Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH STUDI ISLAM I

“Akhak Dalam Berkeluarga”

Dosen Pengampu :

Bayu Dwi Cahyono, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Mellinta Saegi Mebiana (1711050069)


2. Cintya Deasy Prasetyaningrum (1711050070)
3. Linda Andriyani (1711050071)

PROGAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 urgensi keluarga dalam hidup manusia ………………………………............ 3

2.2 Akhlaq suami-istri ………………………………………………................... 4

2.3 Akhlaq orang tua terhadap anak ..............………………………............... ..... 7

2.4 Akhlaq anak terhadap orong tua ………………………………………............ 9

2.5 Membangun keluarga sakinah ……………………………........................ ...... 13

2.6 Larangan kekerasan dalam rumah tangga ………………........................... ...... 16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………..................... 18

DAFTAR PUSTAKA……………………………...................................................... 19

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas petunjuk, rahmat dan hidayahnya, penulis
dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam tanpa ada halangan apapun sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang
kami baca dari buku dan internet.
Makalah Pendidikan Agama Islam yang telah penulis susun ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas dari dosen Bayu Dwi Cahyono, M.pd.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
kekompakan dari kelompok. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa juga penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis makalah ini dan
umumnya bagi para pembaca.
Wassalamu ‘alaikum wr.wb

Purwokerto, 26 Maret 2018

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan.
Pernikahan itu sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua
calon pengantin, harus ada penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus
ada penerimaan dari pihak pengantin putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua
orang saksi yang adil.
Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami
istri hendaknya memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami
hukum berkeluarga, pasangan suami istri akan mampu menempatkan dirinya pada
hukum yang benar. Apakah dirinya sudah diwajibkan oleh agama untuk menikah.
Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi
seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan
santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal
yg sama sulit ia lakukan di dalam rumah tangganya, maka dari itu akhlak mulia ini
harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas
kebaikan, Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan
bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa
bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah
namun hal yg sama sulit ia lakukan di dlm rumah tangganya,Menyinggung akhlak
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga maka hal ini tdk hanya
berlaku kepada para suami sehingga para istri merasa suami sajalah yg tertuntut utk
berakhlak mulia kepada istrinya,Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami dan
istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang
suamilah yg paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga
karena dia sebagai sebagai pimpinan. Kemudian ia di haruskan utk mendidik anak
istri di atas kebaikan sebagai upaya menjaga mereka dari api neraka sebagaimana di
firmankan Allah SWT

1
ٌ َ‫علَ ْي َها َمالَئِ َكةٌ ِغال‬
ٌ ‫ظ ِشدَاد‬ َ ‫اس َو ْال ِح َج‬
َ ُ ‫ارة‬ ً ‫س ُك ْم َوأ َ ْه ِل ْي ُك ْم ن‬
ُ َّ‫َارا َوقُ ْودُهَا الن‬ َ ُ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوا قُوا أ َ ْنف‬
َ‫ص ْونَ هللاَ َما أَ َم َر ُه ْم َويَ ْف َعلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون‬
ُ ‫الَ َي ْع‬
“Wahai orang – orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat yg
kasar, yg keras, yg tdk pernah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.”
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat dirasakan
oleh para pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran yang
disyari’atkan. Setelah berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam beribadah.
Fikiran tidak lagi memikirkan calon kekasih atau terganggu
Dalam makalah ini kelompok kami memaparkan tentang akhlak dalam
keluarga. Sekaligus memaparkan tentang hak kewajiban dan kasih sayang suami istri,
kasih sayang orang tua terhadap anak begitu juga sebaliknya.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana urgensi keluarga dalam hidup manusia?
2. Bagaimana akhlak suami-istri?
3. Bagaimana akhlaq orang tua terhadap anak?
4. Bagaimana akhlak anak terhadap orang tua?
5. Bagaiumana membangun keluarga sakinah?
6. Apa larangan kekerasan dalam rumah tangga?
C. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui urgensi keluarga dalam hidup manusia.
2. Untuk mengetahui akhlak suami-istri.
3. Untuk mengetahui akhlaq orang tua terhadap anak.
4. Untuk mengetahui akhlak anak terhadap orang tua.
5. Untuk mengetahui membangun keluarga sakinah.
6. Untuk mengetahui kekerasan dalam rumah tangga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Urgensi Keluarga Dalam Hidup Manusia


Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang
terdiri atas suami-isteri-anak. Pengertian demikian mengandung dimensi hubungan
darah dan juga hubungan sosial. Dalam hubungan darah keluarga bisa dibedakan
menjadi keluarga besar dan keluarga inti, sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga
merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh saling berhubungan atau interaksi
dan saling mempengaruhi, sekalipun antara satu dengan lainnya tidak terdapat
hubungan darah.
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari perspektif psikologis dan sosiologis.
Secara Psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam
tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan
batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyerahkan diri. Sedangkan pengertian secara sosiologis, keluarga adalah satu
persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia
yang dikukuhkan dengan pernikahan, dengan maksud untuk saling menyempurnakan
diri, saling melengkapi satu dengan yang lainnyDalam suatu keluarga keutuhan sangat
diharapkan oleh anak, saling membutuhkan, saling membantu dan lain-lain, dapat
mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada diri anak. Dengan demikian
diharapkan upaya orang tua untuk membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral
dapat terwujud dengan baik.
Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya
keharmonisan hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling
menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua
berperilaku proaktif dan sebagai pengawas tertinggi yang leboh menekan pada tugas
dan saling menyadari perasaan satu sama lannya. Sikap orang tua lebih banyak pada
upaya memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan setiap
kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak harus mendapat
bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang tuanya, sehingga dapat

3
mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati sesuai dengan ajaran
agama yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga sangat menentukan berhasil
tidaknya proses pendidikan, sebab disislah anak pertama kalinya anak menerima
sejumlah nilai pendidikan.
Sentralisasi nilai-nilai agama dalam proses internalisasi pendidikan agama
pada anak mutlak dijadikan sebagaai sumber pertama dan sandaran utama dalam
mengartikulasikan nila-nilai moral agama yang dijabarkan dalam kehidupan
kesehariannya. Nilai-nilai agama sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
keluarga, agama yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil kepada anak akan
membawa dampak besar dimasa dewasanya, karena nila-nilai agama yang diberikan
mencerminkan disiplin diri yang bernuansa agamis.
B. Akhlaq suami istri
Salah satu tujuan perkawinan dalam islam adalah untuk mencari ketentraman
atau sakinah. Allah swt berfirman:

ً‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ َل ُك ْم ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا ِلت َ ْس ُكنُوا ِإلَ ْي َها َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َم َودَّة ً َو َر ْح َمة‬
ٍ ‫َيت َ َف َّك ُرونَ ِإ َّن ِفي ذَ ِل َك آل َيا‬
‫ت ِل َق ْو ٍم‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-
Rum:21)
Dalam ayat ayat diatas Allah SWT menjelaskan bahwa yang berperan
membuat keluarga menjadi sakinah ada dua faktor, pertama mawaddah, kedua
rahmah. Kita tidak boleh mengabaikan salah satu dari dua faktor tersebut. Idealnya
memang kedua faktor tersebut harus berjalan bersama-sama, tertapi kondisi itu tidak
bisa dipertahankan terus, karena kondisi fiik tidak bisa dipertahankan terus menerus
seperti wakttu muda, dia akan tunduk kepada sunnatullah; yang muda akan tua, yang
kencang jadi keriput, yang hitam jadi putih dan seterusnya.
1. Hak-hak bersama suami istri
a. Hak Tamattu’ Badani
Salah satu hikamah perkawinwn adalah pasangan suami isteri satu
sama lain dapat menikmati hubungan seksual yang halal, bahkan berpahala.
Islam mengakui bakwa setiap manusia normal membutuhkan penyaluran nafsu
4
tersebut tetapijuga tidak mmbiarkanya lepas tanpa kendali. Islam mengaturnya
secara halaldan baik melalui ikatan perkawinan. Karena sifatnya hak bersama
maupun kewajiban bersama. Artinya hubungan seksual tidak hanya kewajiban
suami kepada istri melainkan juga sebaliknya. Suami tidak boleh mengabaikan
kewajiban ini sebagaimana isteri tidak boleh menolak keinginan suami.1
b. Hak Saling Mewarisi
Hubungan saling mewarisiterjadi karena dua sebab yaitu hubungan
darah dan hubungan perkawinan. Dalam hubungan perkawinan yang
mendapat warisan hanyalah pasangan suami isteri, suami mewarisi isteri dan
isteri mewarisi suami. Pada surat An-Nisa ayat 12 dijelaskan bahwa suami
dapat ½ dari harta warisan bila isteri tidak memiliki anak, dan ¼ bila isteri
punya anak. Sebaliknya isteri mendapat ¼ bilatidak memiliki anak, dan 1/8
bila suami memiliki anak. Hubungan saling mewarisi hanya berlaku bagi
perkawinan yang sahmenurut syari’at Islam dan sesama muslim.
c. Hak Nazab Anak
Anak yang dilahirkan dalam hubunga perkawinan adalah anak berdua,
walaupun secara normal Islam mengajarkan supaya anak dinis bahkan kepada
bapaknya. Apapun yang terjadi kemudian anak tersebut tetap merupakan
anakberdua.masing-masing tidak dapat mengklaim lebih berhak terhadap anak
tersebut, walaupun pengadilan dapat memilih dengan siapa anak tersebut
tinggal. Penisbahan seorang anak.
d. Hak Mu’asyarah bi al-ma’ruf
Pada hubungan suami isteri sudah jelas, bahwa pernikahan dilakukan
untuk saling menyayangi, mengasihi dan membahagiakan satu sama lain.
Selain itu pernikahan diharap dapat saling melengkapi satu sama lain,
sehingga tercapai kehidupan yang harmonis.
2. Kewajiban suami kepada istri
Hak isteri atau kewajiban suamai kepada isteri ada empat, yaitu:
membayar mahar, memberikan nafkah, menggauli isteri dengan sebaik-baiknya
(ihsan al-asyarah), membimbing dan membina keagamaan isteri.

1
Ilyas, Yunahar, 2001.Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Pengamalan Islam,
hlm. 163-164.

5
Mahar adalah pemberian wajib dari suami untuk isteri. Suami tidak
boleh memanfaatkannya kecuali seizing dan serela istri terdapat dalam (QS.
An-Nisa 4:20-21). Jumlah minimal dan maksimal mahar tidak ditentukan oleh
syara.
a. Nafkah
Nafkah adalah menyediakan segala keperluan isteri berupa makanan,
minuman, pakaian, rumah, obat-obatan dan lain-lain. Hukumnya wajib
berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma. Berapa jumlah nafkah yang wajib
dibayar suami ditentukan oleh urf (sesuatu yang sudah dikenal secara luas oleh
masyarakat), maksudnya disesuaikan dengan kewajaran, kelaziman dan
kemampuan suami. Suamipun tidak boleh kikir, mampu tapi tidak mau
mencukupi kebutuhan isteri atau keluarganya.
b. Ihsan al-Asyarah
Ihsan al-Asyarah artinya bergaul dengan isteri dengan cara yang sebaik-
baiknya. Teknisnya terserah pada kiat masing-masing suami. Misalnya
membuat isteri gembira, tidak mencurigai isteri, menjaga rasa malu isteri,
tidak membuka rahasia isteri pada orang lain, mengijinkannya mengunjungi
orang tua, membantu isteri apabila ia memerlukan bantuan sekalipun dalam
tugas-tugas rumah tangga, menghormati harta miliknyapribadi dll.
c. Membimbing dan mendidik keagamaan isteri
Seorang suami adalah seorang pemimpin, yang bertanggung jawab untuk
mengajar dan mendidik isterinya supaya menjadi seorang imrah shalihah.
Suami harus mengajarkan hal-hal yang harus diketahui oleh seorang wanita
tentang masalah agamanya terutama syariah, seperti maslah thaharah, wudhu,
haid, nifas, shalat, puasa, dzikir, kewajiban wanita terhadap suami, anak-anak,
orang tua, tetangga, kerabat, dll.
3. Kewajiban Isteri kepada suami
Hak suami atau kewajiban isteri kepada suami hanay dua yaitu : patuh pada
suami, bergaul dengan suami dengan sebaik-baiknya
1. Patuh pada suami
Seorang isteri wajib mematuhi suaminya selama tidak dibawa
kelembah kemaksiatan. Taat dan patuh kepada suami tidaklah bersifat mutlak,
harus selalu dikaitkan dengan ma’ruf, artinya selama tidak membawa kepada
kemaksiatan. Suami mendapatkan hak istimewa untuk dipatuhi isteri

6
mengingat posisinya sebagai pemimpin dan kepada keluarg yang
berkewajiban menafkahi keluarganya.
2. Ihsan al-Asyarah
Ihsan al-Asyarah isteri terhadap suami antara lain dalam bentuk
menerima pemberian suami, lahir dan batin dengan rasa puas dan terima kasih,
serta tidak menuntut hal-hal yang tidak mungkin, meladeni suami dengan
sebaik-baiknya (makan, minum, pakaian,dsb), memberikan perhatian pada
suami sampai pada hal-hal yang kecil-kecil, menjaga penampila supaya selalu
rapid an menarik, dsb.
C. Akhlak Orang Tua Terhadap Anak
Anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan orang tua terhadap
Allah SWT. Aanak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayangnya dan anak
juga investasi masa depan untuk kepentingan orang tua diakherat kelak. Oleh sebab
itu orang tua harus memelihara, membesarkan, merawat, menyantuni dan mendidik
anak-anaknya dengan tanggung jawab dan kasih sayang.2
1. Hubungan tanggung jawab
Anak adalah amanah yang dititipkan oleh Alloh SWT kepada orang tua untuk
dibesarkan, dipelihara, dirawat, dan dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan
ungkapan lain orang tua adalah pemimpin, Rassululah saw bersabda:
“setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap
kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin dan bertanggung jawab
terhadap rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dirumah tangganya dan dia
bertanggung jawabterhadap keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin
dirumah suaminya dan dia bertanggung jawab terhadap rumah tangganya.
Seorang pembantu adalah pemimpin pada harta benda majikannya dan dia
bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.” (HR. Muttafaqun ‘Alaih)
2. Hubangan kasih sayang
Anak adalah tempat mencurahkan kasih sayang, setiap manusia yang
normal secara fitri pasti mendambakan kehadiran anak-anak dirumahnya.
Kehidupan rumah tangga sekalipun bergelimang harta benda belum lagi
lengkap kalau belum mendapatkan anak. Al Qur’an menyatakan anak adalah
perhiasan hidup dunia:

2
Ilyas, Yunahar, 2001.Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Pengamalan Islam, hlm. 172 -
173

7
َّ ‫ْال َما ُل َو ْال َبنُونَ ِزينَةُ ْال َح َيا ِة الدُّ ْن َيا ۖ َو ْال َباقِ َياتُ ال‬
‫صا ِل َحاتُ َخي ٌْر ِع ْندَ َر ِب َك ثَ َوابًا‬
‫َو َخي ٌْر أ َ َم ًال‬
“harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahala disisi tuhanmu serta
lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi 18:46)
3. Hubungan masa depan.
Anak adalah investasi masa depan diakherat bagi orang tua. Karena anak yang
saleh akan selalu mengalirkan pahala kepada orang tuanya sebagaimana
dinyatakan oleh Nabi Muhammad saw:

“jika seseorang meninggal dunia putuslah (pahala) amalannya kecuali salah satu
dari tiga hal : sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat yang dapat diambil
manfaatnya darinya, dan anak yang saleh mendoakannya.” (HR. Muslim)

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa :9:

۟ ُ‫ٱَّللَ َو ْليَقُول‬
‫وا قَ ْو ًال‬ َّ ‫وا‬۟ ُ‫علَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّق‬ ۟ ُ‫ض َٰعَفًا خَاف‬
َ ‫وا‬ ۟ ‫ش ٱلَّذِينَ َل ْو ت َ َر ُك‬
ِ ً‫وا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ُ ِريَّة‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
‫سدِيدًا‬
َ
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan)-nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”.
(QS. An-Nisa’:9)

Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan


anak dalam keadaan lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam segala
aspek kehidupan, seperti lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi terutama
lemah iman (spiritual). Anak yang lemah iman akan menjadi generasi tanpa
kepribadian. Jadi, semua orang tua harus memperhatikan semua aspek
perkembangan anak, baik dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental,
maupun masalah akidah atau keimananya.

8
Oleh karena itu, para orang tua hendaklah bertakwa kepada Allah,
berlaku lemah lembut kepada anak, karena sangat membantu dalam menanamkan
kecerdasan spiritual pada anak. Keadaan anak ditentukan oleh cara-cara orang tua
mendidik dan membesarkannya.

D. Akhlak Anak Terhadap Orang Tua


1. BIRRUL WALIDAIN
Istilah birul walidain berasal langsung dari Nabi Muhammad SAW. Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa “abdullah ibn mas’ud-seorang sahabat nabi
yang terkenal-bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amalan apa yang paling
disukai oleh Allah SWT, beliau menyebutkan : pertama, sholat tepat pada
waktunya; kedua, burrul walidain dan ketiga, jihad fisabilillah.3

“Diriwayatkan dari Abu Abdirahman’Abdullah ibn mas’ud ra, dia berkata: Aku
bertanya kepada Nabi SAW: Apa amalan yang paling disukai oleh Allah SWT?
Beliau menjawab:’shalat tepat pada waktunya”. Aku bertanya lagi: kemudian?
Beliau menjawab: “birrul walidain”. Kemudian aku bertanya lagi: seterusnya apa?
Beliau menjawab: “jihad fisabililah.”( H.Muttafaqun ‘alaih)

Birrul Walidain terdiri dari dua kata birru dan al-walidain. Birru atau al-birru
artinya kebajikan . Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak. Jadi birrul
walidain adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua.
Semakna dengan birrul walidain, Al-Qur’an Al-Karim menggunakan
istilah ihsan (wa bi al-walidain ihsana), seperti yang terdapat antara lain dalam
surat Al-Isra’ ayat 23:

‫سانًا ۚ ِإ َّما َي ْبلُغ ََّن ِع ْندَ َك ْال ِك َب َر أَ َحد ُ ُه َما‬


َ ‫ض َٰى َرب َُّك أ َ َّال تَ ْعبُدُوا ِإ َّال ِإيَّاهُ َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن ِإ ْح‬
َ َ‫َوق‬
‫ف َو َال ت َ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل َل ُه َما قَ ْو ًال َك ِري ًما‬ ٍ ُ ‫أ َ ْو ِك َال ُه َما فَ َال تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya...”
(QS. Al-Isra’ 17:23)

3
Ilyas, Yunahar, 2001.Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Pengamalan Islam, hlm. 147 -
156

9
2. KEDUDUKAN BIRRUL WALIDAIN
Birrul Walidain menempati kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam.
Ada beberapa alasan yang menumbuhkan hal tersebut antara lain :
Perintah ihsan kepada ibu bapak diletakkan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an
langsung sesudah perintah beribadah hanya kepada-Nya semata-mata atau sesudah
larangan mempersekutukan-Nya. Allah berfirman :

‫سانًا َوذِي ْالقُ ْر َب َٰى‬ َ ‫َّللا َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن ِإ ْح‬
َ َّ ‫َو ِإ ْذ أ َ َخ ْذنَا ِميثَاقَ َبنِي ِإس َْرائِي َل َال تَ ْعبُدُونَ ِإ َّال‬
‫الز َكاة َ ث ُ َّم تَ َولَّ ْيت ُ ْم ِإ َّال‬
َّ ‫ص َالة َ َوآتُوا‬ َّ ‫اس ُح ْسنًا َوأَقِي ُموا ال‬ ِ َّ‫ين َوقُولُوا ِللن‬ َ ‫َو ْاليَتَا َم َٰى َو ْال َم‬
ِ ‫سا ِك‬
َ‫يال ِم ْن ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْع ِرضُون‬
ً ‫قَ ِل‬

“Dan ingatlah ketika kami mengambil janji dari bani Israil yaitu : “janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak.” (QS. Al-
Baqarah 2:83)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak”. (QS. An-Nissa
4:236)
Birrul walidain memenpati kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Ada
beberapa alasan untuk membuktikan hal tersebut, antara lain :
a. Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada
ibu bapak. Allah berfirman :

‫ْس لَ َك ِب ِه ِع ْل ٌم‬ َ ‫اك ِلت ُ ْش ِر َك ِبي َما لَي‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬


َ ‫اْل ْن‬
َ َ‫سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه ُح ْسنًا ۖ َو ِإ ْن َجا َهد‬ َّ ‫َو َو‬
َ‫ي َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأُن َِبئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬
َّ َ‫فَ َال ت ُ ِط ْع ُه َما ۚ ِإل‬
“Dan kami wasiatkan(wajibkan) kepada umat manusia supaya berbuat
kebaikan kepada dua orang ibu bapak”. (QS. Al-Ankabut 29:8)
b. Allah SWT meletakkan perintah berterimaksih kepada ibu bapak langsung
sesudah perintah berterimakasih kepada Allah SWT. Allah berfirman :

‫عا َمي ِْن أ َ ِن‬


َ ‫صالُهُ فِي‬ َ ِ‫علَ َٰى َو ْه ٍن َوف‬ َ ‫سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫َو َو‬
‫ير‬ُ ‫ص‬ ِ ‫ي ْال َم‬َّ َ‫ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَي َْك ِإل‬

10
“Dan kami perintahkan kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada dua
orang ibu bapaknya; ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang semakin lemah, dan menyusukannya dalam 2 tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu”. (QS. Luqman 31:14)
c. Rasullulah saw meletakan birrul walidain sebagai amalan nomor dua terbaik
sesudah shalat tepat pada waktunya.
Diriwayatkan dari Abu Abdirrahman Abdullah ibn Mas’ud RA, dia berkata:
“Aku bertanya kepada Nabi SAW: Apa amalan yang paling disukai oleh
Allah SWT? Beliau menjawab:’shalat tepat pada waktunya”. Aku bertanya
lagi: kemudian? Beliau menjawab: “birrul walidain”. Kemudian aku bertanya
lagi: seterusnya apa? Beliau menjawab: “jihad fisabililah.”( H.Muttafaqun
‘alaih)
d. Rasallulah saw meletakkan ‘uququl walidain (durhaka kepada dua orang ibu
bapak) sebagai dosa besar nomor dua sesudah syirik.
“Diriwayatkan Abu Bakrah Nufa’i ibn al-Harits ra, dia berkata:” Rasallulah
saw bersabda:”Tidakkah akan aku beritahukan kepada kalian dosa-dosa yang
paling besar? Beliau mengulangi lagi pertanyaan tersebut tiga kali. Kemudian
para sahabat mengiyakan. Lalu Rasulullah saw menyebutkan: “Yaitu
mempersekutukan Allah dan durhaka kepada ibu bapak”. Kemudian beliau
merubah posisi duduknya yang semula bersitelekan menjadi duduk biasa dan
berkata lagi: “begitu juga perkataan dan sumpah palsu, “Beliau mengulangi
lagi hal yang demikian hingga kami mengharapkan mudah-mudahan beliau
tidak menambahnya lagi.” (H. Muttafaqun ‘alaihi)
e. Rasulullah saw mengaitkan keridhaan dan kemarahan Allah SWT dengan
keridhaan dan kemarahan orang tua. Beliau bersabda :
“Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua, dan kemerahan
Rabb (Allah) ada pada kemarahan orang tua.”(HR. Tirmidzi)
Demikian Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang
sangat istimewa sehingga berbuat baik kepada keduanya menempati posisi
yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya juga menepati
posisi yang sangat hina.
3. Bentuk-bentuk Birul Walidain

11
1. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan,
baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun masalah lainnya.
2. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terimakasih
dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai
dengan apapun.
3. Membantu ibu bapak secara fisik dan materiil. Misalnya sebelum berkeluarga
dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua (terutama ibu)
mengerjakan pekaerjaan rumah, dan setelah berkeluarga atau berdiri sendiri
membantu orang tua secara finansial, baik untuk memberi pakaian, makanan,
minuman, apalagi untuk berobat.
4. Mendoaakan ibu bapak semoga diberi oleh Allah SWT keampunan, rahmat
dan lain sebagainya.
5. Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa diteruskan
dengan cara antara lain:
a. Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-sebaiknya.
b. Melunasi hutang-hutangnya.
c. Melaksanakan wasiatnya.
d. Meneruskan silaturrahim yang dibinanya diwaktu hidup.
e. Memuliakan sahabat-sahabatnya.
f. Mendoakannya.
4. Uqulul Walidain
Uqulul Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Istilah inipun berasl
langsung dari Rasulullah saw. Rasulullah saw mengaitkan keridhaan Allah dengan
keridhaan orang tua dan memasukanya kedalam kelompok dosa-dosa besar,
bahkan azabnya disegerakan didunia.hal itu mengingat betapa istimewanya
kedudukan orang tua dalam ajaran Islam.4
Adapun bentuk durhakaan terhadap orang tua bermacam macam dan
bertingkat-tingkat, mulai dari pendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan
“ah” (uffin, berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilanya, tidak
pamit, tidak patuh dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan atau
bahkan menyakitkan hati orang tua. Di dalam surat Al-Isra’ ayat 23 diungkapkan
oleh Allah dua contoh pendurhakaan terhadap orang tua, yaitu mengucap kata

4
Ilyas, Yunahar, 2001.Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Pengamalan Islam, hlm. 157

12
uffin (semacam keluhan dan ungkapan kekesalan yang tidak mengandung arti
bahasa apapun) dan menghardik (lebih-lebih lagi bila kedua orangtua sudah
berusia lanjut)
E. Membangun keluarga sakinah
keluarga sakinah adalah keluarga yang bahagia sejahtera, penuh dengan cinta
kasih, sekalipun perkawinan sudah berjalan puluhan tahun namun aroma cinta
kasihnya masih tetap terasa dalam hubungan suami isteri. Allah berfirman dalam
surah Ar- Rum ayat : 21 “Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan
untuk kalian isteri dari species kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia
juga menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam
hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (Ar-Rûm: 21)”.
Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunu”, supaya kalian memperoleh atau
merasakan sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi perempuan. Laki-laki
harus mencarinya di dalam diri dan pribadi perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki
harus menjaga sumber sakinah, tidak mengotori dan menodainya. Agar sumber
sakinah itu tetap terjaga, jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya pada kaum bapak
tetapi juga anak-anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi penerus.
Dalam bahasa Arab “Sakinah” sendiri memiliki arti tenang, aman, damai, serta
penuh kasih sayang. Pastinya konteks Keluarga Sakinah ini adalah idaman bagi setiap
Muslim. “Mawaddah” sendiri berarti Cinta, kasih sayang yang tulus kepada pasangan
dan keluarganya. Dengan sifat ini diharapkan keluarga Muslim dapat bertahan
sekalipun harus mendapatkan cobaan dalam dinamika rumah tangganya. “Wa
Rahmah” terdiri dari dua kata, yaitu “Wa” yang berarti dan, dan “Rahmah” yang
berarti Rahmat, karunia, berkah, dan anugerah. Tentunya hal ini diharapkan agar
keluarga senantiasa berada di jalan yang benar dan mendapatkan segala Rahmat disisi
Allah SWT.
1. Empat kriteria memilih pasangan hidup
Berkeluarga tidak hanya membetuhkan modal cinta saja melainkan
membutuhkan mawaddah dan rahmah, maka perlu berhati-hati dalam memilih
pasangan. Ikutilah bimbingan yang dicontohkan oleh Rasulullahsaw tentang
kriteria memilih pasangan hidup. Dalam hadits Rasulullah saw memberikan
tuntunan:

13
“Seorang wanita dinikahi berdasarkan empat pertimbangan: karena harta,
keturunan, kecantikan dan agamanya. Peganglahyang memiliki agama niscaya
kedua tanganmu tidak akan terlepas.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Daud)
Dimulai oleh Rasululloh saw dengan menyebutkan tiga kriteria yang
mengikuti kecenderungan atau naluri manusia yaitu tentang kekayaan, kecantikan
dan keturunan, kemudian diakhiri dengan kriteria pokok yang tidak boleh ditawar-
tawar yaitu agama. Buya Hamka mengumpamakan kekayaan,kecantikan dan
keturunan memiliki masing-masing nilai nol, sedangkan agama memiliki nilai
satu. Jadi berapapun banyaknya angka nol tidak akan berarti apa-apa tanpa angka
satu, sebaliknya meskipun tidak ada angka nol, angka satu akan tetap memiliki
nilai. Misalnya ada perempuan shalihah dan kaya nilainya 10, atau perempuan
shalihah, kaya dan keturunannya baik-baik nilainya 100. Apabila ada angka satu,
maka angka nol dibelakangnya akan memiliki nilai tetapi apabila sebanyak
apapun angka nol tanpa ada angka satu tidak akan berarti apa-apa.
Jika agama merupakan faktor yang terpenting, kenapa diletakan pada akhir
kriteria. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dikutip dari Dr. Mula Khatir
seorang ulama dari Suria mengatakan “apabila yang dinilai pertama dariseorang
laki-laki adalah kualitas agama sang perempuan, maka bila menemukan
perempuan yang shalihah dia wajib menikahinya.tidak boleh menolak dengan
alasan tidak kaya, tidak cantik dan tidak baik keturunannya, karena sudah
melewati kriteria yang pertama yang menjadi haknya”. Ketetapan seseorang
terhadap agamanya merupakan faktor yang paling menentukan, hal ini berkaitan
hanya dengan Islam lah seseorang dapat mengerti bahwa pernikahan adalah
ibadah semta-mata untuk mencari ridho Allah SWT, sekalipun ada hikmah yang
lain yang dapat diambil.
2. Cara meraih kehidupan yang sakinah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri
tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup
berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah
mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni dengan
perbuatan/contoh yang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam lakukan. Diantaranya
adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menghasung seorang
suami dan isteri untuk saling ta’awun (tolong menolong, bahu membahu, bantu

14
membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling
mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana sabda beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫الضلَعِ أَع َْالهُ فَإ ِ ْن‬ َ ‫ضلَعٍ َوإِ َّن أَع َْو َج‬
ِ ‫ش ْيءٍ فِي‬ ِ ‫ت ِم ْن‬ ْ َ‫اء فَإ ِ َّن ْال َم ْرأَة َ ُخ ِلق‬
ِ ‫س‬َ ِ‫صوا بِالن‬ ُ ‫ا ْست َ ْو‬
‫س ْرتَهُ َوإِ ْن ت َ َر ْكتَهُ لَ ْم يَزَ ْل أَع َْو َج‬َ ‫ْت ت ُ ِقي ُمهُ َك‬
َ ‫ذَ َهب‬

‫اء‬
ِ ‫س‬ ُ ‫فَا ْست َ ْو‬
َ ِ‫صوا ِبالن‬
“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para
wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari
tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami)
keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan
mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya),
maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang
baik.” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu)
a. Berdzikir
Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah,
maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah
SWT berfirman
artinya:“Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan
(menjadi) tenang.” (Ar-Ra’d: 28).
b. Menuntut ilmu agama
Rasulullah saw bersabda:

ْ‫سو َنهُ بَ ْينَ ُه ْم إِالَّ نَ َزلَت‬ َ ‫اب هللاِ َويَتَد‬


ُ ‫َار‬ َ ُ‫ت هللاِ يَتْل‬
َ َ‫ون ِكت‬ ٍ ‫َما اجْ ت َ َم َع قَ ْو ٌم فِي َب ْي‬
ِ ‫ت ِم ْن بُيُو‬
ُ‫س ِك ْينَة‬
َّ ‫علَ ْي ِه ُم ال‬
َ
“Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-
rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan
mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu
wata’ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan).” (Muttafaqun ‘alaihi.
Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu).

15
Dalam hadits diatas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan
kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik
dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca sekaligus
mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah akan menurunkan as
sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.
3. Ciri-ciri keluarga sakinah adalah sebagai berikut:
a. Senantiasa memiliki kecenderungan terhadap keagamaan dalam orientasi
kehidupannya sehari-hari.
b. Berlakunya sistem “Yang muda menghormati yang tua, yang tua menyayangi
yang muda”.
c. Tidak melebih-lebihkan dalam memenuhi kebutuhan keseharian.
d. Menjaga etika dan sopan santun dalam bergaul di dalam masyarakat.
e. Senantiasa menjaga dan menginterospeksi anggota keluarganya agar terhindar
dari hal-hal yang munkar.
F. Larangan kekerasan dalam rumah tangga
Agama adalah ketentuan-ketentuan Tuhan yang membimbing dan
mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak ada perbedaan
dari segi asal kejadian baik laki-laki maupun perempuan, artinya adanya
kesetaraan/kebersamaan/kemintraan dan tidak akan sempurna laki-laki kalau belum
mempunyai pasangan hidup (suami-isteri) begitu juga sebaliknya.
Al Qur’an sebagai rujukan prinsip masyarakat Islam, pada dasarnya mengakui
bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama, dengan kata lain laki-laki
memiliki hak dan kewajiban terhadap perempuan dan sebaliknya perempuan juga
memiliki hak dan kewajiban terhadap laiki-laki.
Pada dasarnya inti ajaran setiap agama, khususnya dalam hal ini Islam, sangat
menganjurkan dan menegakkan prinsip keadilan dan bahkan menghormati terhadap
perempuan, bahkan prinsip yang utama adalah menciptakan rasa aman dan tentram
dalam keluarga, sehingga tercipta rasa saling asih, saling cinta, saling melindungi dan
saling menyangi.
Al Qur’an menggaris bawahi bahwa suami maupun isteri adalah pakaian untuk
pasangannya, hal ini di sebutkan Allah dalam Firmannya surah Al Baqarah ayat 187

16
‫َّللاُ أَنَّ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم‬ َ ۗ ‫اس لَ ُه َّن‬
َّ ‫ع ِل َم‬ ٌ َ‫اس لَ ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ِلب‬ َ ِ‫ث ِإلَ َٰى ن‬
ٌ َ‫سا ِئ ُك ْم ۚ ُه َّن ِلب‬ ُ َ‫الرف‬َّ ‫الصيَ ِام‬ِ َ‫أ ُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَة‬
‫َّللاُ َل ُك ْم ۚ َو ُكلُوا‬ َّ ‫ب‬ َ َ‫ع ْن ُك ْم ۖ فَ ْاآلنَ َبا ِش ُرو ُه َّن َوا ْبتَغُوا َما َكت‬ َ ‫عفَا‬َ ‫ع َل ْي ُك ْم َو‬َ ‫اب‬ َ َ ‫س ُك ْم فَت‬ َ ُ‫ت َ ْختَانُونَ أَ ْنف‬
‫ام‬
َ َ‫الصي‬ ِ ‫ض ِمنَ ْال َخي ِْط ْاْلَس َْو ِد ِمنَ ْالفَ ْج ِر ۖ ث ُ َّم أَتِ ُّموا‬ ُ َ‫ط ْاْل َ ْبي‬ ُ ‫َوا ْش َربُوا َحت َّ َٰى َيت َ َبيَّنَ َل ُك ُم ْال َخ ْي‬
‫َّللاِ فَ َال ت َ ْق َربُوهَا ۗ َك َٰذَ ِل َك‬َّ ُ ‫اج ِد ۗ تِ ْل َك ُحدُود‬ ِ ‫س‬َ ‫عا ِكفُونَ فِي ْال َم‬ َ ‫ِإلَى اللَّ ْي ِل ۚ َو َال تُبَا ِش ُرو ُه َّن َوأ َ ْنت ُ ْم‬
َ‫اس لَ َعلَّ ُه ْم َيتَّقُون‬ ِ َّ‫َّللاُ آ َياتِ ِه ِللن‬
َّ ‫يُ َب ِي ُن‬
“ Mereka (isteri-isteri kamu) adalah pakaian bagi kamu (wahai para suami) dan
kamupun adalah pakaian bagi mereka”.
Dalam kehidupan berumah tangga, prinsip menghindari adanya kekerasan
baik fisik maupun psikis sangat diutamakan, jangan sampai ada pihak dalam rumah
tangga yang merasa berhak memukul atau melakukan tindak kekerasan dalam bentuk
apapun dengan dalih atau alasan apapun baik terhadap suami-isteri ataupun anak. Hal
ini senada dengan UU PKDRT No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga, pasal 1 “Kekerasan dalam Rumah tangga adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaaan atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Islam agama yang dengan visinya Rahmatan Lil ‘Alamin, sangat menghargai
kepada semua manusia, khususnya kepada perempuan. Hadirnya Islam sebagai agama
pembebas dari ketertindasan dan penistaan kemanusiaan yang membawa misi untuk
mengikis habis praktik-praktik tersebut. Dalam Islam manusia baik laki-laki dan
perempuan adalah sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat (human dignity di mana
parameter kemuliaan seorang manusia tidak diukur dengan parameter biologis sebagai
laki-laki atau perempuan, tetapi kualitas dan nilai seseorang diukur dengan kualitas
taqwanya kepada Allah. (Lihat surah Al Hujurat ayat 13).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu
menghayati suasana kehidupan religius dalam kehidupan keluarga yang akan
berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang merupakan hasil dari bimbingan
orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi pekerti yang luhur yang
berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga agama, bangsa dan negara.

B. Saran
Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian yang jenuh kepada anaknya
dalam membina akhlak bukan hanya menyuruh anak agar melakukan perbuatan yang
baik tetapi hendaklah orang tua selalu memberikan contoh yang baik bagi anak-
anaknya
Serta orang tua tampil selalu tauladan baik, membiasakan berbagai bacaan dan
menanamkan kebiasaan memerintah melakukan kegiatan yang baik, menghukum
anak apabila bersalah, memuji apabila berbuat baik, menciptakan suasana yang hangat
yang religius (membaca Al-Qur'an, sholat berjamaah, memasang kaligrafi, Do'a-Do'a
dan ayat-ayat Al-Qur'an).

Daftra Pustaka

Ilyas, Yunahar. 2001.Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Pengamalan


Islam.

18
Sumama, Amin Muhammad. 2005. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persad.
Rasjid, Sulaiaman. 2012. Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Abdurrahma, Asymuni. dkk. 2017. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
Purwokero : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

19

Anda mungkin juga menyukai