Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL

OLEH :

KELOMPOK :

1. SELLY LESTARI
2. REYNITA SAFITRI
3. FARHAN ABDILLAH AHMAD
4. SALVA SUSILO PUTRA
5.

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)


KARANG PUCUNG KECAMATAN WAY SULAN
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
makalah tentang “Bentuk-bentuk Interaksi Sosial” ini dapat terselesaikan . Makalah ini di
ajukan guna memenuhi tugas kelompok sekolah SMAN 1 WAY SULAN. Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan kita semua.

Karang Pucung, 16 November 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

C. Tujuan Makalah ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2

A. Pengertian Iman Kepada Qadha’ dan Qadar Allah .............................................. 2

B. Kebebasan Kehendak Manusia ........................................................................... 3

C. Hubungan Kebebasan Manusia dan Allah .......................................................... 5

D. Hikmah Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar....................................................... 7

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 8

A. Kesimpulan......................................................................................................... 8

B. Saran................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum Aqidah Ilmu Kalam membahas tentang ajaran-ajaran dasar dari suatu
agama. Aqidah Ilmu Kalam ini mempelajari akidah/teologi yang akan memberi seseorang
keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan yang kuat, yang tidak mudah
diombang-ambingkan oleh peredaran zaman.
Secara khusus ilmu kalam juga membahas tentang rukun-rukun iman yang mencakup
materi dari iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat Allah, Iman Kepada Kitab-kitab Allah,
Iman Kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari kiamat, dan Iman kepada Qadha’ dan
Qadar Allah.
Dalam sehari hari kita harus menerapkan ilmu aqidah dengan baik, agar ilmu yang kita
dapatkan bisa bermanfaat dan juga bisa menjadikan keuntungan bagi diri kita maupun diri
orang lain, disini kami akan menjelaskan Aqidah Ilmu Kalam yang membahas tentang iman
kepada qada’ dan Qodarnya Allah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian iman kepada qadha’ dan qadar Allah ?
2. Bagaimana kebebasan kehendak manusia terhadap qada’ dan qadar Allah ?
3. Bagaimana hubungan kebebasan manusia dan Allah ?
4. Bagaiaman hikmah iman kepada qada’ dan Qadar Allah ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian iman kepada qadha’ dan qadar Allah.
2. Untuk mengetahui kebebasan kehendak manusia terhadap qada’ dan qadar Allah.
3. Untuk mengetahui hubungan kebebasan manusia dan Allah.
4. Untuk mengetahui hikmah iman kepada qada’ dan Qadar Allah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Kepada Qadha’ dan Qadar Allah

Qadha’ menurut ilmu tauhid memiliki pengertian yaitu sesuatu yang sudah terjadi atau
telah terjadi pada seseorang, artinya yaitu kejadian tersebut telah berlalu atau telah dilakukan.
Sedangkan Qadar menurut ilmu tauhid, memiliki pengertian takdir dimana apabila
diperluas pengertiannya yaitu sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah SWT. kepada hamba-
hamba-Nya baik bersifat perseorangan maupun golongan, baik tentang nasib (perjalanan
hidup) ataupun tentang peraturan-peraturan yang ditetapkan. Manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan dan semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. memiliki ukuran, kekuatan,
watak, kegunaan dan kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan yang telah ditentukan
oleh Allah SWT.. Namun demikian, khususnya manusia diberikan keistimewaan tersendiri
oleh Allah SWT. untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk melalui
pertimbangan akal dan hatinya. Oleh karena itu, mempercayai Qadar merupakan salah satu
rukun iman.
Adapula pendapat yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadha’ dan qadar
adalah kehendak Allah yang azali untuk menciptakan sesuatu dalam bentuk tertentu (qadha)
kemudian mewujudkannya atau merealisasikannya dalam kehidupan nyata yang kongkrit
seusuai dengan kehendak yang azali itu (qadar). Namun sebagian ulama mengatakan
sebaliknya, mereka meberpendapat bahwa qadar ialah rencana atau ketentuan Allah dalam
azali dan qadha adalah pelaksanaannya dalam kehidupan nyata.
Ahlussunnah wal Jama’ah yakin bahwa segala kebaikan dan keburukan itu
berdasarkan qadha’ dan qadar Allah, dan Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Tidak
ada sesuatu yang keluar dari kehendak dan kekuasaan-Nya. Allah maha mengetahui sesuatu
hal yang akan terjadi dan yang belum terjadi di masa azali. Allah lah yang menentukan dan
mengendaki segala sesuatunya terjadi. Dan dibalik hal yang telah ditentukannya itu pasti ada
hikmahnya. Dia mengetahui takdir seluruh hamba-Nya, mengetahui tentang rizki, ajal, amal
dan yang lainnya. Dapat disimpulkan, qadar adalah perkara yang telah diketahui dan telah
dituliskan oleh Allah dari hal-hal yang akan terjadi hingga akhir zaman nanti.

2
Ahlussunnah Wal Jamaah juga berkeyakinan bahwa qadar itu adalah rahasia Allah
dalam penciptaan-Nya, tidak ada yang mengetahui sekalipun malaikat yang dekat dengan
Allah dan nabi yang diutus oleh Allah. Mendalami dan mengkaji mengenai hal itu adalah
kesesatan, karena Allah SWT. menutup ilmu tentang qadar dari makluknya, dan melarang
mereka untuk membahasnya.
Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa qadha’ dan qadar adalah satu kesatuan
dimana qadha’ merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah disusun,
dan qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk direalisasikan kepada
kehidupan nyata ini.
Qadar dan qadha’ adalah ilmu Allah yang azali terhadap segala sesuatu yang hendak
diwujudkan berupa alam, makhluk, perkara baru dan segala sesuatu.

B. Kebebasan Kehendak Manusia


Dalam kitab Aqidatul Mukmin menjelaskan bahwa apapun yang ada dialam semesta
ini adalah rencana Allah dan apa-apa yang telah kami perhatikan berupa keajaiban penciptaan
dan pengaturan, itu terdapat di semua alam maujud, baik manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan maupun benda keras.
Dari penjelasan diatas qadha dan qadar Allah ilmu Allah yang azali terhadap segala
sesuatu yang hendak diwujudkan berupa alam, makhluk, perkara baru, dan segala sesuatu.
Dengan adanya penciptaan tentang kadarnya, tatacaranya, sifatnya, masanya, tempatnya,
sebabnya, pendahuluannya dan kesimpulannya tak satupun yang tertinggal dari ketentuan
waktunya, mendahului batasan-batasan masanya, menambah dan mengurangi kadar takdir,
dan berubah dalam tatacara dan sifatnya.
Allah Swt. Menciptakan manusia berikut perbuatannya, dan Dia memberi kehendak,
kemampuan, ikhtiar dan ma’isyah yang diberikan Allah untuknya, sehingga perbuatan-
perbuatannya berasal dari-Nya secara hakiki bukan majazi. Kemudian Dia memberikan akal
untuknya agar bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Dia tidak
menghisabnya kecuali terhadap perbuatan-perbuatannya yang dilakukan dengan kehendak
dan ikhtiarnya. Manusia tidak dipaksa, akan tetapi manusia memiliki kehendak dan
keikhtiaran, sehingga ia bisa memilih dan perbuatan-perbuatan dan keyakinannya. Hanya saja
kehendak itu mengikuti kehendak Allah. Semua yang dikendaki Allah pasti terjadi, dan apa
yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.sebab Allah-lah pencipta alam dan seluruh
isinya.

3
Menurut Ahlus sunnah wal jama’ah Qadar Allah adalah rahasia Allah pada
penciptaan-Nya. Mendalami dan mengkaji mengenai itu adalah kesesatan dan muncul
persoalan yang timbul mengenai kehendak dan kebebasan dalam berbuat. Maksudnya adalah
apakah manusia mempunyai kebebasan yang mutlak atau kehendaknya yang bebas dalam
melakukan sesuatu yang dikehendaki atau dia tidak mempunyai kebebasan apa-apa dalam
perbuatannya itu. Segala apa yang dilakukannya adalah mengikuti sepenuhnya akan ketentuan
yang telah digariskan Allah kepadanya sejak zaman azali.

Dalam Al-Qur’an terdapat dua kelompok ayat-ayat yang menyentuh masalah ini yang
pada lahirnya saling berlawanan, sehingga diperlukan penafsiran untuk menjelaskan
pengertian kandungan ayat-ayat tersebut.

 Pertama: Firman Allah dalam Surah Az Zumar :39:62

)26( ‫ُهللَا َخ ا ِلٌق ُك ِّل َش ْي ٍء َو ُهَو َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َو ِكْيٌل‬


Artinya: Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu. (QS. Az-
Zumar, 39:62)

 Kedua: Firman Allah dalam Surah Al-Qamar :54:49

)94( ‫ِاَّنا ُك َّل َش ْي ٍء َخ َلْقَنا ُه ِبَقَد ٍر‬


Artinya : Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS. Al-
Qamar, 54:49)

 Ketiga: Firman Allah dalam Surah Al-Furqan :25:2

‫َاَّلِذ ْي َلُه ُم ْلُك الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو َلْم َيَّتِخ ْذ َو َلًدا َو َلْم َيُك ْن َلُه َش ِر ْيٌك فِي اْلُم ْلِك‬
)2(‫َو َخ َلَق ُك َّل َش ْي ٍء َفَقَّد َر ُه َتْقِد ْيَر ا‬
Artinya : Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai
anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan-Nya, dan dia telah menciptakan segala
sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya[1053]. (QS. Al-Furqan
:25:2)

4
C. Hubungan Kebebasan Manusia dan Allah

Manusia dalam melakukan sesuatu seolah-oleh mereka memiliki kebebasan di dalam


setiap tindakannya, namun ternyata di dalam kebebasan manusia bertindak ada campur
tangannya dengan kehendak Allah SWT.. Dan kedua hal ini sangat berkaitan sekali.

Takdir tentang penciptaan dan pencatatannya itu sudah terdapat di dalam Al-Lauhul
Mahfuzh (papan yang terjaga) sebagaimana ketentuan dalam menetapkan adanya penciptaan
tentang kadarnya, tatacaranya, sifatnya, masanya, tempatnya, sebabnya, pendahuluannya dan
kesimpulannya. Tak ada satupun yang melenceng dari ketentuan-Nya tersebut. Hal ini terjadi
karena luasnya ilmu yang dimiliki Allah SWT. Dia mengetahui segala hal baik yang akan
terjadi, yang sedang terjadi, maupun yang sudah terjadi. Allah juga mengetahui bagaimana
sesuatu itu akan terjadi, bagaimana prosesnya, dan bagimana akhirnya. Kemahakuasaan Allah
sangat luas dan Agung, tak ada yang mempu membatasi maupun yang melemahkannya.
Sesuatu yang sudah dikehendaki Allah itu pasti ada dan sesuatu yang tidak dikehendakinya itu
pasti tidak ada.

Selain itu, karena melekatnya Allah dengan benda yang maujud dengan aturan
sunnatullah. Beliau yang menetapkan segala bagian alam baik yang ada di atas maupun yang
ada di bawah dengan seimbang. Keduanya itu, adalah qadha’ dan qadar. Qadha’ dan qadar ini
tidak boleh diingkari kecuali oleh orang-orang yang sombong dan menentang atau orang
bodoh yang membangkang.

Dalam hal ini, manusia memiliki kebebasan dalam usahanya, do’a, dan ikhtiarnya,
namun pada nantinya di hasil akhir nanti Allah lah yang menentukan. Di setiap hal yang
dialami oleh manusia terdapat takdir Allah yang merupakan ketentuan terbaik darinya yang
telah disusun-Nya.

Dalam membahas tentang takdir ini banyak sekali aliran yang berbeda pendapat
mengenai hal ini, diantara aliran yang paling menonjol dalam membahas takdir yaitu aliran
Jabariyah dan Qadariyah.

Di dalam aliran jabariyah dijelaskan bahwa manusia tidak menciptakan perbuatannya


dan apa yang mereka lakukan itu tidak pantas dikaitkan kepadanya kecuali dengan majaz,
yaitu kaitan perbuatan, bukan kaitan usaha alternatif dan kaitan kehendak. Karena menurut
mereka perbuatan itu adalah perbuatan Allah yang dilaksanakan melalui tangan hamba-
5
hamba-Nya tanpa adanya kehendak dari hamba. Mereka memiliki ketetapan aqidah bahwa
hamba tidak disiksa dan perbuatannya tidak dicela meskipun dalam tataran kejelekan maupun
hal yang tercela. Aliran Jabariyah ini sangat bertentangan sekali dengan prinsip yang dimiliki
oleh aliran qadariyah yang berpendapat bahwa hamba selalu berdiri sendiri dengan bebas
menciptakan perbuatannya. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa hamba itu menjadi
Tuhan yang meciptakan perbuatan yang Dia kehendaki. Dengan demikian menjadikan tauhid
yang merupakan pokok agama menjadi batal.

Dan ada pula golongan Ahlussunnah wal Jama’ah, dimana tokoh-tokoh dari aliran ini
mengambil jalan tengah dengan memadukan dua aliran yang bertentangan tersebut. Menurut
aliran ini, manusia itu merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dengan diberikannya
akal kepada mereka. Kehendak dan kuasa yang ada pada dirinya dalam melakukan amal
perbuatannya dalam batas kemungkinan, tidak dalam hal yang mustahil. Akan tetapi, usaha
dan tindakan yang dilakukan manusia ini tidak berkesan dan kesannya hanya sebagai kerja
sebab dan akibat, buak kesan yang haqiqi, karena penbuat kesan yang haqiqi adalah qurah
Allah SWT.. Jadi, inti dari aliran ahlussunnah wal jamaah ini adalah orang boleh berusaha dan
membuat rencana, tetapi hanya Allah yang akan menentukan hasil akhirnya kelak.

Manusia dapat mengerjakan perbuatan sebagaimana semua makhluk dengan beban


perbuatan yang diberikan Allah. Perbedaan antara manusia dan semua makhluk adalah
manusia diberi kesempatan untuk bisa berusaha dan berikhtiyar karena adanya illat taklif
(beban) dan pembalasan. Manusia itu juga sangat berbeda dengan makhluk lain. Makhluk lain
tidak mendapatkan balasan atas apa yang mereka kerjakan dan perbuat, karena mereka tidak
diberi kehendak bebas dan berikhtiyar. Denga demikian, jika ia ingin berbuat, maka ia
berbuat. Dan bila mereka ingin meninggalkan, maka ia meninggalkan. Manusia akan sampai
pada tujuannya dengan sesuatu yang telah mereka kehendaki berupa amal dan dia
mengikhtiyarinya untuk dirinya dengan murni (absolutasi) kehendak dan ikhtiyarnya. Oleh
karena itu, seandainya hamba dipaksa untuk beramal, maka dia tidak dihisab dan tidak
mendapat balasan berupa pahala dan celaan, karena mereka tidak berkehendak secara bebas
dan tidak berikhtiyar secara sempurna. Dengan demikian, bagi orang yang memperoleh taufik
dapat bekerjasama antara eksistensi aktivasi hamba yang telah ditentuakn oleh Allah secara
azali kepada hamba yang berbuat dan antara eksistensi hamba yang berkehendak dan
berikhtiyar untuk perbuatannya, mereka akan disiksa karena kejahatannya, dan akan diberi
pahala karena amal kebaikannya.

6
D. Hikmah Beriman Kepada Qadha’ Dan Qadar

1. Mendorong orang muslim bekerja keras dan berjuang untuk meningkatkan harkat dan

martabatnya di bumi dan dapat dijadikan suatu daya ruhani yang dapat memperteguh

hubungannya dengan Allah pencipta alam dan semestanya.

2. Menanam keberanian dalam dirinya untuk untuk membela kebenaran dan

melaksanakan kewajibannya.

3. Membuat manusia sadar bahwa segala apa yang ada di alam semesta ini berjalan

mengikuti ketentuan Allah Yang Maha Bijaksana.

4. Takdir menuntut orang beriman untuk berusaha dan bekerja, lalu bertawakal dan

akhirnya bersyukur karena Allah atas karunia-Nya dan bersabar atas cobaan dan ujian

yang menimpanya.

5. Memperoleh hasil yang mengalir dan buah yang baik.

6. Memperoleh kekuatan watak dan keteguhan hati.

7. Memperoleh ketenangan hati.

8. Akan terlepas dari kebingunagan dan kegelisahan pada dirinya, yang terwujud hanya

keberanian yang kuat untuk mngedepankan urusan tanpa ada ketakutan, kecemasan,

dan keragu-raguan.

9. Menjadi manusia yng bersih jiwanya.

10. Di samping itu, dia menjadi manusia yang sangat mulia ucapan dan jiwanya.
7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Qadha’ adalah merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah
disusun, dan qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk direalisasikan
kepada kehidupan nyata ini. Oleh karena itu, banyak sekali perbedaan pendapat mengenai
kebebasan manusia. Manusia memiliiki kebebasan dalam bertindak, namun dalam setiap
tindakannya Allah memberikan aturan tersendiri, yang memberikan batasan disetiap tindakan
yang dilakukan oleh manusia. Manusia memiliki kewajiban untuk berusaha (ikhtiar), do’a,
dan kemudian akhirnya mereka bertawakkal kepada Allah SWt., dan hasilnya ini merupakan
takdir dari allah SWT.. Dengan kita mempercayai atau beriman kepada Qadha’ dan Qadar
maka kita akan memiliki ketenangan dalam menjalani hidup ini dan mengurangi sifat kufur
atas nikmat Allah SWT.
B. Saran
Sebaiknya dalam menyikapi takdir Allah dengan penuh ikhlas tanpa mengeluh karena
apa yang telah ditakdirkan Allah untuk itu adalah yang terbaik. Akan tetapi, takdir itu dapat
berubah selama kita mau berusaha dan selalu berikhtiar kepada Allah SWT. serta tidak lupa
untuk senantiasa berdo’a hanya kepada Allah bukan kepada selain-Nya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Atsari, A. b. (2005). Panduan Akidah Lengkap. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir.


Al-Jazairi, A. B. (2001). Aqidatul Mukmin. Jakarta: Pustaka Aman.
Baiquni, A. (1995). Kamus Istilah Agama Islam. Surabaya: Arkola.
Daudy, A. (1997). Kuliah Akidah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Hidayat, N. (2015). Akidah Akhlak dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

98

Anda mungkin juga menyukai