Anda di halaman 1dari 14

Maqamat dan Ahwal

Dosen pengampu: Dr. H. Badrudin, M.Ag

Disusun oleh : kelompok 3

1. Muhdi Ali ( 201320003 )


2. Ratu Bayyin. F ( 201320015 )
3. Hambali ( 201320031 )

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
Latar belakang

pada hakikatnya tasawuf merupakan kesadaran spiritual seseorang sebagai


makhluk yang bertuhan yang selanjutnya mendorong manusia untuk mendekatkan diri
kepada-Nya dengan tujuan meraih kenikmatan spiritual. Dalam pembicaraan tentang
tarekat sebagai perjalanan spiritual, kita tidak bisa mengabaikan dua istilah teknis yang
sangat penting yakni maqamat dan ahwal, maqamat jama dari maqam yang berarti tahap-
tahap perjalanan atau secara lebih populer diterjemahkan sebagai stasiun. Tidak ubahnya
seperti stasiun kereta api yang harus kita lalui sepanjang perjalanan. Adapun ahwal bentuk
jama dari hal biasanya diartikan sebagai keadaan mental yang dialami oleh para sufi di sela-
sela perjalanan spiritualnya
Pengertian Maqamat
Maqamat merupakan jamak dari kata maqam, yang secara bahasa berarti pangkat atau
derajat, sedangkan dalam bahasa inggris maqamat disebut dengan istilah stations atau stages,
sementara menurut istilah ilmu tasawuf maqamat adalah kedudukan seorang hamba di
hadapan Allah Swt, yang diperoleh dengan melalui peribadatan, mujahadah dan latihan
spirtual serta berhubungan ysng tidak putus-putusnya dengan Allah.

Dalil tentang Maqamat


Dalam Al-qur’an kata Maqamat yang mempunyai tempat disebutkan beberapa kali,
diantaranya dalam Q.S As-Saffat ayat 164

‫َو َما ِمن َّ ۤا ا ََِّّل ل َ ٗه َمقَا ٌم َّم ْعل ُ ْو ٌم‬


Yang artinya: Dan tidak satu pun di antara kami (malaikat) melainkan masing-masing
mempunyai kedudukan tertentu
Macam-macam maqamat
Kurang lebih ada 10 macam maqam yang harus di lalui oleh para pejalan spirtual diantaranya
1. al-taubah (tobat)
2. al-zuhd (zuhud)
3. al-shabr (sabar)
4. al-faqr (kemiskinan)
5. al-tawadhu ( kerendahan hati )
6. al-taqwa (takwa)
7. al-tawakkul (tawakal)
8. al-ridha (rela)
9. al-mahabbah (cinta)
10. al-ma’rifah (pengethuan tentang tuhan dan hakikat segala sesuatu)

Sedangkan imam Al-Ghazali, meski mempertahankan seperti uraian diatas, beliau menyebutkan
lebih sedikit di antaranya al-taubah, al-shabr, al-faqr, al-tawakkul, al-mahabbah, al-ma’rifah, dan
al-ridha
1. Al-taubat )Taubat)
Taubat adalah pengakuan atas segala kesalahan yang kita lakukan dimasa lalu dan tidak
mengulangi lagi dimasa yang akan datang, Allah Swt berfirman dalam Al-qur’an

َ ‫قدْ اَفْل َ َح َم ْن زَ كّٰٮ َها َوقَدْ خَا‬


‫ب َم ْن دَسّٰٮ َها‬
sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),dan sungguh rugi orang yang
mengotorinya." (QS. Asy-Syams 91: Ayat 9-10)
2. Al-Zuhud (Zuhud)
secara etimologis zuhud berarti ragaba ansyai’in wa tarakahu yang berarti tidak tertarik
terhadap sesuatu dan meninggalkannya zuhud fi al-Dunya berarti mengosongkan diri Dari
kesenangan dunia untuk ibadah. Alla Swt berfirman dalam Al-qur’an

‫ب َ ْل تُؤْ ِث ُر ْو َن ا ْل َح ٰيوة َ الد ُّ ْنيَا َوا ْ َّٰل ِخ َرة ُ َخي ٌْر َّو اَبْ ٰقى‬
" Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu
lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'la 87: Ayat 16-17)
3. Al-sabr (Sabar)
Sabar merupakan jalan untuk menuju kebahagian kepada Allah Swt, kesabaran
memerlukan suatu usaha yang keras dan pantang menyerah, Allah Swt berfirman

‫صبِ ِريْ َن‬ ّٰ ‫ص ٰلوةِ ۗ اِ َّن‬


ّٰ ‫ّٰللا َ َم َع ال‬ َّ ‫يا َ ي ُّ َها ال َّ ِذيْ َن ٰا َمنُوا ا ْست َ ِعيْن ُ ْوا بِا ل‬
َّ ‫صب ِْر َوا ل‬
" Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 153)
4. Al-Faqr
Al-faqr menurut para sufi merupakan tidak memaksakan diri untuk mendapatkan
sesuatu, tidak menurut lebih dari apa yang telah diberikan atau melebihi dari kebutuhan
primeribadah yang di lakukan Sepanjang Hidup Allah Swt berfirman

‫ي ا ْل َح ِميْد‬ ِ ّٰ ‫س اَنْت ُ ُم الْفُق َ َرآ ُء اِلَى‬


ُّ ِ‫ّٰللا ۚ َوا ّّٰٰلل ُ هُ َو الْغَن‬ ُ ‫يا َ ي ُّ َها النَّا‬
"Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji." (QS. Fatir Ayat 15)
5. At-Tawakkal (tawakal)
Tawakal adalah merasa bahwa ada dan tidak adanya sesuatu itu semata-mata merupakan
kehendak, kekuasaan Allah Swt, dan karena Allah Swt. sehingga bisa kita pahami bahwa
Tawakal adalah meninggalkan sesuatu segala usaha yang bukan karena Allah Swt. Allah Swt
berfirman

‫ع ٰلى َر ِب ِه ْم يَت ََوكَّل ُ ْو َن‬


َ ‫عل َيْ ِه ْم ٰا ٰيت ُ ٗه زَ ا دَتْ ُه ْم اِيْ َما نًا َّو‬ ْ َ ‫ت قُل ُ ْوب ُ ُه ْم َواِ ذَا ت ُ ِلي‬
َ ‫ت‬ ّٰ ‫ان َّ َما الْ ُمؤْ ِمن ُ ْو َن ال َّ ِذيْ َن اِذَا ذ ُ ِك َر‬
ْ َ ‫ّٰللا ُ َو ِجل‬
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat)
imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal (QS. Al-Anfal 8: Ayat 2)
6. Ar-Ridha (ridha)
ridha adalah keadaan hati seseorang yang selalu merasa bahagia dan apa-apa yang telah
ditetapkan oleh Allah Swt, atas dirinya maqam ini adalah maqam yang paling tinggi dalam
sistem sistematika menurut perspektif ibnu Athaillah, Allah Swt berfirman

‫ك فَت َْرضٰ ى‬
َ ُّ ‫ك َرب‬
َ ْ‫ف ي ُ ْع ِطي‬ َ َ ‫َول‬
َ ‫س ْو‬
Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau
menjadi puas. (QS. Ad-Duha 93: Ayat 5)
Pengertian Ahwal
Secara bahasa ahwal adalah jamak dari kata hal, artinya sifat dan keadaan jiwa sesuatu,
Yang dimaksud disini adalah keadaan atau kondisi psikologis yang di rasakan ketika seorang
sufi mencapai maqam tertentu , Adapun menurut para sufi, hal adalah makna, nilai atau rasa
yang hadir dalam hati secara otomatis, tanpa unsur kesengajaan, upaya, latihan, dan
pemaksaan, seperti rasa gembira, rindu, takut, dan sebagainya. Keadaan tersebut merupakan
pemberian, sedangkan maqam adalah hasil usaha. Hal (keadaan) datang dari Allah dengan
sendirinya, sementara maqam terjadi karena pencurahan perjuangan yang terus-menerus
Macam-macam Ahwal
Berkaitan dengan Ahwal atau hal Abu-Nashir menyebutkan 8 macam diantaranya
1. al-muraqabah (perasaan selalu diawasi oleh Allah)
2. al-mahabbah (perasaan cinta kepada Allah)
3. al-khauf wa al-raja (perasaan harap-harap cemas terhadap Allah)
4. al-syauq (perasaan rindu)
5. al-uns (perasaan bersahabat dengan Allah)
6. al-thuma’ninah (perasaan tentram)
7. al-usyahadah (perasaan menyaksikan tuhan dengan mata hati)
8. al-yaqin (perasaan yakin kepada Allah)

Ada beberapa nama-nama mengenai Ahwal yang dirasakan oleh para sufi ketika ia berada
pada jalan menujuh Allah Swt, diantara Ahwal yang sering di jumpai dari perjalanan para sufi
sebagai berikut
1. Al-muhasabah
Al-muhasabah atau waspada yang mana dalam artian bahawa Allah Swt mengetahui segala pikian,
perbuatan, dan rahasia dalam hati, sehingga seseorang yang merasakan waspada maka ia akan selalu
memperhatikan segala tingkah lakunya karena ia sadar bahawa Allah selalu mengawasinya. Sehingga
seseorang yang dalam keadaan mawas diri ia akan selalu mendorong untuk memperbaiki segala prilakunya.
Allah Swt berfirman :

‫ّٰللا َ َخ ِبي ٌْر ابِ َما ت َ ْع َمل ُ ْو َن‬ ّٰ ‫ت ِلغ َ ٍد ۚ َوا ت َّقُوا‬
ّٰ ‫ّٰللا َ ۗ اِ َّن‬ ْ ‫س َّما قَد َّ َم‬ ّٰ ‫ٰۤيا َ ي ُّ َها ال َّ ِذيْ َن ٰا َمن ُ ْوا اتَّقُوا‬
ٌ ْ‫ّٰللا َ َولْت َـنْظُ ْر ن َـف‬
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr Ayat 18)

2. Al-muraqobah
Al-muraqobah atau mawas diri merupakan meneliti dengan cermat segala perbuatan yang dilakukan
sehari-hari, apakah ia melakukan kabaikan atau keburukan, apakah ia sudah sesuai dengan apa yang Allah
Swt perintahkan. Sehingga seseorang yang dalam keadaan mawas diri ia akan selalu mendorong untuk
memperbaiki segala prilakunya.

‫ع ٰلى كُ ِل َش ْيءٍ ق َ ِديْ ٌر‬ ِ ‫ت َو َما فِى ْاَّل َ ْر‬


َ ُ ‫ض ۗ َوا ّّٰٰلل‬ ِ ‫ّٰللا ُ ۗ َويَعْل َ ُم َما فِى السَّ ٰم ٰو‬ ُ ‫ق ُ ْل ا ِْن ت ُ ْخف ُ ْوا َما فِ ْي‬
ّٰ ُ ‫صد ُْو ِركُ ْم ا َ ْو تُبْد ُْوه ُ يَعْل َ ْمه‬
Katakanlah, “Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti
mengetahuinya.” Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (QS. Ali ‘Imran Ayat 29)
3. Al-uns (intim)

Dalam pandangan sufi intim merupakan sifat merasa selalu berteman, dan tak pernah
merasa sepi, seperti dalam ungkapan berikut, Ada orang yang merasa sepi dalam keramaian
ia adalah orang yang selalu memikirkan kekasihnya sebab ia sedang dimabuk cinta, seperti
halnya sepasang pemuda dan pemudi, namun ada pula orang yang merasa bising dalam
kesepian, ia adalalah orang yang selalu memikirkan atau merencanakan tugas pekerjaannya
semata-mata, adapun engkau selalu merasa bertemu dengan Allah Swt artinya engkau selalu
ada dalam pemeliharaannya
4. Raja (harapan)

Raja atau harapan adalah memperhatikan kebaikan dan selalu berharap untuk dapat
mencapainya, dan melihat berbagai bentuk kelembutan dan kenikmatan dari Allah, dan
memenuhi diri dengan harapan demi masa depan serta hidup demi meraih harapan tersebut.
Raja’ menuntut tiga perkara, yaitu (1) Takut harapannya itu hilang. (2) Berusaha untuk
mencapainya. (3) Cinta kepada apa yang diharapkannya.Raja’ terbagi menjadi tiga tingkatan;
pertama, berharap kepada Allah (fillah). Kedua, berharap pahala dari Allah. Ketiga, berharap
keluasan rahmat dari Allah
5.Khauf (takut)

Khauf dalam tasawuf adalah hadirnya perasaan rasa takut ke dalam diri seorang salik
(orang yang menuju Tuhan) karena di hantui oleh perasaan dosa dan ancaman yang akan
menimpanya. Seorang yang berada dalam khauf akan merasa lebih takut kepada dirinya
sendiri, sebagaimana ketakutannya kepada musuhnya. Saat khauf menghampirinya, dia merasa
tentram dan tenang karena kondisi hatinya semakin dekat dengan Allah

Dengan demikian Ahwal dan Maqamat tidak bisa dipisahkan, maqamat dengan usaha dan
kerja keras yang maksiamal, kemudian hasilnya merupakan anugrah dari Allah Swt, yakni
berupa perasaan dan keadaan-keadaan (Ahwal) yang dialami oleh seseorang salik munujuh
Allah Swt.
Daftar pustaka
● Badrudin, ilmu tasawuf dalam Al-qur’an, (serang: tim kreatif,2020)
● Ja’far, Gerbang Tasawuf, (Medan, Perdana Publishing, 2016)
● Sahri, mutiara akhlak tasawuf kajian spiritual tasawuf kebangsaan, (depok:
gajagrapindo persada, 2019)
● Mulyadhi, menyelami lubuk tasawuf, (kartanegara: erlangga, 2006)
● Gulen Fathullah Muhammad, at-tilal al-zumurudiyyah nahwa hayati al-qalb wa ruh
1 (tasawuf untuk kita semua),( jakarta selatan: republika, 2013)
● Widayani, Hana. "Maqamat (Tingkatan spiritualitas dalam proses bertasawuf)." El-
Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis 8.1 (2019)
● Arrasyid, Arrasyid. "Tasawuf dan Problematika Modernitas: Menimbang Maqamat
dan Ahwal Abu Nashr as-Sarraj." Jurnal Fuaduna: Jurnal Kajian Keagamaan dan
Kemasyarakatan 4.1 (2020):
Terima kasih
Semoga ilmu yang kita pelajari hari ini
bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai