Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MA’RIFAH AL-WASITHAH
Mata Kuliah : ILMU TAUHID

Dosen Pengampu : Dr.H.M.Rozali, M.A

OLEH
- DELILAH AISYAH BR SEBAYANG : 0704213050
- LOLA APRILIA

PRODI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA

MEDAN

T.A 2020/2021

KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT., karena atas ridho dan
limpahan rahmatnya yang telah memberikan kita kesehatan sehingga kami mampu
meyelesaikan makalah kami yang berjudul “Ma’rifah al-wasithah sampai dengan selesai,terlepas
dari segala ketidaksempurnaan yang terkandung dalam makalah ini. Tak lupa shalawat dan
salam marilah kita panjatkan kepada Rasulullah saw .

Untuk itu sangat penting bagi penulis untuk berterima kasih kepada dosen pengampu
yang telah memberikan perannya dalam pembuatan makalah ini. Terutama dosen
pembimbing mata kuliah “ILMU TAUHID” yaitu Dr.H.M.Rozali ,M.A Oleh karena itu besar
harapan kami tentang makalah ini, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan, dapat
bermanfaat dan memberikan pengaruh yang baik bagi pembaca.

Terlepas dari itu semua penulis sangat menyadari adanya kekurangan dalam penulisan
makalah ini sehingga penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya karna saya hanyalah
manusia yang tidak terluput dari kesalahan

Medan, 13 September 2021

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum Aqidah Ilmu Kalam membahas tentang ajaran-ajaran dasar dari suatu
agama. Aqidah Ilmu Kalam ini mempelajari akidah/teologi yang akan memberi seseorang
keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan yang kuat, yang tidak mudah diombang-
ambingkan oleh peredaran zaman.
Secara khusus ilmu kalam juga membahas tentang rukun-rukun iman yang mencakup
materi dari iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat Allah, Iman Kepada Kitab-kitab Allah,
Iman Kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari kiamat, dan Iman kepada Qadha’ dan Qadar
Allah.
Dalam sehari hari kita harus menerapkan ilmu aqidah dengan baik, agar ilmu yang kita
dapatkan bisa bermanfaat dan juga bisa menjadikan keuntungan bagi diri kita maupun diri orang
lain, disini kami akan menjelaskan Aqidah Ilmu Kalam yang membahas tentang iman kepada
qada’ dan Qodarnya Allah.

 - IMAN KEPADA QADHA’ DAN QADAR

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pengertian iman kepada qadha’ dan qadar Allah ?


2.      Bagaimana kebebasan kehendak manusia terhadap qada’ dan qadar Allah ?
3.      Bagaimana hubungan kebebasan manusia dan Allah ?
4.      Bagaiaman hikmah iman kepada qada’ dan Qadar Allah ?

BAB II

PEMBAHASAN

 IMAN KEPADA QADHA’ DAN QADAR ALLAH

1.     Pengertian Iman Kepada Qadha’ dan Qadar Allah


Qadha’ menurut ilmu tauhid memiliki pengertian yaitu sesuatu yang sudah terjadi atau
telah terjadi pada seseorang, artinya yaitu kejadian tersebut telah berlalu atau telah dilakukan.
Sedangkan Qadar menurut ilmu tauhid, memiliki pengertian takdir dimana apabila
diperluas pengertiannya yaitu sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah SWT. kepada hamba-
hamba-Nya baik bersifat perseorangan maupun golongan, baik tentang nasib (perjalanan hidup)
ataupun tentang peraturan-peraturan yang ditetapkan. Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan
semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. memiliki ukuran, kekuatan, watak, kegunaan
dan kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Allah SWT..
Namun demikian, khususnya manusia diberikan keistimewaan tersendiri oleh Allah SWT. untuk
menentukan mana yang baik dan mana yang buruk melalui pertimbangan akal dan hatinya. Oleh
karena itu, mempercayai Qadar merupakan salah satu rukun iman.

Adapula pendapat yang mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadha’ dan qadar
adalah kehendak Allah yang azali untuk menciptakan sesuatu dalam bentuk tertentu (qadha)
kemudian mewujudkannya atau merealisasikannya dalam kehidupan nyata yang kongkrit seusuai
dengan kehendak yang azali itu (qadar). Namun sebagian ulama mengatakan sebaliknya, mereka
meberpendapat bahwa qadar ialah rencana atau ketentuan Allah dalam azali dan qadha adalah
pelaksanaannya dalam kehidupan nyata.

Ahlussunnah wal Jama’ah yakin bahwa segala kebaikan dan keburukan itu berdasarkan
qadha’ dan qadar Allah, dan Allah melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada sesuatu
yang keluar dari kehendak dan kekuasaan-Nya. Allah maha mengetahui sesuatu hal yang akan
terjadi dan yang belum terjadi di masa azali. Allah lah yang menentukan dan mengendaki segala
sesuatunya terjadi. Dan dibalik hal yang telah ditentukannya itu pasti ada hikmahnya. Dia
mengetahui takdir seluruh hamba-Nya, mengetahui tentang rizki, ajal, amal dan yang lainnya.
Dapat disimpulkan, qadar adalah perkara yang telah diketahui dan telah dituliskan oleh Allah
dari hal-hal yang akan terjadi hingga akhir zaman nanti.
Ahlussunnah Wal Jamaah juga berkeyakinan bahwa qadar itu adalah rahasia Allah dalam
penciptaan-Nya, tidak ada yang mengetahui sekalipun malaikat yang dekat dengan Allah dan
nabi yang diutus oleh Allah. Mendalami dan mengkaji mengenai hal itu adalah kesesatan, karena
Allah SWT. menutup ilmu tentang qadar dari makluknya, dan melarang mereka untuk
membahasnya.
Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa qadha’ dan qadar adalah satu kesatuan
dimana qadha’ merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah disusun, dan
qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk direalisasikan kepada
kehidupan nyata ini.
Qadar dan qadha’ adalah ilmu Allah yang azali terhadap segala sesuatu yang hendak
diwujudkan berupa alam, makhluk, perkara baru dan segala sesuatu

  2. Kebebasan Kehendak Manusia


Dalam kitab Aqidatul Mukmin menjelaskan bahwa apapun yang ada dialam semesta ini
adalah rencana Allah dan apa-apa yang telah kami perhatikan berupa keajaiban penciptaan dan
pengaturan, itu terdapat di semua alam maujud, baik manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan
maupun benda keras.
Dari penjelasan diatas qadha dan qadar Allah ilmu Allah yang azali terhadap segala
sesuatu yang hendak diwujudkan berupa alam, makhluk, perkara baru, dan segala sesuatu.
Dengan adanya penciptaan tentang kadarnya, tatacaranya, sifatnya, masanya, tempatnya,
sebabnya, pendahuluannya dan kesimpulannya tak satupun yang tertinggal dari ketentuan
waktunya, mendahului batasan-batasan masanya, menambah dan mengurangi kadar takdir, dan
berubah dalam tatacara dan sifatnya.
Allah Swt. Menciptakan manusia berikut perbuatannya, dan Dia memberi kehendak,
kemampuan, ikhtiar dan ma’isyah yang diberikan Allah untuknya, sehingga perbuatan-
perbuatannya berasal dari-Nya secara hakiki bukan majazi. Kemudian Dia memberikan akal
untuknya agar bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Dia tidak menghisabnya
kecuali terhadap perbuatan-perbuatannya yang dilakukan dengan kehendak dan ikhtiarnya.
Manusia tidak dipaksa, akan tetapi manusia memiliki kehendak dan keikhtiaran, sehingga ia bisa
memilih dan perbuatan-perbuatan dan keyakinannya. Hanya saja kehendak itu mengikuti
kehendak Allah. Semua yang dikendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah
tidak akan terjadi.sebab Allah-lah pencipta alam dan seluruh isinya.
Menurut Ahlus sunnah wal jama’ah Qadar Allah adalah rahasia Allah pada penciptaan-
Nya. Mendalami dan mengkaji mengenai itu adalah kesesatan dan muncul persoalan yang timbul
mengenai kehendak dan kebebasan dalam berbuat. Maksudnya adalah apakah manusia
mempunyai kebebasan yang mutlak atau kehendaknya yang bebas dalam melakukan sesuatu
yang dikehendaki atau dia tidak mempunyai kebebasan apa-apa dalam perbuatannya itu. Segala
apa yang dilakukannya adalah mengikuti sepenuhnya akan ketentuan yang telah digariskan Allah
kepadanya sejak zaman azali.
            Dalam Al-Qur’an terdapat dua kelompok ayat-ayat yang menyentuh masalah ini yang pada
lahirnya saling berlawanan, sehingga diperlukan penafsiran untuk menjelaskan pengertian
kandungan ayat-ayat tersebut.

Pertama: Firman Allah dalam Surah Az Zumar :39:62


 )26( ‫ق ُكلِّ َش ْي ٍء َوهُ َو َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء َو ِك ْي ٌل‬
ٌ ِ‫هللَا ُ خَ ا ل‬
Artinya: Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu. (QS. Az-Zumar,
39:62)
Kedua: Firman Allah dalam Surah Al-Qamar :54:49
ٍ ‫اِنَّا ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَا هُ بِقَد‬
)94(‫َر‬
Artinya : Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS. Al-Qamar,
54:49)
Ketiga: Firman Allah dalam Surah Al-Furqan :25:2
ِ ‫في ْال ُم ْل‬
‫ك‬ ِ ‫ك‬ٌ ‫ض َولَ ْم يَتَّ ِخ ْذ َولَدًا َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ َش ِر ْي‬
ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫ك ال َّس َم‬ ُ ‫اَلَّ ِذيْ لَهُ ُم ْل‬
)2(‫ق ُك َّل َش ْي ٍء فَقَ َّد َرهُ تَ ْق ِدي َْرا‬ َ َ‫َوخَ ل‬
Artinya : Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan-Nya, dan dia telah menciptakan segala sesuatu,
dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya[1053]. (QS. Al-Furqan :25:2)

3.    Hubungan Kebebasan Manusia dan Allah


Manusia dalam melakukan sesuatu seolah-oleh mereka memiliki kebebasan di dalam
setiap tindakannya, namun ternyata di dalam kebebasan manusia bertindak ada campur
tangannya dengan kehendak Allah SWT.. Dan kedua hal ini sangat berkaitan sekali.
Takdir tentang penciptaan dan pencatatannya itu sudah terdapat di dalam Al-Lauhul
Mahfuzh (papan yang terjaga) sebagaimana ketentuan dalam menetapkan adanya penciptaan
tentang kadarnya, tatacaranya, sifatnya, masanya, tempatnya, sebabnya, pendahuluannya dan
kesimpulannya. Tak ada satupun yang melenceng dari ketentuan-Nya tersebut. Hal ini terjadi
karena luasnya ilmu yang dimiliki Allah SWT. Dia mengetahui segala hal baik yang akan terjadi,
yang sedang terjadi, maupun yang sudah terjadi. Allah juga mengetahui bagaimana sesuatu itu
akan terjadi, bagaimana prosesnya, dan bagimana akhirnya. Kemahakuasaan Allah sangat luas
dan Agung, tak ada yang mempu membatasi maupun yang melemahkannya. Sesuatu yang sudah
dikehendaki Allah itu pasti ada dan sesuatu yang tidak dikehendakinya itu pasti tidak ada.
Selain itu, karena melekatnya Allah dengan benda yang maujud dengan aturan
sunnatullah. Beliau yang menetapkan segala bagian alam baik yang ada di atas maupun yang ada
di bawah dengan seimbang. Keduanya itu, adalah qadha’ dan qadar. Qadha’ dan qadar ini tidak
boleh diingkari kecuali oleh orang-orang yang sombong dan menentang atau orang bodoh yang
membangkang.
Dalam hal ini, manusia memiliki kebebasan dalam usahanya, do’a, dan ikhtiarnya,
namun pada nantinya di hasil akhir nanti Allah lah yang menentukan. Di setiap hal yang dialami
oleh manusia terdapat takdir Allah yang merupakan ketentuan terbaik darinya yang telah
disusun-Nya.
Dalam membahas tentang takdir ini banyak sekali aliran yang berbeda pendapat
mengenai hal ini, diantara aliran yang paling menonjol dalam membahas takdir yaitu aliran
Jabariyah dan Qadariyah.
Di dalam aliran jabariyah dijelaskan bahwa manusia tidak menciptakan perbuatannya
dan apa yang mereka lakukan itu tidak pantas dikaitkan kepadanya kecuali dengan majaz, yaitu
kaitan perbuatan, bukan kaitan usaha alternatif dan kaitan kehendak. Karena menurut mereka
perbuatan itu adalah perbuatan Allah yang dilaksanakan melalui tangan hamba-hamba-Nya tanpa
adanya kehendak dari hamba. Mereka memiliki ketetapan aqidah bahwa hamba tidak disiksa dan
perbuatannya tidak dicela meskipun dalam tataran kejelekan maupun hal yang tercela. Aliran
Jabariyah ini sangat bertentangan sekali dengan prinsip yang dimiliki oleh aliran qadariyah yang
berpendapat bahwa hamba selalu berdiri sendiri dengan bebas menciptakan perbuatannya. Oleh
karena itu mereka berpendapat bahwa hamba itu menjadi Tuhan yang meciptakan perbuatan
yang Dia kehendaki. Dengan demikian menjadikan tauhid yang merupakan pokok agama
menjadi batal.
Dan ada pula golongan Ahlussunnah wal Jama’ah, dimana tokoh-tokoh dari aliran ini
mengambil jalan tengah dengan memadukan dua aliran yang bertentangan tersebut. Menurut
aliran ini, manusia itu merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dengan diberikannya
akal kepada mereka. Kehendak dan kuasa yang ada pada dirinya dalam melakukan amal
perbuatannya dalam batas kemungkinan, tidak dalam hal yang mustahil. Akan tetapi, usaha dan
tindakan yang dilakukan manusia ini tidak berkesan dan kesannya hanya sebagai kerja sebab dan
akibat, buak kesan yang haqiqi, karena penbuat kesan yang haqiqi adalah qurah Allah SWT..
Jadi, inti dari aliran ahlussunnah wal jamaah ini adalah orang boleh berusaha dan membuat
rencana, tetapi hanya Allah yang akan menentukan hasil akhirnya kelak.
Manusia dapat mengerjakan perbuatan sebagaimana semua makhluk dengan beban
perbuatan yang diberikan Allah. Perbedaan antara manusia dan semua makhluk adalah manusia
diberi kesempatan untuk bisa berusaha dan berikhtiyar karena adanya illat taklif (beban) dan
pembalasan. Manusia itu juga sangat berbeda dengan makhluk lain. Makhluk lain tidak
mendapatkan balasan atas apa yang mereka kerjakan dan perbuat, karena mereka tidak diberi
kehendak bebas dan berikhtiyar. Denga demikian, jika ia ingin berbuat, maka ia berbuat. Dan
bila mereka ingin meninggalkan, maka ia meninggalkan. Manusia akan sampai pada tujuannya
dengan sesuatu yang telah mereka kehendaki berupa amal dan dia mengikhtiyarinya untuk
dirinya dengan murni (absolutasi) kehendak dan ikhtiyarnya. Oleh karena itu, seandainya hamba
dipaksa untuk beramal, maka dia tidak dihisab dan tidak mendapat balasan berupa pahala dan
celaan, karena mereka tidak berkehendak secara bebas dan tidak berikhtiyar secara sempurna.
Dengan demikian, bagi orang yang memperoleh taufik dapat bekerjasama antara eksistensi
aktivasi hamba yang telah ditentuakn oleh Allah secara azali kepada hamba yang berbuat dan
antara eksistensi hamba yang berkehendak dan berikhtiyar untuk perbuatannya, mereka akan
disiksa karena kejahatannya, dan akan diberi pahala karena amal kebaikannya

4.    Hikmah Kepada Qada’ Dan Qadar


1.      Mendorong orang muslim bekerja keras dan berjuang untuk meningkatkan harkat dan
martabatnya di bumi dan dapat dijadikan suatu daya ruhani yang dapat memperteguh
hubungannya dengan Allah pencipta alam dan semestanya.
2.       Menanam keberanian dalam dirinya untuk untuk membela kebenaran dan melaksanakan
kewajibannya.
3.      Membuat manusia sadar bahwa segala apa yang ada di alam semesta ini berjalan mengikuti
ketentuan Allah Yang Maha Bijaksana.
4.      Takdir menuntut orang beriman untuk berusaha dan bekerja, lalu bertawakal dan akhirnya
bersyukur karena Allah atas karunia-Nya dan bersabar atas cobaan dan ujian yang menimpanya.
5.      Memperoleh hasil yang mengalir dan buah yang baik.
6.      Memperoleh kekuatan watak dan keteguhan hati.
7.      Memperoleh ketenangan hati.
8.      Akan terlepas dari kebingunagan dan kegelisahan pada dirinya, yang terwujud hanya keberanian
yang kuat untuk mngedepankan urusan tanpa ada ketakutan, kecemasan, dan keragu-raguan.
9.      Menjadi manusia yng bersih jiwanya.
10.  Di samping itu, dia menjadi manusia yang sangat mulia ucapan dan jiwanya

BAB III
PENUTUP
     A.    Kesimpulan
Qadha’ adalah merupakan realisasi atau pelaksanaan dari rencana Allah yang telah
disusun, dan qadar merupakan rencana atau ketentuan yang Allah susun untuk direalisasikan
kepada kehidupan nyata ini. Oleh karena itu, banyak sekali perbedaan pendapat mengenai
kebebasan manusia. Manusia memiliiki kebebasan dalam bertindak, namun dalam setiap
tindakannya Allah memberikan aturan tersendiri, yang memberikan batasan disetiap tindakan
yang dilakukan oleh manusia. Manusia memiliki kewajiban untuk berusaha (ikhtiar), do’a, dan
kemudian akhirnya mereka bertawakkal kepada Allah SWt., dan hasilnya ini merupakan takdir
dari allah SWT.. Dengan kita mempercayai atau beriman kepada Qadha’ dan Qadar maka kita
akan memiliki ketenangan dalam menjalani hidup ini dan mengurangi sifat kufur atas nikmat
Allah SWT.   

    B.     Saran
Sebaiknya dalam menyikapi takdir Allah dengan penuh ikhlas tanpa mengeluh karena
apa yang telah ditakdirkan Allah untuk itu adalah yang terbaik. Akan tetapi, takdir itu dapat
berubah selama kita mau berusaha dan selalu berikhtiar kepada Allah SWT. serta tidak lupa
untuk senantiasa berdo’a hanya kepada Allah bukan kepada selain-Nya.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Atsari, A. b. (2005). Panduan Akidah Lengkap. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir.
Al-Jazairi, A. B. (2001). Aqidatul Mukmin. Jakarta: Pustaka Aman.
Baiquni, A. (1995). Kamus Istilah Agama Islam. Surabaya: Arkola.
Daudy, A. (1997). Kuliah Akidah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Hidayat, N. (2015). Akidah Akhlak dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Hari Akhir atau hari kiamat adalah hari dibinasakan dan dihancurkan alam
semesta yang merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia menuju kehidupan kekal
diakhirat. Beriman kepada hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa akan
datangnya hari berakhirnya kehidupan didunia ini. Alam akhirat tempat manusia
mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya sewaktu didunia dan memperoleh
ganjaran sesuai dengan perbuatannya.

Kewajiban beriman kepada hari akhir sudah diberitakan oleh alQur’an dan Hadist.
Namun bisa dipertegas oleh akal pikiran (dalil aqli). Secara akal kita bisa berpikir, bahwa
segala sesuatu yang ada di alam mengalami perubahan. Dan setiap yang mengalami
perubahan pasti akan membutuhkan akhir. Sesuatu yang berakhir mempunyai tanda-tanda
yang diberitakan oleh Al-Qur’an dan Hadist adalah bisa diterima oleh akal.

Keyakinan terhadap adanya hari akhir akan memberikan hikmah atau efek yang sangat
besar dalam kehidupan manusia paling tidak manusia akan merasa takut terhadap azab yang
akan diberikan Allah setelah terjadinya hari akhir, hal ini akan membuat manusia selalu
berhati-hati dalam bertindak dan akan selalu memperbanyak amal ibadah sewaktu di dunia.

“meyakini akan adanya hari pembalasan sebagai rangkaian peristiwa yang harus dijalani
setelah hari kiamat akan menimbulkan kedisiplinan dan kewaspadaan sebab seluruh amal tidak
ada yang luput dari pengawasan Allah.

Dalam hal ini kedisplinan yang di maksud adalah kedisplinan beribadah kepada Allah.
 IMAN KEPADA HARI KIAMAT

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaiman pengertian iman kepada hari akhir


2. Menjelaskan dalil naqli tentang hari akhir
3. Menjelaskan macam macam hari akhir
4. Menjelaskan tanda tanda hari akhir
5. Menjelaskan balasan amal baik dan buruk

BAB II

PEMBAHASAN

*IMAN KEPADA HARI KIAMAT

1. Pengertian Iman Kepada Hari Akhir

Iman kepada hari akhir merupakan salah satu rukun atau sendi dari berbagai rukun
keimanan (arkanul iman) dan bagian utama dari beberapa bagian akidah. Iman kepada hari akhir
berarti meyakini dengan sepenuh hati akan datangnya hari kiamat dan munculnya alam akhirat
tempat manusia mempertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. segala amal perbuatan
ketikan hidup di dunia.10 Sehubungan dengan Beriman Kepada Hari Akhir disini merupakan
salah satu materi dari mata pelajaran
Akidah Akhlak
Akan tetapi pembahasan tentang Hari Akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur
karena peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil (Al-Qiyamah As-Sughra),
dan juga karena orang-orang yang sudah meninggal dunia telah  memasuki bagian dari proses
transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat. Alam transisi tersebut dinamai
dengan alam Barzakh.

Sedangkan istilah Al-Yaum Al-Akhir terdapat antara lain dalam surat Al-Baqarah ayat
177 :

َ ‫ب َوالنَّبِيِّينَ َوآتَى ْال َم‬


‫}ال‬ ِ ‫اآلخ ِر َو ْال َمالئِ َك} ِة َو ْال ِكتَ}}ا‬
ِ ‫ب َولَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ْس ْالبِ َّر أَ ْن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬
َ ‫لَي‬
َ‫الص}الةَ َوآتَى ال َّز َك}}اةَ َو ْال ُموفُ}}ونَ بِ َع ْه} ِد ِه ْم إِذا‬ َ
َّ ‫ب َوأقا َم‬َ َ ْ ْ ُ ْ
ِ ‫َعلَى ُحبِّ ِه ذ ِوي القرْ بَى َواليَتَا َمى َوال َم َسا ِكينَ َوا ْبنَ ال َّسبِي ِل َوالسَّائِلِينَ َوفِي ال ِّرقا‬ َ
ْ َ ِ‫ص َدقُوا َوأُولَئ‬ َ ِ‫س أُولَئ‬ ْ َّ ‫عَاهَدُوا َوالصَّابِ ِرينَ فِي ْالبَأْ َسا ِء َوال‬
َ‫ك هُ ُم ال ُمتَّقُون‬ َ َ‫ك الَّ ِذين‬ ِ ‫ضرَّا ِء َو ِحينَ ْالبَأ‬

Artinya :
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman keada Allah, hari Akhir, Malaikat-
Malaikat, Kitab-Kitab dan Nabi-Nabi…” (Al-Baqarah 2:177)

2. Dalil Naqli Tentang Hari Akhir

Dalil naqli tentang hari kiamat terdapat dalam banyak ayat Al Quran dan juga hadits, dalam
artikel kali ini akan kami tuliskan dalil berdasarkan AlQuran, dan untuk dalil naqli dari hadits
bisa anda baca di artikel hadits tentang hari kiamat.
Definisi dari dalil naqli adalah landasan dalil berdasarkan AL Quran dan Hadits, dan ini adalah
landasan dasar seorang muslim jika ingin mengamalkan suatu amalan dan meyakini suatu
keyakinan dan kejadian yang telah dikabarkan oleh Allah dan rasulNya.

 DALIL NAQLI TENTANG HARI KIAMAT

 Quran Surat Al Araaf ayat 187 yang berbunyi:


ۗ ً‫ض ۚ اَل تَ}}أْتِي ُك ْم إِاَّل بَ ْغتَ }ة‬
ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ ِ ‫ت فِي ال َّس َما َوا‬ ْ َ‫ك ع َِن السَّا َع ِة أَيَّانَ ُمرْ َساهَا ۖ قُلْ إِنَّ َما ِع ْل ُمهَا ِع ْن َد َربِّي ۖ اَل يُ َجلِّيهَا لِ َو ْقتِهَا إِاَّل ه َُو ۚ ثَقُل‬
َ َ‫يَسْأَلُون‬
ٰ
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ َّ‫ك َحفِ ٌّي َع ْنهَا ۖ قُلْ إِنَّ َما ِع ْل ُمهَا ِع ْن َد هَّللا ِ َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬ َ َّ‫ك َكأَن‬
َ َ‫يَسْأَلُون‬
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang Kiamat, ‘Kapankah terjadinya?’
Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorang
pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-
haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu
melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar
mengetahuinya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi
Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’” [Al-A’raaf: 187]

 Quran Surat Al-Ahzaab Ayat 63 yang berbunyi:


َ ‫ك النَّاسُ َع ِن السَّا َع ِة ۖ قُلْ إِنَّ َما ِع ْل ُمهَا ِع ْن َد هَّللا ِ ۚ َو َما يُ ْد ِري‬
‫ك لَ َع َّل السَّا َعةَ تَ ُكونُ قَ ِريبًا‬ َ ُ‫يَسْأَل‬
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan
tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi
hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” [Al-Ahzaab: 63]

Juga sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Surat An Naziat Ayat 42-44, yang berbunyi:
‫يَسْأَلُونَكَ َع ِن السَّا َع ِة أَيَّانَ ُمرْ َساهَا فِي َم أَ ْنتَ ِم ْن ِذ ْك َراهَا إِلَ ٰى َربِّكَ ُم ْنتَهَاهَا‬
“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah
terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Rabb-mulah
dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya).” [An-Naazi’aat: 42-44]

Kesimpulan
Itulah beberapa dalil naqli tentang hari kiamat yang bersumber dari Al Quran, yang pada intinya
menerangkan tentang bahwa kiamat itu pasti datang, kiamat itu mengerikan dan waktu terjadinya
hari kiamat hanya Allah Azza wajalla saja yang mengetahuinya, tidak ada satu mahluk pun di
dunia ini yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat.
Walaupun dia Nabi, Wali Allah maupun Malaikat, apalagi kita yang hanya orang awam, jadi jangan
sekalipun percaya kepada orang yang mengatakan bahwa saya tahu kapan hari kiamat, karena
kalau kita mempercayainya maka kita akan terjatuh kepada kemurtadan. Wallahu a’lam.

3. MACAM MACAM HARI AKHIR

1. Kiamat Sughra atau Kiamat Kecil

Yaitu berupa kejadian atau musibah yang terjadi di alam ini, seperti kematian setiap saat,
banjir bandang, angin beliung, gunung meletus, gempa bumi, peperangan, kecelakaankendaraan,
kekeringan yang kepanjangan, hama tanaman yang merajalela. Keseluruhan rangkaian kejadian
tersebut di atas ditinjau dari segi aqidah merupakan peringatan dari Allah. Bagi umat yang
beriman hal ini merupakan peringatan dan ujian. Sedangkan bagi umat yang ingkar/kafir
merupakan siksaan atau azab Allah swt. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 155-156 :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". (Q.S. al Baqarah ayat 155-156)
Firmannya Allah surat ali-Imran ayat 137:
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah
kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-
rasul).”(Q.S. ali Imran ayat 137)

2. kiamat Kubro

Yaitu masa kehancuran seluruh alam semesta secara masal dan berakhirnya kehidupan
alam dunia serta hari mulai dibangkitkannya semua manusia yang sudah mati sejak zaman Nabi
Adam sampai manusia terakhir, untuk menjalankan proses kehidupan berikutnya, sebagaimana
dijelaskan dalam al-Quran surat al-Zalzalah ayat 1-5.
Artinya : Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi
telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: "Mengapa
bumi (jadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu
telah

4. TANDA TANDA HARI AKHIR


Terbitnya matahari dari arah barat dan terbenam dari arah timur. Hal ini terjadi
karenaperubahan besar dalam susunan alam semesta.
Keluarnya suatu binatang yang sangat aneh. Binatang ini dapat bercakap-cakap kepada
semuaorang dan menunjukkan kepada manusia bahwa kiamat sudah sangat dekat.
Datangnya Al-Mahdi. Beliau termasuk keturunan dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu,
beliauserupa benar akhlak dan budi pekertinya dengan Rasulullah SAW.
Munculnya Dajal. Dajal adalah seorang yang muncul sebagai tanda semakin dekat
datangnyakiamat. Dajal bermata buta sebelah dan mengaku sebagai “Tuhan”
.Hilang dan lenyapnya Al-Qur’an dan mushaf, hafalan dalam hati. Bahkan lenyap pulalah
yangada di dalam hati seseorang
.Berkumpulnya manusia, seperti selamatan kelahiran, khitanan, perkawinan, ulang tahun,
dll.Akan tetapi tidak pernah sedikit pun dijalankan perintah-perintah-Nya serta dijauhi larangan-
Nya.
Turunnya Nabi Isa as. Beliau akan turun ke bumi ini di tengah-tengah merajalela pengaruhDajal

5. BALASAN AMAL BAIK DAN BURUK

Bila kita berbuat amal baik kita akan mendapat ganjaran dan masuk surga. Bila kitadisurga kita
merasa tenang disana. Ini adalah gambaran disurga
:Di dalam surga terdapat sungai-sungai dan mata air yang mengalir
Luas surga seluas langit dan bumi

Anda mungkin juga menyukai