BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dengan demikian dapat dipahami bahwa nasikh mansukh terjadi karena Al-qur’an
diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa yang mengiringinya. Oleh karena itu
untuk mengetahui Al-Qur’an dengan baik harus mengetahui ilmu nasikh mansukh dalam Al-
qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
Nasikh menurut bahasa memilki dua arti yaitu: hilangkan dan hapuskan. Misalnya
dan nasakhat ar-rih atsara al-masyyi, artinya angin menghapuskan jejak langkah kaki. Kata
naskh juga dipergunakan untuk makna memindahkan sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain.
Misalnya:nasakhtu al- kitab, artinya, saya menyalin isi kitab. Didalam Al-quran dikatakan:
Artinya: “ Sesunguhnya kami menyuruh untuk menasakhkan apa dahulu kalian kerjakan.” (Al-
jatsiyah:29).
catatan amal.
dengan dalil hukum syara’ yang lain.” Disebutkan disini kata “hukum”, menunjukkan bahwa
hukum yang disebabkan kematian atau gila, atau penghapusan dengan ijma’ atau qiyas. . Nakh
menghapuskan (nasikh) hukum wasiat kepada kedua orang tua atau kerabat.
Asal mula timbulnya teori nasikh ialah bermula adanya ayat-ayat yang menurut anggapan
Nasikh mansukh alam konteks eksternal agama yang lazim dikenal dengan sebutan al-
kemungkinan bada’ dan penerimaan kaum muslimin terhadap naskh antar agama, pada dasarnya
timbul karena adanya perbedaan paham ketiga agama ini terhadap kenabian dan kitab sucinya.
adakalanya tanpa hikmah, dan ini mustahil bagi Allah. Dan adakalanya karena suatu kejelasan
yang didahului oleh ketidakjelasan. Dan ini pun mustahil pula bagi-Nya.
tentang hikmah tersebut bukan hal yang baru muncul. Ia membawa hamba-hambaNya dari satu
hukum ke hukum yang lain adalah karena sesuatu maslahat yang telah diketahuiNya yang
b. Ijma’ umat bahwa ayat ini nasikh dan yang itu mansukh
c. Mengetahui mana yang terlebih dahulu dan mana yang belakangan berdasarkan
sejarah.
2.3 Perbedaan antara Nasikh dan Mansukh
Adat Naskh adalah pernyataan yang menunjukkan adanya pembatalan hukum yang telah
ada. Nasikh yaitu dalil kemudian yang menghapus hukum yang telah ada. Pada hakikatnya
Nasikh itu berasal dari Allah, karena Dialah yang membuat hukum dan Dia pulalah yang
Adapun pendapat lain yang datang dari Al Shaukaniy yang hidup sampai dengan tahun
1250 H melihat 12 ayat yang dianggap Suyut}i tak mungkin digabungkan ternyata olehnya bisa.
Maka jadilah hitungan ayat mansūkh menurut Shaukaniy hanya 8 buah.[9]
Contoh :
ْ ُّفَأ َ ْينَ َما تُ َول ُق َو ْال َم ْغ ِر ۚب
إِ َّن ٱهَّلل َ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم ِ ۚ وا فَثَ َّم َوجْ هُ ٱهَّلل ُ َوهَّلِل ِ ْال َم ْش ِر
] ۱۱۵ :[البقرة
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
[10]
Seperti dalam surah Al Baqarah ayat 106. Seperti hukum yang terdapat sebelumnya terlalu
ringan dan diganti menjadi hukum yang lebih berat begitu juga sebaliknya.
ِ َْما نَ ْن َس ْخ ِم ْن آيَ ٍة أَوْ نُ ْن ِسهَا نَأ
ت بِخَ ي ٍْر ِم ْنهَا أَوْ ِم ْثلِهَا ۗ أَلَ ْم تَ ْعلَ ْم أَ َّن هَّللا َ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر
“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?”
b. Perkembangan tasyri’ menuju tingkat sempurna sesuai dengan perkembangan dakwah dan
d. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika Nasikh itu beralih ke hal
yang lebih berat maka di dalamnya terdapat tambahan pahala, dan jika beralih kehal yang
Nasikh ialah “mengangkat (menghapuskan) hukum syara’ dengan dalil hukum syara’ yang
lain.” Disebutkan disini kata “hukum”, menunjukkan bahwa prinsip “segala sesuatu hukum
asalnya boleh” Sedangkan Mansukh adalah hukum yang diangkat atau dihapuskan. Nasikh
terdapat empat macam bagian, diantaranya:
2. Perkembangan tasyri’ menuju tingkat sempurna sesuai dengan perkembangan dakwah dan
4. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika Nasikh itu beralih ke hal
yang lebih berat maka di dalamnya terdapat tambahan pahala, dan jika beralih ke hal yang
Pengantar studi ilmu Al Qur’an, diterj, H.Aunur Rafiq El Mazni, Jakarta: Pustaka al