertambahnya usia maka TD semakin meningkat
disebabkan oleh penurunan fungsi organ), alamat, agama, ras/suku bangsa
(Hipertensi lebih sering terjadi pada ras kulit hitam dari pada putih), bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, no.
Register, tanggal masuk rumah sakit, alasan berobat ke fasilitas kesehatan serta
harapan klien.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya lansia dengan hipertensi akan mengeluhkan pusing dan nyeri pada
kepala.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk menunjang
keluhan utama klien. Tanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul
seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada
pengkajian klien hipertensi biasanya didapatkan keluhan mengalami pusing
dan nyeri kepala.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah di alami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah
klien mengalami DM, stres adanya kelainan jantung, adakah riwayat
merokok dll.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada klien apakah ada anggota kelaurga yang mempunyai riwayat
penyakit yang sama/hipertensi, DM dll.
c. Pola Fungsi Menurut Gordon
a) Aktivitas / istirahat
Gejala :
Kelemahan, letih, napas pendek dan gaya hidup monoton
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler
Tanda :
Kenaikan TD, Nadi : denyutan jelas, Frekuensi / irama : takikardia,
berbagai disritmia, Bunyi jantung murmur, Distensi vena jugularis,
Ekstermitas Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),
pengisian kapiler mungkin lambat.
c) Integritas Ego
Gejala :
Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
Letupan suasana hati, Gelisah, Penyempitan kontinue perhatian, Tangisan
yang meledak, otot muka tegang ( khususnya sekitar mata ), Peningkatan
pola bicara
d) Eliminasi
Gejala :
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )
e) Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,
glikosuria
f) Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada satu
sisi tubuh, gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia ), episode
epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan ), Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman, Perubahan
retinal optik
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
Nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen
h) Pernapasan
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda :
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan ( krekles, mengi ), sianosis
i) Keamanan
Gejala :
Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda :
Episode parestesia unilateral transien
j) Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal, faktor resiko etnik, penggunaan pil kb atau
hormon lain, penggunaan obat / alkohol.
2. Diagnosa
1) Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
3) Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan adanya tahanan pembuluh darah.
4) Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
5) Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
6) Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya
hipertensi yang diderita klien
7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit.
3. Intervensi
No.Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 1. Untuk mengalihkan rasa nyeri.
Tujuan : 1. Berikan tindakan nyaman, misalnya 2. Untuk mengurangi rasa nyeri klien.
pijatan punggung, ciptakan lingungan 3. Untuk membantu meringankan
Setelah dilakukan tindakan yang tenang. kecemasan klien
keperawatan selama ...x24 jam 2. Ajarkan tekhnik relaksasi, distraksi. 4. Untuk meningaktkan kesehatan
diharapkan nyeri bisa teratasi. 3. Kontrol lingkungan yang dapat tubuh.
mempengaruhi nyeri seperti suhu, 5. Untuk mengetahui keadaan umum
Kriteria Hasil: pencahayaan dan kebisingan. klien
1. Klien tampak rileks. 4. Anjurkan untuk meningkatkan istirahat. 6. Untuk mengurangi rasa nyeri klien
2. Klien mampu 5. Monitor tanda-tanda vital
tidur/istirahat dengan 6. Kolaborasi pemberian obat nyeri.
tenang.
3. Klien tidak gelisah, tidak
merintih

2 Setelah di lakukan tindakan 1. Auskultasi TD: di bandingkan kedua 1. Hipotensi dapat terjadi sampai
keperawatan selama...x24 jam di lengan, ukur dalam keadaan berbaring, dengan dispungsi vertikel, hipertensi
harapkan penurunan curah jantung dudu, atau berdiri bila memungkinkan . juga penomena umum sampai dengan
tidak terjadi dengan kreteria hasil: 2. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi . nyeri cemas pengeluaran
1. Stabilitas hemodinamik 3. Catat murmur katekolamin.
baik (tekanan darah 4. Pantau frekuensi jantung dan irama 2. Penurunan curah jantung
dalam batas normal). 5. Kolaborasi berikan O2 tambahan sesuai mengakibatkan menurunnya
2. Curah jantung kembali indikasi kekuatan nadi.
meningkat 3. Menunjukkan gangguan aliran darah
3. Input dan outpt sesuai dalam jantung (kelainan katub,
4. Tidak menunjukkan kerusakan septum, atau pebrasi otot
tanda-tanda disritmia papilar).
4. Perubahan frekuensi dan irama
jantung menunjukan komplikasi
disritmia.
5. Oksigen yang dihirup akan lansunng
meningkatakan saturasi oksigen
darah.

3 1. Mengetahui keadaan umum pasien.


Setelah di lakukan tindakan NIC 2. Mengetahui adanya resiko peningkatan
keperawatan selama...x24 jam di TIK
harapkan perfusi jaringan serebral Circulatory care 3. Mengetahui adanya resiko peningkatan
teratasi dengan kreteria hasil: TIK
1. Monitor vital sign
2. Monitor status neurologi 4. Peningkatan aliran vena dari kepala
3. Monitor status hemodinamik menyebabkan penurunan TIK
NOC Outcome : 4. Posisikan kepala klien head Up 30o 5. Mengurangi edema cerebri
5. Kolaborasi pemberian manitol sesuai order
- Perfusi jaringan cerebral
- Balance cairan

Client Outcome :

- Vital sign membaik


Fungsi motorik sensorik membaik
4 1. Berikan lingkungan yang aman misalnya 1. menghindari cedera akibat kecelakaan
Setelah dilakukan tindakan menaikkan restrain, menggunakan atau terjatuh.
keperawatan selama ...x24 jam, pegangan tangga pada toilet. 2. istirahat dianjurkan untuk mencegah
pasien dapat melakukan aktivitas 2. Pertahankan istirahat tirah baring atau kelelahan dan mempertahankan
yang dapat ditoleransi dengan duduk. kekuatan.
kriteria hasil : mendemonstrasikan 3. Kolaborasi : konsul dengan fisioterapi. 3. Berguna dalam memformulasikan
perilaku yang memungkinkan program latihan.
melakukan aktivitas

5 1. Kaji pola tidur pasien 1. Mengkaji pola tidur pasien


Setelah dilakukan perawatan 2. Kondisikan suasana lingkungan yang 2. Mengkondisikan suasana lingkungan
selama ..x24 jam klien dapat tenang dan kondusif yang tenang dan kondusif
menyesuaikan pola tidur dengan 3. Beri minum air hangat kepada pasien 3. Memberikan minum air hangat kepada
kebutuhan istirahatnya sebelum tidur pasien sebelum tidur
4. Ajarkan pasien untuk melakukan relaksasi 4. Mengajarkan pasien untuk melakukan
sebelum tidur untuk mengurangi nyeri relaksasi sebelum tidur untuk
Kriteria hasil : 5. Beri obat analgesik mengurangi nyeri
5. Memberikan obat analgesic
1. Pasien mengatakan tidurnya
cukup
2. Pasien mengatakan tidurnya
nyenyak karena nyeri di
kepala berkurang
6 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tingkat kecemasan 1. Mengetahui tingkat kecemasan klien.
keperawatan selama …x24 jam 2. Jelaskan dengan sederhana tentang 2. Untuk mengurangi tingkat kecemasan
diharapkan ansietas bisa teratasi. tindakan yang akan di lakukan tujuan, klien
Kriteria Hasil : manfat. 3. Mengurangi kecemasan
1. Klien Tidak cemas lagi. 3. Berikan reinforcement untuk prilaku yang 4. Persepsi klien mempengaruhi
2. Klien rileks Dan tidak bingung positif. intensitas cemasnya
lagi 4. Kaji respon psikologis klien terhadap 5. Perubahan tanda vital menimbulkan
3. Klien dapat mengungkapkan kehamilan perubahan pada respon fisiologis
secara verbal rasa cemasnya 5. Kaji respon fisiologis klien( takikardia, 6. Ungkapan perasaan dapat mengurangi
dan mengatakan perasaan takipnea, gemetar ) cemas
cemas berkurang atau hilang. 6. Bantu klien mengidentifikasi rasa 7. Untuk meminimalisir kecemasan
cemasnya 8. Keluarga bisa membuat klien lebih
7. Jelaskan pentingnya keluarga pada masa merasa lebih nyaman.
kehamilan 9. Meningkatkan kepercayaan klien.
8. Libatakan keluarga untuk mendampingi 10. Mengidentifikasi peneyebab
klien kecemasan
9. Gunakan pendekatan yang
menyenangkan
10.Dorong klien untuk mrngungkapkan
perasaan, ketakutan dan persepsi
7 1. Memberikan pengetahuan dimana
Setelah dilakukan tindakan NIC klien dapat membuat pilihan
keperawatan selama 3x24 jam berdasarkan informasi dan kesempatan
diharap pengetahuan pasien 1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakit dan untuk menjelaskan kesalahan konsepsi
bertambah dengan harapan masa datang. mengenai situasi individu
2. Kaji program diet sesuai individual. 2. Informasi yang jelas dapat
Kriteria hasil: 3. Jelaskan secara singkat dan sederhana meningkatkan kerjasama klien dan
mengenai:
keluarga dalam proses keperawatan
1. Melakukan prosedur - Pengertian hiperetensi 3. Menambah pengetahuan klien.
yang diperlukan. 4. Untuk menghindariterjadinya
2. Memulai perubahan gaya - Penyebab hipertensi kekambuhan.
hidup. 5. Untuk mencegah resiko terjadinya
3. Ikut serta dalam proses - Tanda dan gejala
hipertensi.
keperawatan. - Penanganan hipertensi

- Pencegahan hipertensi

4. Diskusikan program obat -obatan hindari


obat yang dijual bebas dan membaca semua
label produk/kandungan dalam makanan.
5. Diet rendah garam dan mengindari alkohol
dan merokok.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi
1) Nyeri ( sakit kepala ) dapat teratasi
2) Penurunan curah jantung dapat tertasi.
3) Resiko perubahan perfusi jaringan tidak terjadi.
4) Intoleransi aktifitas tidak terjadi.
5) Gangguan pola tidur teratasi.
6) Kecemasan/ansietas terarasi.
7) Kurangnya pengetahuan teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC

Kowalak, Jenifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Ode, Sharif La. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berdasarkan Nan, Nic, Dan Noc
Dilengkapi Teori Dan Contoh Kasus Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai