Disusun oleh:
Ahmad Sa’ady aqasah
Sohiba
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………….……………..iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………..….……………………………………..………14
3.2 Saran…………………...………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA………………………………..…………………………..15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Definisi iman kepada qada’ dan qadar ?
2. Dalil tentang iman kepada qada dan qadar ?
3. Pengaruh iman kepada qada dan qadar ?
4. Perilaku cerminan beriman kepada qada dan qadar ?
5. Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar
2. Untuk memahami dalil-dalil tentang iman kepada qada dan qadar
3. Untuk memahami pengaruh iman kepada qada’ dan qadar
4. Untuk mengetahui perilaku cerminan beriman kepada qada dan qadar
5. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok kami menggunakan metode studi
kepustakaan yaitu menggunakan beberapa literatur yang digunakan sebagai
referensi.
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Beriman Kepada Qada’ Dan Qadar
Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan
dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada’ menurut bahasa
artinya Ketetapan. Qada’artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang
bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau
kelahiran mahluk. Sedangkan Qadar atau takdir secara bahasa berarti ketetapan yang
telah terjadi atau keputusan yang diwujudkan. Qadar atau takdir secara istilah adalah
ketetapan atau keputusan Allah yang memiliki sifat maha kuasa (Qadir) atas segala
ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Ciptaan Allah
adakalanya terwujud setelah melalui proses alam atau mengikuti hukum sebab-akibat,
yakni disebut al-Khalqu, seperti wujudnya anak karena adanya orang tua dan
wujudnya harta benda karena hasil usaha manusia. Adakalanya ciptaan Allah
terwujud seketika tanpa proses, yakni disebut al-amru (kun fa yakun/ jadilah, maka
jadi), seperti wujudnya Nabi Isa tanpa ada bapaknya. Wujud mukjizat Nabi Isa
menghidupkan orang yang telah meninggal dunia karena sudah menjadi perintah
Allah Swt. Dengan kata lain, Qadar dan takdir merupakan perwujudan atau realisasi
dari Qada. Hubungan antara Qada dan Qadar sangat erat dan tidak dapat dipisahkan.
Qada adalah ketetapan yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah
menjadi kenyataan, maka kejadian nyata itu bernama Qadar. Qada’ dan Qadar dalam
keseharian sering kita sebut dengan takdir.
Sedangkan arti qada dan qadar menurut al-quran yaitu :
Arti Qada
1. Qada berarti hukum atau keputusan terdapat ( Q.S. Surat An- Nisa’ ayat 65 )
2. Qada berarti mewujudkan atau menjadikan ( Q.S. Surat Fussilat ayat 12 )
3. Qada berarti kehendak ( Q.S. Surat Ali Imron ayat 47 )
4. Qada berarti perintah ( Q.S. Surat Al- Isra’ ayat 23)
vi
Arti Qadar
1. Qadar berarti mengatur atau menentukan sesuatu menurut batas-batasnya
(Q.S.Surat Fussilat ayat 10 )
2. Qadar berarti ukuran ( Q.S. Surat Ar- Ra’du ayat 17 )
3. Qadar berarti kekuasaan atau kemampuan (Q.S. Surat Al- Baqarah ayat 236)
4. Qadar berarti ketentuan atau kepastian ( Q.S. Al- Mursalat ayat 23 )
5. Qadar berarti perwujudan kehendak Allah swt terhadap semua makhluk-Nya
dalam bentuk-bentuk batasan tertentu ( Q.S. Al- Qomar ayat 49)
Jadi, Iman kepada qada’ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu
yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuanya telah ditentukan
Allah SWT sejak jaman azali.
Takdir itu sendiri dibagi atas dua hal, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq.
1. Takdir Mubram
Takdir mubram ialah takdir atau ketetapan Allah yang tidak
dapat diubah oleh siapa pun. Contoh-contoh takdir mubram antara lain, sebagai
berikut.
a. Setiap makhluk pasti akan mengalami mati atau seseorang pasti
hanya punya satu ibu kandung.
b. Manusia pasti mempunyai akal, pikiran, dan perasaan.
c. Di alam semesta ini setiap benda bergerak menurut sunatullah. Artinya, segala
sesuatu berjalan menurut hukum kekuatan, ukuran, sebab, dan akibat yang telah
digariskan oleh Allah. Kayu mempunyai kemampuan berbeda dengan besi.
Kekuatan tenaga manusia berbeda dibandingkan dengan gajah, matahari, bulan,
bintang, dan planet-planet hingga benda-benda yang terkecil bergerak sesuai
dengan garisnya, dan waktu tak pernah berhenti.
vii
2. Takdir Muallaq
Takdir muallaq ialah takdir yang masih dapat diubah melalui usaha
manusia. Setiap hamba diberi peluang atau kesempatan oleh Allah untuk
berusaha mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik.
Iman kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah
SAW bersabda
دFFا لقFFومن بFFااإل يمان أ ن تو من با هلل ومال ئكته وكتبه ورسله واليوم اال خر وت
)ر خيره وسره (رواه مسلم
Artinya : “Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikatnya,
kitab-kitabnya, para Rasulnya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang
baiknya ataupun yang buruk”. (H.R. Muslim)
Dan sabda Rasullullah SAW yang artinya : “Malaikat akan mendatangi nuthfah
yang telah menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima malam
seraya berkata; ‘Ya Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara atau bahagia? ‘ Maka
ditetapkanlah (salah satu dari) keduanya. Kemudian malaikat itu bertanya lagi; ‘Ya
Tuhanku, apakah nanti ia ini laki-laki ataukah perempuan? ‘ Maka ditetapkanlah
antara salah satu dari keduanya, ditetapkan pula amalnya, umurnya, ajalnya, dan
rezekinya. Setelah itu catatan ketetapan itu dilipat tanpa ditambah ataupun dikurangi
lagi.” (HR. Muslim).
viii
2.2 Dalil – Dalil Tentang Iman Kepada Qada’ dan Qadar
Dalil yang menunjukkan rukun yang agung dari rukun-rukun iman ini ialah al-Quran,
as-Sunnah dan akal.
1. Dalil-Dalil Dari Al-Qur-an
Dalil-dalil dari al-Qur-an sangat banyak, di antaranya firman Allah Azza wa
Jalla
ٍ َُر َم ْعل
وم ٍ وِإ ْن ِم ْن َش ْي ٍء ِإاَّل ِع ْن َدنَا خَ زَاِئنُهُ َو َما نُنَ ِّزلُهُ ِإاَّل بِقَد
َ
"Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah kha-zanahnya, dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu." [Al-Hijr/15 :
21]
ix
Juga firman-Nya:
"…Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya." [Al-Furqaan/25 : 2]
x
Firman-Nya yang lain:
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, ‘Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali...” [Al-Israa’/17 : 4]
xi
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ وا َأ َّن هَّللاFF ُر بَ ْينَه َُّن لِتَ ْعلَ ُمF َّز ُل اَأْل ْمFَض ِم ْثلَه َُّن يَتَن
ِ ْت َو ِمنَ اَأْلر َ Fَهَّللا ُ الَّ ِذي َخل
َ َمF ْب َع َسFق َس
ٍ اوا
ْي ٍء ِع ْل ًماFFFFFFF ِّل َشFFFFFFF اطَ بِ ُكFFFFFFF ْد َأ َحFFFFFFFَ ِدي ٌر َوَأ َّن هَّللا َ قFFFFFFFَ ْي ٍء قFFFFFFF ِّل َشFFFFFFFَعلَ ٰى ُك
"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah
berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."
[Ath-Thalaaq/65:12]
xii
2.3 Pengaruh iman kepada qada’ dan qadar
Mempercayai qada dan qadar itu merupakan hati kita. Kita harus yakin dengan
sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.
Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita.
Di dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ” Siapa yang tidak ridha
dengan qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku
timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)
Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak
selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan
keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang
diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau
merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus
yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita belum
mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.
xiii
e. Tidak boleh putus asa karena senantiasa husnuzan pada keadilan Allah.
f. Mampu menyusun strategi, khususnya, dalam hal pekerjaan sehingga
hasilnya efektif dun efisien.
g. Bersyukur apabila memperoleh rezeki apa pun bentuknya dan
senantiasa bersabar apabila mendapatkan ujian atau musibah.
ََو َما بِ ُك ْم ِّم ْن نِّ ْع َم ٍة فَ ِمنَ هّٰللا ِ ثُ َّم اِ َذا َم َّس ُك ُم الضُّ رُّ فَاِلَ ْي ِه تَجْ ـَٔرُوْ ۚن
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari
Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-
Nyalah kamu meminta pertolongan. ” ( QS. An-Nahl ayat 53)
b. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil
usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami
kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari
bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
xiv
Firman Allah SWT:
ح هّٰللا ِ ۗاِنَّهٗ اَل ۟
ِ ْي ْاذهَبُوْ ا فَتَ َح َّسسُوْ ا ِم ْن يُّوْ سُفَ َواَ ِخ ْي ِه َواَل تَا ْيـَٔسُوْ ا ِم ْن َّرو َّ ِٰيبَن
َح هّٰللا ِ اِاَّل ْالقَوْ ُم ْال ٰكفِرُوْ ن ۟
ِ ْيَا ْيـَٔسُ ِم ْن َّرو
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang
Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
c. Bersifat Optimis dan Giat Bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua
orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu
tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang
beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk
meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firman Allah :
هّٰللا
َص ْيبَكَ ِمنَ ال ُّد ْنيَا َواَحْ ِس ْن َك َمٓا اَحْ َسن ِ َس ن َ َوا ْبت َِغ فِ ْي َمٓا ٰا ٰتىكَ ُ ال َّد
َ ار ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن
َض ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد ْين
ِ ُْ اِلَ ْيكَ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِى ااْل َر
هّٰللا
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
d. Jiwanya Tenang
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami
ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa
yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur.
Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
xv
Allah SWT berfirman :
ُٰۤياَيَّتُهَا النَّ ۡفسُ ۡال ُم ۡط َم ِٕٮنَّة
ًضيَّة ِ ۡار ِج ِع ۡۤى اِ ٰلى َرب ِِّك َرا
ِ ضيَةً َّم ۡر
فَ ۡاد ُخلِ ۡى فِ ۡى ِع ٰب ِد ۙى
َو ۡاد ُخلِ ۡى َجنَّتِى
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-
hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku. (QS. Al-Fajr ayat 27-30)
xvi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah
putus asa, sebab yang menimpanya kita yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepada kita dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang
muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh
karena itu, jika kita tertimpa musibah maka kita harus bersabar, sebab buruk menurut
kita belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik
menurut Allah. Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar
dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan
kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
3.2 Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.
Oleh karena itu, penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan
takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan
AllahSWT. Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi
meningkatkan amal ibadah kita. Serta Kita harus senantiasa bersabar, berikhtiar dan
bertawakal dalam menghadapi takdir Allah
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.
(Senin, 1 Agustus 2022 13.40)
xviii