makna, diantaranya adalah menghilangkan, memindahkan sesuatu dari suatu tempat ke tempat
lain, mengganti atau menukar, membatalkan atau mengubah, dan pengalihan.. Nasakh dalam
istilah para ahli ilmu ushul fiqh adalah membatalkan hukum syar’i dengan dalil yang datang
kemudian, yang menunjukkan pembatalan, secara tersurat atau tersirat, baik pembatalan secara
keseluruhan ataupun pembatalan sebagian, menurut keperluan yang ada Usman. Ulumul Qur’an
106. ayat mana saja[81] yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia)
lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang
sebanding dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu?
Pengetahuan tentang nasikh dan mansukh memiliki fungsi dan manfaat besar
bagi para ahli ilmu, terutama fuqaha, mufasir dan ahli usul, agar pengetahuan
tentang hukum tidak menjadi kacau dan kabur, oleh sebab itu, terdapat banyak
asar (perkataan sahabat dan tabi'in) yang mendukung agar mengetahui
masalah ini.
NASIKH DAN MANSUKH
Mengenai nasakh, al Syatibi sebagaimana dikutip oleh Dr. M Quraish Shihab
menandaskan bahwa para ulama mutaqaddimin (ulama abad I hingga III H) memperluas
arti nasakh, mencakup hal-hal, yaitu :
1. Pembatalan hukum yang ditetapkan terdahulu oleh hukum yang ditetapkan kemudian
2. Pengecualian hukum yang bersifat umum oleh hukum yang bersifat khusus yang
datang kemudian
3. Penjelasan yang datang kemudian terhadap hukum yang bersifat sama
4. Penetapan syarat terhadap kukum terdahulu yang belum bersyarat.
Pengertian yang begitu luas dipersempit oleh para ulama yang datang kemudian
(muta'akhirin). Menurut mereka nasakh terbatas pada ketentuan hukum yang datang
kemudian guna berlaku atau menyatakan berakhirnya masa pemberlakuan hukum yang
terdahulu, sehingga ketentuan hukum yang berlaku adalah yang ditetapkan
terakhir. Sedang mansukh menurut Syaikh Manna' adalah” hukum yang diangkat atau
yang dihapuskan”
Dalam buku Al Qur'an dan Tafsirnya Departemen Agama RI disebutkan bahwa” Nasakh
dalam arti mengangkat atau menghapuskan hukum syara' dengan dalil syara' . Nasikh
menemukan dalil syara' yang menghapus suatu hukum, dan mansukh adalah bukti
hukum syara' yang telah dihapus.
RUANG LINGKUP DAN SYARAT-SYARAT
NASAKH
dalam Al Qur'an ada yang salah atau batal. Sedang dalam Al Qur'an
dinyatakan tidak ada kebatalan(QS.41:42). (2) Dalil yang dijadikan alasan
nasakh perlu dibuat lebih lanjut. Kosakata”ayat” tidak hanya berarti ayat
Al Qur'an tetapi dapat berarti mu'jizat, dapat juga berarti kitab sebelum Al
Qur'an (Taurat, Zabur, dan Injil) disamping itu kata nasakh memiliki arti
yang bermacam-macam. Maka ما ننسخ من ايةdalam ayat 106 Surah Al
Baqarah dapat diartikan “kami menukilkan” atau “Kami memindahkan”
ayat Al Qur'an dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia.
BEBERAPA CONTOH TENTANG NASIKH DAN
MANSUKH
Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan
menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke
Baitullah.
Menurut Syaikh Manna' ayat pertama tidak dinasakh karena berkenaan dengan
salat sunnah saat dalam perjalanan yang dilakukan di atas kendaraan, juga dalam
keadaan takut dan darurat. Dengan demikian, hukum ayat ini tetap berlaku,
sebagaimana dijelaskan dalam as-Sahihain. Sedang ayat kedua tentang salat fardu
lima waktu. Dan yang benar, ayat kedua ini menasakh perintah menghadap
ke Baitul Makdis yang ditetapkan dalam sunnah.
• Abu Zaid, Nasr Hamid, Tekstualitas Al Qur'an; Kritik Terhadap Ulumul Qur'an ,
Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara, cet 4 2005
• Al Qattan, Manna' Khalil, Mabahis fi 'Ulumil Qur'an, diterj. Mudzakir, Studi Ilmu-Ilmu
Qur'an. Bogor: PT Pustaka Litera AntarNusa, cet 14, 20 11 .
• ————–, Pengantar studi ilmu Al Qur'an , diterj, H.Aunur Rafiq El Mazni, Jakarta:
Pustaka al Kautsar, cet 4, 2009
• Baidan, Nashruddin, Prof.Dr, wawasan baru ilmu tafsir , Yogyakarta: Pustaka pelajar, cet
I, 2005
• Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Tafsirnya , Jakarta: Lentera Abadi, 2010
• ————-, Al Qur'an dan Terjemahnya ,Jakarta:Proyek pengadaan kitab suci Al Qur'an,
1985
•
Quran in Detail