Disusun oleh :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan artikel ini, dan terus dapat
Penulisan artikel ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Al-Qur’an Hadist.
Adapun tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada
mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi
Dengan tersusunnya artikel ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan artikel ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran yang
Demikian, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................23
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................25
3
BAB I PENDAHULUAN
thayyibah (tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir), di mana pahala bacaan tersebut dihadiahkan
untuk para arwah (mayit) yang disebutkan oleh pembaca atau oleh pemilik hajat. Tahlilan
biasanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu, seperti tujuh hari berturut-turut dari kematian
seseorang, hari ke-40, ke-100, atau ke-1000-nya. Tahlilan juga sering dilaksanakan secara
rutin pada malam Jumat atau malam-malam tertentu lainnya. Setelah tahlilan, biasanya
pemilik hajat akan memberikan hidangan makanan untuk dimakan di tempat atau dibawa
pulang.
Dengan demikian, inti tahlilan adalah: Pertama, menghadiahkan pahala bacaan Al-
Qur’an dan kalimat thayyibah kepada mayit. Kedua, mengkhususkan bacaan itu pada waktu-
waktu tertentu, yaitu tujuh hari berturut-turut dari kematian seseorang, hari ke-40, ke-100, dan
sebagainya. Ketiga, bersedekah untuk mayit, berupa pemberian makanan untuk peserta
tahlilan. Lalu, bagaimanakah pendapat para ulama terkait ketiga masalah tersebut?
4
2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
5
BAB II LANDASAN TEORI
Secara bahasa tahlilan berakar dari kata hallala ( )هَلَّ َلyuhallilu ( ) يُهَلِّ ُلtahlilan ( ً ) تَ ْهلِ ْيالartinya
adalah membaca “Lailaha illallah.” Istilah ini kemudian merujuk pada sebuah tradisi membaca
kalimat dan doa-`doa tertentu yang diambil dari ayat al- Qur’an, dengan harapan pahalanya
dihadiahkan untuk orang yang meninggal dunia. Tahlilan merupakan kegiatan membaca
serangkaian ayat Al-Qur’an dan kalimat thayyibah (tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir), di mana
pahala bacaan tersebut dihadiahkan untuk para arwah (mayit) yang disebutkan oleh pembaca
atau oleh pemilik hajat. Biasanya tahlilan dilakukan selama 7 hari dari meninggalnya seseorang,
kemudian hari ke 40, 100, dan pada hari ke 1000 nya. Begitu juga tahlilan sering dilakukan
secara rutin pada malam jum’at dan malam-malam tertentu lainnya. Berdasarkan beberapa dalil,
diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya;
ُ يس َق ْلب: ص لَّى هللا َع َل ْي ِه َو َس لَّم َق ا َل َ ض َي هللا َع ْن ُه اَنَّ َر ُس و َل هللا ِ َعنْ َس ِّي ِد َنا َمعْ َق ْل ِبنْ َي َس ارْ َر
ار ْاالَ ِخ َرة ِاالَّ َغ َف َر هللاُ َل ُه ِا ْق َرُؤ َها َع َلى َم ْو َت ا ُك ْم ) َر َواهُ اَ ُب ْو َ هللا َوال َّد َ ْالقُرْ انْ الَ َي
َ قرُؤ َها َر ُج ٌل ي ُِر ْي ُد
َّ َ ا, ِابْنُ اَ ِبىْ َش ْي َب ْة, ْ اَ ْل َب َغ ِوى, اَ ْل َح ِكيْم, اَحْ َم ْد, اَل ِّن َساِئى, ْاجه
ْ َوابْنُ ِح َبان, ْ اَ ْل َب ْي َهقِى, ْلطب َْرا ِنى َ ِابْنُ َم,دَاوُ ْد
Dari sahabat Ma’qal bin Yasar r.a. bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda : surat Yasin adalah
pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali
diampuni dosadosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di
antara kalian. (H.R. Abu Dawud, dll).
6
BAB III PEMBAHASAN
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an
dan kalimat thayyibah kepada mayit. Pertama, ulama mazhab Hanafi, sebagian ulama mazhab
Maliki, ulama mazhab Syafi’i, dan ulama mazhab Hanbali menegaskan, menghadiahkan pahala
bacaan Al-Qur’an serta kalimat thayyibah kepada mayit hukumnya boleh, dan pahalanya sampai
kepada sang mayit. Syekh Az-Zaila’i dari mazhab Hanafi menyebutkan:
ص ْو ًما َأ ْو َح ًّجا َأ ْو َ صاَل ًة َكانَ َأ ْو َ ،ِاعة ُّ ِع ْن َد َأهْ ِل ال،ِاب َع َملِ ِه لِ َغ ْي ِره
َ س َّن ِة َوا ْل َج َم َ سانَ لَ ُه َأنْ َي ْج َعل َ َث َو َ َأنَّ اِإْل ْن
ت َو َي ْن َف ُع ُه
ِ َو َيصِ ل ُ َذلِ َك إلَى ا ْل َم ِّي،اع ا ْل ِب ِّر ار إلَى َغ ْي ِر َذلِ َك مِنْ َجم َأ
ِ ِيع ْن َوِ َ آن َأ ْو اَأْل ْذ َك
ٍ ص َد َق ًة َأ ْو ق َِرا َء َة قُ ْر
َ
Bahwa seseorang diperbolehkan menjadikan pahala amalnya untuk orang lain, menurut
pendapat Ahlussunnah wal Jama’ah, baik berupa shalat, puasa, haji, sedekah, bacaan Qur’an,
zikir, atau sebagainya, berupa semua jenis amal baik. Pahala itu sampai kepada mayit dan
bermanfaat baginya. (Lihat: Usman bin Ali Az-Zaila’i, Tabyinul Haqaiq Syarh Kanzud Daqaiq,
juz 5, h. 131).
Senada dengan kedua ulama di atas, imam Nawawi dari mazhab Syafi’i menuturkan:
َض ُل َأنْ يَ ُك ْونَ َواَأل ْف، َويَ ْدع ُْو لِ َمنْ يَ ُز ْو ُرهُ َولِ َج ِم ْي ِع َأه ِْل ا ْل َم ْقبَ َر ِة،سلِّ َم َعلَى ا ْل َمقَابِ ِر
َ ُست ََح ُّب لِل َّزاِئ ِر َأنْ ي
ْ َُوي
َويَ ْدعُو لَ ُه ْم َعقِبَ َها،س َر َّ َآن َما تَي ِ ست ََح ُّب َأنْ يَ ْق َرَأ ِمنَ ا ْلقُ ْر ْ ُ َوي،ث ِ ساَل ُم َوال ُّدعَا ُء بِ َما ثَبَتَ فِي ا ْل َح ِد ْي َّ ال
Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk mengucapkan salam kepada (penghuni) kubur,
serta mendoakan mayit yang diziarahi dan semua penghuni kubur. Salam serta doa lebih
diutamakan menggunakan apa yang sudah ditetapkan dalam hadis Nabi. Begitu pula,
7
disunnahkan membaca apa yang mudah dari Al-Qur’an, dan berdoa untuk mereka setelahnya.
(Lihat: Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’, juz 5, h. 311).
ْ َوااِل، َأ َّما ال ُّدعَا ُء.ُ إنْ شَا َء هَّللا، نَفَ َعهُ َذلِ َك،سلِ ِم
،ستِ ْغفَا ُر ِ ِّ َو َج َع َل ثَ َوابَ َها لِ ْل َمي،ي قُ ْربَ ٍة فَ َعلَ َها
ْ ت ا ْل ُم ُّ َوَأ
فَاَل َأ ْعلَ ُم فِي ِه ِخاَل فًا،ت ِ اجبَاِ َوَأدَا ُء ا ْل َو،ُص َدقَة َّ َوال
Dan apapun ibadah yang dia kerjakan, serta dia hadiahkan pahalanya kepada mayit muslim,
akan memberi manfaat untuknya. Insya Allah. Adapun doa, istighfar, sedekah, dan pelaksanaan
kewajiban maka saya tidak melihat adanya perbedaan pendapat (akan kebolehannya). (Lihat:
Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, juz 5, h. 79).
Di antara ulama yang membolehkan menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an dan kalimat
thayyibah kepada mayit adalah Syekh Ibnu Taimiyyah. Dalam kitab Majmu’ul Fatawa
disebutkan:
ُّ ص َدقَةُ َو َغ ْي ُر ُه َما ِمنْ َأ ْع َما ِل ا ْلبِ ِّر فَاَل نِزَ ا َع بَيْنَ ُعلَ َما ِء ال
سنَّ ِة َوا ْل َج َما َع ِة فِي َّ َوَأ َّما ا ْلقِ َرا َءةُ َوال
ستِ ْغفَا ُر
ْ ضا ال ُّدعَا ُء َوااِل ً ص ُل إلَ ْي ِه َأ ْي
ِ َ َك َما ي،ق ِ ص َدقَ ِة َوا ْل ِع ْت
َّ ت ا ْل َمالِيَّ ِة َكال ِ ول ثَ َوا
ِ ب ا ْل ِعبَادَا ِ ص ُ ُو
َّ َكالŽ،صو ِل اَأْل ْع َما ِل ا ْلبَ َدنِيَّ ِة
ص ْو ِم ُ َوتَنَازَ عُوا فِي ُو.صاَل ةُ ا ْل ِجنَازَ ِة َوال ُّدعَا ُء ِع ْن َد قَ ْب ِر ِه
َ ةُ َعلَ ْي ِه صاَل
َّ َوال
ِ َاب َأنَّ ا ْل َج ِمي َع ي
ص ُل إلَ ْي ِه ُ ص َو َّ َوال.ِة َوا ْلقِ َرا َء ِة صاَل
َّ َوال
Dan adapun bacaan, sedekah, dan sebagainya, berupa amal-amal kebaikan, maka tidak ada
perselisihan di antara para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah akan sampainya pahala ibadah
harta, seperti sedekah dan pembebasan (memerdekakan budak). Sebagaimana sampai kepada
mayit juga, pahala doa, istighfar, shalat jenazah, dan doa di samping kuburannya. Para ulama
berbeda pendapat soal sampainya pahala amal jasmani, seperti puasa, shalat, dan bacaan.
Menurut pendapat yang benar, semua amal itu sampai kepada mayit. (Lihat: Ahmad bin Abdul
Halim bin Taimiyyah, Majmu’ul Fatawa, juz 24, h. 366).
Kedua, sebagian ulama mazhab Maliki yang lain menyatakan, pahala bacaan Al-Qur’an dan
kalimat thayyibah tidak sampai kepada mayit, karenanya hal itu tidak diperbolehkan. Syekh Ad-
Dasuqi dari mazhab Maliki menulis:
8
ت َح َكاهُ ا ْلقَ َرافِ ُّي ِفي قَ َوا ِع ِد ِه ِ ََب َأنَّ ا ْلقِ َرا َءةَ اَل ت
ِ ِّص ُل لِ ْل َمي ُ ا ْل َم ْذه:ب ا ْل َح ِّج
ِ يح فِي بَا ِ ضِ قَا َل فِي التَّ ْو
َش ْي ُخ ابْنُ َأبِي َج ْم َرة
َّ َوال
Penulis kitab At-Taudhih berkata dalam kitab At-Taudhih, bab Haji: Pendapat yang diikuti
dalam mazhab Maliki adalah bahwa pahala bacaan tidak sampai kepada mayit. Pendapat ini
diceritakan oleh Syekh Qarafi dalam kitab Qawaidnya, dan Syekh Ibnu Abi Jamrah. (Lihat:
Muhammad bin Ahmad bin Arafah Ad-Dasuqi, Hasyiyatud Dasuqi Alas Syarhil Kabir, juz 4, h.
173).
Dari paparan di atas, para ulama berbeda pendapat tentang hukum menghadiahkan bacaan Al-
Qur’an dan kalimat thayyibah kepada mayit. Mayoritas ulama meliputi ulama mazhab Hanafi,
sebagian ulama mazhab Maliki, ulama mazhab Syafi’i, ulama mazhab Hanbali, dan Syekh Ibnu
Taimiyyah membolehkannya. Sedangkan, sebagian ulama mazhab Maliki yang lain
melarangnya.
9
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pertama, ulama mazhab Hanafi, sebagian ulama mazhab Maliki, ulama mazhab Syafi’i,
dan ulama mazhab Hanbali menegaskan, menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur’an serta
kalimat thayyibah kepada mayit hukumnya boleh, dan pahalanya sampai kepada sang
mayit.
2. Kedua, sebagian ulama mazhab Maliki yang lain menyatakan, pahala bacaan Al-Qur’an
dan kalimat thayyibah tidak sampai kepada mayit, karenanya hal itu tidak diperbolehkan.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
https://islam.nu.or.id/fiqih-perbandingan/hukum-tahlilan-menurut-mazhab-empat-bpZVe
https://islam.nu.or.id/ubudiyah/tentang-tahlilan-dan-dalilnya-PieL8
https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/ini-lima-unsur-dasar-pada-sebuah-hadits-YnbQJ
12