Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP TAKDIR

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tauhid Aswaja


Dosen Pengampu ;
Dr.Ahmad Idhofi,s.pd.I.M.pd.

Disusun Oleh:

 Siti Rohmah
 Muhamad zidan
 Hana tazidah
 Nurhasanah
 Khaerunnisa
 Nur fauziah sofyanti
 Ida Farida
 Nur Zakky Fadlani

PROGRAM
STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT UMUL QURO AL ISLAMI
2020/2021

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB II: PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian Takdir 4
B. Konsep takdir Dalam Peningkatan Syiar Dan Dakwah Islam 5
C. Pemikiran Jabariyah Dan Qodariyah Tentang Takdir 6
BAB III: PENUTUP ............................................................................................ 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
C. Penutup 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah Subhaanahu wa


ta’ala yang telah memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani, taufiq serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa


sallam, kepada keluarganya, dan kepada sahabat-sahabatnya yang teramat shalih.
Allaahumma Shalli wa sallim wa baarik ‘alaih. Dalam penelitian ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Konsep takdir”

Kami yakin bahwa setiap pihak yang dimaksud telah tertulis dalam catatan
terbaik malaikat. Jazaakumullaah Khairan, semoga Allah selalu melimpahkan
pahala dan kebaikan untuk kita semua. Akhirnya kepada Allah semata kami
bertawakkal. Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi kami sendiri dalam pengembangan wawasan dan pengetahuan, juga umumnya
bagi para pembaca manapun. Kami menyadari bahwa dalam penyususan laporan
ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami harap saran dan kritikan yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Wa aakhiru da’waana anilhamdulillaahirabbil’aamiin.

Bogor,17 Desember 2021

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Takdir merupakan rukun iman yang ke-6 dan kita umat Islam harus
meyakininya tanpa ada keraguan. Akan tetapi kebanyakan orang salah
mengartikan Takdir. Mereka menganggap apa yang terjadi dengan manusia itu
sudah ditakdirkan dan manusia hanya bisa pasrah tanpa adanya usaha. Ada yang
mengartikan juga bahwa setiap manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan
hidupnya karena setiap manusia akan bertanggungjawab atas apa yang
diperbuatnya. Dari kedua pernyataan tersebut ini merupakan kesalahan dalam
mengartikan Takdir. Yang jelas, Rasul dan para sahabatnya meyakini dengan
sepenuhnya akan ada Takdir yang meliputi semua makhluk bukan hanya manusia.
Tetap tidak menghalangi mereka untuk terus berusaha semaksimal mungkin,
kalaupun tidak sejalan dengan harapan tidak melampiaskan semua kesalahan
kepada Allah swt. Di era yang sudah maju ini persoalan tentang takdir tidak henti-
hentinya dibicarakan oleh banyak orang serta perbedaan pendapat yang selelu
simpang siur. Hal ini dinyatakan dalam al- kitab yang berisikan segala sesuatu yang
terjadi didalam diri seseorang sudah tertulis dalam al- kitab tersebut. Percaya atu
beriman terhadap takdir allah swt merupakan salahsatu rukun iman yang harus
dipercayai oleh setiap umat agama islam. Namun dalam mempercayai suatu takdir
masih menjadi persoalan dan pemahaman yang begitu rumit, karena keberadaan
takdir yang bersifat ghaib, abstrak, dan tidakmudah dipahami oleh pemikiran
manusia, sebagimana rukun- rukun iman yang lain. Masalah kegaiban dan
keabstrakan dari keenam rukun iman kemudian memunculkan berbagai macam
problem pemahaman bagi manusia termasuk yang ghaib mengenai pemahaman
takdir .Allah swt telah memberikan suatu ketetapan atau takdir kepada manusia
sejak berada dalam kandungan. Ketika janin berusia 40 hari Allah Swt akan
mengutus malaikat untuk mencatatnya, setelah itu Allah Swt membentuknya,
menciptakan penglihatan, pendengaran, kulit, daging, dan tulangnya Allah swt telah
memberikan suatu ketetapan atau takdir kepada manusia sejak d kandungan. Lalu
malaikat mencatat janin itu laki-laki atau perempuan, mencatat ajal dan rizkinya

4
sesuai kehendak Allah swt. Bukti nyata dari penciptaan adalah segala yang ada di
dunia telah diciptakan, tidak ada makhluk satupun yang bisa menciptakan dirinya
sendiri. Sang pencipta sangat jauh berbeda dari segala yang ada di dunia ini, zat
yang maha tinggi yang tidak bisa dilihat secara kasat mata, tetapi keberadaan dan
sifat-Nya akan hadir dalam setiap langkah kita. Dialah Allah swt yang menciptakan
segala yang terjadi di dunia ini atas kehendak dan takdir Allah swt. Waktu yang
terus berjalan dikehidupan kita tidak sama dengan dimensi lain, satu contoh satu
hari bagi kita bisa berhari-hari bagi dimensi lain, inilah konsep takdir yang tidak
mampu kita pahami secara rasional ini telah diciptakan, tidak ada makhluk satupun
yang bisa menciptakan dirinya sendiri. Sang pencipta sangat jauh berbeda dari
segala yang ada di dunia ini, zat yang maha tinggi yang tidak bisa dilihat secara
kasat mata, tetapi keberadaan dan sifat-Nya akan hadir dalam setiap langkah kita.
Dialah Allah swt yang menciptakan segala yang terjadi di dunia ini atas kehendak
dan takdir Allah swt
.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat rumuskan permasalahan


yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan takdir ?


2. Bagaimanakah konsep takdir ?
3. Bagaimanakah dimensi pemahaman takdir dalam pelaksanaannya ?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan diatas, tujuannya itu adalah :

1.Untuk mengetahui pengertian takdir


2.Untuk mengetahui konsep takdir
3.Untuk mengetahui bagaimana pemahaman takdir dalam pelaksanaanya

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TAKDIR

Takdir secara bahasa berasal dari kalimat Qoddaro – Yuqoddiru – Taqdiiroon


artinya ketentuan, ukuran, ketetapan, rumusan, untuk re ferensi, seperti disajikan
pada surat berikut: Yang kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya dan Dia
telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukur an-ukurannya dengan
serapi-rapinya. (Al-Furqaan:2). Maksud dari “menetapkan ukuran ukurannya
dengan serapi-rapinya” adalah segala sesuatu yang dijadikan Alla h SWT. diberinya
perlengkapan-perlengkapan dan persiapan- persiapan sesuai dengan naluri, sifat-
sifat dan fungsinya masing-masing dalam hidup.Sesuai dengan rukun Iman yang
ke-6, maka wajib bagi setiap muslim dan muslimat untuk beriman kepada qadla dan
qadar (takdir) baik maupun yang buruk. Karena semua itu adalah rencana dan
keputusan Allah SWT. yang telah tertulis dalam kitab lauh mahfuzh sebelum
kejadian. Tiada suatu bencanapun yang menimpa dibumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dal am kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-
Hadiid:22) Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya (Al-Baqarah:286). Disini Allah
yang berhak menentukan hasil suatu usaha manusia yang baik maupun buruk.
Manusia hanya diberi wewenang dan kewajiban berusaha sesuai kesanggupan
(kadarnya), namun wewenang penuh Allah un tuk penentuan hasilnya. Dalam usaha
ini Allah sudah memberikan referensi dan petunjuk. Dan Tuhanmu yang telah
menetukan kadar (masin-masing) dan memberi petunjuk.1 Katakanlah: ”Siapakah
yang dapat melindungi kamu dari (taqdir) Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” Dan orang-orang munafik itu
tidak memperoleh bagi me reka pelindung dan penolong selain Allah. 2

Takdir berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran. Secara istilah takdir
adalah ketetapan Allah akan garis kehidupan seseorang. Takdir adalah ketentuan
suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya
baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan
demikian segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.
Umat islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan tuhan yang

1
. (Al-A’laa:3)
2
Al-Ahzab:17

6
harus diimani sebagaimana dikenal sebagai rukun iman yang dapat dipelajari dari
informasi tuhan, yakni informasi Allah melalui Al-Quran dan Hadis3

Secara keilmuan umat islam dengan sederhana telah mengartikan takdir


sebagai segala sesuatu telah terjadi. Allah berfirman dalam surat Al-Qomar ayat
49 :Artinya : “Sesungguhnya kami telah menciptakan tiap sesuatu dengan takdir.”
Dan surat al hijr ayat 21: Artinya : “Dan tidak ada sesuatu apapun, melainkan di sisi
kamilah perbendaharaannya dan kami turunkan dia dengan takdir yang telah
dipastikan.”
Dalam pengertian takdir ada 2 kata yang selalu berkaitan dan harus Bukti
nyata dari penciptaan adalah segala apa yang ada di dunia ini telah diciptakan, tidak
ada makhluk satupun yang bisa menciptakan dirinya sendiri. Sang pencipta sangat
jauh berbeda dari segala yang ada di dunia ini, zat yang maha tinggi yang tidak bisa
dilihat secara kasat mata, tetapi keberadaan dan sifat-Nya akan hadir dalam setiap
langkah kita. Dialah Allah SWT yang menciptakan segala yang terjadi di dunia ini
atas kehendak dan takdir Allah SWT. Waktu yang terus berjalan dikehidupan kita
tidak sama dengan dimensi lain, satu contoh satu hari bagi kita bisa berhari-hari
bagi dimensi lain, inilah konsep takdir yang tidak mampu kita pahami secara
rasional. Takdir merupakan pengetahuan Allah SWT secara sempurna tentang masa
lampau dan masa yang akan datang, akan tetapi kebanyakan orang tidak memahami
kebenaran takdir. Allah SWT menguasai seluruh waktu dan ruang, segala sesuatu
telah ditentukan dan ditakdirkan oleh Allah SWT. Setiap kejadian baik yang besar
maupun yang kecil ada dalam pengetahuan Allah SWT dan tercatat dalam sebuah
kitab. Seperti firman Allah SWT dalam surat Yunus (10): 61 dibicarakan yaitu
qadha dan qadar. Qadha’ adalah bentuk masdar dari qadha yang berarti kehendak
atau ketetapan hukum, dalam arti: kehendak atau ketetapan Allah terhadap segala
sesuatu sebagai program besar; belum direalisasikan dalam kenyataan Qadar adalah
bentuk masdar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan, dalam arti: ukuran
atau ketentuan Allah terhadap sesuatu yang sudah terperinci. 4

Ukuran, ketentuan, rumusan pasti Illahi (takdir) ini ada dua macam:

1. Taqdir Mubrom : Taqdir yang tidak dapat mengelak dan hanya bisa
menerima saja. Misalnya calon bayi sudah ditentukan jenis kelaminnya,
dimana lahirnya, siapa bapa ibunya; setiap yang bernyawa pasti akan mati,
siapa yang dapat menghindari mati? Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Yasiin:38)
2. Taqdir Mu’allaq (mukhoyyar) : Taqdir yang masih dapat berubah melalui
upaya, ikhtiar, dan doa sesuai dengan kemampuannya masing
masing.Manusia diwajibkan mempergunakan tenaga, akal pikirannya untuk

3
Tauhid. 2005. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4
Zaini, Syahminan. 1983. Kuliah Aqidah Islam. Surabaya : Al-Ikhlas

7
berusaha mencapai kehendak dan keinginan disertai dengan segala syarat-
syarat dan perhitungan
3. sebab-akibat.

2.2 konsep takdir menurut syiar dan dakwah


Takdir merupakan suatu hal yang sangat ghaib sehingga kita tidak dapat
mengetahui takdir kita sedikit pun.Yang dapat kita lakukan hanyalah berusaha karena
berusaha telah Allah tentukan sebagai suatu kewajiban. Sangat penting bagi manusia
untuk mengusahakan qadha yang selanjutnya menerima qadarnya. Dalam takdir ada
4 tingkatan yang wajib diimani, yaitu :

1. Al-'Ilmu

Setiap orang harus meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara
global maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang detail maupun yang jelas atas
setiap gerak-gerik makhluk-Nya.

2. Al-Kitabah

Setiap orang harus meyakini Allah mencatat semua itu dalam lauhul mahfudz.

3. Al-Masyiah (kehendak)

Kehendak Allah ini bersifat umum, bahwa tidak ada satupun di langit maupun di
bumi melainkan terjadi dengan iradat atau masyiah Allah swt. Tidak ada di dalam
kekuasaan-Nya yang tidak diinginkan-Nya selamanya, baik yang berkaitan dengan
apa yang dilakukan oleh zat Allah atau yang dilakukan untuk makhluk-Nya.

4. Al-Khalqu

Bahwa tidak ada satupun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai pencipta,
pemilik, pengatur, dan penguasanya.5

2.3 PEMIKIRAN JABARIYYAH DAN QODARIYYAH TENTANG


TAKDIR

A. PEMIKIRAN JABARIYAH

Nama jabariyah berasal dari kata Arab jabara yang berarti alzama hu bi fi’lih,
yaitu berkewajiban atau terpaksa dalam pekerjaannya. Manusia tidak mempunyai
kemampuan dan kebebasan untuk melakukan sesuatu atau meninggalkan suatu
perbuatan. Sebaliknya ia terpaksa melakukan kehendak atau perbuatannya
5
Zaini, Syahminan. 1983. Kuliah Aqidah Islam. Surabaya : Al-Ikhlas

8
sebagaimana telah ditetapkan Tuhan sejak zaman azali. Dalam filsafat Barat aliran
ini disebut Fatalism atau Predestination. Paham jabariyah ini berpendapat bahwa
qada dan qadar Tuhan yang berlaku bagi segenap alam semesta ini, tidaklah
memberi ruang atau peluang bagi adanya kebasan manusia untuk berkehendak dan
berbuat menurut kehendaknya. Paham ini menganggap semua takdir itu dati Allah.
Oleh karena itu menurut mereka, seseorang menjadi kafir atau muslim adalah atas
kehendak Allah. 6
Dasar pemikiran Jabariyah ini berangkat dari pemahaman terhadap beberapa
potong ayat diantaranya terdapat dalam surat al An’am ayat 11 “niscaya mereka
tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki”. dalam surat As Shaffat
ayat 96 “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu". Selanjutnya dalam surat al Insan ayat 30 “Tidaklah kamu menghendaki kecuali
Allah yang menghendaki.”

B. PEMIKIRAN QODARIYAH

Qadariyah sebagai sebuah paham adalah sebuah aliran mengakui bahwa


manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan
perbuatannya.
yakni kehendak bebas dan bebas bertindak. Artinya adalah manusia sendiri yang
menentukan
nasibnya. Yunan menyebutnya sebagai suatu aliran yang memberikan penekanan
atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-
perbuatannya.
Adapun Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti
memaksa.Awal perrkembangan paham ini di kenal dari pemikirannya jaad bin
dirham dan di lanjutkan oleh jahm bin shafwan.dari esensinya paha, jabaryah adala
kebalikan dari paham qadariyah dimana pada paham ini manusia bersifat pasif,
dimana manusia tidak memiliki daya dan upaya untuk merubah dan menentukan
takdirnya merubah dan menentukan takdirnya manusia bersifat aktif, dimana
kehendak secara mutlak terletak pada mutlak terletak pada Allah SWT mutlak
terletak pada Allah SWT Pada Qadariyah menafikan campur tangan Allah SWT,
sedangkan Jabariyah menafikan adanya unsur keterlibatan manusia dalam setiap
perbuatan. 7

6
Zaini, Syahminan. 1983. Kuliah Aqidah Islam. Surabaya : Al-Ikhlas
7
webcache.googleusercontent.com

9
KESIMPULAN

Takdir berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran. Secara istilah takdir adalah
ketetapan Allah akan garis kehidupan seseorang. Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa
yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar
atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang
terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.

Takdir merupakan suatu hal yang sangat ghaib sehingga kita tidak dapat
mengetahui takdir kita sedikit pun.Yang dapat kita lakukan hanyalah berusaha karena
berusaha telah Allah tentukan sebagai suatu kewajiban.

Pemikiran jabariyyah dan qodariyyah tentang takdir adalah jabariyah yaitu


berkewajiban atau terpaksa dalam pekerjaannya. Manusia tidak mempunyai kemampuan
dan kebebasan untuk melakukan sesuatu atau meninggalkan suatu perbuatan. Qadariyah
sebagai sebuah paham adalah sebuah aliran mengakui bahwa manusia mempunyai
kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan perbuatannya.

DAFTAR PUSTAKA

10
 Tauhid. 2005. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
 Zaini, Syahminan. 1983. Kuliah Aqidah Islam. Surabaya : Al-Ikhlas
 https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:INaIfvyIaRoJ:https:
//ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alaqidah/article/download/1569/118
0+&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id

11

Anda mungkin juga menyukai