OLEH :
KELOMPOK 1 (SATU)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini tepat pada waktunya meskipun dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman, juga membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga untuk kedepannya kami dapat memperbaiki bentu
k maupun isi makalah ini dengan lebih baik.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. SemogaAllah Yang Maha Kuasa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan/Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Dari segi etimologi, para ulama’ Ulumul Qur’an mengemukakan arti kata nasakh
dalam beberapa makna, diantaranya adalah menghilangkan, memindahkan sesuatu dari suatu
tempat ke tempat lain, mengganti atau menukar, membatalkan atau mengubah, dan pengalihan.
Nasakh dalam istilah para ahli ilmu ushul fiqh adalah membatalkan hukum syar’i dengan dalil
yang datang kemudian, yang menunjukkan pembatalan, secara tersurat atau tersirat, baik
pembatalan secara keseluruhan ataupun pembatalan sebagian, menurut keperluan yang ada.
Atau: Melahirkan dalil yang datang kemudian yang secara implisit menghapus pelaksanaan dalil
yang lebih dulu.
“Mengangkat atau menghapus hukum syara’ dengan khithab (dalil) syara’ yang lain”
“Mengangkat / menghapus hukum syara’ dengan dalil syara’ yang lain yang datang kemudian”.
Nasikh itu dalam konteks kajian al-qur’an ini adalah ayat yang diturunkan yang
membatalkan ayat sebelumnya.
Mansukh itu dalam konteks kajian al-qur’an ini adalah ayat yang dibatalkan dengan ayat
yang diturunkan setelahnya.
Berdasarkan kejelasan dan cakupannya,naskh dalam al-Qur’an dibagi menjadi empat macam
yaitu:
1. Naskh sharih,
yaitu ayat yang jelas menghapus hukum yang terdapat pada ayatterdahulu. Misalnya ayat
tentang perang (qital) pada ayat 65 surat al-anfal yang mengharuskan satu orang muslim
melawan sepuluh orang kafir:
َٰٓيَأُّيَها ٱلَّنِبُّى َح ِّر ِض ٱْلُم ْؤ ِمِنيَن َع َلى ٱْلِقَتاِل ۚ ِإن َيُك ن ِّم نُك ْم ِع ْشُروَن َٰص ِبُروَن َيْغ ِلُبو۟ا ِم ۟ا َئَتْيِن ۚ َو ِإن َيُك ن ِّم نُك م ِّم ۟ا َئٌة َيْغ ِلُبٓو ۟ا َأْلًفا ِّم َن
ٱَّلِذ يَن َك َفُر و۟ا ِبَأَّنُهْم َقْو ٌم اَّل َيْفَقُهوَن
“Hai Nabi,kobarkanlah semangat orang mukmin untuk berperang. Jika ada dua pulub
orang yang sabar diantara kamu, pasti mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang
musuh. Dan jika ada seratus orang sabar diantara kamu, mereka dapat mengalahkan ser
ibu kafir, sebaborang-orang kafir adalah kaum yang tidak mengerti.”(QS. Al-Anfal:65)
ۗٱْلَٰٔـ َن َخ َّفَف ٱُهَّلل َعنُك ْم َو َع ِلَم َأَّن ِفيُك ْم َضْع ًفاۚ َفِإن َيُك ن ِّم نُك م ِّم ۟ا َئٌة َص اِبَر ٌة َيْغ ِلُبو۟ا ِم ۟ا َئَتْيِن ۚ َو ِإن َيُك ن ِّم نُك ْم َأْلٌف َيْغ ِلُبٓو ۟ا َأْلَفْيِن ِبِإْذ ِن ٱِهَّلل
َو ٱُهَّلل َم َع ٱلَّٰص ِبِر يَن
“Sekarang, Allah telah meringankan kamu dan mengetahui pula bahwa kamu memiliki
kelemahan. Maka jika diantara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka
dapatmengalahkan dua ratus orang kafir, dan jika diantara kamu terdapat seribu orang
yang sabar,mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang kafir.”(QS. Al-Anfal:66)
2. Naskh dhimmy
Yaitu jika terdapat dua naskh yang saling bertentangan, dan tidak dikompromikan, dan
keduanya turun untuk sebuah masalah yang sama, serta keduanya diketahui waktu turunnya, ayat
yang kemudian menghapus ayat-ayat terdahulunya. Contohnya: ketetapan Allah yang
mewajibkan berwasiat bagi orang-orang yang akan mati yang terdapat dalam surat al-Baqarah
180.
ُك ِتَب َع َلْيُك ْم ِإَذ ا َح َضَر َأَح َد ُك ُم ٱْلَم ْو ُت ِإن َتَر َك َخ ْيًر ا ٱْلَو ِصَّيُة ِلْلَٰو ِلَدْيِن َو ٱَأْلْقَر ِبيَن ِبٱْلَم ْعُر وِف ۖ َح ًّقا َع َلى ٱْلُم َّتِقيَن
Menurut pendukung teori nasikh-mansukh ayat ini dinaskh oleh hadis“la wahiyyah
liwaris”(Tidak ada wasiat bagi ahli waris).
3. Nash kully,
ketentuan ‘iddah empat bulan sepuluh hari pada surat al-Baqarah ayat 234 dinaskholeh ketentuan
‘iddah satu tahun pada ayat 240 di surat yang sama.
4. Naskh juz’iy,
Yaitu menghapus hukum umum yang berlaku bagi semua individudengan hukum yang hanya
berlaku pada sebagian individu. Contohnya, hukum dera80 kali bagi orang yang menuduh
seorang wanita tanpa adanya saksi pada surat An
Nur ayat 4, dihapus oleh ketentuan li’an, yaitu bersumpah empat kali dengan nama Allah jika si
penuduh suami yang tertuduh, pada ayat 6 dalam surat yang sama.
Sebagai contoh :
َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل َتْقَر ُبو۟ا ٱلَّص َلٰو َة َو َأنُتْم ُس َٰك َر
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk/tidak sadarkan diri”.
Seperti yang kita baca dimana firman allah swt. Surat al-mai’dah ayat 90 yaitu membatalkan
firman allah swt dalam surat an-nisa ayat 43.
َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَّنَم ا ٱْلَخ ْم ُر َو ٱْلَم ْيِس ُر َو ٱَأْلنَص اُب َو ٱَأْلْز َٰل ُم ِر ْج ٌس ِّم ْن َع َمِل ٱلَّش ْيَٰط ِن َفٱْج َتِنُبوُه َلَعَّلُك ْم ُتْفِلُح وَن
Menjawab pertanyaan semacam ini dalam firman allah swt, al-baqarah ayat 106 yaitu :
َم ا َننَس ْخ ِم ْن َء اَيٍة َأْو ُننِس َها َنْأِت ِبَخ ْيٍر ِّم ْنَهٓا َأْو ِم ْثِلَهٓاۗ َأَلْم َتْع َلْم َأَّن ٱَهَّلل َع َلٰى ُك ِّل َش ْى ٍء َقِد يٌر
Artinya:” Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya (kami
batalkan) Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya.
Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? “
KESIMPULAN / SARAN
dengan dibatalkan dan diganti dengan hukum dari dalil syara’ baru yang datang kemudian.
Hikmah nasakh secara umum ialah untuk menunjukkan bahwa syari’at agama islamadalah
syari’at yang paling sempurna, selalu menjaga kemaslahatan hamba agar kebutuhan mereka
senantiasa terpelihara dalam semua keadaan dan di sepanjang zaman,untuk menjaga agar
perkembangan hukun Islam selalu relevan dengan semua situasi dankondisi umat yang
mengamalkan, mulai dari yang sederhana sampai ke tingkat yangsempurna, untuk menguji orang
mukallaf, apakah dengan adanya perubahan dan penggantian-penggantian dari nasakh itu mereka
tetap taat, setia mengamalkan hukum-hukum Tuhan, atau tidak, untuk menambah kebaikan dan
pahala bagi hamba yang selalusetia mengamalkan hukum-hukum perubahan, untuk member
dispensasi dan keringanan bagi ummat Islam.
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sebagai penyusunmakalah
ini sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan dari pembaca dan
dosen pengampu mata kuliah agar makalah ini jadi lebih sempurna. Semoga makalah inimemba
wa manfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA