FIQIH JANAIZ
Tugas ini disusun untuk memenuhi penilaian STUDI FIQIH
Dosen Pengampu :
Kartika Wijayanti Putri, M.Pd
Oleh kelompok 3:
1. Mutmainna
2. Siti Ansa
3. Siti Nur Laela
4. Saiful Hasan
5. Rohmatul Ummah
6. Novia Eka
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata
kuliah “ STUDI FIQIH ” untuk memenuhi penilaian tugas kelompok 3
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dosen Pengampu dan teman-teman yang telah
memotivasi dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritik
dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir dari penutupan,
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya pada diri saya pribadi dan
umumnya bagi para pembaca. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II : PEMBAHASAN
A. Menjenguk Orang Sakit .......................................................................... 3
B. Sakaratul Maut ......................................................................................... 4
C. Ta’ziyah .................................................................................................. 5
D. Perawatan Jenazah ................................................................................... 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kematian merupakan suatu keniscayaan bagi umat manusia, “Setiap yang
bernyawa akan merasakan kematian” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 185). Kematian adalah
misteri yang hanya diketahui oleh Allah SWT, “Jiwa tidak mengetahui di bagian bumi
mana ia meninggal dunia” (Q.S. Luqman [31]: 34).
Manusia tidak bisa menghindari kematian, di manapun manusia bersembunyi,
kematian pasti akan menemukannya, “Di manapun kalian berada, niscaya kematian akan
menyusul kalian, meskipun kalian berada di benteng yang kokoh” (Q.S. al-Nisa’ [4]:
78). Oleh sebab itu, sia-sia saja jika manusia berusaha melarikan diri dari kematian,
“Katakanlah, tidak akan bermanfaat bagi kalian melarikan diri dari kematian” (Q.S. al-
Ahzab [33]: 16).
Kematian tidak akan datang lebih cepat maupun lebih lambat, kematian akan tiba
ketika memang sudah ajalnya, yakni masuk waktu yang ditetapkan oleh Allah SWT,
“Jiwa tidak akan mengalami kematian, kecuali atas izin Allah” (Q.S. Ali ‘Imran [3]:
145). Ketika itu, datanglah Malaikat Maut, “Katakanlah, yang mewafatkan kalian adalah
malaikat maut yang diwakilkan kepada kalian” (Q.S. al-Sajdah [32]: 11), kemudian
manusia akan merasakan sakaratul maut, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat
Qaf [50]: 19
Dan datanglah sakaratul maut dengan nyata. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.
Tulisan ini membahas seluk beluk amalan khas Islam terkait kematian, mulai dari
menjenguk orang yang sakit, sakaratul maut, ta’ziyah dan perawatan jenazah yang
meliputi memandikan, mengafani, menshalati dan menguburkan
1i
B. Peta Konsep
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Sakaratul Maut
Berikut ini tanda-tanda sakaratul maut sebagaimana disarikan dari berbagai sumber:
1) Nafasnya cepat dan dangkal seperti orang yang tengah lari.
3
2) Suhu badan naik tiba-tiba dan denyut jantung lebih cepat, lalu suhu tubuh dingin
dikuti frekuensi denyut nadi yang menurun.
3) Merasa resah dan gelisah serta keringat bercucuran.
4) Tangan berwarna kebiru-biruan dan sekujur tubuh akan mendingin mulai dari ujung
kaki hingga ke seluruh tubuh.
5) Mulutnya mengeluarkan kata-kata (jika orang shalih, maka mengucapkan
kalimat thayyibah atau zikir; sebaliknya orang yang zalim akan mengucapkan kata-
kata kotor).
6) Hilangnya penginderaan dan gerakan secara berangsur-angsur dimulai dari ujung
kaki, tangan, dan ujung hidung yang terasa dingin.
7) Kulit tubuh nampak kebiru-biruan agak abu-abu atau pucat.
8) Tekanan darah menurun, otot rahang terlihat mengendur dan wajah terlihat penuh
kepasrahan.
Menurut Syekh Nawawi Banten, di antara tanda-tanda jenazah yang husnul-
khatimah (akhir yang terpuji) adalah keningnya berkeringat; kedua matanya mengeluar-kan
air mata; janur hidungnya mengembang dan wajahnya ceria (tersenyum). Sedangkan tanda-
tanda jenazah yang su’ul khatimah (akhir yang tercela) adalah wajahnya kelihatan sedih dan
takut; ruhnya sulit keluar, bahkan sampai seminggu; kedua sudut bibirnya berbusa.
Adapun akhlak terhadap orang yang mengalami sakaratul maut adalah:
1) Menidurkan miring ke kanan dengan menghadap kiblat.
2) Selalu mengingatkan waktu-waktu shalat.
3) Menalqin dengan kalimat syahadat atau minimal dengan kalimat Jalalah (Allah).
4) Memberi wewangian dan menyiwaki.
5) Membaca al-Qur’an di samping orang yang sekarat mati.
6) Memberi minum, terutama jika ada tanda bahwa orang yang sekarat mati (muhtadhar)
meminta minum.
Jika seorang muslim meninggal dunia, maka seseorang dari mahramnya atau orang yang
sama jenis kelaminnya segera melakukan hal-hal berikut ini:
1) Memejamkan matanya dengan membaca:
.سلَّ َم
َ َو علَ ْي ِه
َ ُصلَّى هللا ُ علَى ِملَّ ِة َر
َ ِس ْو ِل هللا َ س ِم هللاِ َو
ْ ِب
Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah SAW
C. Ta’ziyah
Secara etimologi, ta’ziyah berasal dari akar kata ‘aza–ya‘zi, yang berarti menghibur atau
mendorong agar sabar. Sehubungan dengan meninggalnya seseorang, ta’ziyah berarti
mengunjungi keluarga yang tertimpa musibah kematian dengan tujuan menghibur dan
membesarkan hati agar bersabar.
Jadi, ta’ziyah adalah menghibur keluarga jenazah, membesarkan hati mereka agar
bersabar, menyarankan agar ridha terhadap qadha’-qadar Allah SWT, dan mendoakan
jenazah yang berstatus muslim.
Ta’ziyah hukumnya sunah dilakukan selama tiga hari sejak terjadinya musibah kematian,
baik sebelum jenazah dikuburkan maupun sesudahnya. Akan tetapi, yang lebih
utama ta’ziyah dilakukan sebelum jenazah dikuburkan. Jika lebih dari tiga hari, maka
hukum ta’ziyah makruh, kecuali bagi orang yang memang tinggalnya jauh dari rumah
5
duka. Demikian keterangan dalam Hadis Bukhari Muslim. Hal ini dimaksudkan agar tidak
menimbulkan perasaan sedih di hati keluarga jenazah.
Seseorang yang berta’ziyah kepada keluarga yang tertimpa musibah kematian hendaklah
menerapkan tata krama berikut:
1) Menunjukkan sikap berbela sungkawa atas musibah yang menimpa, baik perilaku
maupun perkataan, seperti doa:
َ ظ َم هللاُ أَجْ َركَ َوأَحْ س ِْن ع َُّزا َءكَ َو
َغفَ َر ِل َم ِيتِك َ أ َ ْع
َ َسق
ط ع َْن ْ فِى الَّذ، سلَّ َم
َ ِي َ ع َل ْي ِه َو َ قَا َل النَّ ِب ُّي:ع ْن ُه َما قَا َل
َ ُصلَّى هللا َ ُاس َر ِض َي هللا ٍ َّعب َ ع َِن ا ْب ِن
.)س ِل ُم
ْ ي َو ُمُّ (ر َواهُ ا ْلبُ َخ ِار
َ .سد ٍْر ِ إِ ْغ:بَ ِع ْي ِر ِه
ِ سلُ ْوهُ ِب َماءٍ َو
Ibnu Abbas RA berkata: Nabi SAW bersabda perihal orang yang meninggal dunia karena
terjatuh dari untanya: “Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara”. (H.R. Bukhari–
Muslim).
Sebelum memandikan jenazah, perlu dipahami ketentuan tentang orang yang berhak
memandikan jenazah.
6
1. jika jenazahnya laki-laki, maka yang berhak memandikannya adalah anak laki-lakinya,
laki-laki lain, sementara itu wanita tidak diperbolehkan memandikannya, kecuali istri,
anak wanita atau mahramnya.
2. jenazah wanita harus dimandikan oleh anak wanita atau orang wanita lain, adapun laki-
laki yang boleh memandikannya adalah suami, anak laki-laki atau mahramnya.
3. untuk jenazah anak-anak, maka yang memandikannya boleh orang laki-laki atau wanita.
Apabila pada anggota badan jenazah terdapat cacat, maka orang yang memandikan harus
merahasiakan hal tersebut, demi menjaga nama baik keluarga jenazah
tersebut. Sebaliknya, apabila melihat hal-hal yang positif pada jenazah tersebut, maka
diperkenankan untuk menyebar-luaskan, sebagai motivasi bagi orang lain agar meniru
perilaku terpuji si jenazah.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa jenazah yang akan dimandikan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Jenazah itu orang muslim atau muslimah, bukan bayi yang mati dalam kandungan.
2) Anggota badannya masih ada, sekalipun sedikit atau sebagian.
3) Jenazah itu bukan mati syahid, karena orang mati syahid tidak wajib dimandikan.
Tata cara memandikan jenazah adalah:
1) Jenazah ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sengatan matahari, hujan atau
pandangan orang banyak. Diletakkan pada tempat yang lebih tinggi, seperti balai-
balai atau dipan.
2) Jenazah diberikan pakaian (pakaian basahan), seperti sarung atau kain supaya
memudahkan memandikannya, dan auratnya tetap tertutup, sementara orang yang
memandikan hendaknya memakai sarung tangan.
3) Air untuk memandikan jenazah hendaknya air dingin, kecuali dalam keadaan darurat,
misalnya di daerah yang sangat dingin atau karena sebab-sebab lain.
4) Setelah segala keperluan mandi telah disiapkan, maka langkah-langkah memandikan
Jenazah adalah sebagai berikut:
a. Kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah dibersihkan sampai
hilangnya najisnya dan kotorannya;
b. Jenazah diangkat (agak didudukkan), perutnya diurut supaya kotoran yang
mungkin ada di perutnya keluar;
7
c. Kotoran yang ada pada kuku-kuku jari tangan dan kaki dibersihkan, termasuk
kotoran yang ada di mulut dan gigi.
d. Membaca niat memandikan jenazah:
Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah. Saya niat memandikan
jenazah laki-laki (wanita) ini, fardhu kifayah, karena Allah Ta’ala. Ya Allah,
mohon Engkau mandikan dia dengan air, salju dan embun.
e. Menyiram air ke seluruh badan sampai merata, dimulai dari ujung rambut terus ke
bawah sampai kaki, sambil berdoa berikut sebanyak tiga kali:
َ َلهُ ا ْل ُم ْلكُ َولَهُ ا ْل َح ْم ُد يُحْ ِيي َويُ ِميْتُ َو ُه َو،ُالَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ ش َِر ْيكَ لَه
علَى ك ُِل
اللَّ ُه َّم اجْ عَ ْل ِني َوإِيَّاهُ ( َها) ِم َن الت َّ َّوا ِب ْي َن َواجْ عَ ْلنِي َوإِيَّاهُ ( َها) ِم َن.ش ْي ٍئ قَ ِد ْي ٌرَ
َ َ ا ْل ُمت
.ط ِه ِر ْي َن
8
Tiada Tuhan selain Allah Yang Esa Yang tiada sekutu bagi-Nya. Segala puji
hanya bagi-Nya, Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Ya Allah, mohon Engkau jadikan aku dan dia (jenazah ini)
termasuk orang-orang yang bertaubat serta orang-orang yang suka bersuci.
i. Disunahkan untuk memandikan jenazah sebanyak 3 (tiga), 5 (lima) atau 7 (tujuh)
kali.
2. Mengafani Jenazah
Dalil mengafani jenazah antara lain:
Ibnu ‘Abbas RA berkata: Seorang laki-laki yang sedang ihram meninggal dunia karena jatuh
dari binatang tunggangannya dan didatangkan ke hadapan Nabi SAW, lalu beliau bersabda:
“Kafanilah dia dalam kedua pakaian (ihram)nya” (H.R. Abu Dawud).
Kain kafan diambil dari harta benda yang ditinggalkan jenazah. Jika jenazah tidak
meninggalkan harta benda, maka ditanggung oleh orang yang menanggung belanja jenazah
ketika masih hidup. Bila tidak ada juga, maka wajib bagi kaum muslimin dan orang-orang
yang mampu untuk mencukupi kain kafan bagi jenazah tersebut.
Kain kafan yang diutamakan berwarna putih. Bila tidak ada, maka warna apapun
diperbolehkan dan diberi kapur barus serta harum-haruman.
Niat mengafani jenazah:
Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah. Saya niat mengkafani jenazah laki-
laki (wanita) ini, fardhu kifayah, karena Allah Ta’ala. Ya Allah, mohon Engkau mandikan
dia dengan air, salju dan embun.
9
Sedangkan doa mengafani jenazah adalah:
.اح ِم ْي َن
ِ الر ْ اللَّ ُه َّم اجْ عَ ْل َهذَا الث َّ ْو َب َلهُ ( َل َها) َرحْ َمةً َونُ ْو ًرا َو ِح َجابًا َم
َّ ست ُ ْو ًرا بِ َرحْ َمتِكَ يَا أ َ ْر َح َم
. ب ا ْل َعا َل ِم ْي َن
ِ َوا ْل َح ْم ُد ِلِ َر
Ya Allah, mohon Engkau jadikan pakaian (kafan) ini menjadi rahmat, cahaya, pelindung dan
penutup baginya; atas nama rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih. Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam.
Sebaiknya, laki-laki dikafani dengan 3 (tiga) helai kain putih, tanpa gamis dan serban.
Satu helai sebagai sarung, satu lagi menutupi badan dari leher hingga kaki, dan yang terakhir
menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan untuk jenazah wanita, sebaiknya digunakan 5 (lima)
helai; masing-masing untuk sarung, kerudung dan gamis, ditambah dua helai untuk membalut
seluruh tubuhnya. Pada dasarnya, semua bahan yang boleh dipakainya sewaktu hidup, boleh
dijadikan sebagai kafan dan dipilih bahan yang terbaik.Berikut ini penjelasan terperinci
tentang tata cara mengafani jenazah sesuai jenis kelaminnya:
10
1. Kain kafan untuk jenazah laki-laki berjumlah tiga lapis, dan tiap lapisan kain yang
telah terhampar, ditaburi wewangian.
2. Letakkan jenazah di atas kain kafan. Kedua tangannya diletakkan di atas dada, seperti
ketika sedang berdiri shalat, yakni dengan posisi tangan kanan di bawah tangan kiri.
3. Kain kafan lapisan pertama (yang langsung mengenai tubuh jenazah) dilingkupkan ke
tubuh jenazah, dimulai dari sebelah kiri, kemudian sebelah kanan. Kemudian
menyusul lapisan berikutnya. Jadi, mengkafaninya secara satu persatu, bukan
mengkafaninya secara langsung 3 (tiga) lapis sekaligus.
4. Ikatlah tubuh jenazah yang sudah terbungkus ketiga kain kafan itu dengan tali yang
diambilkan dari kain kafan tersebut (yakni sobekan kain kafan, sekedar cukup untuk
tali pengikat). Ikatan pertama di ujung kepala, ikatan kedua di tengah badan, ikatan
ketiga di tengah atau di arah lutut, dan ikatan keempat di ujung kaki. Semua ikatan
adalah ikatan sementara, karena sesudah dimasukkan ke liang lahad, ikatan-ikatan
tersebut harus dibuka kembali.
Mengafani Jenazah Wanita
1. Mula-mula dihamparkan dua lapis kain pembungkus (gambar 4 dan 5) yang sudah
ditaburi wewangian.
2. Kenakan sarung (gambar 1) ke tubuh jenazah, lalu baju kurung (gambar 2),
dilanjutkan kerudung (gambar 3).
3. Kain pembungkus yang dua lapis, dilingkupkan ke tubuh jenazah selapis demi
selapis. Kemudian diikat empat atau lima ikatan memakai tali dari sobekan kain kafan
dengan ikatan sementara.
11
3. Menshalati Jenazah
Dalil menshalati jenazah antara lain:
علَى َم ْوتَا ُك ْم بِاللَّ ْي ِل َوالنَّ َه ِار أ َ ْربَ َع َ :سلَّ َم قَا َل
َ صلُّوا َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى هللا
َ َّللا ُ ع َْن َجابِ ٍر أ َ َّن َر
ِ َّ سو َل
)(ر َواهُ ا ْب ُن َما َج َه
َ .س َوا ًء َ ِت َ ْكب
ٍ يرا
َ ت
Jabir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Shalatilah orang-orang
yang meninggal dunia di antara kalian [umat muslim] pada malam dan siang hari dengan
empat takbir” (H.R. Ibn Majah)
Orang yang paling berhak menyalatkan jenazah adalah ayahnya, lalu kakeknya,
para ashabah-nya secara berurutan, yaitu anak, cucu, saudara, anak saudara, paman dan anak
paman. Alasannya, karena merekalah yang paling berduka atas kematian itu. Apabila terdapat
dua orang atau lebih pada derajat yang sama, dahulukanlah yang tertua, atau yang lebih baik
bacaannya dan lebih faqih (ahli Fikih), karena dia lebih mulia dan shalatnya lebih sempurna.
Pada awalnya, usahakan barisan (shaf) disusun menjadi tiga baris. Setiap shaf paling
sedikit terdiri dari dua orang. Apabila jenazah laki-laki, maka posisi imam shalat berada lurus
dengan kepala jenazah. Apabila jenazah wanita, maka posisi imam shalat lurus dengan pusar
jenazah.
Setelah itu, shalat jenazah dimulai dengan seruan:
َمأ ْ ُم ْو ًما ِلِ تَعَال/ض ا ْل ِك َفايَ ِة إِ َما ًما ٍ ت (ا ْل َميِت َ ِة) أ َ ْربَ َع ت َ ْكبِ ْي َرا
َ ت فَ ْر ِ علَى َهذَا ا ْل َم ِي َ ُأ
َ ص ِلي
Saya niat menshalati jenazah laki-laki (wanita) ini, empat kali takbir, fardhu
kifayah, sebagai imam/makmum karena Allah Ta’ala.
2. Takbiratul Ihram bersamaan dengan niat.
3. Takbir pertama, lalu membaca Surat al-Fatihah sebagaimana shalat yang lain (tanpa
membaca Surat al-Qur’an lainnya).
4. Takbir kedua, kemudian membaca shalawat Nabi SAW:
12
،علَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم
َ َو،علَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم
َ َصلَّيْت
َ َك َما،ٍعلَى آ ِل ُم َح َّمد
َ َو،ٍعلَى ُم َح َّمد َ اللَّ ُه َّم
َ ص ِل
،علَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم
َ َو،علَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َ َ َك َما ب،ٍع َلى آ ِل ُم َح َّمد
َ َار ْكت َ َو،ٍعلَى ُم َح َّمد َ َوبَ ِار ْك
فِ ْي العَالَ ِم ْي َن ِإنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد
Ya Allah, mohon Engkau limpahkan rahmat yang agung kepada (Nabi) Muhammad
(SAW) dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau pernah memberi rahmat yang
agung kepada (Nabi) Ibrahim (AS) dan keluarga beliau. Dan mohon Engkau
limpahkan berkah kepada (Nabi) Muhammad
(SAW) dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau pernah memberi berkah kepada
(Nabi) Ibrahim (AS) dan keluarga beliau. Di seluruh alam ini, sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji dan Maha Mulia.
) َوأَك ِْر ْم نُ ُزلَهُ (ـ َها.)ع ْنهُ (ـ َها ْ اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ ( َل َها) َو
ُ ار َح ْمهُ (ـ َها) َوعَافِ ِه (ـ َها) َواع
َ ْف
طايَا َك َما ِ اء َوالث َّ ْل
َ َونَ ِق ِه (ـ َها) ِم َن ا ْل َخ.ِج َوا ْلبَ َرد ِ س ْع ُم ْد َخلَهُ (ـ َها) َوا ْغ
ِ س ْلهُ (ـ َها) بِا ْل َم ِ َو َو
َارا َخ ْي ًرا ِم ْن د َِار ِه (ـ َها) َوأ َ ْهالً َخ ْي ًرا
ً َوأَ ْب ِد ْلهُ (ـ َها) د.ض ِم َن ال َّدنَ ِس
َ ب األ ْب َيَ نَقَّيْتَ الث َّ ْو
َوأَد ِْخ ْلهُ (ـ َها) ا ْل َجنَّةَ َوأ َ ِع ْذهُ (ـ َها) ِم ْن.)ِم ْن أ َ ْه ِل ِه (ـ َها) َو َز ْو ًجا َخ ْي ًرا ِم ْن َز ْو ِج ِه (ـ َها
.ب النَّ ِار َ ب ا ْلقَ ْب ِر أ َ ْو ِم ْن
ِ عذَا ِ عذَا
َ
13
Jika jenazah laki-laki, semua berakhiran hu atau hi; jika jenazah laki-laki, maka
semua berakhiran ha. Jika jenazah anak-anak, maka doa di atas diganti sebagai berikut:
Ya Allah, mohon Engkau jadikan dia bagi kami dan bagi kedua orangtuanya, sebagai
jaminan, simpanan, penebus, nasihat serta pahala.
)اللَّ ُه َّم الَ تَحْ ِر ْم َنا أَجْ َرهُ ( َها) َوالَ ت َ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ ( َها) َوا ْغ ِف ْر لَنَا َولَهُ ( َها
Ya Allah, mohon jangan Engkau haramkan kami untuk mendapatkan pahalanya,
janganlah Engkau timpakan fitnah bagi kami sepeninggalnya, dan mohon ampunilah segala
kesalahan kami dan kesalahannya.
7. Mengucapkan salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri. Lalu berdoa:
14
4. Menguburkan Jenazah
Dalil menguburkan jenazah antara lain:
15
permukaan tanah, kecuali sekedar sebagai tanda bahwa itu adalah kubur, agar tidak
diinjak atau diduduki.
7) Kemudian meletakkan pelepah yang masih basah atau menyiramnya dengan kembang
di atas kubur tersebut. Hal ini sesuai dengan perbuatan Rasulullah SAW pada saat
selesai menguburkan putra beliau, Ibrahim.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjenguk orang sakit hukumnya sunah, bahkan merupakan salah satu hak seorang
muslim atas muslim lainnya. Setiap kematian selalu diawali oleh sakaratul maut yang
memiliki tanda-tanda khusus menurut medis maupun riwayat Hadis. Ta’ziyah merupakan
ungkapan belasungkawa kepada keluarga jenazah agar merasa terhibur dan bersabar atas
qadha-qadar Allah SWT. Memandikan jenazah oleh orang yang berhak, dengan
menggunakan air bersih, air bercampur sabun, daun bidara dan kapur barus (kamper).
Disunahkan memandikan tiga kali, lima kali atau tujuh kali. Mengafani jenazah laki-laki
disunahkan tiga lapis kain, sedangkan mengafani jenazah wanita disunahkan lima lapis kain.
Disunahkan menggunakan kain kafan berwarna putih.
Menshalati jenazah dimulai dengan niat, kemudian takbiratul ihram (takbir pertama),
lalu membaca Surat al-Fatihah; takbir kedua, lalu membaca shalawat; takbir ketiga, lalu
membaca doa khusus untuk jenazah; takbir keempat, lalu membaca doa untuk orang-orang
yang ditinggalkan jenazah; diakhiri salam.
Menguburkan jenazah di liang kubur yang panjangnya sepanjang badan jenazah,
dalamnya setinggi orang berdiri ditambah setengah lengan (sekitar 2 meter), lebarnya kurang
lebih 1 (satu) meter. Di dasar liang kubur dibuatkan liang lahad yang posisinya ke arah kiblat.
17