Puji syukur kepada Allah SWT karena atas izin dan karunia-Nya makalah ini
dapat penulis selesaikan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis hantarkan kepada junjungan
alam, Nabi besar Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam kebdohan kealam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Rasa terima kasih penulis haturkan kepada ibu Pembimbing yang telah membimbing sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ ILMU RIJAALUL HADITS”
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kelemahan dan kekurangan,oleh karena itu
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini
sangat penulis harapkan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………....................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………...…. 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Rijalul Hadis…………………………………............................... 2
2.2 Munculnya Ilmu Rijalul Hadis…………………………………………………….. 4
2.3 Cabang Cabang Ilmu rijalu Hadis………………………………............................. 5
2.4 Cara Mengetahui Sahabat……………………………………………………….…. 6
2.5 Urgensi Ilmu Rijalul hadist………………………………………………………… 7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………… 8
DAFTAT PUSTAKA…………………………………………………………………. 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu hadits merupakan salah satu disiplin ilmu yang berpautan dengan hadits-
hadits yang bertujuan untuk mumudahkan dalam mengetahui apakah suatu hadits itu shahih atau
tidak dapat dijadikan hujah atau tidak dalam menetapkan suatu hokum. Salah satunya yaitu Ilmu
Rijalul hadits yaitu ilmu yang membahas persambungan perawi kepada Rasulullah, dan lain-
lainnya.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa itu ilmu rijalul al-hadits.
2. Kapan munculnya ilmu rijalul hadits.
3. Apasaja urgensi ilmu rijalul hadits.
4. Apa saja cabang-cabang ilmu rijalul hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
1.2. Pengertian Ilmu Rijalul Hadits
Ilmu rijal hadis adalah ilmu yang membahas tentang hal-hal ikhwal dan sejarah
para rawi dari kalangan sahabat, tabiin, atba’al-tabiin. Ilmu yang membahas para perawi hadist,
baik dari sahabat, dari tabi’in, maupun dari angkatan-angkatan sesudahnya.”
Dalam ilmu ini kita dapat mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadits dari
Rasullullah saw.dan dari sahabat dan seterusnya di dalam ilmu ini di terangkan terikh (sejarah)
ringkas dan riwayat hidup para perawi, mazhab yang di pagangi oleh para perawi dan keadaan-
keadaan para perawi itu menerima hadist. Ilmu ini sangat penting di pelajari dengan seksama,
karena hadist itu, terdiri dari sanath dan matan. Maka mengetahui keadaan para perawi yang
menjadi sanath, merupakan separuh pengetahuan.
Kitab-kitab ini di susun dalam ilmu ini banyak ragamnya. Ada yang menerangkan riwayat-
riwayat rin[1]gkas dari para sahabat saja. Ada yang menerangkan riwayat umum para
perawi.Ada yang menerangkan perawi-perawi yang mdipercai saja. Ada yang menerangkan
riwayat-riwayat para perawi yang lemah-lemah, atau para mudalis, atau para pembuat hadist
maudhu.
Ada yang menerangkan sebab-sebab dicela dan sebab –sebab di pandang adil dengan menyebut
kata-kata yang di pakai untuk itu serta martabat-martabat perkataan. Ada yang menerangkan
nama-nama yang serupa tulisan, berlainan sebutan yang di dalam ilmu hadist disebut mu’talif
dan mukhataklif . Dan ada yang menerangkan nama-nama perawi yang sama namanya, lain
orangnya. Umpamanya, khalil ibn ahmad. Nama ini bnyak orangnya. Hal ini di sebut mutaqiq
dan muftariq. Ada yang menerangkan nama-nama yang serupa tulisan dan sebutan , tetapi
berlainan keturunan dalam sebutan, sedang dalam tulisan serupa. Seumpama Muhammad ibn
Aqil dan Muhammad ibn Uqail. Ini di namai musytabah.
Ada juga yang menyebutkan tanggal wapat. Di samping itu ada pula yang hanya menerangkan
nama-nama yang terdapat dalam satu-satu kitab, atau beberapa kitab. Dalam semua itu ulama
telah barjerih payah menyusun kitab-kitab yang di hayati.
Sebelum masuk ke pembahasan utama, perlu diketahui apa itu ilmu hadits dirayah. Ilmu hadits
dirayah adalah ilmu yang diketahuinya hakikat riwayat, syarat-syaratnya, hukum-hukumnya,
keadaan perawi dan syarat-syarat mereka, maacam-macam apa yang diriwayatkan dan, apa yang
berkaitan dengannya. Atau secara ringkas : “Kaidah-kaidah yang diketahui dengannya keadaan
perawidan yang diriwayatkan”.
Dan perawi adalah orang yang meriwayatkan hadits dari orang yang ia mengambil darinya.
Adapunmarwiy adalah hadits yang disampaikan dengan cara periwayatan, dan yang
diriwayatkan ini secara istilah dinamakan dengan matan. Adapun orang-orang yang
meriwayatkannya dinamakan dengan perawi atau Rijal Al-Isnad.
Maka apabila Imam Bukhari berkata misalnya,”Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin
Yahya bin Sa’id Al-Quraisyi, dia telah berkata : Telah menceritakan kepadakami bapakku, dia
berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Burdah bin Andillah bin Abi Burdah, dari Abi
Burdah, dari Abu Musa radliyallaahu ‘anhu, dia berkata,”(Para shahabat) bertanya : ‘Wahai
Rasulullah, Islam apakah yang paling utama?’. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda
سلم المسلمون من لسانه ويده
”Barangsiapa yang kaum muslimin selamat dari lisannya dan tangannya”.
Orang-orang yang telah disebutkan Imam Bukhari ini – mulai dari Sa’id bin
Yahya bin Sa’id Al-Quraisyi sampai yang paling terakhir yaitu Abu Musa – mereka ini disebut
periwayat hadits. Dan rangkaian mereka disebut sanad, atau rijalul-hadits. Sedangkan sabda
beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam :”Barangsiapa yang kaum muslimin selamat dari lisannya
dan tangannya” adalah yang diriwayatkan atau hadits; dinamakan matan. Dan orang yang
meriwayatkan hadits dengan smua rijalnya yang disebutkan tadi disebut musnid. Sedangkan
perbuatannya ini dinamakan isnad(penyandaran periwayatan).
Dari penjelasan di atas dapat kita kenal istilah-istilah yang sering dipakai sebagai berikut:
a. As-Sanad, dalam bahasa artinya menjadikannya sandaran atau penopang yang dia
menyandarkan kepadanya.
b. Sanad dalam istilah para ahli hadits yaitu : “jalan yang menghubungkan kepada matan”, atau
“susunan para perawi yang menghubungkan ke matan”. Dinamakan sanad karena para huffadh
bergantung kepadanya dalam penshahihan hadits dan pendla’ifannya.
c. Al-Isnad adalah mengangkat hadits kepada yang mengatakannya. Ibnu Hajar
mendefiniskannya dengan : “menyebutkan jalan matan”. Disebut juga : Rangkaian para rijaalul-
hadiits yang menghubungkan ke matan. Dengan demikian maknanya menjadi sama dengan
sanad.
d. Musnid adalah orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya.
e. Matan menurut bahasa adalah “apa yang keras dan meninggi dari permukaan bumi”.
f. Matan menurut para ahli hadits adalah perkataan yang terakhir pada penghujung sanad.
Dinamakan matan karena seorang musnid menguatkannya dengan sanad dan mengangkatnya
kepada yang mengatakannya, atau karena seorang musnid menguatkan sebuah hadits dengan
sanadnya.[2]
Isnad memiliki kedudukan yang agung dalam Islam, karena asalnya adalah ummat menerima
agama ini dari sahabat dan mereka menerimanya dari Rasulullah Sawdan beliau menerimanya
dari Rabbul-izzah baik dengan perantara ataupun tidak. Dan diriwayatkan dengan jalan shohih
dari Abdullah bin Abbas radhiyallohu anhuma bahwasanya Rasulullah Saw bersabda :
تَ ْس َمعُونَ َويُ ْس َم ُع ِم ْن ُك ْم َويُ ْس َم ُع ِم َّم ْن َس ِم َع ِم ْن ُكم
Artinya : “Kalian mendengar lalu didengar dari kamu dan didengar dari yang mendengar dari
kamu” (HR. Abu Daud dan Ahmad, keduanya dengan sanad yang shohih)
lmu Rijaalul Hadits adalah “Ilmu Untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya
sebagai perawi hadis”. Ilmu Rijaalul-Hadiits, dinamakan juga dengan Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat
(Ilmu Sejarah Perawi) adalah ilmu yang diketahui dengannya keadaan setiap perawi hadits, dari
segi kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, orang yang meriwayatkan darinya, negeri dan tanah
air mereka, dan yang selain dari itu yang ada hubungannya dengan sejarah perawi dan keadaan
mereka.
Pertama kali orang yang sibuk memperkenalkan ilmu ini secara ringkas adalah Al-Bukhari
(w.230 H) kemudian Muhammad bin sa’ad (w.230 H) dalam Thabaqatnya. Kemudian berikutnya
Izzuddin Bin al-Atsir(w.630 H) menulis Usud Al-Ghabah Fi Asma Ash-Shahabah, Ibnu hajar Al-
asqalani (w.852 H) yang menulis Al-Ishabah Fi Tamyiz Ash-shahabah kemudian diringkas oleh
as-suyuthi(w.911 H ) dalam bukunya yang berjudul ‘ayn Al-Ishabah. Al-Wafayat karya Zabir
Muhammad bin Abdullah Ar-rubi (w.379 H)
« نَّ ِةkالس ُّ ِلk ُر إِلَى أَ ْهkَ الَ ُك ْم فَيُ ْنظkت ْالفِ ْتنَةُ قَالُوا َس ُّموا لَنَا ِر َج
ْ لَ ْم يَ ُكونُوا يَسْأَلُونَ ع َْن اإْل ِ ْسنَا ِد فَلَ َّما َوقَ َع
ِ « فَي ُْؤخَ ُذ َح ِديثُهُ ْم َويُ ْنظَ ُر إِلَى أَ ْه ِل ْالبِد
َع فَاَل ي ُْؤخَ ُذ َح ِديثُهُ ْم
“Dahulu orang-orang tidak pernah menanyakan isnad, akan tetapi setelah terjadi fitnah maka
dilihat hadits Ahli Sunnah lalu diterima dan dilihat haditsnya ahlil-bida’ lalu tidak diterima
(ditolak)”
Ali ibnul Madini mengatakan bahwa Muhammad bin Sirin adalah orang yang selalu melihat
hadits dan memeriksa isnadnya, kami tidak mengetahui seorang pun yang lebih dahulu darinya.
b. Munculnya ilmu Rijal
Kemunculan ilmu Rijal merupakan buah dari berkembang dan menyebarnya penggunaan isnad
serta banyaknya pertanyaan tentangnya. Dan setiap maju zaman, maka makin banyak dan
panjang jumlah perawi dalam sanad. Maka perlu untuk menjelaskan keadaan perawi tersebut dan
memisah-misahkannya, apalagi dengan munculnya bid‟ah-bid‟ah dan hawa nafsu serta
banyaknya pelaku dan pengusungnya. Karena itu tumbuhlah ilmu Rijaal yang merupakan suatu
keistimewaan ummat ini di hadapan ummat-ummat lainnya.
Akan tetapi kitab-kitab tentang ilmu Rijal nanti muncul setelah pertengahan abad-2. Dan karya
tulis ulama yang pertama dalam hal ini adalah kitab At Tarikh yang ditulis oleh Al Laits bin
Sa‟ad (wafat 175 H) dan kitab Tarikh yang disusun oleh Imam Abdullah bin Mubarak (wafat
181 H). Imam adz Dzahabi menyebutkan bahwa Al Walid bin Muslim (wafat 195 H) juga
memiliki sebuah kitab Tarikh Ar Rijaal, lalu secara berturut-turut muncul karya-karya tulis
dalam ilmu ini, dimana sebelum masa kodifikasi ini pembahasan tentang perawi hadits dan
penjelasan hal ihwal mereka hanya bersifat musyafahah(lisan), ditransfer sedemikian rupa oleh
para ulama dari masa ke masa.
Al-Qaththan. Syaikh Manna’.. Pengantar Studi ilmu Hadits.Terj. Mifdhol Abdurrahman, (Jakarta
: Pustaka Al-Kausar. 2004).
Ash-Shiddieqy. Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, ( Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009).
Ilmu Ar Rijaal; Nasyatuhu wa tathawwuruh, Prof.Dr. Muhammad bin Mathar Az Zahrani