Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas izin dan karunia-Nya makalah ini
dapat penulis selesaikan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis hantarkan kepada junjungan
alam, Nabi besar Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam kebdohan kealam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Rasa terima kasih penulis haturkan kepada ibu Pembimbing yang telah membimbing sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ ILMU RIJAALUL HADITS”
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kelemahan dan kekurangan,oleh karena itu
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini
sangat penulis harapkan.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………....................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………...…. 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Rijalul Hadis…………………………………............................... 2
2.2 Munculnya Ilmu Rijalul Hadis…………………………………………………….. 4
2.3 Cabang Cabang Ilmu rijalu Hadis………………………………............................. 5
2.4 Cara Mengetahui Sahabat……………………………………………………….…. 6
2.5 Urgensi Ilmu Rijalul hadist………………………………………………………… 7

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………… 8
DAFTAT PUSTAKA…………………………………………………………………. 9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu hadits merupakan salah satu disiplin ilmu yang berpautan dengan hadits-
hadits yang bertujuan untuk mumudahkan dalam mengetahui apakah suatu hadits itu shahih atau
tidak dapat dijadikan hujah atau tidak dalam menetapkan suatu hokum. Salah satunya yaitu Ilmu
Rijalul hadits yaitu ilmu yang membahas persambungan perawi kepada Rasulullah, dan lain-
lainnya.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa itu ilmu rijalul al-hadits.
2. Kapan munculnya ilmu rijalul hadits.
3. Apasaja urgensi ilmu rijalul hadits.
4. Apa saja cabang-cabang ilmu rijalul hadits.

1.3. Tujuan Masalah


1. Mengetahui pengertian ilmu rijalul hadits.
2. Mengetahui sejarah munculnya ilmu rijalul hadits
3. Mengetahui urgensi ilmu rijalul hadits.
4. Mengetahui cabang-cabang ilmu rijalul hadits.

BAB II
PEMBAHASAN
1.2. Pengertian Ilmu Rijalul Hadits
Ilmu rijal hadis adalah ilmu yang membahas tentang hal-hal ikhwal dan sejarah
para rawi dari kalangan sahabat, tabiin, atba’al-tabiin. Ilmu yang membahas para perawi hadist,
baik dari sahabat, dari tabi’in, maupun dari angkatan-angkatan sesudahnya.”
Dalam ilmu ini kita dapat mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadits dari
Rasullullah saw.dan dari sahabat dan seterusnya di dalam ilmu ini di terangkan terikh (sejarah)
ringkas dan riwayat hidup para perawi, mazhab yang di pagangi oleh para perawi dan keadaan-
keadaan para perawi itu menerima hadist. Ilmu ini sangat penting di pelajari dengan seksama,
karena hadist itu, terdiri dari sanath dan matan. Maka mengetahui keadaan para perawi yang
menjadi sanath, merupakan separuh pengetahuan.
Kitab-kitab ini di susun dalam ilmu ini banyak ragamnya. Ada yang menerangkan riwayat-
riwayat rin[1]gkas dari para sahabat saja. Ada yang menerangkan riwayat umum para
perawi.Ada yang menerangkan perawi-perawi yang mdipercai saja. Ada yang menerangkan
riwayat-riwayat para perawi yang lemah-lemah, atau para mudalis, atau para pembuat hadist
maudhu.
Ada yang menerangkan sebab-sebab dicela dan sebab –sebab di pandang adil dengan menyebut
kata-kata yang di pakai untuk itu serta martabat-martabat perkataan. Ada yang menerangkan
nama-nama yang serupa tulisan, berlainan sebutan yang di dalam ilmu hadist disebut mu’talif
dan mukhataklif . Dan ada yang menerangkan nama-nama perawi yang sama namanya, lain
orangnya. Umpamanya, khalil ibn ahmad. Nama ini bnyak orangnya. Hal ini di sebut mutaqiq
dan muftariq. Ada yang menerangkan nama-nama yang serupa tulisan dan sebutan , tetapi
berlainan keturunan dalam sebutan, sedang dalam tulisan serupa. Seumpama Muhammad ibn
Aqil dan Muhammad ibn Uqail. Ini di namai musytabah.
Ada juga yang menyebutkan tanggal wapat. Di samping itu ada pula yang hanya menerangkan
nama-nama yang terdapat dalam satu-satu kitab, atau beberapa kitab. Dalam semua itu ulama
telah barjerih payah menyusun kitab-kitab yang di hayati.

Sebelum masuk ke pembahasan utama, perlu diketahui apa itu ilmu hadits dirayah. Ilmu hadits
dirayah adalah ilmu yang diketahuinya hakikat riwayat, syarat-syaratnya, hukum-hukumnya,
keadaan perawi dan syarat-syarat mereka, maacam-macam apa yang diriwayatkan dan, apa yang
berkaitan dengannya. Atau secara ringkas : “Kaidah-kaidah yang diketahui dengannya keadaan
perawidan yang diriwayatkan”.
Dan perawi adalah orang yang meriwayatkan hadits dari orang yang ia mengambil darinya.
Adapunmarwiy adalah hadits yang disampaikan dengan cara periwayatan, dan yang
diriwayatkan ini secara istilah dinamakan dengan matan. Adapun orang-orang yang
meriwayatkannya dinamakan dengan perawi atau Rijal Al-Isnad.
Maka apabila Imam Bukhari berkata misalnya,”Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin
Yahya bin Sa’id Al-Quraisyi, dia telah berkata : Telah menceritakan kepadakami bapakku, dia
berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Burdah bin Andillah bin Abi Burdah, dari Abi
Burdah, dari Abu Musa radliyallaahu ‘anhu, dia berkata,”(Para shahabat) bertanya : ‘Wahai
Rasulullah, Islam apakah yang paling utama?’. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda
‫سلم المسلمون من لسانه ويده‬
”Barangsiapa yang kaum muslimin selamat dari lisannya dan tangannya”.
Orang-orang yang telah disebutkan Imam Bukhari ini – mulai dari Sa’id bin
Yahya bin Sa’id Al-Quraisyi sampai yang paling terakhir yaitu Abu Musa – mereka ini disebut
periwayat hadits. Dan rangkaian mereka disebut sanad, atau rijalul-hadits. Sedangkan sabda
beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam :”Barangsiapa yang kaum muslimin selamat dari lisannya
dan tangannya” adalah yang diriwayatkan atau hadits; dinamakan matan. Dan orang yang
meriwayatkan hadits dengan smua rijalnya yang disebutkan tadi disebut musnid. Sedangkan
perbuatannya ini dinamakan isnad(penyandaran periwayatan).
Dari penjelasan di atas dapat kita kenal istilah-istilah yang sering dipakai sebagai berikut:
a. As-Sanad, dalam bahasa artinya menjadikannya sandaran atau penopang yang dia
menyandarkan kepadanya.
b. Sanad dalam istilah para ahli hadits yaitu : “jalan yang menghubungkan kepada matan”, atau
“susunan para perawi yang menghubungkan ke matan”. Dinamakan sanad karena para huffadh
bergantung kepadanya dalam penshahihan hadits dan pendla’ifannya.
c. Al-Isnad adalah mengangkat hadits kepada yang mengatakannya. Ibnu Hajar
mendefiniskannya dengan : “menyebutkan jalan matan”. Disebut juga : Rangkaian para rijaalul-
hadiits yang menghubungkan ke matan. Dengan demikian maknanya menjadi sama dengan
sanad.
d. Musnid adalah orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya.
e. Matan menurut bahasa adalah “apa yang keras dan meninggi dari permukaan bumi”.
f. Matan menurut para ahli hadits adalah perkataan yang terakhir pada penghujung sanad.
Dinamakan matan karena seorang musnid menguatkannya dengan sanad dan mengangkatnya
kepada yang mengatakannya, atau karena seorang musnid menguatkan sebuah hadits dengan
sanadnya.[2]
Isnad memiliki kedudukan yang agung dalam Islam, karena asalnya adalah ummat menerima
agama ini dari sahabat dan mereka menerimanya dari Rasulullah Sawdan beliau menerimanya
dari Rabbul-izzah baik dengan perantara ataupun tidak. Dan diriwayatkan dengan jalan shohih
dari Abdullah bin Abbas radhiyallohu anhuma bahwasanya Rasulullah Saw bersabda :
‫تَ ْس َمعُونَ َويُ ْس َم ُع ِم ْن ُك ْم َويُ ْس َم ُع ِم َّم ْن َس ِم َع ِم ْن ُكم‬
Artinya : “Kalian mendengar lalu didengar dari kamu dan didengar dari yang mendengar dari
kamu” (HR. Abu Daud dan Ahmad, keduanya dengan sanad yang shohih)
lmu Rijaalul Hadits adalah “Ilmu Untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya
sebagai perawi hadis”. Ilmu Rijaalul-Hadiits, dinamakan juga dengan Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat
(Ilmu Sejarah Perawi) adalah ilmu yang diketahui dengannya keadaan setiap perawi hadits, dari
segi kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, orang yang meriwayatkan darinya, negeri dan tanah
air mereka, dan yang selain dari itu yang ada hubungannya dengan sejarah perawi dan keadaan
mereka.
Pertama kali orang yang sibuk memperkenalkan ilmu ini secara ringkas adalah Al-Bukhari
(w.230 H) kemudian Muhammad bin sa’ad (w.230 H) dalam Thabaqatnya. Kemudian berikutnya
Izzuddin Bin al-Atsir(w.630 H) menulis Usud Al-Ghabah Fi Asma Ash-Shahabah, Ibnu hajar Al-
asqalani (w.852 H) yang menulis Al-Ishabah Fi Tamyiz Ash-shahabah kemudian diringkas oleh
as-suyuthi(w.911 H ) dalam bukunya yang berjudul ‘ayn Al-Ishabah. Al-Wafayat karya Zabir
Muhammad bin Abdullah Ar-rubi (w.379 H)

2.2. MUNCULNYA ILMU RIJAALUL HADITS


a. Mulainya penggunaan isnad
Penggunaan isnad ini sebenarnya telah ada di masa sahabat Rasulullah Sawyaitu bermula dari
sikap taharri (kehati-hatian) mereka terhadap berita yang datang kepada mereka, sebagaimana
diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq dalam kisah nenek yang datang meminta bagian
warisan, kemudian kisah Umar bin Al Khaththab dalam peristiwa isti‟dzan (minta izinnya) Abu
Musa, juga kisah tatsabbut (klarifikasi) Ali bin Abi Thalib dimana beliau meminta bersumpah
bagi orang yang menyampaikan padanya hadits Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam.
Hanya saja makin banyaknya pertanyaan terhadap isnad dan makin intensnya orang meneliti dan
memeriksa isnad, itu mulai terjadi setelah terjadinya fitnah Abdullah bin Saba dan pengikut-
pengikutnya yaitu di akhir-akhir kekhalifaan Utsman bin Affan dan penggunaan sanad terus
berlangsung dan bertambah seiring dengan menyebarnya para Ashabul-ahwaa(pengikut hawa
nafsu) di tengah-tengah kaum muslimin, juga banyaknya fitnah yang mengusung kebohongan
sehingga orang-orang tidak mau menerima hadits tanpa isnad agar supaya mereka mengetahui
perawi-perawi hadits tersebut dan mengenali keadaan mereka.
Imam Muslim meriwayatkan dengan isnadnya dari Muhammad bin Sirin bahwasanya beliau
berkata :

« ‫نَّ ِة‬k‫الس‬ ُّ ‫ ِل‬k‫ ُر إِلَى أَ ْه‬kَ‫ الَ ُك ْم فَيُ ْنظ‬k‫ت ْالفِ ْتنَةُ قَالُوا َس ُّموا لَنَا ِر َج‬
ْ ‫لَ ْم يَ ُكونُوا يَسْأَلُونَ ع َْن اإْل ِ ْسنَا ِد فَلَ َّما َوقَ َع‬
ِ ‫« فَي ُْؤخَ ُذ َح ِديثُهُ ْم َويُ ْنظَ ُر إِلَى أَ ْه ِل ْالبِد‬
‫َع فَاَل ي ُْؤخَ ُذ َح ِديثُهُ ْم‬
“Dahulu orang-orang tidak pernah menanyakan isnad, akan tetapi setelah terjadi fitnah maka
dilihat hadits Ahli Sunnah lalu diterima dan dilihat haditsnya ahlil-bida’ lalu tidak diterima
(ditolak)”
Ali ibnul Madini mengatakan bahwa Muhammad bin Sirin adalah orang yang selalu melihat
hadits dan memeriksa isnadnya, kami tidak mengetahui seorang pun yang lebih dahulu darinya.
b. Munculnya ilmu Rijal
Kemunculan ilmu Rijal merupakan buah dari berkembang dan menyebarnya penggunaan isnad
serta banyaknya pertanyaan tentangnya. Dan setiap maju zaman, maka makin banyak dan
panjang jumlah perawi dalam sanad. Maka perlu untuk menjelaskan keadaan perawi tersebut dan
memisah-misahkannya, apalagi dengan munculnya bid‟ah-bid‟ah dan hawa nafsu serta
banyaknya pelaku dan pengusungnya. Karena itu tumbuhlah ilmu Rijaal yang merupakan suatu
keistimewaan ummat ini di hadapan ummat-ummat lainnya.
Akan tetapi kitab-kitab tentang ilmu Rijal nanti muncul setelah pertengahan abad-2. Dan karya
tulis ulama yang pertama dalam hal ini adalah kitab At Tarikh yang ditulis oleh Al Laits bin
Sa‟ad (wafat 175 H) dan kitab Tarikh yang disusun oleh Imam Abdullah bin Mubarak (wafat
181 H). Imam adz Dzahabi menyebutkan bahwa Al Walid bin Muslim (wafat 195 H) juga
memiliki sebuah kitab Tarikh Ar Rijaal, lalu secara berturut-turut muncul karya-karya tulis
dalam ilmu ini, dimana sebelum masa kodifikasi ini pembahasan tentang perawi hadits dan
penjelasan hal ihwal mereka hanya bersifat musyafahah(lisan), ditransfer sedemikian rupa oleh
para ulama dari masa ke masa.

2.3. CABANG- CABANG ILMU RIJALUL HADITS


Para penyusun kitab-kitab dalam ilmu Rijal pada masa-masa awal menempuh beberapa metode
sehingga hal ini melahirkan percabangan dalam ilmu rijal al hadits, diantaranya:
1. Kitab-kitab tentang thabaqat ar Rijal melahirkan ilmu thobaqaat (tingkatan-tingkatan rijal)
yang mencakup 4 thabaqat (sahabat, taabi‟un, atbaa‟ut tabi‟in dan taba‟ul atba‟)
2. Kitab-kitab Ma‟rifah Ash Shohaabah melahirkan ilmu tentang ma‟rifatush shohabah
(pengenalan tentang sahabat-sahabat Rasulullah shallallohu alaihi wasallam)
3. Kitab-kitab al jarh wat ta‟dil melahirkan ilmu tentang al jarh wat ta‟dil
 Ilmu Tawarikh Ar- Ruwah
Secara sederhana ilmu Tawarikh Ar-Ruwah Adalah Ilmu yang mempelajari waktu yang
membatasi keadaan kelahiran , wafat, peristiwa/kejadian lainnya.
Ilmu tentang hal-ihwal para rawi, tanggal lahir, tanggal wafat, guru-gurunya, tanggal kapan
mendengar dari gurunya, orang yang berguru kepadanya, kota kampung halamannya,
perantauannya, keadaan masa tuanya dan semua yang berkaitan dengan per hadits
Atau dalam pengertian lain Ilmu Tawarikh Ar- Ruwah adalah ilmu yang membahas tentang hal
keadaan para perawi hadits dan biografinya dari segi kelahiran dan wafat mereka, siapa gurunya
siapa muridnya atau kepada siapa mereka menyampaikan periwayatan hadits, baik dari kalangan
sahabat, tabi‟ maupun tabi‟ tabiin.
Tujuan Ilmu ini adalah untuk mengetahui bersambung(muttasil) atau tidaknya sanad suatu hadits.
Maksud persaambungan sanad adalah petemuan langsung apakah perawi berita itu bertemu
langsung dengan gurunya atau pembawa berita ataukah tidak atau hanya pengakuan saja. Semua
itu dapat dideteksi melalui ilmu ini. Muttasilnya sanad ini menjadi salah satu syarat kesahihan
suatu hadits dari segi sanad [Ilmu ini berkaitan dengan perkembangan riwayat. Para ulama sangat
perhatian terhadap ilmu ini dengan tujuan mengetahui para perawi dan meneliti keadaan mereka.
Karena dari situlah mereka menimba ilmu agama. Muhammad bin Sirin pernah mengatakan :
"Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kamu mengambil agamamu"
(Muqaddimah Shahih Muslim).
Maka dengan ilmu Tarikh Rijaalil- Hadiits ini akan sangat membantu untuk mengetahui derajat
hadits dan sanad (apakah sanadnya muttashil atau munqathi').]
Ketiga jenis kitab rijal ini pertama kali muncul di sekitar penghujung abad II H dan pertengahan
abad III H, setelah itu menjadi banyak dan meluas
1. Kitab-kitab Tawarikh al Mudun (sejarah kota-kota/negeri-negeri), yang memuat biografi para
ruwaat (rijaalul hadits) pada suatu negeri/kota tertentu. Ilmu ini mulai muncul pada paruh kedua
dari abad III H
2. Kitab-kitab Ma‟rifatul Asmaa wa Tamyiizuha (pengenalan terhadap nama-nama perawi dan
cara membedakannya). Ilmu ini muncul agak belakangan dari yang lainnya, yaitu setelah jumlah
periwayat dari yang lainnya, yaitu setelah jumlah periwayat hadits semakin banyak, dan nama
kuniyah dan nasab mereka banyak yang serupa sehingga dibutuhkan pembedaannya.
3. Kitab-kitab biografi rijaal al hadits yang terdapat pada suatu kitab hadits atau beberapa kitab
hadits tertentu. Kitab-kitab ini muncul belakangan dan mulai meluas setelah abad V H.

2.4. CARA MENGETAHUI SHAHABAT


1. Diketahui keadaan seseorang sebagai shahabat secara mutawatir. 2. Dengan ketenaran,
meskipun belum sampai batasan mutawatir. 3. Riwayat dari seorang shahabat bahwa dia adalah
shahabat. 4. Atau dengan mengkhabarkan dirinya bahwa dia adalah seorang shahabat.
Dan diperselisihkan mengenai siapa yang pertama kali masuk Islam dari kalangan shahabat. Ada
yang mengatakan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ada juga yang mengatakan : Ali bin Abi Thalib.
Pendapat lain : Zaid bin Haritsah. Pendapat lain mengatakan : Khadijah binti Khuwailid. Ibnu
Hajar menyebutkan bahwa Khadijah adalah orangyang pertama membenarkan pengutusan beliau
shallallaahu 'alaihi wasallam secara mutlak. Ke-'adalah-an Shahabat
Menurut Ahlus-Sunnah wal- Jama'ah, semua shahabat itu adalah 'adil, karena Allah ta'ala telah
memuji mereka dalam Al- Qur'an; dan As-Sunnah pun juga telah memuji akhlaq dan perbuatan
mereka, serta pengorbanan mereka kepada rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam baik harta dan
jiwa mereka; hanya karena ingin mendapatkan balasan dan pahala dari Allah ta'ala.
Adapun pertikaian yang terjadi sesudah beliau shallallaahu 'alaihi wasallam, ada diantaranya
yang terjadi karena tidak disengaja seperti Perang Jamal. Dan ada pula yang terjadi karena ijtihad
mereka seperti Perang Shiffin. Ijtihad bisa salah, bisa pula benar. Jika salah dimaafkan dan tetap
mendapatkan pahala, dan jika benar maka akan mendapatkan dua pahala.
Dan di antara shahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam adalah Abu Hurairah, Abdullah bin 'Umar bin Al- Khaththab, Anas bin Malik, 'Aisyah
Ummul-Mukminin, 'Abdullah bin 'Abbas, Jabir bin Abdillah Al- Anshari, dan Abu Sa'id Al-
Khudry (Sa'ad bin Malik bin Sinan Al- Anshary).
Dan di antara mereka ada yang sedikit meriwayatkan, atau tidak meriwayatkan sedikitpun.
Shahabat yang paling terakhir meninggal adalah Abu Thufail 'Amir bin Watsilah Al-Laitsi,
meinggal pada tahun 11 Hijriyyah di Makkah.
KITAB-KITAB TERKENAL MENGENAI SHAHABAT
a. Kitab Ma'rifat Man Nazala minash-Shahabah Sa'iral-Buldan, karya Imam Ali bin Abdillah Al-
Madini (wafat tahun 234 H). Kitab ini tidak sampai kepada kita.
b. Kitab Tarikh Ash-Shahabah, karya Muhammad bin Isma'il Al- Bukhari (wafat tahun 245 H).
Kitab ini juga tidak sampai kepada kita.
c. Al-Isti'ab fii Ma'rifaatil-Ashhaab, karya Abu 'Umar bin Yusuf bin Abdillah yang masyhur
dengan nama Ibnu 'Abdil-Barr Al-Qurthubi (wafat tahun 463 H). dan telah dicetak berulang kali,
di dalamnya terdapat 4.225 biografi shahabat pria maupun wanita.
d. Ushuudul-Ghabah fii Ma'rifati Ash-Shahabah, karya 'Izzuddin Bul-Hasan Ali bin Muhammad
bin Al-Atsir Al-Jazari (wafat tahun 630 H), dicetak, di dalamnya terdapat.7554 biografi.
e. Tajrid Asmaa' Ash-Shahabah, karya Al-Hafidh Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad bin
Ahmad Adz-Dzahabi (wafat tahun 748 H), telah dicetak di India.
f. Al-Ishaabah fii Tamyiizi Ash- Shahaabah, karya Syaikhul-Islam Al-Imam Al-Hafidh
Syihabuddin Ahmad bin Ali Al-Kinani, yang masyhur dengan nama Ibnu Hajar Al-'Asqalani
(wafat tahun 852 H). Dan dia adalah orang yang paling banyak melalukan pengumpulan dan
penulisan. Jumlah kumpulan biografi yang terdapat dalam Al- Ishaabah adalah 122.798 ,
termasuk dengan pengulangan, karena ada perbedaan pada nama shahabat atau ketenarannya
dengan kunyah- nya, gelar, atau semacamnya; dan termasuk pula mereka yang disebut shahabat,
namun ternyata bukan.

2.5. Urgensi Ilmu Rijalul Hadits


Mengetahui data-data para perawi secara detail yang meliputi biografi, kualitas
kepribadian, dan tingkat religiusitasnya. Dengan demikian akan diketahui pula ittishalus sanad
(ketersambungan sanad, antara satu perawi dengan perawi yang ada pada tingkat selanjutnya
dalam mata rantai sanad). Mengetahui sikap atau kriteria para ulama dalam menilai perawi.
apakah ulama yang melakukan jarh wa ta’dil termasuk mutasyaddid ataukah mutasahhil.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ilmu rijal hadis adalah ilmu yang membahas tentang hal-hal ikhwal dan sejarah
para rawi dari kalangan sahabat, tabiin, atba’al-tabiin. Kemunculan ilmu Rijal merupakan buah
dari berkembang dan menyebarnya penggunaan isnad serta banyaknya pertanyaan tentangnya.
Ilmu rijalul berfungsi untuk mengetahui data-data para perawi secara detail yang meliputi
biografi, kualitas kepribadian, dan tingkat religiusitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan. Syaikh Manna’.. Pengantar Studi ilmu Hadits.Terj. Mifdhol Abdurrahman, (Jakarta
: Pustaka Al-Kausar. 2004).
Ash-Shiddieqy. Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, ( Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009).
Ilmu Ar Rijaal; Nasyatuhu wa tathawwuruh, Prof.Dr. Muhammad bin Mathar Az Zahrani

Anda mungkin juga menyukai