Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EKSISTENSI TAKDIR
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tauhid
Dosen pengampu : Mustaqim M.Pd.

Disusun oleh :

1. MUHAMMAD RIZKY (63040220114)


2. EGA IQBAL HANAN MAJID (63040220115)
3. HERLINA EKA PUSPITA SARI (63040220116)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala limpahan rahmat, bimbingan dan petunjuk serta hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”EKSISTENSI
TAQDIR”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pancasila yang diampuh oleh bapak Mustaqim M.Pd.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada rekan


seperjuangan yang telah memebantu dalam menyusun makalah ini. Terlepas dari
berbagai kesalahan dan kekurangan dari makalah ini, peyusun sangat berharap
agar makalah ini dapat membantu dalam proses belajar serta memahami lebih jauh
mengenai Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu. Akhir kata kami
meminta maaf atas kesalahan serta kekhilafan yang penulis perbuat sengaja
maupun tidak sengaja.

Salatiga, 16 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3


A. Pengertian Takdir ............................................................................................ 3
B. Prinsip Beriman pada Takdir ............................................................................ 6
C. Macam- Macam Takdir ................................................................................... 7
D. Keberadaan Takdir ......................................................................................... 8
E. Hikmah Adanya Takdir ................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 12


A. Kesimpulan .................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Takdir merupakan rukun iman yang ke-6 dan kita umat Islam harus
meyakininya tanpa ada keraguan. Sebagaimana paham ketentuan dan ketetapan
itu ada, baik masalah Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, maupun
celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah
diketahui oleh manusia dan semua itu harus diyakini adanya. Manusia hakekatnya
itu merdeka, bebas menentukan perbuatannya dengan usahanya sendiri dan
kemerdekaan manusia itu sendiri adalah merupakan kadar atau taqdir Allah ayat-
ayat di atas, itupun sebenarnya secara implisit memberikan pengertian bahwa
usaha yang sifatnya merdeka, itulah yang menentukan akibatnya. Namun tinggal
masing-masing pribadi menyikapi dan menentukan jalan takdir yang dilalui, sebab
telah hadir dalam diri manusia adanya keyakinan.
Takdir itu bukanlah hal yang ghaib dan misterius yang bisa kita terima
begitu saja, tetapi Takdir itu merupakan suatu keharusan bagi kita untuk
mempalajarinya dan menelitinya. Takdir merupakan ketentuan Allah swt atas apa
yang terjadi di alam ini. Apa yang terjadi sekarang, besok dan seterusnya sudah
ditentukan jauh sebelum Allah swt menciptakan alam ini.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Makna dari Takdir ?
2. Bagaimana Prinsip Beriman Pada Takdir ?
3. Bagaimana Macam-MacamTakdir ?
4. Bagaimana Keberadaan Takdir ?
5. Bagaimana Hikmah Adanya Takdir ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Makna dari Takdir

1
2. Untuk Mengetahui Prinsip Beriman Pada Takdir
3. Untuk Mengetahui Macam-Macam Takdir
4. Untuk Mengetahui Keberadaan Takdir
5. Untuk Mengetahui Hikmah Adanya Takdir

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Takdir
Kata “takdir” maka yang terlintas difikiran yakni berhubungan dengan
qadha dan qadar. Takdir merupakan kekuasaan dari Allah terhadap kehidupan
yang manusia dijalani saat ini, takdir wajib diimani oleh setiap muslim karena
iman kepada takdir merupakan salah satu dari rukun iman. Dalam istilah lain,
takdir adalah qadar (al-qadar khaiuruhu wa syarruhu). Qadha juga memiliki
pengertian kehendak atau ketetapan hukum Allah terhadap segala sesuatu, tetapi
belum nyata.
Kata qadar secara etimologis adalah bentuk masdar dari kata qadara yang
berarti ukuran atau ketentuan, dalam hal ini qadar adalah ukuran atau ketentuan
Allah terhadap segala sesuatu. Secara terminologis ada yang berpendapat bahwa
kedua istilah ( qadha dan qadar ) mempunyai pengertian yang sama, dan ada pula
yang membedakannya.
Takdir merupakan rukun iman yang ke-6 dan kita umat Islam harus
meyakininya tanpa ada keraguan. Akan tetapi kebanyakan orang salah
mengartikan Takdir. Mereka menganggap apa yang terjadi dengan manusia itu
sudah ditakdirkan dan manusia hanya bisa pasrah tanpa adanya usaha. Ada yang
mengartikan juga bahwa setiap manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan
hidupnya karena setiap manusia akan bertanggungjawab atas apa yang
diperbuatnya. Dari kedua pernyataan tersebut ini merupakan kesalahan dalam
mengartikan Takdir. Yang jelas, Rasul dan para sahabatnya meyakini dengan
sepenuhnya akan ada Takdir yang meliputi semua makhluk bukan hanya manusia.
Tetapi tidak menghalangi mereka untuk terus berusaha semaksimal mungkin,
kalaupun tidak sejalan dengan harapan tidak melampiaskan semua kesalahan
kepada Allah swt.1

1
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung : Mizan,1996), hlm. 60.

3
Takdir berasal dari akar kata qadara yang berarti memberi kadar,
mengukur atau ukuran. Yang mana Allah telah menetapkan kadar, ukuran atau
batas tertentu pada diri, sifat dan kemampuan makhluk-Nya. Semua makhluk
Allah swt telah ditetapkan takdirnya dan Allah menunjukkan arah yang mereka
tuju, seperti yang tercantum dalam surat Al-A’la (87) : 1-3

َ َ‫) الَّ ِرٌ َخل‬1( ًَ‫ك ْاْلَ ْعل‬


)3( ‫) َوالَّ ِرٌ قَ َّد َز فَهَ َد ي‬2( ‫ق فَ َسىَّي‬ َ ِّ‫ِّخ ا ْس َم َزب‬
ِ ‫َسب‬

Artinya: “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan


(semua mahluk) dan menyempurnakannya, yang memberi takdir kemudian
mengarahkan(nya)".2

Takdir merupakan sebuah sebutan atas pengetahuan Allah swt, dalam hal
ini pengetahuan Allah swt yang meliputi seluruh alam. Allah swt menulis segala
peristiwa yang terjadi pada tempat dan waktu tertentu, baik kepada alam maupun
manusia. Bukan berarti Allah memaksa kita melakukannya akan tetapi kita
menginginkan lalu melakukannya. Takdir Allah swt hanya untuk menyelaraskan
takdir dengan keinginan manusia.3 Manusia diberkahi kelebihan akal untuk
mampu membedakan antara perbuatan baik dan perbuatan buruk, Allah swt hanya
membimbing kita menuju amal kebaikan yang menyebabkan kita mempunyai
keinginan dan kemudian melakukannya. Amal kebaikan kita didapat melalui
keimanan, ketaatan yang tulus dan berdo’a agar selalu mendapatkan ridha Allah
swt.
Takdir itu bukanlah hal yang ghaib dan misterius yang bisa kita terima
begitu saja, tetapi Takdir itu merupakan suatu keharusan bagi kita untuk
mempalajarinya dan menelitinya. Takdir merupakan ketentuan Allah swt atas apa
yang terjadi di alam ini. Apa yang terjadi sekarang, besok dan seterusnya sudah
ditentukan jauh sebelum Allah swt menciptakan alam ini. Apa yang terjadi di

2
Ibid, hlm. 61.
3
M. Fethullah Gulen, Menghidupkan Iman Dengan Mempelajari Tanda-Tanda Kebesaran-
Nya, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 113.

4
alam ini merupakan hukum alam, dalam hal ini biasa disebut sunnatullah.
Sunnatullah mencakup dua hal, yang pertama, takdir yang mencakup masalah
hukum alam yang mengenai benda-benda mati, dan hukum-hukum yang
mencakup kejadian-kejadian yang mempunyai kaitan dengan aspek alam ghaib.
Sunnatullah yang berlaku atas alam kosmos meliputi bumi, bulan,
matahari dan bintang. Salah satu bukti bahwa Allah swt berkuasa yakni berjuta
bintang dan planet yang mengelilingi matahari dengan berbagai kecepatan dan
jarak dengan peraturan dan daerah tertentu masing-masing planet dan bintang itu
tidak pernah saling berbenturan satu sama lain. Planet bumi adalah tempat kita
berpijak yang berbentuk bundar oval atau bundar telur, berputar keliling dalam
waktu sehari semalam atau 24 jam, dan berputar keliling matahari selama satu
tahun penuh. Dari perjalanan bumi keliling dirinya maka timbullah malam dan
siang, malam artinya bumi membelakang kepada matahari sedangkan siang bumi
menghadap matahari. Dan dari perjalanan bumi kelililng matahari maka terjadilah
musim di bumi ini.4
Allah swt telah memberikan suatu ketetapan atau takdir kepada manusia
sejak berada dalam kandungan. Ketika janin berusia 40 hari Allah swt akan
mengutus malaikat untuk mencatatnya, setelah itu Allah swt membentuknya,
menciptakan penglihatan, pendengaran, kulit, daging, dan tulangnya. Lalu
malaikat mencatat janin itu laki-laki atau perempuan, mencatat ajal dan rizkinya
sesuai kehendak Allah swt.5 Seperti dalam Hadis yang diriwayatkan oleh
Abdullah bin mas’ud, Rasulullah saw bersabda:

“Telah menceritakan kepada kami Abul Walid, Hisyam bin Abdul Malik telah
menceritakan kepada kami Syu'bah telah memberitakan kepadaku Sulaiman Al
A'masy mengatakan, saya mendengar Zaid bin Wahab dari Abdullah mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seorang
yang jujur lagi di benarkan, bersabda: "Sungguh salah seorang di antara kalian
dihimpun dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi

4
Bey Arifin, Mengenal Tuhan, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1991), hlm.130.
5
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Qadha dan Qadar Ulasan Tuntas Masalah Takdir, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2000) hlm. 41.

5
segumpal darah juga seperti itu, kemudian menjadi segumpal daging juga seperti
itu, kemudian Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat hal,
rejekinya, ajalnya, sengsara ataukah bahagia, demi Allah, sungguh salah seorang
di antara kalian, atau sungguh ada seseorang yang telah mengamalkan amalan-
amalan penghuni neraka, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka selain
sehasta atau sejengkal, tetapi takdir mendahuluinya sehingga ia mengamalkan
amalan penghuni surga sehingga ia memasukinya. Dan sungguh ada seseorang
yang mengamalkan amalan-amalan penghuni surga, sehingga tak ada jarak
antara dia dan neraka selain sehasta atau dua hasta, lantas takdir mendahuluinya
sehingga ia melakukan amalan-amalan penghuni neraka sehingga ia
memasukinya." Sedang Adam mengatakan dengan redaksi 'kecuali tinggal
sehasta'.”6

B. Prinsip Beriman pada Takdir


Perlu kita ketahui bahwa keimanan terhadap takdir harus mencakup empat
prinsip. Keempat prinsip ini harus diimani oleh setiap muslim.
1. Ilmu
Kita percaya bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah
mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, termasuk juga proses
kejadiannya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt sebagai berikut: .QS
Al-Hajj (22):70.

2. Kitabah
Kita mempercayai bahwa Allah Swt telah menulis segala sesuatu di Lauh
Mahfudz., dan tulisan itu akan tetap ada sampai hari kiamat. Allah telah
menuliskan apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. dalam firman Allah
QS Al-Hadiid (57):22.

6
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Buchari, Shahih Buchari, (Riyadl: Daru asShibiliya,
194-256), hlm. 210.

6
3. Masyiah
Kita percaya bahwa Allah Swt telah menentukan segala sesuatu baik di
langit maupun di bumi sesuai dengan kehendaknya, sesuatu akan terjadi bila Allah
menghendaki-Nya, dan pasti tidak akan terjadi jika Alllah tidak menghendaki. Hal
ini dengan firman Allah QS Al-Insan (76):30.

4. Al-Khilq
Kita percaya bahwa Allah Swt telah menjadikan segala seauatu, selain
Allah adalah makhluk, sedangkan Allah Swt adalah khaliq, Allah Swt Berfirman
dalam QS Al-Furqan (25):2.

Keempat prinsip di atas meliputi perkataan, perbuatan, dan apa-apa yang


tidak dilakukan hamba-Nya telah diketahui Allah , telah ditulis disisi-Nya, telah
dikehendaki-Nya serta diciptakan-Nya
.

C. Macam-Macam Takdir
Menurut para ulama takdir terdapat dua macam yaitu :
1. Takdir Mualaq, yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia.
Contoh: Seorang siswa yang ingin menjadi insinyur pertanian. untuk
mencapai cita-cita nya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang dia cita-
citakan menjadi kenyataan. Dalam hal ini Allah berfirman QS Ar-Ra’d ayat 11.
“Bagi manusia ada malaikat - malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaaan yang ada pada diri mereka sendiri.Dan Allah menghendaki
adanya keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang menolaknya, dan
sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”

2. Takdir Mubram, yaitu takdir yang terjadi pada diri mamnusi itu sendiri
dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat ditawar lagi oleh manusia.

7
Contohnya: Orang dilahirkan dengan mata sipit. Kematian, jodoh dan jenis
kelamin ketika kita lahir baik laki-laki atau perempuan kita tidak dapat
memilihnya.

D. Keberadaan Takdir
Bukti adanya takdir Tuhan ini dapat dilihat pada diri manusia sendiri,
sejak lahir sampai mati. Kapan dan dimana kita manusia lahir, ia tidak dapat
memilihnya dan ketika lahir ke dunia, manusia tidak memilih bapak atau ibi ,
tidak memilih bangsa dan tanah air. Bahkan juga tidak memilih jenis laki-laki atau
perempuan, dan tidak memilih bentuk dan rupa tubuhnya sendiri, canttik dan
buruk semua ieu telah ditentukan (ditakdirkan) oleh Allah Swt dan manusia
tinggal menerimanya saja.
Tentang Takdir manusia di dalam Rahim Diriwayatkan dari Abdullah bin
Mas’ud R.A , dia telah berkata Rasulullah SAW, belaiu merupakan orang yang
benar serta dipercaya bercerita kepada kami bahwa: “Mula-mula ( sel laki-laki dan
perempuan) dipertemukan dalam perut ibnunya selama empat puluh hari, selam
empat puluh hari berikutnya akan menjadi “alaqah ( darah yang menggantung di
dinding rahim), selama empat puluh hari, lagi akan menjadi segumpal daging.
Kemudian Allah SWT mengtus malaikat untuk meniupkan roh di dalam rahim
tersebut serta memerintahkannya supaya menulis empat perkara; yaitu; rizki,
umur, amal perbuatan, dan kesengsaraan maupun kebahagiaannya. Maha Suci
Allah SWT yang mana tiada tuhan selain Dzat-Nya, sesungguhnya, seseorang
diantara kamu ada yang berperilaku sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni
surga sampai hidupnya hanya tinggal sehasta dari kematiannya tetapi disebabkan
karna ketentuan takdir, niscaya dia akan merubah perilakunya dengan perbuatan
yang dilakukan oleh penghuni neraka.(begitu juga), sesungguhnya, seseorang
diantara kamu ada yang berperilaku sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni
neraka sampai hidupnya tinggal sehasta dari kematiannnya tetapi karna
disebabkan karena ketentuan takdir, niscaya dia akan merubah perilakunya

8
dengan perbuatan yang dilakukan oleh penghuni surga kemudian dia masuk
surga.7
Hadis diatas menjelaskan bahwa kejadian manusia itu melalui proses
panjang. Empat puluh hari pertama merupakan pertemuan sel laki-laki dengan
perempuan, empat puluh hari kedua berupa darah dan kemudian empat puluh hari
kemudian tada-tanda kehidupan telah nampak. Pada saat janin mulai bergerak
hidup, kemudian nasibnya ditentukan Allah SWT. Nasib tersebur meliputi rizki,
umur, amal. Dan nasib baik maupun buruk.dan ketika empat puluh hari berkutnya
Allah membuat untuk menciptakannya menjadi manusia, dan ketika itu janin
akan diciptakan menjadi ;laki-laki atau perempuan ?, celaka atau bahagia,?
Bagaimana rizkinya?, serta bagaimana pula umurnya?. Segala-galanya dicatat
tatkala ia masih di dalam perut ibunya.
Jadi kesimpulannya bahwa keberadaan takdir itu sudah ada ketika
seseorang belum dilahirkan dan semuanya itu adalah ketentuan dan takdir Allah
Swt dan kita sebagai manusia tidak boleh menolaknya dan harus (wajib)
mempercayainya.

E. Hikmah Adanya Takdir


Allah Swt mentakdirkan segala perkara yang akan terjadi pada alam
semesta ini. Karenanya, keimanan pada taqdir Allah ini merupakan bagian
terpenting dalam konsep keimanan kepada Allah. Yang pasti, Allah telah
mengatur seluruh proses semesta ini, mulai dari hal yang menyangkut penciptaan
alam semesta ini, hubungan manusiawi, hubungan manusia dengan alam semesta,
dan seterusnya.
Pada dasarnya, keimanan pada takdir Allah ini, baik taqdir baik maupun
buruk, merupakan suatu landasan keimanan. Karena itu, Rasulullah saw.
menjadikan keimanan tersebut sebagai rukun tersendiri. Dari keimanan tersebut
banyak hikmah yang dapat diambil oleh orang beriman.

7
KH. Ahmad Mudjab Mahalli dan H. Ahmad Rodli Hasbullah, Hadist-Hadist Muttafaq Alaih
bagian Munakahat dan Mu’amalat,Jakarta: Prenada Media,2004. Hlm.573.

9
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat
berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri
untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

A. Banyak Bersyukur dan Bersabar


Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat
keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan
nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia
akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
Firman Allah:

ّ ‫َو َما بِ ُك ْم ِّم ْه وِّ ْع َم ٍت فَ ِمهَ ه‬


َ‫ّللاِ ثُ َّم اِ َذا َم َّس ُك ُم الضُّ سُّ فَاِلَ ُْ ِه تَجْ ـَسُوْ ن‬
Artinya : ”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah(
datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu
meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).

B. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil
usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan,
ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan
itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT:

ّ‫ح ه‬
َ‫ّللاِ اِ ََّل ْالََىْ ُُ ْال هكِِسُوْ ن‬ ۟ ّ‫ح ه‬
ِ ْ‫ّللاِ ۗاِوَّهٗ ََل ََاَْـَسُ ِم ْه زَّو‬
۟
ِ ْ‫هَبَىِ ٍَّ ْاذهَبُىْ ا فَتَ َذ َّسسُىْ ا ِم ْه َُّىْ سُفَ َواَ ِخ ُْ ِه َو ََل تَاَْـَسُىْ ا ِم ْه زَّو‬
Artinya : Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat
87)

10
C. Bersifat Optimis dan Giat Bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua
orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak
datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman
kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih
kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firman Allah:

ّ ‫ص ُْبَكَ ِمهَ ال ُّد ْوَُا َواَدْ ِس ْه َك َمآ اَدْ سَهَ ه‬


ًِ‫ّللاُ اِلَ ُْكَ َو ََل تَب ِْغ ْالَِ َسا َى ف‬ َ ‫اَل ِخ َسةَ َو ََل تَ ْى‬
ِ َ‫س و‬ ّ‫ك ه‬
‫ّللاُ ال َّدا َز ْ ه‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِ ُْ َمآ ها هتى‬
ّ ‫ض ۗاِ َّن ه‬
َ‫ّللاَ ََل َ ُِذبُّ ْال ُم ِْ ِس ِد َْه‬ ِ ْ‫ْاَلَز‬
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)

D. Jiwanya Tenang
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami
ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang
ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika
terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Firman allah :

ُۙ ْ ‫هَٓاَََّتُها الىَّ ِْسُ ْالم‬


ࣖࣖ ٍْ ِ‫ضَُّتً فَا ْى ُخلِ ٍْ فِ ٍْ ِع هب ِد ٌُْۙ َوا ْى ُخلِ ٍْ َجىَّت‬ ِ ‫ط َمىِىَّتُ ازْ ِج ِع ٍْٓ اِ هلً َزب ِِّك َزا‬
ِ ْ‫ضَُتً َّمس‬ ُ َ
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku,
dan masuklah kedalam sorga-Ku. ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak
mudah putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah
Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada
seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.Oleh karena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan
bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya
baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.Karena dalam kaitan dengan
takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus
menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik
dari Allah.
Manusia tidak dapat melakukan sesuatu keputusan tanpa kekuatan dari
Allah. Manusia juga dalam menjalani kehidupannya banyak hal yang tidak ia
mengerti dan ketahui, seperti nafas dan pergerakan tubuh yang tanpa sadar
manusia lakukan tanpa ada perintah dari diri sendiri untuk melakukan hal tersebut,
maka dapat di ketahui juga bahwa kehendak Allah mengalahkan kehendak
manusia.

B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-
hari.Oleh karena itu,penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman
dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut
pandangan Allah SWT.Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa
ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa
bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah SWT.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Buchari, Shahih Buchari, (Riyadl: Daru
asShibiliya, 194-256)

Bey Arifin, Mengenal Tuhan, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1991)

Chirzin, Muhammad. Konsep Dan Hikmah Akidah Islam. Yogyakarta : Mitra


Pustaka, 1997.

Harun Yahya, Ketiadaan Waktu dan realitas Taqdir, (Jakarta : Robbani Press
2003).

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Qadha dan Qadar Ulasan Tuntas Masalah Takdir,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2000)

KH. Ahmad Mudjab Mahalli dan H. Ahmad Rodli Hasbullah, Hadist-Hadist


Muttafaq Alaih bagian Munakahat dan Mu’amalat,Jakarta: Prenada
Media,2004

M. Fethullah Gulen, Menghidupkan Iman Dengan Mempelajari Tanda-Tanda


Kebesaran-Nya, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2002)

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung : Mizan,1996)

13
Mubarok zaky, Aqidah Islam dan Ilmu kalam, Jogjakarta, UII Press Jogjakarta,
2001.

14

Anda mungkin juga menyukai