PEMBAHASAN
Nasikh memiliki dua pengertian yakni secara etimologi (bahasa) dan juga
secara terminoligi (istilah). Berikut makna kata Nasikh secara bahasa yang
dipandang paling relevan :
Artinya : “Ayat mana saja yang Kami nasikhkan, atau Kami jadikan
(manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya
atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?” (Q.S. Al – Baqarah
: 106). 1
1
Selanjutnya makna kata Nasikh secara istilah yang dijelaskan oleh ahli
Fiqih (Fuqaha) yaitu bahwa Nasikh adalah “rof’u as syaari’ hukman syar’iyyan bi
dalilin syar’iyyin mutaraakhin ‘anhu” yang berarti “pengangkatan (penghapusan)
oleh as Syaari’ (Allah Swt) terhadap hukum syara’ (yang lampau) dengan dalil
syara’ yang terbaru.” Yang dimaksud dengan pengangkatan hukum syara’ adalah
penghapusan kontinuitas pengamalan hukum tersebut dengan mengamalkan
hukum yang ditetapkan terakhir.
Para ulama bersepakat bahwa sebuah ayat bisa saja di-Nasakh (Mansûkh)
oleh ayat yang lain dan itu terjadi dalam Al-Quran. Contohnya, ayat
2 Anita Rahmalia & Ridho Pramadya Putra. (2022). Nasikh wa Al-Mansukh. (Surakarta :
Universitas Islam Negeri Raden Mas Said). Jurnal Kajian Al – Qur’an dan Al – Hadis, Vol.2 No.1,
29.
2
tentang iddah wanita yang ditinggal mati suaminya selama setahun di-
Nasakh oleh ayat yang menjelaskan bahwa iddah nya selama empat bulan
sepuluh hari.
Nasakh ini diperselisihkan oleh para ulama. Sehingga Nasakh ini memiliki
dua macam, yaitu :
4
4 Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an Cet.XII. (Jakarta : Pustaka
Al- Kautsar,2016). 291.
5
Sunnah yang âhâd itu terbukti memberikan keyakinan yang qath'i (qath'iy al-
dalâlah).
Artinya:
“Jumhur berpendapat bahwasanya tidak terdapat naskh kecuali pada perintah
dan larangan”.
5 Akmal. (2018). Jurnal al-Mubarak. Naskh dalam Al-Qur’an (Al-Nasikh wa al-Mansukh), 3(1), 26.
6 Ibid., 26-27.
7 Al-Qattan & Manna' Khalil. Mabahis fi ulumu al- Quran. Cet. II; Mansyurat al-'Asr al-Hadis. Mabahis fi
Uumul Qur'an, diterjemahkan oleh Mudzakir AS. Studi Ilmu-ilmu Qur'an . (Cet.XII ; Bogor: Pustaka
Litera AntarNusa, 2009), 327.
6
Bahkan perintah dan larangan itu dalam bentuk khabar (kalimat berita)
yang memiliki pesan talab (perintah) disebut naskh. Sedangkan kalimat
berbentuk khabar yang tidak bermakna thalab, nasikh tidak terjadi.
2. Dalil yang me-nasikh adalah khitab syar'i yang datang kemudian; dari khitab
yang hukumnya di-mansukh.
3. Khitab yang mansukh hukumnya tidak terikat atau dibatasi dengan waktu
tertentu. Sebab jika tidak demikian maka hukum akan berakhir dengan
berakhirnya waktu tersebut. Dan yang demikian tidak dinamakan naskh. 8
4. Nasikh tidak terdapat dalam akhlak dan adab yang diperintahkan dalam Islam.
5. Nasikh juga tidak terjadi pada Aqidah, seperti: Zat Allah,Sifat Allah, Kitab-
kitab Allah, dan khabar yang jelas dan nyata, seperti janji Allah bagi orang
yang bertakwa.
6. Kategori ayat yang tidak tersentuh nasikh mansukh yaitu ayat mengenai janji
ancaman. Termasuk yang tidak tersentuh nasikh mansukh ayat yang berisi
cerita tentang berbagai umat. 9
7. Sebagian ahli ilmu tidak membenarkan naskh dengan hadits ahad; meskipun
itu diriwayatkan oleh perawi yang adil, pendapat mufassir yang awam dan
ijtihad para mujtahid tanpa adanya nukilan yang benar dan tanpa ada
pertentangan pasti. Namun sebaliknya sebagian yang lain lebih
memudahkan/menganggap enteng dengan menerrima atau mencukupkan
pada pendapat mufassir atau mujtahid. 10
Dan yang dianggap benar menurut
kitab al-Itqan adalah kebalikan dari dua pendapat tersebut.
8 Ibid.
9 Marsuki & Kamaluddin. Ulum al-Quran. (Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994),
141. 10 Ibid., 231.
7
b. Ketentuan hukum yang terdapat pada ayat tersebut tidak terkait pada hal yang
telah disepakati secara universal tentang kebaikannya atau keburukannya,
seperti keadilan adalah hal yang baik sedangkan ketidakadilan adalah hal
yang buruk.
c. Ketentuan hukum yang mencabut atau nasikh, ditetapkan kemudian, karena.
menurutnya pada hakikatnya nasikh adalah mengakhiri pernberlakuan
ketentuan hukum yang telah ada sebelumnya.
d. Dalam penelusuran atau penelitian gejala kontradiksi tidak dapat diatasi.11
a. Hukum yang terkandung pada dalil pertama ternyata tercakup pada dalil
yang kedua, karena mananya yang lebih umum. Begitu juga dalil yang
kedua masih tercakup pengertiannya pada dalil pertama karena
maknanya yang lebih khusus sebab memang dalil khas (bersifat lebih
khusus) tidak bisa me-Nasakh dalil ‘am (bersifat lebih umum) akan tetapi
harus dijelaskan bahwa sesuatu yang dikhususkan tidak bisa masuk
dalam kategori dalil umum.
11 Mardan. Al-Qur'an; Sebuah Pengantar Memahami al-Qur'an Secara Utuh. Cet. XI; (Jakarta:
Pustaka Mapan, 2009), 126.
8
dahulu sebelum hukum yang datang terakhir. Sebab, meskipun ada dua
hukum yang bersifat bertentangan dan tidak mungkin untuk diamalkan secara
bersamaan. Namun, apabila tidak ada keterangan untuk menyebutkan kalau
salah satu dari hukum itu berlaku lebih dahulu maka dalam kasus seperti ini
tidak boleh ada proses nasakh.
4) Hukum dalil yang berfungsi sebagai nasikh harus berasal dari nash syar’i,
Sebagaimana hukum pada dalil yang Mansukh. Kalau hukum dalam dalil
Nasikh ternyata bukan ditetapkan melalui nash yang di nukil secara syar'i
maka tidak boleh menjadi Nasikh bagi dalil yang dinukil (melalui nash
syar’i). Oleh karena itu, jika ada sebuah hukum yang ditetapkan melalui nash
syar’i, Maka tidak boleh di-Nasakh hanya dengan keputusan ijma’ atau qiyas.
12 Ibnu Jauzi, An-Nasikh Wal Mansukh (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), 315.
13 Syaikh Manna Al-Qaththan, “Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta Timur : Pustaka Al-
Kautsar, 2015), 269.
9
2) Hikmah Nasikh secara umum
(1) Untuk menunjukkan bahwa syariat islam adalah syariat yang paling
sempurna.
(2) Selalu menjaga kemaslahatan umat manusia.
(3) Untuk menjaga agar perkembangan hukum Islam selalu relevan dengan
semua situasi dan kondisi umat yang mengamalkan dan mengaktualkan.
(4) Untuk menguji kualitas keimanan umat manusia
(5) Untuk menambah kebaikan bagi umat manusia
(6) Untuk memberi despensasi dan keringanan bagi umat manusia
(7) Untuk mengarahkan manusia mengetahui hukum-hukum yang berkaitan
denga halal dan haram.
F. Contoh Nasakh
Berikut ialah beberapa contoh Nasakh yang dapat kita temui sehari-hari/secara
umum, yaitu :
10
2. Perubahan arah (kiblat) yang harus dihadapi ketika shalat shalat (awalnya
Muslim menghadap ke Yerusalem, tetapi diubah menjadi menghadap ke
Ka’bah di Mekah).
Artinya : “Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan
meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya (yaitu) diberi
15 Ibid, 106.
11
nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya).
Akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak akan ada dosa bagimu
(wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang
ma’ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Q.S. Al – Baqarah : 240)16
5. Sebuah riwayat al-Bukhari dan Muslim hadis dari ‘Aisyah ra. Tentang dua
anak yang berlainan ibu sudah dianggap bersaudara apabila salah seorang di
antara keduanya menyusu kepada ibu salah seorang.
a. Firman Allah :
Artinya : “Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan
(manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya
atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa
16
Ibid, 114.
12
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?” (Q.S. Al-Baqarah
: 106).17
b. Firman Allah :
Artinya : “Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain
sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang
diturunkan-Nya, mereka berkata : ‘Sesungguhnya kamu adalah orang
yang mengada – adakan saja’. Bahkan kebanyakan mereka tiada
mengetahui” (Q.S. An-Nahl : 101). 18
c. Karena adanya kontradiksi antara satu ayat dengan ayat lainnya, jika
dilihat dari segi makna yang tersurat, seperti ayat tentang wasiyyat
dengan ayat tentang mawaris.
Allah sejak azali telah mengetahui soal Naskh dan Mansūkh sebelum
ketiga soal itu disyari’atkan bagi hamba-hamba-Nya, bahkan sebelum
manusia, langit, dan bumi diciptakan-Nya. Allah Maha Mengetahui bahwa
pen-Naskh- an hukum yang pertama (ketentuan hukum yang di-Naskh) adalah
untuk kepentingan suatu hikmah atau suatu kemaslahatan hingga waktu
tertentu. Kemudian hukum yang kedua pun (yang me-Naskh hukum yang
pertama) ditetapkan untuk kepentingan suatu hikmah atau kemaslahatan yang
lain. Ketentuan baru yang me-Naskh ketentuan lama tidak lain hanyalah
penampilan sesuatu bagi manusia, bukan penampilan sesuatu bagi Allah.
17
Ibid, 101.
18
Ibid, 131.
13
adalah Abu Muslim al-Asfahaniy yang kemudian diikuti oleh ulama
mutaakhirin. Diantara argumentasi ulama-ulama yang menyatakan tidak ada
Naskh dalam al-Qur’ān adalah:
a. Jika dalam Al-Qur’ān terdapat ayat yang telah Mansūkh (dihapus), maka
sebagian ayat Al-Qur’ān ada yang dibatalkan. Dengan demikian, maka
sebagian isi Al-Qur’ān ada yang batal. padahal Allah telah menegaskan
dalam firman-Nya :
b. Tidak adanya kesepakatan para ulama berapa jumlah ayat yang telah di-
Naskh. Demikian pula para sahabat, tampaknya hanya Ali saja yang
berwanti-wanti tentang Naskh.
c. Tidak ada penegasan Nabi tentang ada atau tidaknya Naskh. Sekiranya
telah terjadi Naskh dalam al-Qur’ān, tentunya Nabi sebagai pemegang
otoritas utama dari Al-Qur’ān menjelaskannya dengan tegas.
d. Tidak jelasnya hikmah adanya Naskh.20
19
Ibid, 265.
20
Rofiq Nurhadi, Syamsul Hadi, Suhandono & Thoyib I.M. Pro-Kontra Naskh dan Mansukh
dalam Al-Qur’an. (Cakrawala, Vol. X, No. 1, Juni 2015), 64.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan mengacu pada rumusan masalah dalam makalah ini dan penyajian
data yang terkumpul maka penulis menyusun beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Nasikh memiliki dua pengertian yakni secara etimologi (bahasa) dan juga
secara terminoligi (istilah).
2. Al-Quran telah menetapkan bahwa As-Sunnah merupakan hujjah (disamping
Al-Quran sendiri).
3. Terlepas dari kontroversi tentang diterima atau tidak nasikh dan mansukh,
masalah yang terpenting untuk dibicarakan dalam nasikh dan mansukh adalah
kawasan penggunaan nasikh dan mansukh dalam upaya interperetasi hukum.
4. Hendaklah hukum dalil yang mansukh sudah berlaku sebelum digantikan dengan
hukum Nasikh.
5. Terdapat dua hikmah dalam mempelajari Nasakh, yaitu : bagi yang memberikan
makna penangguhan dan Hikmah Nasikh secara umum.
6. Contoh Naskh yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari – hari ialah
larangan khamr/alkohol, hikmah ziarah, masa idah dan persusuan dua
saudara.
7. Allah Maha Mengetahui bahwa pen-Naskh-an hukum yang pertama
(ketentuan hukum yang di-Naskh) adalah untuk kepentingan suatu hikmah
atau suatu kemaslahatan hingga waktu tertentu.
15