Dosen Pengampu:
Ainul Yaqin, S.Pd.
Disusun Oleh:
Misbahul Munir
Nada Salsabilah
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan
para Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. ”Dan Jikalau kami
jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka
mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al
Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu Isim,
Fi’il, dan Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim. Isim
adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Fi’il adalah kata
kerja. Dan Huruf adalah kata penghubung.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan maful bih ?
2. Apa yang dimaksud dengan Maful Liajlih ?
3. Apa yang dimaksud dengan Maful Maal ?
4. Apa yang dimaksud dengan Maful Fiih ?
5. Apa yang dimaksud dengan Maful Muthlak ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Maf’ul Bih
Adapun definisi maf’ul bih dalam ilmu nahwu ialah : isim manshub
(yang dibaca nashob) yang menjadi sasaran tindakan (objek).1 Maka, jelas
sekali, yang dimaksud maf’ul bih menurut arti istilah ialah isim manshub
dimana posisinya menjadi sasaran tindakan si pelaku.
Contoh :
= قَ َرأْتُ ِكت َاباAku sudah membaca Buku Dalam misal di atas, yang
menjadi sasarn perbuatannya (memukul) ialah kata “kitaaban”, maka kata
tersebut menjadi maf’ul bih.
Contoh lainnya :
ام َ = ا َ َك ْلتُ الAku sudah memakan makanan. Yang menjadi sasaran
َ ط َع
perbuatannya (memakan) ialah makanan, maka kata tersebut menjadi maf’ul
bih.
Dengan dua misal di atas sudah paling jelas sekali untuk
mengetahui pembahasan mengenai maful bih dalam ilmu nahwu.
1. Pembagian Maf’ul Bih
Dalam ulasan tentang maful bih , maka maf’ul bih terbagi atas dua
bagian yakni maf’ul bihi isim dzahir (nampak) dan isim dhamir (kata ganti).
Maf’ul bih isim dzahir ialah maf’ul bih yang terdiri atas isim dzahir (isim
yang nampak) contohnya laksana yang dua tadi di atas, objeknya berupa
kata yang nampak dan bukan kata ganti, sementara yang dimaksud dengan
maf’ul bih isim dhamir (kata ganti) ialah maf’ul bih yang terdiri dari isim
dhamir misal :
ض َربَنِى
َ = Dia (laki-laki) sudah memukulku.
Lafadz ب
َ ض َر
َ ialah fi’il madhi, sementara fa’ilnya ialah dhamir
ُ , huruf nun-nya ialah lil wiqaayah,
mustatir (disembunyikan) takdirnya ه َو
1
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006),
hlm. 29
2
sementara huruf ya-nya ialah ya mutakalim wahdah dimana
kedudukannya menjadi maf’ul bih.
َض َر َبك
َ = Dia (laki-laki) sudah memukulmu (laki-laki)
Lafadz ب
َ ض َر
َ ialah fi’il madhi, fa’ilnya mustatir andai ditakdirkan
menjadi ُه َو, dan huruf ka-nya menjadi maf’ul bih.
Demikian ulasan tentang maful bih dalam ilmu nahwu bahasa arab.
B. Maf’ul Muthlak
Maf’ul Muthlaq ialah isim atau kata benda yang dibaca nashob yang
berada pada urutan yang ketiga dari tashrifannya fi’il, maf'ul muthlaq juga isim
yang dibaca nashob dan bertujuan untuk penegasan dan penjelasan jenis serta
jumlah perbuatannya.2
Contoh :
أ ْك َر َم يُ ْك ِر ُم إ ْك َراما,ض ْربا
َ ب
ُ ب يَض ِْر
َ ض َر
َ ,
Dari pengertian maf’ul muthlaq itu member kepahaman bahwa :3
1. Maf’ul muthlaq berupa kalimat isim
2. Maf'ul muthlaq bertujuan untuk penegasan, penjelas dari fi'il (baik jenis
maupun jumlah pekerjaannya)
3. Dibaca nashob dan dinashobkan oleh amil. Adapun amil yang menashobkan
maf’ul muthlaq yaitu :
Fi’il taam yang mutashorrif: kata kerja sempurna yang dapat ditashrif
(maksudnya bukan fi’il naqhis dan fi’il jamid )
َ ض َربْتُ َك ْلبا
ض ْربَتَي ِْن َ
Aku memukul Anjing dengan dua kali pukulan
Mashdar
ش ِديْدا
َ ض ْربا َ ع ِحبْتُ ِم ْن
َ َض ْر ِبك َ
Aku terkejut atas pukulanmu dengan pukulan yang keras
Isim sifat
2
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006),
hlm. 30
3
Hifni Bek Dayyab dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta:Darul Ulum Prees,1991), hlm.
32
3
ب أبِ ْي ِه ْ ب زَ ْي ٍد
َ ضر ُ ار
ِ ضَ أنَا
Aku memukul Zaid seperti pukulan ayahnya
4. Maf’ul muthlaq tercipta dari mashdar yang adalah urutan ketiga dari
tashrifnya fi’il.
Maf'ul Mutlaq ialah isim manshub yang dilafalkan untuk 3 keadaan:
Untuk menegaskan sebuah perbuatan
Untuk menyatakan bilangan perbuatan
Untuk menyatakan jenis/sifat perbuatan
a. Contoh sebagai penegas perbuatan
س ِح ْفظا ْ “ َح ِفAku sudah menghafal pelajaran tersebut dengan
َ ظتُ الد َّْر
sangat hafal”
Kata ِح ْفظاadalah isim yang dibaca nashob dengan fathah sebab
isim mufrod, dan ia menjadi maf'ul mutlaq. Kata tersebut bertugas
untuk menegaskan perbuatan. Jika kita perhatikan baik-baik bentuk
katanya, maf’ul mutlaq adalah isim yang berasal dari lafad fi’ilnya,
dalam ilmu shorof disebut isim mashdar. Sehingga untuk menciptakan
maf’ul bih sebuah fi’il, dengan teknik mengganti fi’il itu menjadi isim
mashdar.
yang mengindikasikan penegas tindakan :
س ِح ْفظا ْ َح ِف
َ ظتُ الد َّْر
(Saya menghapal latihan dengan sesungguhnya)
ضر ْبتُهٌ ضربا شديدا
(Saya memukulnya dengan pukulan keras)
ْ
أكلتُ أ ْكال كثيرا
(Saya makan dengan banyak)
b. Contoh untuk menyatakan bilangan
َ ُض َر ْبتُه
ض ْربَة َ “ Aku memukulnya dengan satu kali pukulan “
Kata ض ْربَة
َ adalah isim manshub dengan fathah, sebab isim
mufrod, sebagai maf'ul mutlaq. Pada kalimat ini, maf’ul mutlaq
bermanfaat sebagai penjelas bilangan dari perbuatan. Jika anda belajar
4
ilmu shorof, anda akan temukan format isim masdar yang lebih dari
satu, laksana halnya pada misal di atas.
Kata ضربdapat memiliki isim masdar yang lebih dari satu, dan
pemakai annya bermacam-macam, terdapat yang guna sebagai penjelas
tindakan atau untuk menyatakan bilangan, sampai-sampai untuk dapat
menyusun suatu kalimat yang memiliki maf’ul mutlaq, maka butuh
adanya pengetahuan mengenai bentuk-bentuk isim masdar dari sebuah
fi’il.
Contoh beda yang menyatakan bilangan :
ٍ ض َر َبا
ت َ ث َ ض َربْتُ ال َك ْل
َ َب ثَال َ
(Saya memukul anjing sejumlah tiga kali)
ضر ْبتُهُ ضربة
(Saya memukulnya satu kali pukulan)
ْ
أكلتُ أكلَة
(Saya makan satu kali suap)
c. Contoh untuk menyatakan jenis/sifat
ان ِشبْرا َماتَ ِميت َة َجا ِه ِليَّة
ِ طَ س ْل
ُّ َم ْن خ ََر َج ِم ْن ال
"Barang siapa yang keluar dari ketaatan Seorang pemimpin
sejengkal saja, lantas ia mati,maka matinya laksana kematian
jahiliyah".
Pada kalimat di atas ada kata ِميت َةyang dibaca nashob. Kata itu
adalah maf’ul muthlaq karena bermanfaat sebagai penjelas jenis dari
fi’il yang digunakan yakni َ َمات. Pada situasi ini, maf’ul muthlaq mesti
dibuntuti oleh na’at. Sehingga maf’ul muthlaq yang bermanfaat untuk
menyatakan jenis/sifat fi’il mesti dibuntuti oleh na’at/sifat atau
disandarkan ke isim yang lainnya.
Contoh lagi :
5
Masdar yang menjadi maf’ul muthlaq terdapat dua yakni :
a. Masdar Lafdzi
Yaitu bilamana lafadznya masdar sesuai dengan lafadznya fi’il.
Contoh :
قَت َْلتُهُ قَتْالsaya benar-benar telah membunuh Zaid.
Lafadz قَتْالadalah masdar yang menjadi maf’ul muthlaq,
lafadznya mirip dengan lafadz fi’ilnya yakni قَت َ َل, maka disebut masdar
lafdzi.
b. Masdar Maknawi
Yaitu bilamana masdar sesuai dengan artinya fi’il, tetapi tidak
sesuai dalam lafadznya.
Contoh :
َجلَ ْستُ قُعُ ْوداsaya duduk dengan sesungguhnya
قُ ْمتُ ُوقُ ْوفاsaya berdiri dengan sesungguhnya
Masdar قُعُ ْوداyang menjadi maf’ul muthlaq, artinya sama dengan
dalam lafadznya, begitu pun dengan lafadz ُوقُ ْوفاdengan ُقُ ْمت, oleh
sebab itu disebut masdar maknawi.
C. Maf’ul Liajlih
Maf’ul liajlih ialah Isim yang dibaca nashob yang bermanfaat untuk
menyatakan sebab atau motif terjadinya perbuatan.4
Contoh:
ي ت َ ْعبا ِِّ علَى ال ُك ْر ِس
َ َُجلَ ْست
(Aku duduk di atas kursi karena lelah)
ِت ش َْوقا ِل ْْلس َْرة
ِ َر َج ْعتُ ِإلَى البَ ْي
(Aku pulang ke rumah karena kangen dengan keluarga)
ام َج ْوعا َ أ َك ْلتُ ال
َ ط َع
4
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006),
hlm. 30
6
(Aku memakan makanan karena lapar)
س ِة َر ْغبَة فِ ْي ْال ِع ْل ِم
َ َب ِإلَى ْال َمد َْر
ُ أذه
( Aku berangkat ke sekolah sebab mencintai Ilmu)
ُض َربْتُ ْال َولَدَ ت َأ ْ ِديْبا لَه
َ
( Aku memukul anak tersebut karena bermaksud guna mendidiknya)
Penjelasan :
Kata 'mendidik', 'cinta', 'lelah', 'lapar', dan 'rindu' adalah menjadi Maf’ul Li
Ajlih, hukumnya Nashob dan tanda Nashob nya adalah Fathah.
شفَقَة
َ (sebab kasihan) ( فَ ْرحاkarena senang)
( ت َ ْعباkarena lelah) ش ْكرا
ُ (karena bersyukur)
َ (karena marah) ( َر ْغبَةkarena cinta)
غضْبا
Penjelasan :
Sebenarnya hukum Maf’ul li Ajlih ialah dibaca Nashob, tetapi dapat di
Jarr dengan huruf Lam ( )لdan terkadang Maf’ul li Ajlih sama sekali tidak
menduduki sebagai ma'ful li ajlih, namun menjadi Jarr-Majrur dan mempunyai
ta'aluq atau hubungan dengan kata sebelumnya.
D. Maf’ul Fiih
Maf’ul Fiih/ Zharaf ialah isim Manshub yang menyatakan tempat atau
masa-masa terjadinya sebuah perbuatan/pekerjaan.
Maf’ul Fiih ialah isim Manshub yang menyatakan tempat atau masa-
masa terjadinya sebuah perbuatan/pekerjaan. Atau sebagai jawaban dari
pertanyaan “kapan” atau “dimana”. Disebut Zhorof Zaman bilamana berkaitan
7
dengan masa-masa terjadinya perbuatan, dan dinamakan Zhorof Makan
bilamana berkaitan dengan lokasi terjadinya perbuatan.5
Contoh :
ِ ف ْال َم َك
ان َ ام ْال َمد َْر
َ (.س ِة
ُ ظ ْر ُ )يَ ْل َع
َ ب زَ ْيدٌ ُك َّرة َ القَدَ ِم أ َ َم
( Zaid bermain sepak bola di depan sekolah) “keterangan tempat”.
ِ ف ْال َم َك
ان َ ام ْال َمد َْر
َ (.س ِة
ُ ظ ْر َ ف زَ ْيدٌ أ َ َم
َ َ) َوق
(Zaid berdiri di depan sekolah) “keterangan tempat”
Keterangan:
َمdalam misal diatas merupakan penjelasan waktu terjadinya suatu
tindakan “main bola”. Demikian pula lafazh امَ أ َ َمialah keterangan lokasi
terjadinya suatu tindakan “main bola”. Setiap zharaf makaan/tempat atau
zaman/waktu harus dibaca nashob.
Adapun keterangan-keterangan masa-masa yang biasa digunakan;6
ان َّ ف
ِ الز َم َ ( Keterangan Waktu)
ُ ظ ْر
ساءا
َ ( َمSore hari) صبَاحا
َ (Pagi hari)
( لَيْالMalam hari) ( نَ َهاراSiang hari)
( يَ ْوماHari) ( أ ُ ْسب ُْوعاMinggu)
ش ْهرا
َ (Bulan) سنَة
َ (Tahun)
َ ( أ َ ْمKemarin) ( غَداBesok)
س
5
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006),
hlm. 31
6
Sukamto imanudin, Munawari Akhmad. Tata Bahasa Arab Sistematis, (Yogyakarta: Nurma
Media idea. 2007), hlm. 62
8
( قَ ْرناAbad) ( أَبَداSelamanya)
( ِحيْناTerkadang) ( أَحْ يَاناKadang-kadang)
َارة
َ ( تkadang-kadang) سابَقا
َ (yang sudah lalu/dulu)
( قَ ْب َلSebelum) َ( بَ ْعدSesudah)
عة
َ سا
َ (Satu Jam) َ( اآلنSekarang)
ِ ف ال َم َك
ان َ ( Keterangan Tempat)
ُ ظ ْر
بَ ( قُ ْرDekat) ب َ ِ( َجانDi samping)
يْ َ( لَدPada) ط َ ( َو ْسTengah)
( ِك ْيلُ ْو ِمتْ َرKilometer) ( ِم ْي َلMil)
َ ( أ َ َمDi depan) ( َو َرا َءDi belakang)
ام
َ( فَ ْوقDi atas) َ( تَحْتDi bawah)
َ( َي ِميْنDi kanan) ( ش َما َلDi kiri)
َ( َبيْنDi antara) ( َح ْو َلDi sekitar)
َ( ِع ْندDi sisi) ( ِإزَ ا َءDi sisi)
sebagai zharaf atau penjelasan waktu dari kata kerja; ُص ْمت
ُ (aku puasa).
E. Maf’ul Maah
Maf’ul Ma’ah ُ َم ْفعُ ْو ُل َمعَهmerupakan isim manshub yang terletak
sesudah huruf Wau ()و. Akan tetapi, wau itu tidak bermakna DAN (kata
9
sambung). Melainkan mempunayi makna bersama atau kebersamaan. Maka
dari itulah Maf'ul Ma'ah pun disebut Wau Ma'iyyah, sampai-sampai wawu
maiyah pengertiannya sama saja dengan Maf'ul Ma'ah.7
Contoh:
( ِس ْرتُ َو ْال َج َب َلAku berjalan bareng gunung). Kata ْال َج َب َلdibaca manshub
dengan berharokat fathah sebab sebagai maf'ul ma'ah dalam format isim
mufrod. Contoh lain:
َّ ب ال
ش ْم ِس ُ " > َجا َء األ ُّم َو َولَدُهَا َوSeorang Ibu dan Anaknya datang bersamaan
َ غ ُر ْو
dengan terbenamnya matahari"
ُّ َ" > زَ ْيدٌ َوت َ ْغ ِر ْيدZaid bangun bersamaan dengan burung berkicau"
الطي ُْو ِر
ع ْالفَجْ ِر
َ طلُ ْو
ُ " > َر َج َع زَ ْيدٌ َوZaid pulang bersamaan dengan terbitnya fajar"
7
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO, 2006),
hlm. 34
10
Syarat Syarat Maf’ul Ma’ah8
1. Berbentuk isim Fadhlah Adanya isim tersebut tergolong kelebihan.
Maksudnya tanpa adanya isim terebut sebetulnya jumlah itu sudah dapat
dipahami
َّ دَع
َ الظا ِل َم َواألَي
contoh : َّام ِ
2. Sebelum Wawu Ma’iyyah terdapat Jumlah misal ْس ُ ( َجا َء االَ ِمraja
َ ير َوال َجي
datang bersamaan dengan prajurit)
3. Maf’ul ma’ah terletak langsung sesudah huruf WAU yang dinamakan
dengan WAU ma’iyyah. Tidak boleh terdapat lafadz pemisah
sebelumnya.
4. WAU ma’ah mengindikasikan suatu kebersamaan, bukan kata sambung
Berikut ialah contoh-contoh maf'ul ma'ah atau wau ma'iyyah:
َالر َجا ُل َو ْالقَائِدِ ( غَزَ اpara lelaki berperang beserta panglima)
ش ْم ِس َ طلُ ْو
َّ ع ال ُ ار َو
ُ َب الت ُّ َّج
َ ( ذَهpara saudagar pergi saat terbit matahari)
َس َو ال ِت ِّ ْل ِم ْيذ
ُ ب ْال ُمدَ ِ ِّر
َ ( ش َِرGuru tersebut minum bersamaan dengan murid)
ْف ِّ ِ ف ا ْل َو َلدُ َو
َ الضي َ َ( َوقAnak laki-laki tersebut berhenti bersamaan dengan
tamu)
َّ ب ال
ش ْم ِس ُ ع َم ُر َو
َ غ ُر ْو ُ ( َجا َءUmar datang bareng dengan tenggelamnya
matahari)
َ طلُ ْو
َّ ع ال
ش ْم ِس ُ ( َجا َء ُم َح َّمدٌ َوMuhammad datang bersamaan dengan terbitnya
matahari)
8
Yahya, aly. Methode Mudah Untuk Mempelajari Bahasa Arab dan Nahwu, (Yogyakarta,
IAIN Sunan Kalijaga), hlm. 70
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mansubat Al-Asma’ (Isim-Isim Yang Dibaca Nashab Yang dimaksud
dengan mansubat al-asma’ adalah kalimat isim yang keadaannya beri’rab
nashab. Jadi jika ada kalimat isim yang kedudukannya menjadi salah satu dari
mansubat al- asma’ ini, maka kalimat isim tersebut pasti beri’rab nahsob.
Berikut beberapa isim yang dibaca nashob diantaranya:
1. Maful Bih
2. Maful Liajlih
3. Maful Muthlak
4. Maful Maah
5. Maful fikih
B. Saran
Apabila ada huruf yang khusus pada kalimat fi’il seperti adat syarat, adat
tahdlidl dan adat istifham maka sebaiknya isim sabiq wajib dibaca nashab.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hifni Bek Dayyab dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, Jakarta:Darul Ulum Prees,1991
K.H. Moch. Anwar, Ilmu nahwu Terjemah, Bandung: Sinar Baru ALGESINDO,
2006
Yahya, aly. Methode Mudah Untuk Mempelajari Bahasa Arab dan Nahwu,
Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga
13