Anda di halaman 1dari 6

Nama : Anggi Arneta

Nim : 0301202036
Prodi : PAI 1
Mata kuliah : Metodologi Studi Islam

“Al Quran sebagai sumber agama Islam”

1. Peranan dan fungsi Al quran


Peranan dan fungsi Al quran dapat dilihat dari nama-namanya, selain itu dapat dilihat
juga melalui kedudukannya, berikut akan dibahas mengenai peran dan fungsi Al quran
berdasarkan kedudukannya.

a. Petunjuk bagi manusia


Fungsi pertama al-Qur‘an adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Seperti diketahui,
fungsi utama sebuah kitab suci dalam agama adalah menjadi pedoman bagi penganutnya.
Begitu pula al-Quran, menjadi pedoman bagi umat Islam. Meskipun begitu, al-Qur‘an
menyatakan bahwa ia bukan hanya menjadi petunjuk bagi kaum Muslimin, tapi juga bagi
umat manusia seluruhnya. Kemenyeluruhan misi al-Qur‘an ini tidak lepas dari
kemenyeluruhan misi Nabi Muhammad Saw yang diutus untuk seluruh manusia. Hal ini
ditegaskan Allah Swt dalam beberapa firman-Nya yang di antaranya adalah sbb.:
“ Dan Kami (Allah) tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan kepada umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,
tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Q.S. Saba: 28)”.
Di dalam al-Qur‘an memang ada dua versi penyebutan al-Qur‘an sebagai petunjuk.
Pertama, ia petunjuk bagi seluruh manusia. Kedua, ia petunjuk bagi orang-orang yang
beriman atau bertakwa.

b. Penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya


Al-Qur‘an juga berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya.
Fungsi ini hadir karena al-Qur‘an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh
Allah Swt kepada rasul dan nabi-Nya.
Sebagai kitab suci terakhir, al-Qur‘an membawa tugas menyempurnakan kitab-
kitab suci terdahulu. Terkait fungsi al-Qur‘an sebagai penyempurna kitab-kitab suci
sebelumnya, ada tiga rincian tugas
 Pertama, membenarkan adanya kitab-kitab suci terdahulu;
 Kedua, meluruskan hal-hal yang telah diselewengkan dari kitab-kitab suci
tersebut;
 Ketiga, menjadi kitab alternatif untuk kitab-kitab suci yang pernah ada.
c. Sumber pokok agama Islam
Sebagaimana diketahui, sumber agama Islam itu ada tiga, yakni: al-Quran,
Sunnah, dan Ijtihad. Al-Qur‘an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad. Sunnah adalah sabda, tindakan dan ketetapan Rasulullah Muhammad.
Sedangkan ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh ulama
mujtahid untuk menyimpulkan hukum agama dengan tetap mengacu kepada Al-
Qur‘an dan Sunnah. Ada dua bentuk ijtihad yang disepakati oleh ulama, yaitu Ijma‘
(kesepakatan umat pasca wafatnya Rasulullah) dan Qiyas (analogi).
Al-Qur‘an merupakan sumber pokok seluruh ajaran Islam. Yusuf al-Qardlawi
mengatakan bahwa al-Qur‘an adalah pokok Islam dan jiwanya. Dari al-Quranlah
diperoleh ajaran tentang keimanan (aqidah), ibadah, akhlak, dan prinsip-prinsip
hukum serta syariat.1

2. Pendekatan memahami Al quran


Pendekatan adalah merupakan suatu upaya untuk menafsirkan, memahami dan
menjelaskan sebuah ayat atau obyek tertentu sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki
oleh seseorang. Maka tak heran kemudian banyak sekali perbedaan pemahaman dan
kesimpulan yang dihasilkan terhadap satu obyek yang menjadi kajiannya, karena
berangkat dari disiplin ilmu yang berbeda-beda. Adapun terkait dengan metode dan
pendekatan tafsir Al Qur’an ini secara garis besar di bagi menjadi empat macam :

a. Metode Ijmali (Global)


Ijmali secara etimologi berarti global, sehingga dapat diartikan tafsir al-ijmali adalah
tafsir ayat al Qur’an yang menjelaskannya masih bersifat global. Secara termiologis
menurut al farmawi adalah penafsiran AL Qur’an berdasarkan urut-urutan  ayat dengan
suatu urutan yang ringkas dan dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dikonsumsi
oleh semua kalangan masyarakat baik yang awam maupun yang intelek
sistematika dalam penulisan tafsir model ini mengikuti susunan ayat-ayat Al Qur’an.
Selain itu mufasir juga meneliti, mengkaji dan menyajikan sebab nuzul ayat melalui
penelitian dengan menggunakan hadis-hadis yang terkait. Kitab-kitab tafsir yang
termasuk dalam kategori pendekatan metode Ijmali adalah seperti, kitab tafsir Al Qur’an
Al Karim karangan Muhammad Farid Wajdi, Al Tafsir al Wasith terbitan Majina al
Buhuts al Islamiyyat dan tafsir al Jalalain serta tafsir taj al Tafsir karangan Muhammad
Utsman Al-Mirqhuni.

b. Tahlili
tahlili adalah akar kata dari hala, huruf ini terdiri dari huruf ha dan lam, yang
berarti membuka sesuatu, sedangkan kata tahlily sendiri masuk dalam bentuk infinitf
(mashdar) dari kata hallala, yang secara semantik berarti mengurai, menganalisis,
menjelaskan bagian-bagiannya serta memiliki fungsi masing-masing. Secara
terminologi metode Tahlily adalah menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an dengan
memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan

1
Agus Salim Syukran, FUNGSI AL-QUR’AN BAGI MANUSIA, Al-I‘jaz : Volume 1, Nomor 1, Juni 2019
dengan menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan
keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat terebut; ia
menjelaskan dengan pengertian dan kandungan lafadz-lafadznya, hubungan ayat-
ayatnya, hubungan surat-suratnya, asbabun nuzulnya hadis-hadis yang berhubungan
dan pendapat para mufasir terdahulu yang diwarnai oleh latar belakang  pendidikan
dan keahliannya.

c.  Metode Maqarin (Komparatif atau Perbandingan)


Secara etimologis kata maqarin adalah merupakan bentuk isim al-fa’il dari
kata qarana, maknannya adalah membandingkan antara dua hal. Jadi dapa dikatakan
tafsir maqarin adalah tafsir perbandingan. Secara terminologis adalah menafsirkan
sekelompok ayat Al Qur’an atau suatu surat tertentu dengan cara membandingkan
antara ayat dengan ayat, atau atara ayat dengan hadis, atau antara pendapat ulama
tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari obyek yang
dibandingkan.
Dari berbagai literarur yang ada, pengertian metode Maqarin dapat dirangkumkan
dalam beberapa pemahaman :
(1). Metode yang membandingkan teks (nash) ayat-ayat Al Qur’an yang memiliki
persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, atau memiliki redaksi
yang berbeda bagi suatu kasus yang sama,
(2). Adalah membandingkan ayat Al Qur’an dengan hadis yang pada lahirnya terlihat
adanya pertentangan,
(3). Membandingkan berbagai pendapat ulama tafasir dalam menafsirkan Al Qur’an.
Adapun tujuan penafsiran Al Qur’an secara Maqarin adalah untuk membuktikan
bahwa antara ayat Al Qur’an satu dengan yang lainnya, antara ayat Al Qur’an dengan
matan suatu hadis tidak terjadi pertentangan.

d. Metode Maqarin (Komparatif atau Perbandingan)


Secara etimologis kata maqarin adalah merupakan bentuk isim al-fa’il dari kata
qarana, maknannya adalah membandingkan antara dua hal. Jadi dapa dikatakan tafsir
maqarin adalah tafsir perbandingan. Secara terminologis adalah menafsirkan
sekelompok ayat Al Qur’an atau suatu surat tertentu dengan cara membandingkan
antara ayat dengan ayat, atau atara ayat dengan hadis, atau antara pendapat ulama
tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari obyek yang
dibandingkan.
Dari berbagai literarur yang ada, pengertian metode Maqarin dapat dirangkumkan
dalam beberapa pemahaman :
(1). Metode yang membandingkan teks (nash) ayat-ayat Al Qur’an yang memiliki
persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, atau memiliki redaksi
yang berbeda bagi suatu kasus yang sama,
(2). Adalah membandingkan ayat Al Qur’an dengan hadis yang pada lahirnya terlihat
adanya pertentangan,
(3). Membandingkan berbagai pendapat ulama tafasir dalam menafsirkan Al Qur’an.
Adapun tujuan penafsiran Al Qur’an secara Maqarin adalah untuk membuktikan
bahwa antara ayat Al Qur’an satu dengan yang lainnya, antara ayat Al Qur’an dengan
matan suatu hadis tidak terjadi pertentangan.2

3. Al quran sebagai kalamullah


Kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’an sebagai kitab Allah
menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam dan
berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Al-Qur’an al-karim sebagai peraturan masyarakat adalah aturan yang umum
ditetapkan terhadap komunitas negara dan individu, baik dalam urusan keyakinan ibadat,
muamalat, tanpa ada perbedaan bagi semua Mukmin dalam melaksanakannya.
Al quran sebagai kalamullah juga terdapat proses turunnya al quran, dan wahyu yang
diturunkan Allah untuk umat islam melalui para khalifah Allah.3

4. Sumbangan Alquran untuk memahami kitab suci lain


Secara garis besar islam memang dapat memahami kitab suci lain, walaupun
kebanyakan orang pada umumnya tidak menyukai agama lain, misalnya: Kristen, budha,
hindu, dan sebagainya. Akan tetapi manusia itu cuman salah arah dan kita sebagai umat
islam wajib memberitahukan mana yang benar dan mana yang salah, karena islam selalu
mendepankan kejujuran, kebaikan, dan sebagainya.
Memang seharusnya tidak perlu mengherankan, bahwa islam selaku agama besar
terakhir, mengklaim sebagai agama yang memuncaki proses pertumbuhan dan
perkembangan agama-agama dalam garis kontinuitas tersebut. Karena itu agama tidak
boleh di paksakan (QS Al-Baqarah, 2:256). Bahkan Al-Qur’an juga mengisyaratkan
bahwa para penganut berbagai agama, asalkan percaya kepada tuhan dan hari kemudian
serta berbuat baik semuanya akan selamat. (QS Al-Baqarah, 2:62; Al-Maidah, 5:26).4

5. Ulum Alquran dan tafsir Alquran


Alquran diturunkan Allah kepada manusia sebagai petunjuk mencapai keselamatan.
Keselamatan, kebahagian dunia dan akhirat.
Ulum quran adalah ilmu Alquran berasal dari kata ulum jamak dari ilm, artinya al-
fahm wa al-idrak ( paham dan menguasai). Ulum AL quran seperti yang dikenal
sekarang, tidak muncul sekaligus menjadi satu kumpulan yang sempurna.melalui proses
yang cukup lama, ulum Al quran mengalami perkembangan yang simultan dan

2
Yusuf Effendi, S.H.I , METODE DAN PENDEKATAN TAFSIR AL-QUR’AN , April 2010
3
Muhsin pamungkas, AL-QUR’AN SEBAGAI KALAMULLAH, juli 2013
4
Ina fauziah, Al-Qur'an sebagai sumber ajaran islam, 2015
berkesinambungan. Proses kemajuan itu akibat dari adanya sikap para ulama yang
memiliki kecenderungan yang berbeda dalam menggali Alquran.5
Tafsir alquran periode klasik di era Nabi Muhammad saw hingga sahabat dinilai
sangat otoritatif dan memiliki kualitas terbaik, sebab didasarkan pada sumber utama
keagamaan, yaitu sunnah nabi.
Awal mula penafsiran Alquran terjadi sejak awal perkembangan islam di zaman nabi
mjhammad saw. Pada saat itu rasul masih hidup, penafsiran benar-benar bertumpu pada
apa yang dijelaskan oleh Rasulullah. Adapun metode yang diterpkan oleh Nabi
Muhammad saw masih sangat sederhana karena mayoritas sahabat memhami Bahasa
arab sehingga metode yang digunakan masih bersifat global.
Adapun beberapa metode yang dilakukan adalah sebgai berikut :
 Metode munasabat
 Metode bayan
 Metode ijtihad
 Metode qishah ahl kitab6

Daftar Pustaka
5
Prof. Dr. H.Amroeni Drajat, M.Ag, ulumul Quran ( pengantar ilmu-ilmu Al Quran), penerbit : kencana, 2017, hal 11
6
Tinggal purwanto M,Si, pengantar studi tafsir alquran, adab press, 2013, hal 11-14
Syukron Agus Salim. Juni 2019. FUNGSI AL-QUR’AN BAGI MANUSIA. Al-I‘jaz :
Volume 1, Nomor 1
Efendi Yusuf . April 2010. METODE DAN PENDEKATAN TAFSIR AL-QUR’AN
pamungkas Muhsin. juli 2013. AL-QUR’AN SEBAGAI KALAMULLAH
Ina fauziah. 2015. Al-Qur'an sebagai sumber ajaran islam
Prof. Dr. H.Amroeni Drajat, M.Ag. 2017. ulumul Quran . penerbit : kencana
Tinggal purwanto M,Si, pengantar studi tafsir alquran, adab press, 2013, hal 11-14

Anda mungkin juga menyukai