Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI,ORANG TUA,DAN TERHADAP ANAK


Di Tulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Aswaja

Dosen Pengampu :
Dr Ahmad Idhofi, M Pd.I
Di Susun Oleh :
Geri Andrianto ( A.202101421 )
Ilham Khoirullah ( A.202101259 )

FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN


PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI BOGOR
2022 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah “Akhlak Terhadap Diri Sendiri,Orang Tua,Dan Terhadap Anak”.
Dalam makalah ini, saya mengkaji atau mengulas beberapa hal yaitu tentang pengertian
media belajar ditinjau dari berbagai mata pelajaran.

Saya selaku pemakalah menyadari bahwa masih perlu adanya penyempurnaan dalam
makalah ini, untuk itu kami mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang bersifat
konstruktif dan membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca serta khususnya bagi penulis sebagai penerapan dalam
kehidupan sehari-hari serta penambah wawasan.

Bogor, 16 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG............................................................................................................ 4
Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4
Tujuan..................................................................................................................................... 4
BAB 2 ........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
Akhlak Terhadap Diri Sendiri ................................................................................................ 5
Akhlak Terhadap Orang Tua .................................................................................................. 7
Menghormati, mengabdi dan membahagiakan kedua orang tua. ....................................... 7
Mendengarkan Nasehat dan Mentaati Perintahnya. ........................................................... 8
Berbicara dengan penuh sopan santun dan tidak membentaknya. ..................................... 9
Membantu pekerjaan dan berusaha memenuhi semua kebutuhan hidup orang tua. .......... 9
Menghindari hal-hal yang menimbulkan murka orang tua. ............................................. 10
Mendoakan dan memohonkan ampunan. ......................................................................... 10
Akhlak Anak terhadap Orang Tua yang telah Wafat ....................................................... 11
Akhlak Terhadap Anak ........................................................................................................ 11
Berikan teladan yang baik dari orang tua. ........................................................................ 11
Mengajak anak mumayyiz beraktivitas bersama orang tuanya. ........................................ 12
Memberikan penilaian terhadap apa yang anak lakukan. ................................................. 12
tanamkan nilai-nilai kebaikan di tengah keluarga. ........................................................... 12
BAB 3 ...................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
Kesimpulan........................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu bahwa akhlak merupakan sesuatu hal
yang sangat penting. Karena, di era sekarang ini banyak oknum-oknum yang kurang
memperdalam dan memahami masalah akhlak, bahkan terhadap orang tua mereka sendiri pun
sama saja. Orang tua adalah orang yang mengenalkan kita di dunia dari kecil hingga
dewasa.Dan setiap orang tua pun pasti memiliki harapan terhadap anaknya agar kelak
menjadi anak yang sukses, berbakti kepada orang tua, serta menjadi lebih baik.
Di setiap perilaku-perilaku yang kita perbuat pasti akan di minta pertanggung jawaban,
oleh karna itu seorang muslim adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Bahkan di zaman
sekarang ini banyak sekali orang-orang yang tidak bisa menerapkan akhlak terhadap dirinya
sendiri, tanpa memikirkan apa yang mereka perbuat dan apa dampak dari perbuatan mereka
tersebut. Dan ternyata hal ini sering dilalaikan oleh kebanyakan kaum muslimin.
Disamping itu anak adalah generasi penerus dan harus di jaga, dididik, dan diisi fitrahnya
dengan akhlak karimah, iman, dan amal saleh. Anak diciptakan oleh Allah dengan dibekali
pendorong alamiah yang dapat diarahkan kearah yang baik serta memiliki keterampilan yang
dapat berkembang sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia, sehingga
menjadi manusia yang berguna bagi dirinya dan bagi pergaulan hidup di sekelilingnya.
Dan yang saya amati di era sekarang ini bahkan di lingkungan kita sendiri ada anak yang
selalu menentang dan membantah perkataan orang tua nya. bukan hanya itu, anak juga selalu
tidak betah diam di rumah dan memilih untuk keluar rumah tanpa izin, tidak pulang kerumah
1 sampai 3 hari , ini menjadi kebiasaan di setiap anak. Ditambah perkataan dan perilaku yang
tidak mencerminkan akhlak terhadap orang tua dan diri nya sendiri.
Untuk itulah materi akhlak terhadap diri sendiri,orang tua, dan anak ini sangatlah penting
untuk dipahami, dipelajari dan diteladani.
B. Rumusan Masalah
1.Apa akhlak terhadap diri sendiri,orang tua, dan anak ?

2. Bagaimana cara berakhlak terhadap diri sendiri,orang tua, dan anak ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui akhlak terhadap diri sendiri,orang tua, dan anak

2. Untuk mengetahui cara berakhlak terhadap diri sendiri,orang tua, dan anak

4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri
pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Manusia dapat diperbaiki akhlaknya dengan
menghilangkan akhlak-akhlak tercela. Di sinilah terletak tujuan pokok agama, yakni
mengajarkan dan menawarkan sejumlah nilai moral atau akhlak mulia agar mereka menjadi
baik dan bahagia dengan melatih diri untuk melakukan hal yang terbaik.Iman tidak akan
sempurna kecuali dengan menghiasi diri dengan Akhlak.

Pada dasarnya, akhlak manusia terhadap diri sendiri adalah sifat yang melekat dalam diri
seseorang yang mencerminkan komitmen dan tanggung jawabnya terhadap keselamatan,
kebaikan, dan kemuliaan dirinya yang bertujuan untuk mewujudkan hal-hal sbb :

1. Memelihara agama (‫)حفظ الدين‬, yaitu komitmen seseorang untuk melaksanakan seluruh
ajaran agama Islam yang diyakini kebenarannya, baik dalam bidang aqidah, syari’ah
maupun akhlak dan tasawuf. Hal ini dapat terjadi, jika dalam dirinya telah tertanam
kewajiban untuk melaksanakan shalat, berpuasa, membayar zakat, menunaikan ibadah
haji dsb serta meninggalkan perbuatan dosa seperti ghibah, namimah dan menebar
fitnah. Dengan demikian dia akan merasa bersalah atau merasa berdosa jika
meninggalkan perintah agama atau melakukan perbuatan maksiat yang dilarang oleh
agama, karena menyadari bahwa hal itu akan mendatangkan murka dan ‘adzab Allah
SWT
2. Memelihara jiwa (‫)حفظ النفس‬, yaitu komitmen seseorang untuk melindungi jiwanya dari
hal-hal yang membahayakan (‫ )ضرر‬dengan mencampakkan dirinya pada kerusakan
(kebinasaan), melukai diri sendiri, usaha pembunuhan atau bunuh diri. Sebagaimana
difirmankan dalam surat al-Baqarah ayat 195 :

َ‫َح ِس نِ ين‬ ‫نح ِس نُوا َ َۛ إِ نه َ ه‬


ُّ ِ‫اَّللنَ ُُي‬ ِ ِ ِ‫وأننْفِ قُ واَ ِِف َ س بِ ي ِل َ ه‬
ْ ُ‫ب َ ا لْم‬ ْ ‫اَّلل َ نو نَل َ تُ لْ قُ واَ ِِبنيْد ي كُ ْم َ إِ نَل َ الته ْه لُ نك ة َ َۛ نوأ‬ ‫ن‬ ‫ن‬

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan


berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik”.

5
3. Memelihara akal (‫)حفظ العقل‬, yaitu komitmen seseorang untuk memanfaatkan akal
yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT untuk berpikir logic dan ilmiah menggali
dan mengembangkan ilmu pengetahuan setinggi mungkin serta melindunginya dari
hal-hal yang membahayakan (‫ )ضرر‬seperti minuman keras, narkoba dan zat-zat
adiktif lainnya.

Adapun cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain :

a. Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian
nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika
melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri
dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

d. Shidiq, artinya benar atau jujur. Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keadaan
benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan, dan benar perbuatan.

e. Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman. Semakin
menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya
terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rasulullah SAW bersabda bahwa “ tidak (sempurna)
iman seseorang yang tidak amanah dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan
janji.”

f. Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman meskipun
menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan
dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 :

َ‫َۗونويْلَلِلَْ ُم ْش ِركِ ن‬
‫ي‬ ِ ‫هحدَفنٱستن ِقيمٓو۟اَإِلني ِهَو‬
ِ ‫َلَأنهَّننآَإِ هنَل ُكمَإِ هلنهَو‬
‫وح هٓىَإِ نه‬ ِ ‫قُ ْلَإِ هَّننآَأ ن ۠نَنَب ن‬
‫ٱستن غْف ُروهَُ ن‬
ْ ‫ْ ُ ْ ن‬ ‫ُ ْ ن‬ ‫شرََمثْ لُ ُك ْمَيُ ن‬‫ن‬ ُ

6
artinya “ "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan
kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan
yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.

Shalat juga merupakan mekanisme untuk membersihkan hati dan mensucikan diri dari
kotoran-kotoran dosa dan kecenderungan melakukan perbuatan dosa.

g. Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan diri
dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai dan wibawa
seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk
rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya.

h. Pemaaf, yaitu sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada rasa benci
dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan
orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.

B. Akhlak Terhadap Orang Tua


Ada banyak alasan mengapa kita harus berakhlak kepada orang tua. Alasan yang paling
utama karena itu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya. Terdapat banyak dalil dalam Alquran
dan hadits yang menganjurkan amalan tersebut

Jika dijabarkan, akhlak mulia yang menjadi kewajiban anak terhadap orang tuanya adalah
sebagai berikut:

1. Menghormati, mengabdi dan membahagiakan kedua orang tua.

Setiap anak wajib menghormati, mengabdi dan membahagiakan orang tua, terutama
ibu yang telah bersusah payah mengandungnya selama kurang lebih sembilan bulan, kemudian
melahirkannya dengan menahan segala macam rasa sakit dan bahkan harus mempertaruhkan
nyawanya, menyusui dan membesarkannya hingga mampu hidup mandiri. Demikian juga ayah
yang telah bersusah payah mencarikan rizki untuk membiayai hidupnya, mendidiknya serta
menjaga kesehatannya dengan penuh kasih sayang. Oleh karena itu, sesudah mengabdi kepada
Allah SWT. Dzat Yang Mencipta dan Memeliharanya, setiap manusia wajib mengabdikan
hidupnya untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Sebagaimana telah difirmankan dalam
surat an-Nisa’ ayat 36 :

7
َ‫َوا ْْلنا ِر‬ ِ ِ ْ ‫ىَوال نْم هس ِك‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ‫نوا ْعبُ ُد ه‬
‫َوا ْْلنا ِرَذىَالْ ُق ْرهٰب ن‬
‫ين‬ ‫َوالْين ت ههم ن‬ ‫َونَلَتُ ْش ِرُك ْواَ بهََٖ نشيْاا َ هوِبل نْوال نديْ َِنََا ْح ن‬
‫س ااَنَ هوبذىَالْ ُق ْرهٰب ن‬ ‫واَاَّللن ن‬
ْۢ
‫َُمْتن ااَلَفن ُخ َْوارَا‬
ُ ‫َم ْنَ نكا نن‬
‫ن‬ ‫ب‬ُّ ُِ ‫َاَّلل نََل‬
‫َُي‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫ه‬ ِ‫تَانْْينانُ ُكمََۗا‬
ْ ْ ‫ك‬
‫ن‬ ‫ل‬
‫ن‬ ‫اَم‬‫م‬‫َو‬
‫ْ نن ن‬
ِِۙ ‫بَواب ِنَالسبِي‬
‫ل‬ ‫ه‬ ِ ِ‫ب‬
ْ ‫َِب ْْلن ن‬
‫ن‬
ْ ِ‫ص‬
ِ ‫اح‬ ‫َوال ه‬
‫بن‬ ِ ُ‫َُِۙ ا ْْلُن‬

“ sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa


pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya
yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan
diri”

Firman Allah ini, menempatkan kewajiban manusia untuk berbuat baik dan mengabdi kepada
kedua orangnya, langsung sesudah kewajibannya untuk mengabdi kepada Allah SWT.

2. Mendengarkan Nasehat dan Mentaati Perintahnya.

Sebagai konsekuensi logis dari kewajiban untuk mengabdi dan membahagiakan kedua
orang tua, maka setiap anak wajib mendengarkan nasehat dan mentaati semua perintah mereka,
sepanjang tidak memerintahkan berbuat maksiat atau menyekutukan Allah SWT. Jika kedua
orang tua memerintahkan anaknya berbuat maksiat atau menyekutukan Allah SWT, maka anak
tidak boleh mentaatinya. Sungguh pun demikian, kedua orang tua tetap harus dihormati dan
diperlakukan dengan baik. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat Luqman ayat 14 – 15 :

ِ ‫لََالْم‬ِ ۗ ‫َلََولِوالِدي‬ ِ ِۚ
‫سا ننَبِنوالِ نديْ ِه ن‬
ُ‫ي‬
َْ ‫ص‬ ‫يََان ِنََا ْش ُك َْرَِ َْ ن ن ن ْ ن‬
‫كََا نهَ ن‬ ِ ْ ‫َع نام‬ َْ ََِٖ‫صالُه‬
‫َِفَ ن‬ ‫ََع هلىَ ن‬
‫َو ْهنََ هوف ن‬ ‫َو ْهناا ن‬
‫ََحنلنْتهَُاُُّمهٖ ن‬
ِْ ‫ص ْي نن‬
‫اَاَلنْ ن‬ ‫نونو ه‬

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.
Hanya kepada Aku kembalimu.”

ِ ‫نك َ بِهِ َ عِ لْم َ فن نَل َ تُطِ ع ه م ا َ َۖ و ص‬


َ ۖ َ ‫َروفاا‬ ُّ َ ‫اح بْ هُ نم اَ ِِف‬
ُ ْ‫الد نْ ين اَ من ع‬ ‫ُْن ن ن‬ ‫سَل ن‬ ‫ش رِ نك َ ِِب َ من اَ لنيْ ن‬ ‫نو إِ ْن َ نج ن‬
ْ ُ‫اه ند ا نك َ عن لن هى َ أن ْن َ ت‬
ِ ْ‫ب َ إِ نله َ َِۚ ُثُهَ إِ نله َمن ْر ِج عُ كُ ْم َ فنأُنن بِ ئُكُ م‬
َ‫َِبناَكُ نْ تُمْ ََتن عْ نم لُونن‬ ‫َس بِ يلن َمن ْن َ أن نَن ن‬
‫نواتهبِ ْع ن‬

8
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.”

3. Berbicara dengan penuh sopan santun dan tidak membentaknya.

Para santri wajib berbicara yang sopan kepada kedua orang tua dan tidak membentak
merka, terutama jika orang tua sudah menjadi renta dan pendengaran mereka sudah sangat
menurun, karena hal itu sangat menyakiti hati orang tua.
Dalam Islam, perintah berbakti kepada orang tua menempati urutan kedua setelah
berbakti kepada Allah. Perkara tersebut dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 23:

ِ ِ ِ ‫نَل َتن ع ب ُد واَ إِ هَل َ إِ هَّي هُ َو ِِب ل‬


َ ‫نو‬ ‫اَن َ َِۚ إِمه اَين بْ لُغن هن َع نْ ند نك َا لْك نَبن َ أ ن‬
ْ ‫نحَدُ ُُهناَ أ‬ ‫س ا‬ ِ
‫ْوال ند يْ ِن َ إ ْح ن‬
‫ن ن‬ ُ ْ ‫ك َأ ه‬ ‫نوقنضن هى َرنبُّ ن‬

َ‫اَوقُلْ َ نَلُ نم اَقن ْو اَل َ نك رِْياا‬ ِ


‫َو نَل َتن نْ نه ْر ُُهن ن‬
‫ك نَل ُُهناَ فن نَل َتن قُ لْ َ نَلُ نم اَ أُف ن‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

4. Membantu pekerjaan dan berusaha memenuhi semua kebutuhan hidup orang


tua.

Para santri harus siap dan bersedia membantu pekerjaan orang tua seperti
membersihkan rumah, merapikan tempat tidur, memasak, mencuci piring, memperbaiki letak
atau mengganti geneteng yang bocor dsb. Jika orang tua sudah tidak mampu mencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebabkan kerena telah berusia lanjut, sakit atau faktor
yang lain, maka semua kebutuhan hidupnya, baik berupa makanan, minuman, pakaian,

9
perumahanan, maupun obat-obatan menjadi tanggung jawab anak-anaknya, terutama anak
laki-laki yang sudah dewasa. Di banding dengan jasa orang tua terhadap anaknya, bantuan
nafkah tersebut belum berarti apa-apa.

5. Menghindari hal-hal yang menimbulkan murka orang tua.

Para santri wajibmenghindari segala sesuatu yang dapat menimbulkan kekecewaan,


kemarahan dan murka orang tua. Seperti ucapan yang kasar, membentak, sikap dan perbuatan
yang menyakitkan. Terutama jika orang tua telah berusia senja yang biasanya sangat mudah
tersinggung dan menjadi pemarah. Karena kekecewaan, kemarahan dan murka orang tua, akan
menyebabkan murka Allah SWT. Sedangkan orang yang dimurkai Allah, hidupnya tidak akan
bahagia, baik di dunia maupun di akheratnya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah
SAW :
“Ridla Allah bergantung pada ridla kedua orang tua dan murka Allah bergantung pada murka
kedua orang tua”.

6. Mendoakan dan memohonkan ampunan.

Di samping kewajiban-kewajiban di atas, setiap anak juga wajib mendoakan kepada


orang tuanya agar mereka memperoleh rahmat dan kasih sayang dari Allah swt. serta diampuni
semua dosa, kesalahan dan kehilafan mereka. Di antara do’a-do’a tersebut telah disebutkan
dalam surat al-Isra’ ayat 24 :
‫ۗصغِ ْ ريۗۗا‬ ِ ِ َّ ‫ۗالذ ِل ِۗمن‬ ِ ‫و‬
َ ‫اۗربَّٰي ِ ِْن‬
َ ‫ۗارْحَْ ُه َماۗ َك َم‬
ْ ‫ۗالر ْْحَة َۗوقُ ْل َّۗرب‬ َ ُّ ‫اح‬َ َ‫اۗجن‬
َ ‫ضۗ ََلَُم‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ
“Dan bersikaplah sopan santun kepada mereka dengan penuh kesayangan, serta
doakanlah mereka dengan ucapan, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana
mereka telah mendidikku sewaktu masih kecil”.

Uraian di atas menunjukkan, bahwa selama orang tua tidak memerintahkan kekufuran,
kemusyrikan dan perbuatan maksiat kepada Allah SWT, maka semua perintahnya wajib
dilaksanakan, semua larangannya wajib dihindarkan dan semua nasehatnya wajib
didengar dipatuhi. Akan tetapi jika mereka memerintahkan kekufuran, kemusyrikan dan
maksiat kepada Allah, maka tidak boleh diikuti. Meskipun demikian perbedaan agama dan

10
kepercayaan tidak menjadi penghalang bagi anak untuk menghormati dan mentaati orang
tuanya.

7. Akhlak Anak terhadap Orang Tua yang telah Wafat

Meskipun orang tua telah wafat, anak-anak tetap mempunyai kewajiban untuk berakhlak
mulia kepadanya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan Imam Abu
Daud dari sahabat Abu Usaid Malik ibn Rabi’ah al-Sa’idi RA. Beliau berkata :

“Ketika kami sedang duduk-duduk di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba ada seorang laki-laki
yang berasal dari Bani Salimah datang. Kemudian laki-laki tersebut bertanya; ’Wahai
Rasulullah, masih adakah kewajiban bagi saya untuk berbakti kepada kedua orang tua saya
sesudah mereka berdua wafat? Kemudian Rasulullah SAW menjawab betul, yaitu (1).
Shalatkan jenazah kedua orang tuamu (2). Mohonkan ampunan keduanya (3). Laksanakan
janji (amanah/wasiat) keduanya sesudah wafat (4). Jalin hubungan sillaturrahim dengan
kerabat keduanya (5). Muliakan sahabat keduanya”

C. Akhlak Terhadap Anak

Maka dari itu, membentuk akhlak seorang anak sangatlah dianjurkan sesuai dengan syariat
agama. Berikut kiat-kiat terbaik untuk memperkuat fitrah dan adab anak, seperti yang
dirangkum dari buku Mendidik Anak Laki-Laki karya Dr Khalid asy-Syantut.

1. Berikan teladan yang baik dari orang tua.

Sebab, orang tua akan menjadi contoh utama yang anak-anak temui setiap hari. Setelah
itu, barulah guru dan teman sepermainan yang akan menjadi contoh lainnya. Perlu diingat,
orang tua dan pihak pengajar akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT
terkait mendidik anak. Maka dari itu, usahakan untuk selalu mengajarkan hal-hal baik yang
tidak menyimpang dari agama Allah. “Setiap anak terlahir sesuai fitrah, kemudian orang
tuanya membuatnya menjadi orang Yahudi, Nasrani, dan Majusi,” kata yang disebutkan
Suyuthi dalam al-Jami’ ash-Shaghir.

11
2. Mengajak anak mumayyiz beraktivitas bersama orang tuanya.

Mumayyiz menurut Imam Syafi’I adalah seorang anak yang usianya telah mencapai tujuh
tahun dan bisa membedakan baik buruk dalam dirinya. Pada masa ini, seorang anak sudah
bukan lagi anak kecil. Artinya, mengajaknya beraktivitas bersama orang tua akan membantu
memenuhi kebutuhan sesuai yang diketahuinya. Di sinilah perasaan dan tanggung jawab diuji
dalam dirinya.

3. Memberikan penilaian terhadap apa yang anak lakukan.

Tujuannya untuk menyadarkan anak mengenai perasaan. Misalnya, jika dia bertengkar
dengan saudaranya, orang tua wajib memberi tahu bahwa hal tersebut merupakan tindakan
yang keliru. Dari sanalah anak bisa memahami mana yang baik dan yang buruk untuk dia
lakukan. Demikian pula ketika mereka melakukan sesuatu yang baik dan posiitf, orang tua bisa
memberikannya penghargaan dan pujian agar mereka bangga terhadap dirinya ketika
melakukan kebaikan.

4. tanamkan nilai-nilai kebaikan di tengah keluarga.

Seperti yang kita pahami, keluarga merupakan fondasi nomor satu untuk membentuk
akhlak. Oleh sebab itu, orang tua harus memberikan pemahaman kepada sang anak untuk
berlaku jujur, amanat, menepati janji, lemah lembut, dan santun. Dalam hal ini, orang tua bisa
memberikan teladan yang baik untuk mereka. Selain itu, arahkan mereka untuk membaca buku
kisah-kisah teladan Nabi maupun kehidupan sahabat. Tentunya dengan begitu diharapkan
mereka bisa memetik pelajaran dari buku yang dibacanya.

12
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun
bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan
kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang
sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan
kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk
keselamatannya.Akhlak terhadap orang tua merupakan akhlak yang sangat penting, hingga
dosa dari berbuat durhaka kepada orang tua berada di tingkat kedua setelah dosa menyekutukan
Allah.Ibu merupakan orang tua yang wajib kita hormati, atas apa yang telah beliau berikan
kepada kita dari mengandung kita selama sekitar 9 bulan 10 hari hingga sekarang. Penerapan
dalam akhlak menghormati orang tua sangat diperlukan karena itu merupakan kewajiban kita
sebagai seorang muslim. Begitupun sebaliknya, dampak yang ditimbulkan apabila orangtua
tidak mau bertanggung jawab atau melalaikan anak sangatlah buruk. Sebab, akan semakin
banyak anak terlantar dan tentunya semakin banyak pula anak-anak yang menjadi
pengemis,gelandangan,dan pengangguran. Hal ini akan menimbulkan masalah kriminalitas
dan kenakalan remaja. Idealnya,apabila orangtua memiliki kesadaran bertanggung jawab ini
benar-benar terwujud dalam kehidupan keluarga,dapat dipastikan tidak ada anak yang terlantar
yang dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, M. (2021). Pendidikan Agama Islam di Rumah Pada Anak Usia 5-6 Tahun di Desa
Purwodadi Kabupaten Aceh Tamiang. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Muslih, I. (2018). Membangun Akhlaq Santri Melalui Kajian Kitab Ta’limul Muta’allim.
Prosiding Seminar Nasional Islam Moderat, 1, 187–195.

Siregar, R. A. (2017). Akhlak anak terhadap orangtua dalam kitab Shahih Bukhari. IAIN
Padangsidimpuan.

Suryadarma, Y., & Haq, A. H. (2015). Pendidikan akhlak menurut imam Al-Ghazali. At-
Ta’dib, 10(2).

Mohammad Adnan (2017), Pola asuh orang tua dalam pembentukan akhlak anak dalam
pendidikan islam. STAI Hasan Jufri Bawean

14

Anda mungkin juga menyukai