Anda di halaman 1dari 5

MENTORING KEAGAMAAN

1. Pengertian Mentoring Keagamaan Kata Mentoring adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu Halaqah (lingkaran) atau usroh, sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah Islamiyah). Istilah mentoring (halaqah) biasanya digunakan untuk mengelarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3 sampai 12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan kurikulum (manhaj) tertentu. Biasanya kurikulum tersebut berasal dari murobbi yang mendapatkannya dari jamaah (organisasi) yang menaungi halaqah tersebut. Beberapa kalangan, halaqah/ usroh disebut juga dengan mentoring, talim dan pengajian kelompok. Mentoring (halaqah) adalah sekelompok orangorang ingin mempelajari dan mengamalkan Islam secara serius. Biasanya mereka terbentuk karena kesadaran mereka sendiri untuk mempelajari dan mengamalkan islam secara bersama-sama (amal jamaah). Kesadaran itu muncul setelah mereka bersentuhan dan menerima dakwah dari orang-orang yang telah mengikuti mentoring (halaqah) ini. (Satria Hadi Lubis, 2006:1-2). Mentoring agama Islam adalah suatu kegiatan pembinaan pemuda pelajar yang berlangsung secara periodik dengan bimbingan seorang mentor. Pola pendekatan teman sebaya (friendship) yang diterapkan menjadi program ini lebih menarik, efektif serta memiliki keunggulan tersendiri (Rusmiyati, dkk, 2003: 14). Kegiatan mentoring harus ada seorang pembina. Pembina merupakan seseorang yang ditunjuk oleh guru atau penanggung jawab kegiatan. Biasanya pembina atau tutor merupakan kakak kelas atau senior dari suatu tingkatan. Biasanya peserta halaqah dipimpin dan dibimbing oleh seorang murobbi (pembina), murobbi disebut juga dengan mentor, pembina ustadz (guru), mas'ul (penanggungjawab) atau nagib (pemimpin). Murobbi bekerjasama dengan peserta haiagah untuk mencapai tujuan halaqah yaitu terbentuknya muslim yang Islami dan berkarakter Da'i (takwinul Islamiyah wa da'iyah). Dalam mencapai tujuan tersebut, murobbi berusaha agar peserta hadir secara rutin dalam pertemuan halaqah tanpa merasa jemu dan bosan dan juga penting artinya dalam menjaga kekompakan dan tetap produktif untuk mencapai tujuannya (Satria Hadi Lubis, 2006: 2). Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mentoring keagamaan adalah suatu kegiatan pendidikan ke Islaman yang berorientasi pada pembentukan karakter dan kepribadian yang Islami, termasuk di dalamnya adalah ekstrakurikuler rohani Islam (rohis). 2. Metode dan Bahan Mentoring Keagamaan Bila kita mengamati metode mentoring saat ini ternyata tidak jauh berbeda dengan metode klasikal yang diterapkan di pendidikan formal tetapi perbedaannya terletak pada penekanan aplikasi antara materi dengan perubahan obyek pendidikan. Begitu sederhana sekali dimana peran mentor (murobbi)
1

begitu kuat pada siswa didik (mutarobbi) sehingga sebelum memegang sebuah kegiatan mentoring diharapkan para mentor harus terlibat secara emosi dengan siswa didiknya (mutarobbi), sehingga mereka bisa menerima transfer nilai-nilai tanpa disadarinya berasal dari nuansa maknawiyah para mentornya seperti penampilan diri (pakaiannya atau jilbabnya), kedisiplinan (komitmen dengan waktu atau komitmen dengan janji). Aktivitas ruhiyah (ikut terlibat dalam aktivitas jama'i atau tidak) atau aktivitas harokah (aktif dalam organisasi atau tidak) nilai keikhlasan dan ketawadhuannya. Contoh perilaku ini jauh lebih efektif untuk menata dan merubah pola perilaku sesuai dengan muwashofat dalam tarbiyah. Adapun strategi atau metode untuk mentoring ini, tercakup dalam motto mentoring itu sendiri yaitu fun, fresh, focus, sedangkan kegiatan dari mentoring sebagai menurut Rusmiyati, dkk (2003:14-15) adalah sebagai berikut: a. Tutorial Ajang diskusi, konsultasi dan curhat (curahan hati). Di sini para siswa atau siswi dapat membahas dan mendiskusikan berbagai masalah, dari masalah seputar Islam, pelajaran sampai masalah pribadi. b. Tafakur Alam Piknik atau jalan jalan yang memiliki tujuan untuk menumbuhkan rasa svukur atas Kekuasaan Allah SWT, juga dalam acara ini diadakan acara-acara yang menumbuhkan ras a kep edulian terh adap kawan ataupun rasa kepemimpinan. c. Games Dalam berbagai kegiatan mentoring, games dapat dilakukan dengan berfungsi sebagai berikut: 1) Ice Breaker. Games digunakan untuk memberikan sedikit"pemanasan" sebelum pemberian materi. Games juga diharapkan dapat menumbuhkan citacita dan harapan yang lebih besar pada setiap peserta. 1) Pelibatan peserta.games membutuhkan partisipasi aktif peserta baik verbal, fisik maupun aktivitas intelektual. 2) oleh karena itu, semakin banyak pelibatan peserta mentoring dalam kegiatan mentoring, rasa memiliki, "a Part of Mentoring" semakin meningkat. Games juga dapat membantu peserta untuk lebih percaya diri karena mereka dipaksa untuk memberikan respon. 3) Ilustrator. Pemberian materi dengan cara ceramah saja dapat membuat peserta jenuh. Games akan menjelaskan secara gamblang dan akan tertanam dalam ingatan. 4) Penutup. Games dapat dijadikan sebagai penguat dan tambahan kesimpulan serta dapat memberikan "Clink" pada pikiran diakhir pertemuan atau atau mentoring. Game.; juga merangsang peserta untuk bereaksi, mengamalkan materi yang baru di,dapat (M.Ruswandi, 2004: 5-6). Secara garis besar materi mentoring bisa disampaikan melalui presentasi Secara klasikal dimana mentor menyampaikan materi dasar sesuai dengan tingkatannya.

Adapun lokasi penyampaian materi bisa dilaksanakan Secara fleksibel seperti di mesjid, di halaman sekolah atau bisa juga dilaksanakan ditempat rekreasi sambil jalan jalan (rihlah). Ketika materi disampaikan bisa diselingi dengan tanya jawab dan bentuk-bentuk permainan (games) yang sesuai dengan tema yang disampaikan. Supaya penyampaian materi tidak monoton, sesekali bisa menggunakan metode diskusi atau seminar seperti bedah buku, kajian tematik (taskif) yang melibatkan jamaah. Termasuk penguatan hubungan di luar halaqah mereka dengan melibatkan pada kegiatan sosial atau kegiatan keagamaan sebagai bentuk pelatihan bagi kematangan materi dalam aplikasi sehari-hari. Artinya pembinaan intelektual mereka (bermacam kajian keagamaan) diseimbangkan dengan pembiasaan aktifitas :isik (kegiatan olah raga, outbound, jalan jalan/rihlah, bakti sosial) dan diasah dengan penguatan ruhiyah ma'naawiyah (pembiasaan muwashofat seperti tahajud bersama, hapalan Al-Qur;an, latihan kultum, tadabur alam, daurah). Bagi para mentor pemula tentu saja masalah materi yang disampaikan banyak mengalami hambatan. Kalau tahun 80-an tentu saja materi hanya diadopsi dari murabbinya, tapi kurun waktu sekarang materi-materi tarbiyah sudah dibukukan secara komprehensif lengkap dengan kurikulum untuk memudahkan penyampaian secara sistematis. Bahkan ada beberapa sekolah yang sudah membuat materi yang disesuaikan dengan kebutuhan pelajar dengan tujuan untuk memudahkan dalam penyesuaian dengan tingkat pemahaman pelajar yang penting esensi kurikulum tetap mengikuti pedoman baku yang sudah ada. Secara adminisratif perangkat kurikulum mentoring hampir sama dengan kurikulum formal disekolah dimana didalamnya ada unsur kurikulum yang secara teratur. a. Mentor (Murobbi) b. Siswa didik (Mutarobbi) c. Lembaga (Yayasan, sekolah, organsisasi siswa) d. Proses (muwashofat, tahapan pembinaan) e. Model mentoring (presentasi, outbound, simalasi) f. Bentuk mentoring (halagah, daurah, rihlah, tadabur, muqoyam) g. Indikasi keberhasilan 3. Tujuan Mentoring a. Mengajak para siswa untuk lebih mengenal dan mencintai Islam melalui kegiatan yang kreatif . b. Mengajak para siswa untuk dapat aktif membaca Al-Qur'an. c. Memunculkan pemahaman yang benar terhadap Islam.

4.

Ruang Lingkup Mentoring Keagamaan Ruang lingkup mentoring keagamaan terdiri dari : pengajian rutin, peringatan hari besar Islam, Baca Tulis Al-Qur'an. Islam dalam arti terminologis adalah agama yang ajaran-ajarannya diberikan Allah kepada masyarakat manusia melalui para utusan-Nya (Rasul-

rasul) yang berisi hokum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta. Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh para Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw. Semua Rasul dan Nabi mengajarkan keesaan Allah (tauhid) sebagai dasar keyakinan bagi umatnya, sedangkan aturan-aturan pengalamannya disesuaikan dengan tingkat perkembangan budaya manusia pada zamannya. Karena itu diantara para Rasul itu terdapat perbedaan dalam syari'at. Agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Islam yang terakhir diturunkan Allah kepada manusia. Karena itu akan tidak ada lagi Rasul yang diutus ke muka bumi. (http/www.mentoring98. wordpress) Kesempurnaan ajaran Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sesuai dengan iingkat budaya manusia yang telah mencapai puncaknya, sehingga Islam akan sesuai dengan budaya manusia sampai sejarah manusia berakhir pada Hari Kiamat nanti. Agama Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat, maupun sebagai makhluk dunia. Secara garis besar, ruang lingkup agama Islam menyangkut tiga hal pokok yaitu: 1) Aspek keyakinan yang disebut aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan terhadap Allah dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini. 2) Aspek norma atau hukum yang disebut syari'ah, yaitu aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semseta. 3) Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap atau perilaku yang nampak dari pelaksanaan aqidah dan syari'ah. Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi menyatu membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Hal ini diungkap secara tegas dalam firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 208, Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah /amyl ke dalam Islam keseluruhannya dan janQanlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itv musuh yang nyata. ", Antara aqidah, syari'ah dan akhlak masing-masing saling berkaitan. Aqidah atau iman merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk melaksanakan syari'ah. Apabila syari'ah telah dilaksanakan berdasarkan aaidah akan lahir akhlak. Oieh karena itu, iman tidak hanya ada di dalam hati, tetapi ditampilkan dalam bentuk perbuatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agidah merupakan landasan bagi tegak berdirinya syari'ah dan akhlak adalah perilaku nyata pelaksanaan syari'ah. Menurut pandangan Islam, agama ialah kaidah hidup yang diturunkan kepada umat manusia, sejak manusia digelar ke atas buana ini dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al-Qur'an yang suci yang diwahyukan Allah kepada Nabi-Nya yang terakhir yakni Muhammad bi Abdullah

sebagai Rasulullah SAW, satu kaidah hidup manusia baik spiritual maupun material (Endang Saifuddin, 1976:79). Jadi kesimpulannya baliwa ruang lingkup mentoring keagamaan yaitu bahwa ruang lingkup mentoring keagamaan terdiri dari aqidah, syariah dan akhlak. 5. Sasaran Program Mentoring Keagamaan

Pelaksanaan kegiatan mentoring agama Islam, mempunyai sejumlah sasaran yang menjadi prioritas diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Tumbuh suburnya nilai-nilai kebaikan dan kebenaran Mentoring keagamaan berorientasi pada terbentuknya setiap individu yang menjadi pendukung nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dalam jumlah yang banyak. Semua upaya itu juga didukung dengan peran Berta masyarakat melalui lembaga pembinaan formal maupun non formal. 2) Tumbuh suburnya potensi kepemimpinan Mentoring keagamaan menjadi sarana yang efektif untuk menumbuhkan bakat kepemimpinan sejak dini. 3) Potensi kepemimpinan yang tumbuh dan berkembang sejak dini adalah berbanding lurus dengan kematangan pemahamannya tentang Islam. 4) Tumbuh suburnya kualitas ilmiah dan keterampilan Mentoring keagamaan juga berkepentingan untuk memadukan antara imtak dan iptek, berilmu dan mengasah keterampilan dengan bingkai akhlak yang Islami bagi peserta. Para peserta di dorong untuk giat belajar, menilai berbagai keterampilan yang diperlukan seperti bahasa Inggris, komputer, keorganisasian, kepemimpinan, manajemen dan berbagai keterampilan lainnya. Dengan bekal-bekal ini mereka diharapkan memiliki dasar-dasar kemampuan berdaya swing global. 5) Terwujudnya kebangkitan Islam Sebagai hasil lebih lanjut dari tumbuh suburnya nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, maka otomatis snasana kebangkitan Islam akan terasa. manfaat positif bagi perkembangan fisik dan psikisnya, misalnya acara pameran buku (book fair) atau kegiatan lomba seperti cerdas cermat, lomba menulis ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai