Anda di halaman 1dari 11

Makalah Ilmu Tauhid

“Hakikat Qadha dan Qadhar”


Diserahkan untuk memenuhi tugas kelompok
Dosen Pengampu: Muhammad Hizbullah, M.A.

Oleh:
KELAS – 2A FARMASI
Kelompok 10 : 1. April Piona
2. Angelina Maghvira Ananda
3. Asira Lubis
4. Cikal Azura

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASLIYAH
MEDAN
2022
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim...
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam
semoga tetap tercurah dilimpahkan kepada baginda alam Rasulullah Nabi
Muhammad SAW.

Adapun tujuan pembuatan tugas makalah ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Ilmu Tauhid pada
Program Sarjana, Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim
Nusantara Al-Wahliyah, Tahun Ajaran 2022-2023, dengan judul makalah yang
ditulis yaitu “Hakikat Qadha dan Qadhar”.

Pada kesempata ini, penulis mengucapkan dan menghaturkan banyak


terima kasih kepada Bapak Muhammad Hizbullah, M.A. sebagai dosen pengampu
pada mata kuliah Ilmu Tauhid pada Program Studi Sarjana Farmasi Universitas
Muslim Nusantara Al-Washliyah yang telah banyak memberikan arahan baik
pada perkuliahan maupun dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari segala kekurangan,
dan masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
sarannya guna kesempurnaan dan sebagai pertimbangan karya tulis yang akan
datang. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Medan, 16 April 2022

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Iman kepada Qada dan Qadar berarti percaya serta meyakini sepenuh hati
bahwa Allah SWT memiliki kehendak, ketetapan, keputusan atas semua makhluk-
Nya. Meski memiliki hubungan yang erat serta sama-sama mempengaruhi proses
kehidupan manusia, Qada dan Qadar, arti serta pengertiannya berbeda. Qada
secara bahasa yang berarti hukum, ketetapan, dan kehendak Allah. Semua yang
terjadi berasal dari Allah SWT, sang pemilik kehidupan. Sebelum adanya proses
kehidupan, Allah sudah menuliskan apa saja yang akan terjadi. Baik itu tentang
kebaikan, keburukan dan juga tentang hidup atau mati.
Qadar secara bahasa diartikan sebagai sebuah ketentuan atau kepastian
dari Allah. Sedangkan secara istilah, qadar berarti sebuah penentuan yang pasti
dan sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Baik yang sudah terjadi, sedang terjadi,
maupun yang akan terjadi.
Diantara rukun iman yang wajib diyakini umat islam adalah iman kepada
qadha dan qadhar. Keimanan ini dilakukan dengan meyakini bahwa Allah SWT
telah menetapkan takdir manusia. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini karena
Allah SWT sudah merencanakan segala hal yang terjadi di alam semesta.
Dalil mengenai iman kepada qada dan qadar sebagai salah satu rukun
iman tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan
Umar bin Khattab RA : “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang
baik dan yang buruk.” (HR. Muslim)
Iman kepada takdir, baik itu ketetapan baik dan ketetapan buruk
merupakan bagian dari kesempurnaan islam. Tanpa keimanan terhadao qada dan
qadar, keislaman seseorang patut dipertanyakan.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Qadha dan Qadhar ?
2. Apa Macam-Macam Qadha dan Qadhar ?
3. Apa Fungsi Beriman kepada Qadha dan Qadhar ?
4. Bagaimana Hikmah yang didapat dari Beriman kepada Qadha dan
Qadhar?
5. Bagaimana Contoh Perilaku dari Iman kepada Qadha dan Qadhar ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Qadha dan Qadhar.
2. Untuk mengetahui macam-macam Qadha dan Qadhar.
3. Untuk mengetahui fungsi dari beriman terhadap Qadha dan Qadhar.
4. Untuk mengambil hikmah dari beriman kepada Qadha dan Qadhar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beriman kepada Qadha dan Qadhar


Banyak di antara kita yang beranggapan bahwa jika al-qadha dan al-qadar
itu telah ditetapkan sebelum penciptaan makhluk, maka tidak diperlukan lagi
usaha dan amal perbuatan apapun, karena semua itu tidak akan bermanfaat dan
berfaedah bagi makhluk itu sendiri. Pandangan semacam ini tidaklah pada
tempatnya sebagai bentuk implementasi keimanan kita terhadap al-qadha dan al-
qadar. Mengimani al-qadha dan al-qadar pada hakikatnya mengandung kedamaian
jiwa dan hati serta hilangnya kegundahan karena kegagalan, hilangnya
kekhawatiran untuk menghadapi masa depan (Abdullah Mulyana, 2020).
Dalam bahasa Indonesia, qadha dan qadhar dapat diartikan sebagai takdir.
Dalam bahasa arab, qadha artinya ketetapan, ketentuan, ukuran, atau takaran.
Sementara itu, qadhar adalah keteapan yang telah terjadi dan diwujudkan.
Qadha merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz
sejak zaman azali. Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan
sebelum Dia menciptakan semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid
ayat 22 :
“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian,
melainkan sudah tersurat dalam kitab (lauh al-mahfuz) dahulu sebelum
kejadiannya,” (Q.S Al-Hadid 57:22)
Artinya, qadha merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu
sebelum sesuatu itu terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad
SAW :
“Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu
tahun sebelum penciptaan langit dan bumi,” (H.R. Muslim)
Qadhar merupakan realisasi dari qadha itu sendiri. Artinya, ketetapan atau
keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas
segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk.

4
Jika qadha itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadhar adalah
terwujudnya ketetapan yang sudah ditentukan sebelumnya itu.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam raya ini, dan sisi kejadiannya,
dalam kadar atau ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu, dan itulah yang
disebut takdir. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa takdir, termasuk manusia.
Peristiwa- peristiwa tersebut berada dalam pengetahuan dan ketentuan Tuhan,
yang keduanya menurut sementara ulama dapat disimpulkan dalam istilah
sunnatullah, atau yang sering secara salah kaprah disebut ‘hukum-hukum alam’
(Shihab, 2007, hlm. 63).

2.2 Macam-Macam Qadhar atau Takdir


Secara umum qadhar terbagi menjadi dua, yaitu takdir mubham dan
muallaq. Takdir mubham adalah keteapan Allah SWT yang tak dapat diubah,
pasti, dan tak bisa diganggu gugat. Contoh sederhana dari takdir mubham adalah
semua makhluk di semesta pasti akan mati, sebagaimana firman Allah SWT
dalam surah Ali Imran ayat 158 :
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu,” (Q.S Ali Imran 3:185).
Takdir mubham lainnya adalah ketentuan hukum alam (sunatullah) yang
terjadi di dunia, misalnya gravitasi bumi, kayu memiliki kemampuan berbeda dari
besi, air mengalir dari hulu ke hilir, dan sebagainya.
Takdir muallaq adalah takdir yang dapat diubah melalui upaya kerja keras.
Bagaimanapun juga, Allah SWT memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk
berubah dan memperbaiki diri.
“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,” (Q.S. Ar-
Ra’ad 13:11)
Allah Swt. sendiri telah menciptakan fitrah umat manusia untuk berusaha
dan bekerja keras mencapai sebab-sebab yang telah ditetapkan dalam kehidupan
duniawi mereka, bahkan, menurut Al-Jauziyah (2000, hlm. 60) hal itu telah
diciptakan Allah Azza wa Jalla bagi seluruh binatang. Demikian itulah sebab-

5
sebab yang dengannya tercapai kemaslahatan akhirat mereka. Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla adalah Tuhan pemelihara dunia dan akhirat, dan Dia
Mahabijaksana atas sebab-sebab yang telah ditetapkan-Nya dalam kehidupan
dunia dan akhirat, serta masing-masing makhluk-Nya telah diberikan kemudahan
untuk mencapai apa yang telah ditetapkannya.

2.3 Fungsi Beriman kepada Qadha dan Qadhar


Berikut ini fungsi-fungsi iman kepada qada dan qadar, sebagaimana
dikutip dari Pendidikan Agama Islam (2017) yang diterbitkan Kemenag.
a. Mendorong kemajuan dan kemakmuaran
Dengan meyakini takdir mubham bahwa Allah SWT telah mengatur
hukum alam secara teratur, manusia dapat merencanakan usahanya dengan
logis dan rasional. Sebab, takdir pasti dilatari dengan kausalitas atau sebab
akibat. Dengan mengimani qada dan qadar, manusia bisa memanfaatkan
hukum yang pasti sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
berkembang maksimal.
b. Menghindari sifat sombong
Orang yang mengimani qada dan qadar akan terhindar dari sifat sombong.
Bagaimanapun juga, segala pencapaian yang ia raih berasal dari ketetapan
Allah SWT. Tidak ada kesuksesan dari hasil usahanya sendiri, melainkan
juga takdir dari Allah SWT. Iman kepada qada dan qadar akan membuat
seorang muslim rendah hati. Ia sadar bahwa keberhasilannya merupakan
campur tangan dan pertolongan dari Allah SWT.

c. Melatih husnuzan atau berbaik sangka


Allah SWT selalu menetapkan hal baik kepada hamba-hamba-Nya.
Biarpun seseorang mengalami musibah atau bencana, peristiwa buruk itu
dimaksukan sebagai ujian atau teguran kepadanya. Seseorang yang
mengimani qada dan qadar akan selalu berhusnuzan bahwa Allah SWT
adalah Zat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tak ada takdir yang
ditetapkan dengan maksud buruk Allah kepada seorang muslim.

6
2.4 Hikmah Beriman kepada Qadha dan Qadhar
Berikut hikmah-hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada
dan qadar:
a) Dengan memahami konsep qada dan qadar yang benar, seorang
muslim senantiasa optimis, berikhtiar, serta bertawakal kepada
Allah SWT.
b) Seseorang yang memahami qada dan qadar tidak akan
berprasangka buruk, baik kepada Allah maupun kepada makhluk-
Nya.
c) Allah SWT menciptakan makhluknya dengan segenap
kemampuan, anggota tubuh, atau kelebihan tertentu. Dengan
berkah tersebut, seorang muslim diwajibkan berusaha untuk
memperoleh kehidupan yang layak dan tidak berputus asa dengan
rahmat Allah SWT.
d) Kita menyadari bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan
beragam. Hikmahnya adalah untuk saling mengenal dan bekerja
sama.
e) Setiap manusia memiliki kehendak bebas. Kendati sudah ada
ketetapannya, namun ia diberi keleluasaan untuk memilih. Dari
pilihannya itulah ia memperoleh balasan, baik itu balasan di dunia
atau balasan di akhirat.
f) Allah SWT akan memberikan berkah dan hasil yang maksimal
sesuai usaha hambanya, jika ia mau berusaha.
g) Mampu membedakan antara jalan yang baik dan yang buruk
karena masing-masing memiliki akibat atau konsekuensinya.
h) Tidak ada sesuatu sia-sia yang diciptakan Allah SWT. Dengan
segala kemampuan yang sudah diberikan, manusia sepatutnya
memanfaatkan potensinya untuk mencapai hal-hal yang ia
inginkan.

7
2.5 Contoh Perilaku dari Iman kepada Qadha dan Qadhar
 Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya, Dia berlaku dengan adil dan
sesuai dengan ketetapan yang maha bijaksana. Karena itulah, seorang
muslim tidak mengeluh dan menyalahkan keadaan yang menimpanya,
sesulit apa pun itu.
 Berusaha menyusun usaha dan strategi, khususnya, dalam hal pekerjaan
sehingga hasilnya efektif dan efisien.
 Jika memperoleh rezeki, seorang muslim patut bersyukur. Sementara itu,
jika mengalami musibah, ia bersabar.
 Salah satu cara bersyukur kerika memperoleh nikmat adalah dengan
bersedekah. Sementara itu, sikap sabar adalah tidak mengeluh atau
menyalahkan takdir.

8
BAB III
PENUTUP

Mengimani al-qadha dan al-qadar merupakan salah satu dasar keimanan


seorang muslim, dengan meyakini sepenuhnya akan takdir yang telah ditetapkan
Allah atas dirinya serta memahami benar akan kemaslahatan dari takdir itu
sendiri, maka tidak akan sia-sialah hidupnya, karena ia akan senantiasa semakin
bersungguh-sungguh dalam berusaha dan beramal.
Rasulullah saw. telah mengisyaratkan kepada kita untuk tidak pasrah
begitu saja terhadap takdir, karena manusia sendiri mempunyai peran penting dan
dipermudah dalam setiap amalan mereka. Kita harus senantiasa berusaha mencari
yang terbaik dan berikhtiar semaksimal mungkin dalam beribadah dan beramal
demi memcapai tujuan hidup, baik untuk kebahagaian dunia maupun akhirat.
Manusia akan terhina bila terjerumus ke dalam amalan-amalan yang tidak disukai
Allah Swt.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., 2020, Implementasi Iman Kepada Al-Qadha Dan Al-Qadhar Dalam
Kehidupan Umat Muslim, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 18 No. 1,
Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung.
Al-Jauziyah, I., 2000, Syifa’ul ‘Alil fii Masaailil Qadha’wal Qadar wal Hikmah
wat Ta’lil, Terjemahan edisi Indonesia : Abdul Gafar, Pustaka Azzam :
Jakarta.
Chozin, R., dan Untoro, 2019, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI : Jakarta
Pusat.
Shihab, M. Q., 2007, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Madhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, Mizan : Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai