Kelompok 2 :
Shindy Aqryani 1234010086
Zulfah maulida R 1234010072
Putri aulia agustiani 1234010070
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji serta syukur kami ke hadirat Allah SWT atas rahmat
dan izin-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
mudah guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ilmu Akhlak yang
berjudul "Wilayah Kajian dan Ruang Lingkup Akhlak" dari Dosen Pengampu Dra.
Mu’minatul zanah, M.Ag.
Sholawat serta salam kami tetap tercurahkan kepada nabi kita Muhammad
SAW. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
menambah pengetahuan bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa di praktikan dalam kehidupan sehari hari khususnya bagi penulis
umumnya bagi pembaca.
Penyusun
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu akhlak mempunyai objek. Setiap ilmu
dipastikan mengembangkan penelitian dan kajiannya melalui objek study
masing-masing dan dari objek itulah ruang lingkup ilmu-ilmu itu diketahui dan
dipahami. Menurut I.R. Pujawijatma dalam Endang Saifuddin Anshari bahwa
objek ilmu terbagi menjadi 2 yaitu, objek materia dan objek forma. Objek
materia ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan
suatu ilmu. Sedang objek forma ialah objek material yang di soroti oleh suatu
ilmu. Objek forma inilah yang menjadi pembatas dan pembeda dengan berbagai
keilmuan yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa objek dari kajian ilmu akhlak?
2. Bagaimana ruang lingkup ilmu akhlak dalam aspek kehidupan?
3. Apa yang membedakan ilmu akhlak dengan ilmu tentang tingkah laku lainnya?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui wilayah kajian ilmu akhlak.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu akhlak dalam aspek kehidupan.
3. Untuk mengetahui perbedaan ilmu akhlak dengan ilmu lainnya yang berkaitan
dengan tingkah laku manusia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dari pernyataan di atas, diketahui bahwa objek material ilmu akhlak yaitu
manusia. Sedang yang membedakan dari objek formalnya. Objek formal dari
ilmu akhlak yaitu َح ٌل النَ ْفس atau kondisi jiwa yang melahirkan aktivitas
horizontal sesuai perintah Allah dan rasul-Nya, dan diorientasikan secara
vertikal hanya untuk mendapatkan ridha Allah swt., sesuai dalam al-Qur'an
surat al-An'am 162-163.
1. Pendekatan Etimologis
Secara singkatnya dari pemahaman etimologi ini diketahui bahwa setiap
aktivitas horizental yang apabila itu dilakukan secara sadar, mengakar pada
kedalaman hatinya dan disertai rasa tanggung jawab yang mendalam apapun
5
bentuknya, maka akan menjadi pembahasan ilmu akhlak atau masuk ke
dalam ruang lingkup akhlak. Dengan kata lain jika di luar dari hal tersebut
maka tidak termasuk kedalam akhlak. Sekalipun aktivitas itu baik seperti
derma jika di lakukan di luar kesadaran atau karena gila atau tidur maka
aktivitas tersebut tidak bisa di sebut prilaku akhlaki dan tidak termasuk ke
ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak.
Allah swt. menjelaskan dalam al-Qur'an surat al-Baqarah 256 :
َ َۤل اِ ۡك َراهَ فِى الد ِّۡي ِن قَد تَََّيَّنَ الرش ۡش ُد ِمنَ ۡال ََى
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat”.
2. Pendekatan Terminologis
Dalam kajian ilmu akhlak beberapa ulama dan para ahli yang
mengajukan pendekatan secara terminologis, salah satunya adalah :
Menurut imam al-Ghazali
Akhlak adalah gambaran dari kondisi jiwa terdalam. Yang melahirkan
berbagai aktivitas dengan mudah sekali, tanpa butuh kepada pikiran
panjang dan sesuai dengan yang diperintahkan al-Qur'an dan al-Sunah
serta dilakukan karena untuk mendapatkan ridha dari Allah Swt.
3. Pendekatan Epistimologis
Secara epistrimologi ilmu akhlak sama dengan etika dalam hal
membangun hasil kajiannya kepada sesuatu yang bersifat, bagaimana
seharusnya itu. Namun pada akhlak bagaimana seharusnya itu seperti yang
ditunjukkan oleh Allah dan asul-Nya, dan telah diletakkan dasar-dasarnya
oleh para rasul, nabi, auliya’, anbiya’ serta para salafuna as-shaleh. Jadi
6
secara epistimologi, ilmu akhlak dibangun di atas pondasi wahyu maka
bagaimana mungkin, ilmu yang dilahirkan dari al-Qur'an menjadi suatu
yang buruk atau yang biasa dikenal dengan akhlak madzmumah (akhlak
buruk). Artinya secara epistimologis akhlak buruk itu bukan bagian dari
ilmu islam. Dan kalo al-Qur'an sebagai input kajian, maka ilmu akhlak
sebagai outputnya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Akhlak merupakan salah satu kunci manusia untuk mencapai kehidupan
dunia dan akhirat. Maka perlu adanya pemahaman dan penanaman akhlak
terutama akhlak mahmudah pada diri manusia. Tujuan mempelajari akhlak
diantaranya adalah menghindari pemisahan antara akhlak dan ibadah atau bila
kita memakai istilahnya yaitu menghindari pemisahan agama dengan dunia
(sekulerisme). Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi di dunia
maupun di akhirat.
8
DAFTAR PUSAKA
Syamhudi, M.Hasyim. Akhlak Tasawuf : dalam konstruksi piramida ilmu Islam. Malang:
Madani Media. 2015
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 2010.
Nata, Abuddin. Akhlak tasawuf dan karakter mulia. Jakarta: Rajawali Press, Divisi Buku
Perguruan Tinggi PT. RajaGrafindo Persada, 2017