R
DENGAN DIAGNOSA GOUT ARTHRITIS DI JAGA
VII DESA KEMBES 1 KECAMATAN TOMBULU
KABUPATEN MINAHASA
OLEH:
NI WAYAN IRJAYANTI
NIM. 15140085
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktek kerja lapangan (PKL) yaitu Asuhan Keperawatan pada Keluarga
Ny. R.R dengan Diagnosa Gout Arthritis di Jaga VII Desa Kembes I Kecamatan
Tombulu Kabupaten Minahasa.
Laporan praktek kerja lapangan (PKL) yaitu Asuhan Keperawatan pada
Keluarga Ny. R.R dengan Diagnosa Gout Arthritis di Jaga VII Desa Kembes I
Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa ini dibuat untuk melengkapi tugas
praktek kerja lapangan pada kegiatan belajar mengajar Tk. III Semester VI.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Nurfiana Matfiqih, S.Kep., Ns selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).
Ni Wayan Irjayanti
i
DAFTAR ISI
A. PENGERTIAN ..................................................................................... 10
B. ETIOLOGI ........................................................................................... 10
C. PATOFISIOLOGI ................................................................................ 12
G. KOMPLIKASI ..................................................................................... 15
A. PENGKAJIAN ..................................................................................... 18
ii
C. PERENCANAAN ................................................................................ 23
D. IMPLEMENTASI ................................................................................ 27
E. EVALUASI .......................................................................................... 28
iii
BAB I
KONSEP KELUARGA
A. Definisi Keluarga
B. Ciri-ciri Keluarga
1
C. Tipe Keluarga
Pembagian tipe ini bergabung kepada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan.
1. Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga
yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orangtua
campuran atau orangtua istri.
2. Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier
tunggal atau karier keduanya.
3. Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari
penceraian.
4. Bujangan dewasa sendirian.
5. Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orangtua yang berhubungan.
6. Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anak-
anaknya sudah berpisah.
D. Struktur Keluarga
1. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudara
sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
2
5. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
ROLE
K
O
P M
O STRUKTUR U
W N
E KELUARGA
I
R K
A
S
NILAI/NORMA I
1. Patriakal
Pemegang kekuasaan didasarkan pada garis keturunan laki-laki.
2. Matriakal
Kekuasaan didasarkan pada garis keturunan perempuan.
3. Equalitarian/egalitarian
Kekuasaan didasarkan keputusan bersama antara laki-laki dan perempuan.
F. Peranan Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam
situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga
adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks
keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat prilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi
dan situasi tertentu.
3
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain
adalah :
1. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok social
tertentu.
2. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga
dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
3. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, sosial dan spiritual.
G. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
Artinya adalah fungsi untuk reproduksi, pemeliharaan dan membesarkan
anak, memberi makan, mempertahankan kesehatan dan rekreasi. Prasyarat
yang harus dipenuhi untuk fungsi ini adalah pengetahuan dan pemahaman
tentang manajemen fertilitas, kesehatan genetik, perawatan selama hamil,
perilaku konsumsi yang sehat, serta melakukan perawatan anak.
2. Fungsi Ekonomi
Adalah fungsi untuk memenuhi sumber penghasilan, menjamin keamanan
financial anggota keluarga dan menentukan alokasi sumber yang
diperlukan. Prasyarat untuk memenuhi fungsi ini adalah keluarga
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sesuai serta tanggung
jawab.
3. Fungsi Psikologis
Adalah fungsi untuk menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan
4
perkembangan kepribadian secara alami, guna memberikan perlindungan
psikologis yang optimum. Prasyarat yang harus dipenuhi untuk
melaksanakan fungsi ini adalah emosi stabil, perasaan antar anggota
keluarga baik, keterampilan untuk mengatasi, stres dan krisis.
4. Fungsi Edukasi
Adalah fungsi untuk mengajarkan keterampilan, sikap dan pengetahuan.
Prasyarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan fungsi ini adalah
anggota keluarga harus mempunyai tingkat intelegensi yang meliputi
pengetahuaan, keterampilan serta pengalaman yang sesuai.
5. Fungsi Sosiokultural
Adalah fungsi untuk melaksanakan transfer nilai-nilai yang berhubungan
dengan prilaku, tradisi/adat dan bahasa. Prasyarat yang dipenuhi adalah
keluarga harus mengetahui standar nilai yang dibutuhkan, memberi contoh
norma-norma prilaku serta mempertahankannya.
1. Fungsi Efektif
Yaitu perlindungan psikologis, rasa aman, interaksi, mendewasakan dan
mengenal identitas diri individual.
2. Funsi Sosialisasi Peran
Yaitu fungsi dan peran dimasyarakat, serta sasaran untuk kontak social di
dalam atau luar rumah.
3. Fungsi Repoduksi
Adalah menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup
masyarakat.
4. Fungsi Memenuhi Kebutuhan Fisik Dan Perawatan
Merupakan pemenuhan sandang, pangan dan papan serta perawatan
kesehatan.
5. Fungsi Ekonomi
Adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana, pengalokasian dana serta
pengaturan keseimbangan.
5
I. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Tahap I
a. Membangun perkawinan yang saling
( keluarga Baru)
memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman, kelompok dan sosial.
c. Keluarga berencana (keputusan tentang
kedudukan sebagai orang tua).
d. Mendiskusikan recana mempunyai
anak.
6
Tahap II a. Persiapan menjadi orang tua.
(kelahiran anak pertama)
b. Adaptasi dengan perubahan anggota
keluarga peran, interaksi, hubungan
seksual dan kegiatan
c. Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan.
Tahap III
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
(Keluarga Dengan Anak
Prasekolah). seperti rumah, ruang bermain, privasi
dan keamanan.
b. Mengsosialisasikan anak.
c. Menginteraksi anak yang baru lahir
sementara tetap memenuhi kebutuhan.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga (hubungan perkawinan
dan orang tua, anak dan di luar
keluarga besar dan komunitas).
7
Tahap V a. Menyeimbangkan kebebasan dengan
(Keluarga Dengan Anak
tanggung jawab ketika remaja menjadi
Remaja).
dewasa dan semakin mandiri.
b. Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-
anak.
c. Perubahan sistem peran dan peraturan
untuk tumbuh kembang keluarga.
a. Memperluas siklus keluarga dengan
Tahap VI memasukkan anggota keluarga baru
(Keluarga Melepas Anak yang didapat melalui perkawinan anak-
Dewasa) anak.
b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
c. Membantu orang tua sakit-sakitan dari
suami maupun istri.
Tahap VII
a. Menyediakan lingkungan yang
(Orang Tua Usia
Pertengahan) meningkatkan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan-hubungan
yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lansia dan anak.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan.
Tahap VIII
(Keluarga Lansia)
a. Mempertahankan pengaturan hidup
b. yang memuaskan.
c. Menyediakan terhadap pendapatan
yang menurun.
d. Mempertahankan hubungan
perkawinan.
e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan
8
pasangan.
f. Mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi
g. Meneruskan untuk memahami
eksistansi mereka.
9
BAB II
KONSEP DASAR GOUT ARTRITIS
A. Pengertian
B. Etiologi
b) Faktor usia
Gout umumnya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang berusia
diatas 40 tahun. Setelah memasuki masa pubertas, pria memiliki resiko
gout lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Jumlah total penderita
gout pada pria lebih banyak dibandingkan dengan kaum wanita. Ketika
memasuki usia paruh baya, jumlahnya menjadi sebanding antar apria
dan wanita. Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat
10
seseorang berusia 75 tahun, setelah berusia di atas 75 tahun, resiko
gout semakin menurun, bahkan tidak ada resiko sama sekali. Kecuali,
jika penyakit tersebut merupakan perkembangan dari penyakit gout
kronis yang sebelumnya telah dialami.
c) Dehidrasi
Kekurangan cairan didalam tubuh akan menghambat ekskresi asam
urat. Pada dasarnya semua cairan itu adalah pelarut. Namun, daya larut
setiap cairan berbeda-beda. Air yang memiliki daya larut paling tinggi
adalah air putih. Air putih dapat melarutkan semua zat yang larut di
dalam cairan, termasuk asam urat. Air diperlukan sebagai pelarut asam
urat yang dibuang atau diekskresi melalui ginjal bersama urine. Jika
tubuh kekurangan air,maka akan menghambat ekskresi asam urat
sehingga memicu peningkatan asam urat. Saat volume cairan tubuh
kurang, maka sampah sisa metabolisme pun akan menumpuk.
Penumpukan asam urat dan sisa metabolisme itulah yang
menimbulkan nyeri di persendian.
d) Makan berlebihan
Asupan purin dari makanan akan menambah jumlah purin yang
beredar di dalam tubuh.secara teknis, penambahan purin yang beredar
di dalam darah tergantung pada jumlah purin yang berasal dari
makanan. Artinya, semakin banyak mengkonsumsi purin, semakin
tinggi kadar asam urat (produk akhir metabolisme purin) dalam tubuh.
e) Konsumsi alkohol
Sejumlah studi mengatakan konsumsi alkohol memiliki pengaruh
sangat besar dalam meningkatkan prevalensi gout pada penggemar
alkohol. Dampak buruk alkohol akan semakin nyata pada individu
yang mengalami obesitas.
f) Pasca operasi
Seseorang yang telah menjalani operasi beresiko mengalami kenaikan
kadar asam uratsesaat. Karena penurunan jumlah air yang mereka
konsumsi pasca-operasi menyebabkan ekskresi asam urat terhambat
untuk sementara waktu.
11
C. Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari
7,0 mg/dl [SI0,4 µmol/L) dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan
penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan
dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar asam urat serum. Kalau
kristal urat mengendap dalam sebuah sendi respons inflamasi akan terjadi dan
serangan gout dimulai. Dengan serangan yang berulang, penumpukan kristal
natrium urat yang dinamakan tous akan mengendap dibagian perifer tubuh
seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan
penyakit renal kronis yang terjadi sekunder akibat penumpukan urat dapat
timbul.
D. Pemeriksaan Diagnostik
12
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi
dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24
jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka
level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam
mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan
serum asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan
peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin
normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas
purin pada waktu itu diindikasikan.
5) Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang
tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
6) Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan
menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah
penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada
tulang yang berada di bawah sinavial sendi.
E. Manifestasi Klinis
Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan pembengkakan
pada sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang sering terkena adalah
persendian kecil pada basis dari ibu jari kaki. Beberapa sendi lain yang dapat
terkena ialah pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan, dan
siku. Pada serangan akut penderita gout dapat menimbulkan gejala demam dan
nyeri hebat yang biasanya bertahan berjam-jam sampai seharian, dengan atau
tanpa pengobatan. Seiring berjalannya waktu serangan artritis gout akan
timbul lebih sering dan lebih lama.
13
suara (sangat jarang terjadi).
F. Penatalaksanaan Medis
a. Olahraga aerobik/senam
c. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan
14
frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan
bernafas dengan perlahan dan nyaman. Periode relaksasi yang teratur
dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang
terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri.
d. Obat-obatan
G. Komplikasi
15
peradangan juga dapat disertai demam yang ringan. Serangan akut
biasanya puncaknya 1-2 hari sejak serangan pertama kali. Namun pada
mereka yang tidak diobati, serangan dapat berakhir setelah 7-10 hari.
Serangan biasanya berawal dari malam hari. Awalnya terasa nyeri
yang sedang pada persendian. Selanjutnya nyerinya makin bertambah
dan terasa terus menerus sehingga sangat mengganggu. Biasanya
persendian ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah
merupakan persendian yang pertama kali terkena. Persendian ini
merupakan bagian yang umumnya terkena karena temperaturnya lebih
rendah dari suhu tubuh dan kelarutan monosodium uratnya yang
berkurang. Trauma pada ekstremitas bawah juga dapat memicu
serangan. Trauma pada persendian yang menerima beban berat tubuh
sebagai hasil dari aktivitas rutin menyebabkan cairan masuk ke
sinovial pada siang hari. Pada malam hari, air direabsobsi dari celah
sendi dan meninggalkan sejumlah MSU.tofi pada kedua tangan.
Serangan gout akut berikutnya biasanya makin bertambah sesuai
dengan waktu. Sekitar 60% pasien mengalami serangan akut kedua
dalam tahun pertama, sekitar 78% mengalami serangan kedua dalam 2
tahun. Hanya sekitar 7% pasien yang tidak mengalami serangan akut
kedua dalam 10 tahun. Pada gout yang menahun dapat terjadi
pembentuk tofi. Tofi adalah benjolan dari kristal monosodium urat
yang menumpuk di jaringan lunak tubuh. Tofi merupakan komplikasi
lambat dari hiperurisemia. Komplikasi dari tofi berupa nyeri,
kerusakan dan kelainan bentuk jaringan lunak, kerusakan sendi dan
sindrom penekanan saraf.
16
bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil
dari penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi
tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan
asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal
ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat
menyebabkan gangguan ginjal kronik.
17
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN GOUT ARTHRITIS
A. Pengkajian
1. Data umum
Hub
Jenis Status
No Nama dgn umur Pendidikan ket
kelamin imunisasi
KK
f. Tipe keluarga
g. Suku bangsa
h. Agama
i. Status sosial ekonomi keluarga
j. Aktivitas rekreasi keluarga
k. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi:
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
l. Riwayat keluarga inti
m. Riwayat keluarga sebelumnya
2. Pengkajian lingkungan
18
Pengkajian lingkungan meliputi :
a. Karakteristik rumah.
b. Karakteristik tetangga dan komunikasi RW.
c. Mobilitas geografis keluarga.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
3. Struktur keluarga
Struktur keluarga meliputi :
a. System pendukung keluarga
b. Pola komunikasi keluarga
c. Struktur kekuatan keluarga
d. Struktur peran
e. Nilai atau norma keluarga
4. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga yang dikaji meliputi :
a. Fungsi Afektif
b. Fungsi Sosialisasi
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
d. Fungsi Reproduksi
e. Fungsi Ekonomi
b. Stress dan Koping Keluarga
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
6. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
19
masalah.
20
6) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
7) Perubahan pemeliharaan kesehatan.
8) Kurang pengetahuan.
9) Isolasi sosial.
10) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
11) Ketida patuhan.
12) Gangguan identitas keperibadian.
3. Perioritas masalah
Setelah merumuskan masalah tahap berikutnya merumuskan prioritas
masalah adalah menentukan dignosa yang menjadi prioritas. Prioritas dilihat
dari angka yang paling tinggi sampai angka paling rendah.
Table 3 skala prioritas masalah keluarga
21
b) kemungkinan masalah dapat
diubah
skala :
(1) Dengan mudah
(2) Sebagian 2 2
(3) Tidak dapat 1
0
c) c) Potensi masalah
Skala :
a) Tinggi 2
b) Cukup 1 1
c) Rendah 0
d) Menonjolnya masalah untuk
diubah
Skala :
a) Masalah berat harus 3
diatasi 1
b) Masalah yang tidak perlu
harus diatasi 2
c) Masalah tidak dirasakan 1
Sumber : bailon dan magiaya 2012
Keterangan :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.
Skor
× Bobot
Angka Tertinggi
3. Jumlah skor untuk semua kriteria.
4. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.
22
kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai kesehatan.
(3) Status krisis
Perkawinan, kehamilan, persalinan, masa nifas, menjadi
orang tua, penambahan anggota keluarga/baby.
b) Kriteria II
Yaitu kemungkinan masalah dapat diubah. Dalam menentukan
hal tersebut, perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor
sebagai berikut :
(1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan
untuk menangani masalah.
(2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik keuangan.
(3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan
keterampilan dan waktu.
(4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam bentuk masyarakat.
c) Kriteria III
(1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah.
(2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu terjadi.
(3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah.
(4) Adanya sekelompok “High Risk” atau kelompok yang
sangat peka menambah potensial untuk mencegh masalah.
d) Kriteria IV
Yaitu menonjolkan masalah, perawat perlu menilai persepsi
atau bagaimana kelurga melihat masalah kesehatan tersebut.
C. Perencanaan
23
dilengkapi dengann rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar.
Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (marusable), dapat
dicapai (achievable), rasional dan menunjukan waktu (SMART).
Rencana intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Wright dan Leahey
dalam Friedman (2012) membagi intervensi keperawatan keluarga
menjadi dua tingkatan intervensi, yaitu intervensi pemulaan dan
intervensi lanjut. Intervensi permulaan meliputi intervensi yang bersifat
suportif, edukatif dan langsung kea rah sasaran, sedangkan pada tingkat
lanjut, meliputi sejumlah intervensi terapi keluarga yang lebih bersifat
psikososial dan tidak langsung.
a. Intervensi supplemental
Perawat sebagai pemberi perawatan langsung dengan mengintervensi
bidang-bidang yang keluarga tidak dapat melakukannya.
b. Intervensi Fasilitatif
Perawat berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan keluarga
seperti pelayanan medis, kesejahteraan social, transportasi dan
pelayanan kesehatan di rumah.
c. Intervensi perkembangan
Perawat melakukan tindakan dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung
jawab pribadi. Perawat membantu keluarga memanfaatkan sumber-
sumber perawatan untuk keluarga termasuk dukungan internal dan
eksternal.
d. Selanjutnya intervensi keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi
yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku).
24
rawan, prolifera synovia dan pembentukan panus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri klien
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
1) Klien menyatakan tidak terdapat nyeri (nyeri pada sendi).
2) Pasien tidak terlihat meringis.
3) Skala nyeri menurun (misalnya menjadi 3 dari yang kemarin 6).
No Intervensi No Rasional
1) Kaji nyeri secara komperhensif 1) Untuk menentukan
meliputi lokasi, karakteristik, intervensi dan mengetahui
skala, intensitas (dengan skala efek terapi.
0-10), durasi, kualitas dan
pemberat nyeri.
2) Atur posisi tidur yang nyaman 2) Posisi yang nyaman dapat
bagi pasien menurunkan nyeri
3) Anjurkan klien untuk 3) Teknik relaksasi dapat
melakukan teknik relaksasi, mengalihkan perhatian
seperti menarik napas dalam, klien, sehingga dapat
mendengarkan musik, menurunkan nyeri.
menonton TV dan membaca
4) Kolaborasi dalam pemberian 4) Untuk menghilangkan nyeri.
terapi.
25
aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
1) Tidak mengalami kontraktur sendi.
2) Kekuatan otot bertambah.
3) Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan
mempertahankan koordinasi optimal.
No Intervensi No Rasional
No Internensi No Rasional
1) Kaji pengetahuan klien 1) Mempermudah dalam
tentang penyakitnya memberikan penjelasan
pada klien
26
2) Jelaskan tentang proses 2) Meningkatan pengetahuan
dan mengurangi cemas
penyakit (tanda dan gejala),
identifikasi kemungkinan
penyebab. Jelaskan kondisi
tentangklien
3) Jelaskan tentang program 3) Mempermudah intervensi
pengobatan dan alternatif
pengobantan
4) Diskusikan perubahan gaya 4) Mencegah keparahan
hidup yang mungkin penyakit
digunakan untuk mencegah
komplikasi
5) Tanyakan kembali 5) Meriview apakah klien
pengetahuan klien tentang sudah paham dengan
penyakit, prosedur penyakitnya
perawatan dan pengobatan
D. Implementasi
27
E. Evaluasi
28
BAB IV
TINJAUAN KASUS
29
DAFTAR PUSTAKA
30