Oleh :
XII FARMASI B
TP : 2022/2023
0
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Makna Iman Kepada Qadha Dan Qadar.......................................................2
B. Pengertian Iman Kepada Qadha dan Qadar..................................................2
C. Hubungan Antara Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal...........................................3
D. Tanda - tanda Penghayatan Beriman kepada Qadha dan Qadar dalam
Perilaku Sehari – hari...................................................................................6
E. Perilaku Yang Mencerminkan Keimanan Kepada Qadha dan Qadar...........6
F. Hikmah Beriman kepada Qadha dan Qadar..................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-
warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan
(tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak
satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah
terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-
bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah
longsor, banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa
kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT.Dengan bekal keyakinan
terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak
pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri
dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini,
maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha
keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu
melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Makna Iman Kepada Qadha Dan Qadar?
2. Sebutkan Pengertian Iman Kepada Qadha dan Qadar?
3. Apa Hubungan Antara Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal?
4. Apa Tanda - tanda Penghayatan Beriman kepada Qadha dan Qadar
dalam Perilaku Sehari – hari?
5. Sebutkan Perilaku Yang Mencerminkan Keimanan Kepada Qadha dan
Qadar?
6. Apa Hikmah Beriman kepada Qadha dan Qadar ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
C. Hubungan Antara Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal
1. Takdir
Manusia tidak mampu terbang laksana burung. Tumbuh -
tumbuhan berkembang subur, lalu layu dan kering. Rumput - rumput subur
apabila selalu disiram dan sebaliknya, apabila dibiarkan tanpa
pemeliharaan, ia akan mati. Semua contoh tersebut adalah ketentuan Allah
swt. dan itulah yang disebut takdir. Manusia mempunyai kemampuan
terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah swt. kepadanya. Di
samping itu, manusia berada di bawah hukum hukum tersebut ( qauliyah
dan kauniyah ) Berbeda dengan ciptaan selain manusia, misalnya matahari,
bulan, dan planet lainnya yang seluruhnya telah ditetapkan takdirnya tanpa
bisa ditawar - tawar lagi ( Q.S. Fussilat / 41 : 11 ). Oleh karena manusia
merupakan makhluk yang paling sempurna, ia diberi kemampuan memilih,
bahkan pilihannya cukup banyak. Manusia dapat memilih ketentuan
( takdir ) Allah swt. yang ditetapkan ; keberhasilan atau kemalangan,
kebahagiaan atau kesengsaraan, menjadi orang yang baik atau jahat QS .
Al - Kahf / 18 : 29 ). Harus diingat bahwa terhadap setiap pilihan yang
diambil, manusia akan diminta pertanggungjawaban terhadap pilihannya
karena pilihan tersebut dilaku kan atas kesadaran sendiri ( Q.S. At -
Takasur / 102 : 8 , Q.S. Asy - Syams / 91 : 8-10 , dan Q.S. Al - Balad / 90 :
10 ).
Beberapa tamsil peristiwa ini akan dapat memudahkan dalam
memahami persoalan takdir.
a. Dikisahkan ketika Umar bin Khattab r.a. bermaksud berkunjung ke
negeri Syam ( Syiria dan Palestina sekarang ), beliau mendengar
berita bahwa di sana sedang terjadi wabah penyakit, kemudian beliau
membatalkan rencananya tersebut. Seseorang lalu bertanya, " Apakah
Anda lari ( menghindar ) dari takdir Allah swt.? "
Umar bin Khattab r.a. serta merta menjawab, " Saya lari
(menghindari) dari takdir Allah swt. kepada takdir - Nya ( yang lain ).
b. Sejak zaman Rasulullah saw. telah terjadi kekeliruan dalam menyikapi
takdir. Salah satunya beliau bersabda, " Pada akhir zaman ada suatu
3
golongan yang berbuat kemaksiatan, dengan ( sangat enaknya )
mereka berkata, " Allah swt telah menakdirkan saya mencuri. "
Peristiwa - peristiwa tersebut menunjukkan kesalahan dalam
memahami takdir, padahal dengan tegas Allah swt. melarangnya.
Akhlak yang diajarkan Islam adalah bahwa setiap keburukan yang
menimpa merupakan kesalahan kita sebagai manusia, sedangkan
segala kebaikan dan keberhasilan adalah merupakan anugerah Allah
swt. ( Q.S. An - Nisa ' / 4 : 79 ).
2. Ikhtiar
Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh sungguh dan sepenuh hati dalam
menggapai cita cita dan tujuan. Allah swt. telah menentukan takdir dan
kita sebagai manusia wajib berikhtiar. Akan tetapi, jika Allah swt. telah
menentukan, mengapa ada ikhtiar? Beberapa alasan berikut dapat
menjawab pertanyaan tersebut
a. Takdir terbagi dua: Pertama, takdir mubram, yakni takdir yang semata
- mata ketentuan Allah swt., seperti kematian, kelahiran, dan jenis
kelamin. Kedua, takdir muallaq, yakni takdir yang terkait adanya
ikhtiar dan potensi yang ada pada manusia, seperti sembuh dengan
berobat, sukses dalam studi, sukses dalam karir, dan lain sebagainya.
Termasuk takdir mu'allaq, yaitu tingkat hidup, kecerdasan,
kebahagiaan, dan kesejahteraan ( Q.S. Ar - Ra'd / 13 : 11 ).
b. Kenyataan menunjukkan bahwa siapa pun orangnya tidak mampu
mengetahui takdirnya. Jangankan peristiwa masa depan, hari esok
akan terjadi apa pun tidak ada yang mampu mengetahuinya ( Q.S. Al -
Ahqaf / 46 : 9 ).
c. Siapa pun yang berusaha dengan sungguh-sungguh, akan memperoleh
keberhasilan dan mendapatkan cita-cita sesuai tujuan yang di
tetapkan.
d. Takdir berjalan menurut hukum " sunnatullah ". Artinya, keberhasilan
hidup sangat tergantung sejalan atau tidaknya dengan " sunnatullah
contohnya malas belajar berakibat bodoh, tidak mau bekerja akan
4
miskin, menyentuh api akan merasakan panas, atau menanam benih
akan menuai padi.
e. Manusia sudah berikhtiar dengan sungguh sungguh, tetapi gagal juga.
Jawabannya, inilah apa yang kita kenal dengan " rahasia llahi ".
Meskipun begitu, Allah swt. tidak menyia nyiakan semua amal yang
sudah dilakukan walaupun gagal( Q.S. An - Najm / 53 : 39-42 dan At
- Taubah / 9 : 105 )
3. Tawakal
Setelah meyakini dan mengimani takdir, kemudian dibarengi dengan
ikhtiar dan doa, tibalah manusia mengambil sikap bertawakal. Tawakal
adalah menyerahkan segala urusan dan hasil ikhtiarnya hanya kepada
Allah swt. Dasar pengertian tawakal itu diambil dari peristiwa yang terjadi
pada zaman Rasulullah saw : Pada suatu hari, datang seorang sahabat ke
kediaman Rasulullah saw. dengan mengendarai unta. Sesampainya di
depan rumah beliau, terdapat peristiwa ganjil menurut pandangan
Rasulullah saw. sehingga beliau berkata, " Kenapa unta Anda tidak
ditambatkan? " la menjawab, " Tidak ya Rasulullah, karena saya telah
bertawakal." Kemudian Rasulullah saw. berkata," Tambatkan dulu unta
Anda, baru bertawakal! " Peristiwa ini menyimpulkan pemahaman bahwa
sikap bertawakal baru boleh dilakukan setelah usaha yang sungguh -
sungguh sudah dijalankan. Perihal hasilnya kita serahkan sepenuhnya
hanya kepada Allah swt. karena bisa jadi keinginan kita tidak cocok
menurut pandangan Allah swt.
5
D. Tanda - tanda Penghayatan Beriman kepada Qadha dan Qadar
dalam Perilaku Sehari – hari
1. Memberi keyakinan kepada manusia bahwa segala sesuatu yang
terjadi di alam ini tidak lepas dari sunnatullah, baik yang tertulis
dalam ayat - ayat Al - Qur'an ( qauliyah ) maupun yang terhampar di
alam semesta yang disebut ayat ayat kauniyah. Persamaan antara
keduanya adalah sama - sama dari Allah swt. dan dijamin mutlak
kebenarannya. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut.
a. Ayat - ayat kauniyah dapat diukur, contohnya air yang dipanaskan
100 ° C akan mendidih. Sementara itu, ayat qauliyah terjadinya
tidak diketahui, misalnya kematian.
b. Untuk mengetahui ayat - ayat kauniyah, manusia dapat melakukan
serangkaian percobaan ( empirik ), sedangkan untuk ayat qauliyah,
alat penelitiannya memakai keimanan kepada Allah swt.
2. Menambah keyakinan pada manusia untuk senantiasa berikhtiar atau
berusaha untuk lebih giat lagi dalam mengejar cita - citanya.
3. Meningkatkan keyakinan pada manusia untuk berdoa agar lebih fokus
pada sasaran yang diharapkan dengan izin Allah swt.
4. Memberi keyakinan pada manusia untuk senantiasa bertawakal
kepada Allah swt. atas segala ikhtiarnya sehingga apabila gagal tidak
mudah berputus asa. Sejalan dengan itu, apabila berhasil , ia akan
selalu bersyukur kepada - Nya Q.S. At - Taubah / 9 : 51 ).
5. Menyadarkan manusia bahwa kehidupannya dibatasi oleh aturan -
aturan Allah swt. yang tujuannya adalah untuk kebaikan manusia itu
sendiri
6
terwujud. Tanpa adanya usaha, maka kemungkinannya sangat kecil
kecuali benar-benar orang yang beruntung. Wkwk
2. Etos kerja yang tinggi
Usaha membutuhkan keseriusan, artinya tidak hanya dilakukan sekali
dua kali tetapi berkali kali dan pantang menyerah. Apabila seseorang
sudah terbiasa dengan kerja keras, maka akan menjadi kebiasaan
dalam hidupnya dan karakter akan terbentuk dengan sendirinya.
Karakter inilah yang disebut dengan etos kerja yang tinggi, yaitu
karakter pantang menyerah, profesional dan tanggung jawab.
3. Selalu berdoa
Ikhtiar saja tidak cukup, harus dibarengi dengan doa agar memuluskan
perjalanan. Tidak hanya doa kita saja, tetapi doa orang-orang tercinta
seperti ibu, bapak, keluarga atau kerabat.
Doa juga menyadarkan kita bahwa semua usaha yang kita lakukan,
pada akhirnya adalah Allah yang menentukan. Sehingga kita harus
memohon agar apa yang kita usahakan dapat tercapai.
4. Bersukur dan bersabar
Orang yang mengimani qadha dan qadhar hari-harinya dihiasi dengan
rasa syukur dan kesabaran. Bersyukur ketika mendapatkan nikmat
berupa keberhasilan, kemenangan atau sesuatu yang diinginkan
tercapai. Selain bersyukur juga bersabar, yakni bersabar ketika
mendapatkan musibah, kegagalan atau cobaan hidup yang lain.
5. Huznuzdzzon kepada Allah dan bersikap raja
Sebagai hamba-Nya kita diperintahkan untuk berperasangka baik
kepada Allah swt, karena dalam sebuah hadits menyebutkan bahwa
Allah swt adalah seperti yang hamba-Nya sangkakan. Jika kita
berprasangka baik, InshaAllah Allah akan memberikan kita yang
terbaik. Selain berprasangka baik kita juga harus bersikap raja’ atau
berharap, berharap yang terbaik untuk kita.
6. Bertawakal kepada Allah dan ridha dengan takdir Allah
Setelah berikhtiar dengan maksimal dan berdoa, kita selanjutnya
bertawakal atau menyerahkan semuanya kepada Allah swt. Beriman
7
kepada qadha dan qadar akan membuat orang tidak terpaku pada
hasilnya saja, melainkan terhadap proses.
Masalah hasil itu adalah urusan Allah swt. Kita harus ridho dengan
hasil yang diperoleh, dan meyakini bahwa hasil tersebut merupakan
yang terbaik buat kita.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah
putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang
muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh
karena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut
kita belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu
baik menurut Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap
sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan
kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.
10