Anda di halaman 1dari 3

PEMBINAAN GENERASI MUDA

(Q.S. An-Nisa/4:9, Q.S.At-Tahrim/66:6, dan Q.S. At-Thagabun/61: 14-15)

A. Pendahuluan
Pembinaan kehidupan bagi generasi muda baik moral maupun agama
menjadi suatu hal yang sangat penting, karena generasi muda merupakan tonggak
keberlangsungan suatu bangsa dan negara. Nilai-nilai moral dan agama yang akan
menjadi pengendali dan pengaruh dalam kehidupan manusia itu adalah nilai-nilai
yang masuk dan terjalin serta terinternalisasi ke dalam pribadinya. Semakin
cepat nilai-nilai itu masuk ke dalam pembinaan pribadi, akan semakin kuat
tertanamnya dan semakin besar pengaruhnya dalam pengendalian tingkah laku
dan pembentukan sikap pada khususnya.

B. Kajian kosa kata

Anak-anak yang lemah : ‫فا‬ ‫ضعا‬


Tanpa ada udzur : ‫غير اولى الضرر‬
Bahan bakar (neraka) ,manusia dan batu : ‫وقودها الناس والحجارة‬
Keras dan kasar : ‫غلظ شداد‬
Maka berhati-hatilah : ‫فاحذروا‬
Memaafkan dan menyantuni (tidak memarahi) : ‫وان تعفوا وتصفحوا‬
Cobaan : ‫فتنة‬

C. Pembahasan
Surat an-Nisa ayat 9 berbunyi :
‫وليحييش الييذين لييو تركييوا ميين حلفهييم ذرييية‬
‫ضييعافا خييافوا عليهييم فليتقييوا اللييه وليقولييوا‬
‫قول سديدا‬
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaknya mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S. An-Nisa/4: 9)

Ayat tersebut masih memiliki hubungan dengan ayat-ayat sebelumnya yang


berbicara dalam konteks pemeliharaan harta anak-anak yatim. Yaitu ayat yang
mengharamkan memakan harta anak yatim serta perintah untuk menyerahkan
harta tersebut apabila anak yatim itu telah dewasa, serta larangan memakan mas
kawin kaum wanita, atau menikahinya tanpa mahar. (Al-Maraghy, 191)
Selanjutnya ayat 9 di atas menganjurkan jangan sampai meninggalkan anak-
anak yatim sebagai calon generasi muda berada dalam keadaan lemah baik fisik
maupun mental. Pesan tersebut disampaikan terutama bagi mereka yang diberikan
wasiat dan menjadi wali bagi anak-anak yatim yang masih kecil. Mereka harus
berupaya memelihara anak yatim dengan baik juga menjaga harta anak yatim
yang dititipkan kepadanya. Orang yang diberi wasiat tersebut harus pula membina
akhlak anak yatim dengan memberikan keteladanan perbuatan dan perkataan yang
baik serta membiasakan berakhlak mulia. Perintah tersebut di atas sejalan pula
dengan perintah yang terdapat dalam surat at-Tahrim ayat 6 berikut, yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keturunan mu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalul mengerjakan apa
yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim/66:6).”

Maksud ayat di atas yaitu : hai orang-orang yang membenarkan adanya


Allah dan Rasul-Nya hendaknya sebagian yang satu dapat menjelaskan kepada
sebagian yang lain tentang keharusan menjaga diri dari siksa api neraka dan
menolaknya, karena yang demikian itu merupakan bentuk ketaatan kepada Allah
dan mengikuti segala perintah-Nya, dan juga mengajarkan kepada keluarganya
tentang perbuatan ketaatan yang dapat memelihara dirinya dengan cara
memberikan nasihat dan pendidikan. Jelasnya ayat tersebut merupakan perintah
atau kewajiban terhadap keluarga agar mendidik hukum-hukum agama kepada
mereka.
Pengertian tentang pentingnya membina keluarga agar terhindar dari siksaan
api neraka ini tidak hanya semata-mata diartikan api neraka yang ada di akhirat
nanti melainkan termasuk pula berbagai masalah dan bencana yang menyedihkan,
merugikan, dan merusak citra pribadi seseorang. Sebuah keluarga yang anaknya
atau salah satu anggota keluarganay terlibat dalam perbuatan tercela seperti
mencuri, merampok, membunuh, menipu, berzina, meminun minuman keras,
terlibat narkoba dan sebagainya dapat menciptakan dan membawa bencana di
muka bumi dan merugikan orang yang melakukannya. Keluarga, istri, anak,
menantu, adik dan sebagainya dapat menjadi musuh dan membawa malapetaka
jika terlibat perbuatan tersebut. Dalam Q.S At-Thagabun/64: 14 dinyatakan :
‫ن ميين ازواجكييم واولدكييم‬
ّ ‫ياايها الذين آمنييوا ا‬
‫عييدوا لكييم فاحييذروهم وان تعفييوا وتصييفحوا‬
. ‫وتغفروا فان الله غفور رحيم‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-
anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka;
dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagli Maha Penyayang.” (Q.S. At-
Thagabun/64:14)

Ketahuilah olehmu orang-orang yang beriman bahwa di antara isteri dan


anak-anakmu itu ada yang dapat menjadi musuh, memalingkan kamu dari
ketaatan dan kedekatanmu kepada Allah serta amal salih yang bermanfaat di
akhirat. Keadaan tersebut terjadi sebab utamanya adalah karena isteri, anak dan
anggota keluarga tidak memiliki pendidikan terutama pendidikan agama. Untuk
itulah, Allah memerintahkan agar suami sebagai kepala keluarga memberikan
pendidikan kepada anggota keluarganya. Seperti yang dicontohkan Luqman al-
Hakim ketika membina dan memdidik anak dan keluarganya yang tertulis dalam
penjelasan Q.S. Luqman /31 : 13-19 yang memadukan dan mengintegralisasakin
antara pendidikan keimanan (Tauhid), Ibadah juga Akhlak dan kesopanan.

D. Hikmah Tarbiyah (Implikasi Pendidikan)

Dengan mengikuti uraian tersebut di atas tampak dengan jelas bahwa :


• Ajaran Islam (Al-Qur’an) amat memperhatikan pembinaan generasi muda
• Pembinaan tersebut hendaknya dilakukan melalui kegiatan pendidikan
yang dimulai dari rumah tangga atau pendidikan keluarga
• Selanjutnya dilakukan oleh sekolah dengan biaya yang ditanggung oleh
keluarga
• Dalam proses membina dan mendidik biasanya ada enam kompomen yaitu
:
a. komponen pendidik
b. komponen anak didik (murid)
c. komponen lingkungan
d. komponen materi (kurikulum)
e. komponen hubungan (pendekatan) dalam proses belajar mengajar
f. dan komponen metode

Referensi :
• Ahmad Mustafa al-Maraghy, Tafsir al-Maraghy
• Ibn Katsir, Ringkasan Tafsir Ibn Katsir
• Abudin Nata, Tafsir al-ayat at-Tarbawiyyah
• Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya

Anda mungkin juga menyukai