BAB I
MENTORING: GUE BANGET
A. TUJUAN :
1) Peserta memahami makna, keunggulan (manfaat) serta tujuan
kegiatan mentoring di kampus.
2) Mentor mengetahui macam metode penyampaian dan memiliki
strategi dalam mentoring.
3) Memberikan informasi tentang civitas akademika jurusan dan
fakuktas serta menceritakan kondisi sosial kampus secara umum.
4) Peserta memahami pengertian dan urgensi ta’aruf.
5) Peserta memahami pengertian serta tingkatanukhuwah islamiyah.
6) Menyelami dan mengambil hikmah dari kisah kelompok mentoring
pada zaman Rasulullah SAW.
B. RINCIAN BAHASAN :
1. Makna, Manfaat, dan Tujuan Mentoring
Mentoring agama Islam merupakan suatu kegiatan pembinaan
pemuda pelajar dengan jumlah peserta yang berkisar antara 3-12 orang
yang berlangsung secara periodik dengan bimbingan seorang mentor
dengan menggunakan pola pendekatan teman sebaya (friendship) dengan
kurikulum yang berasal dari organisasi yang menaungi mentoring agama
Islam tersebut untuk mencapai tujuan mentoring yaitu terbentuknya
pribadi Islami dan berkarakter da’I (penyebar agama Islam).
Mentoring merupakan sebuah model pembinaan generasi muda
muslim yang telah tersebar secara luas di sekolah-sekolah dan di kampus-
kampus. Hal ini disebabkan mentoring merupakan bentuk pembinaan
yang memiliki manfaat di antaranya :
1. Didapatnya pemantauan yang lebih intensif dan melekat dari seorang
mentor terhadap perkembangan kualitas peserta mentoring.
2. Lebih mendalamnya pengenalan terhadap peserta mentoring, sehingga
mentor dapat menerapkan pendekatan secara khusus kepada tiap
peserta.
3. Terbangunnya ukhuwah yang lebih kokoh antar peserta mentoring.
4. Lebih dimungkinkannya pembinaan dapat berlangsung secara kontinu.
Secara umum, tujuan mentoring yaitu peserta memperoleh
pemahaman yang benar tentang Islam dan bersemangat untuk beribadah
kepada Allah swt. Mengenai tujuan mentoring agama Islam menurut
Rusmiyati (2003) yaitu:
1. Mengajak peserta atau menteeuntuk lebih mengenal dan mencintai
Islam melalui kegiatan yang kreatif . Program mentoring dibuat atas
inisiatif peserta itu sendiri. Sehingga dikatakan mentoring bertujuan
3
Dalam metode ini peserta dihadapkan pada suatu kasus tertentu dan
diberikan informasi yang diperlukan peserta untuk menilai,
mempelajari dan berusaha memecahkan kasus tersebut.
5. Mengajukan pertanyaan
Metode ini untuk menunjang metode ceramah dan diskusi yang
dilakukan. Pertanyaan bisa juga dilakukan oleh mentor untuk
mengetahui sejauh mana materi yang telah disampaikan dapat
diserap/dipahami oleh peserta.
6. Penugasan
Metode ini digunakan untuk mengetahui pemahaman peserta dan
mengembangkan kreativitas dan kemandirian peserta. Dapat dilakukan
dengan memberi tugas ke peserta untuk diselesaikan soal/masalah
tersebut serta dapat mempraktekkan dan mengamalkan.
7. Permainan Kelompok (Game)
Pada metode ini peserta diminta mengerjakan suatu bentuk permainan
tertentu yang didalamnya terdapat konsep materi yang akan
disampaikan.
Yang Perlu Disiapkan Mentor…………
Seorang mentor yang amanah hendaknya mempersiapkan diri sebelum
menyampaikan suatu materi, walaupun ia telah menyampaikan materi
tersebut berulang kali. Beberapa hal yang hendaknya disiapkan oleh
mentor sebelum memberikan materi adalah :
1. Mengkondisikan ruhiyah agar siap menunaikan amanah dari Allah
berupa obyek da’wah (peserta mentoring).
2. Membaca dan memahami tujuan penyampaian materi, pokok
bahasan, metode dan media.
3. Membaca buku referensi yang tersedia, minimal sekali membaca
ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait, untuk materi Dasar Keislaman.
4. Mempelajari metode penyampaian materi dan menyiapkan media
yang dibutuhkan.
5. Mempelajari kondisi peserta mentoring dan melakukan
penyesuaian-penyesuaian jika dianggap perlu.
6. Menguasai proses penyampaian materi sehingga penyampaian
materi dapat berjalan dengan lancar.
7. Contoh susunan kegiatan mentoring:
a. Pembukaan; dapat diawali dengan salam dan kata-kata
pembuka, bisa juga diselingi dengan menanyakan kabar
mentee,dll. Kemudian mentoring dibuka dengan basmalah dan
sholawat Nabi.
b. Tilawah; Banyak jumlah ayat yang dibaca disesuaikan dengan
kondisi dan situasi mente pada saat itu.
5
Ta’aruf
Gimana sahabat sudah kenal dengan jurusan kalian dan teman-
teman baru kalian? Perkenalan kalian dengan teman-teman baru kalian
itulah yang disebut dengan ta’aruf. Ta’aruf adalah saling mengenal
sesama manusia. Jadi, kita sebagai makhluk sosial wajib kenal dengan
orang lain karena kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Ta’aruf merupakan langkah penting menuju ukhuwah islamiyah yaitu
memiliki makna “persaudaraan antar sesama muslim" sehingga timbul
keterikatan hati dan jiwa antara satu dengan yang lainnya dalam bingkai
aqidah islamiyah. Ukhuwah islamiyah adalah nikmat Allah yang
merupakan cermin kekuatan iman.
Allah berfirman :“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan
bertakwalah pada Allah agar kamu mendapat rahmat”. (QS Al Hujuraat :
10)
Perbedaan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah :
Ukhuwah islamiyah bersifat abadi dan universal karena dibingkai
dalam aqidah islamiyah.
Ukhuwah insaniyah bersifat tempporer/sementara karena
berlandaskan kepentingan pribadi/kelompok , misal : ikatan
nasionalisme, kesukuan, dll.
6
Tahapan ukhuwah
Ta’aruf, berarti saling mengenal sesama manusia.
Ta’aluf, berarti bersatunya seorang muslim dengan muslim lainnya.
Tafahum, berarti saling memahami.
Ta’awun, berarti saling membantu dalam kebaikan.
Takaful, berarti merasa senasib dan saling menaggung beban.
Itsar, berarti mendahulukan saudaranya dibandingkan diri sendiri.
C. KISAH
Perjuangan Dakwah Rasulullah Melalui Mentoring
Bermula dari kelompok kecil yang disebut As-Sabiqunal Awwalun
atau generasi pertama shahabat nabi itu terdapat nama Al-Arqam bin Abi
Arqam. Ia masuk Islam lewat dakwah Abu Bakar As-Shiddiq. Masuk Islam
di kota yang menjadi pusat kesyirikan bukan tanpa risiko. Rasulullah SAW
menyadari hal itu. Karenanya, beliau menjalankan dakwahnya dengan
rahasia atau sirriyah. Rasulullah SAW menutup rapat-rapat dakwahnya
hingga tiap orang yang masuk Islam tidak tahu berapa jumlah saudaranya
seiman. Bahkan, sahabat senior seperti Saad Bin Abi Waqqash mengira
dirinya orang ke-3 yang masuk Islam. Sedangkan Abu Dzar dan Amru bin
Abasah menyangka dirinya orang ke-4 yang masuk Islam.
Menurut Ibnu Masud, saat itu hanya tujuh orang yang diketahui
masuk Islam. Mereka yaitu; Rasulullah SAW, Abu Bakar, Ammar bin Yasir,
Sumayyah ibunda Ammar, Suhaib bin Sinan, Bilal bin Rabbah, Miqdad bin
Al-Aswad.
Pada tahap berikutnya Rasulullah SAW membutuhkan tempat untuk
menjalankan kegiatan pembinaan. Tempat tersebut harus aman dan tidak
7
BAB II
MA’RIFATULLAH DAN MAHABBATULLAH
MELALUI TADDABUR AL-QUR’AN
A. TUJUAN:
1. Peserta memahami makna dan maksud dari mengenal Allah SWT
(Ma’rifatullah).
2. Peserta mengetahui manfaat dan pentingnya mengenal Allah SWT.
3. Peserta mengetahui definisi dan makna cinta kepada Allah SWT
(Mahabbatullah).
4. Peserta mengetahui cara memunculkan cinta kepada Allah SWT.
5. Peserta memahami makna dan maksud dari Taddabur Al Qur’an.
B. RINCIAN BAHASAN:
1. Makna Mengenal Allah
Ma’rifatullah berasal dari kata ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti
mengatahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui Dzat Allah, tetapi
mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya),
wahyu-Nya (dalam Al Qur’an dan Hadist) dan akal sehat.
Segala sesuatu yang ada di bumi ini dengan sifat dan jenisnya
tidak terjadi hanya dengan kebetulan tetapi atas kehendak sesuatu,
yaitu Sang Pencipta, Allah SWT.
Sebagaiman firman Allah
Analogi:
- Kalau air laut tidak asin niscaya kehidupan di bumi membusuk
dan mengalami kesulitan, karena garamlah yang menyebabkan
tidak busuk dan tidak rusak.
- Andaikan matahari hanya memberikan separuh penyinarannya
dari yang ada saat ini, niscaya manusia akan membeku. Akan
tetapi kalau lebih dari separuh niscaya bumi akan terbakar.
- Allah menciptakan segala sesuatu sesuai porsinya.Jadi alam
semesta beserta isinya dan fungsinya tidak muncul dengan
sendirinya, namun ada pencipta yang menciptakan dengan
berbagai tujuan.
c) Fenomana kehidupan
Seluruh makhluk hidup di alam semesta pastilah ada yang
menciptakan. Hal ini menunjukkan bahwa ada Dzat yang
menciptakan, membentuk, menentukan rizkinya dan meniupkan
ruh kehidupan dalam dirinya. Allah berfirman :
5. Mahabbatullah
Mahabbatullah adalah cinta kepada Allah. Imam Al-Ghazali berkata
“Siapa yang mencintai selain Allah, bukan karena adanya keterkaitan
pada Allah, maka hal itu adalah karena kekurangannya dalam mengenal
Allah”.
Hakikat Cinta pada Allah mengharuskan agar tidak mencintai selain
Allah. Logikanya sebagai berikut:
a. Manusia mencintai dirinya sendiri, mencintai kesempurnaannya,
membenci hal-hal yang meniadakan atau mengurangi kesempurnannya,
hal ini merupakan tabiat setiap makhluk hidup. Hal ini menuntut adanya
puncak cinta kepada Allah, karena orang yang mengetahui dirinya dan
mengetahui eksistensi Tuhannya maka mengetahui pula bahwa
kekekalan berasal dari Allah, dan merupakan karunia dari Allah.
b. Cintanya kepada orang yang berbuat baik kepadanya lalu ia
mengasihinya dengan hartanya, memperlakukan secara lemah lembut,
member bantuan dan lainnya. Hal ini menuntut agar dia tidak mencintai
selain Allah, karena Allahlah yang paling baik baginya dengan
nikmatNya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 18: “
Dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah,niscaya kalian tidak
dapat menentukan jumlahnya”
c. Cinta kepada orang yang berbuat baik terhadap dirinya sendiri meskipun
tidak berpengaruh pada orang lain, hal ini merupakan tabiat manusia.
Misalnya jika ada dua raja, yang satu bijak dan yang satu zhalim dan
sombong, maka kita lebih mencintai raja yang baik meskipun tidak punya
harapan dari kebaikan raja yang pertama. Hal ini menuntun cinta
kepada Allah karena Allah lah yang berbuat baik kepada semua makhluk.
d. Cinta kepada setiap keindahan karena keindahan itu sendiri bukan
karena kepentingan yang diperoleh dari balik pencapaian keindahan
tersebut. Ini juga menuntut cinta pada Allah, karena hakekatnya segala
keindahan yang ada di dunia adalah ciptaan Allah.
7. Keistimewaan Al-Qur’an
Kitab suci Al-Qur’an memiliki keistimewaan-keistimewaan yang dapat
dibedakan dari kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya, di antaranya
ialah:
1) Al-Qur’an merangkum ajaran-ajaran Allah yang pernah dimuat kitab-
kitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil dan lain-lain, serta
ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat. Al-Qur’an juga
mengokohkan perihal kebenaran yang pernah terkandung dalam
kitab-kitab suci terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan
kepada Allah Yang Maha Esa, beriman kepada para rasul,
membenarkan adanya balasan pada hari akhir, keharusan
menegakkan hak dan keadilan, berakhlak luhur serta berbudi mulia
dan lain-lain. (Sumber QS Al-Maidah 48)
2) Ajaran-ajaran yang termuat dalam Al-Quran adalah kalam Allah yang
terakhir untuk memberikan petunjuk dan bimbingan yang benar
kepada umat manusia, inilah yang dikehendaki oleh Allah Taala
supaya tetap berlaku sepanjang masa, kekal untuk selama-lamanya.
(Sumber QS Al Hijr 9)
3) Kitab Suci Al-Qur’an yang dikehendaki oleh Allah Taala akan
kekekalannya, tidak mungkin pada suatu hari nanti akan terjadi
bahwa suatu ilmu pengetahuan akan mencapai titik hakikat yang
bertentangan dengan hakikat yang tercantum di dalam ayat Al-Quran.
(Sumber QS Al Fushshilat 53)
4) Al-Qur’an sengaja diturunkan oleh Allah Taala dengan suatu gaya
bahasa yang istimewa, mudah, tidak sukar bagi siapa pun untuk
memahaminya dan tidak sukar pula mengamalkannya, asal disertai
dengan keikhlasan hati dan kemauan yang kuat. (Sumber QS Al Qamar
17)
A. TUJUAN :
1) Mengenal hakikat manusia
2) Mengetahui makna ibadah
3) Mengetahui syarat diterimanya ibadah disisi Allah
B. RINCIAN BAHASAN
1. Darimana asal kejadiannya
Dari Allah SWT, Sang Maha Pencipta, dibuktikan dengan dalil Naqli :
2. Komponen Manusia
a. Akal
Allah swt berfirman
b. Ruh
2. Beriman
3. Ta’at
Artinya:” Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan
mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau
mereka mengetahui.(QS Al-Baqarah:103)
b. Kepada Rasulullah :
1. Meneladani/mengidolakan
2. Meneruskan perjuangannya
C. Kisah
Rasulullah menceritakan suatu kisah kepada para sahabatnya. Diriwayatkan
dari Abu Hurairoh bahwa Nabi pernah bercerita,
“Dahulu ada tiga orang Bani Israil yang menderita suatu penyakit. Orang
pertama diserang penyakit kudis sekujur tubuhnya, orang kedua tidak memiliki
sehelai rambut pun di kepalanya (botak) dan orang ketiga menderita cacat pada
matanya sehingga tidak bisa melihat (buta).Allah ingin menguji mereka dengan
mengutus malaikat-Nya.Malaikatpun mendatangi orang pertama seraya bertanya,
“Apayang paling anda inginkan?” Jawabnya, “Warna kulit yang indah serta
hilangnya seluruh cacat di tubuhku yang membuat manusia menjauhiku.” Malaikat
lalu mengusapnya sehingga cacat di kulitnya hilang dan berganti warna kulit yang
indah. Malaikat lalu bertanya lagi, “Binatang (ternak) apa yang paling anda
inginkan?” Jawabnya, “Unta”. Lantas diapun diberi unta yang sedang bunting dan
malaikat berdo’a, “Semoga Allah memberkahimu dengan binatang itu.”
Selanjutnya malaikat mendatangi orang kedua dan bertanya seperti
sebelumnya. Ia pun menginginkan “Rambut yang indah serta hilangnya seluruh
cacat yang membuat manusia lari dariku.” Malaikat lalu mengusapnya sehingga
cacat di kepalanya hilang dan diberirambut yang indah. Malaikat lalu bertanya
Jurnal Pendidikan
tentang Agama Islam -Ta’limapa
binatang Vol. 12yang
No. 2 - 2014 131
paling ia sukai. Jawabnya,“Sapi” Lantas ia pun diberi
seekor sapi bunting dan malaikat berdo’a, “Semoga Allah memberkahimu dengan
binatang tersebut.”
Kemudian malaikat mendatangi orang ketiga dengan pertanyaan yang sama,
“Apakah sesuatu yang paling anda inginkan?” Jawabnya, “Semoga Allah
menyembuhkan mataku hingga aku dapat melihat.” Malaikat lalu mengusapnya
sehigga dia dapat melihat. Malaikat lalu bertanya lagi, “Binatang apa yang paling
anda inginkan?” Jawabnya, “Kambing.” Lantas diapun diberi kambing bunting dan
malaikat kembali mendo’akan hewan tersebut.
Waktu terus berputar, dan tahun-tahun terus berlalu. Ternak mereka
berkembang biak dan bertambah banyak, hingga masing-masing mempunyai
sebuah lembah yang dipergunakan untuk menggembala ternaknya masing-masing.
lembah unta, lembah sapi dan lembah kambing.
Kini tiba saatnya bagi Allah untuk menguji mereka. Malaikat kembali
mendatangi orang pertama yang kini menjadi orang kaya dan tidak lagi berkudis.
Malaikat datang dengan wujud seperti keadaan orang tersebut sebelum jadi kaya.
Malaikat berkata, “Saya seorang miskin yang kehabisan bekal dalam perjalanan,
hari ini tiada yang dapat menolong diri saya kecuali Allah, kemudian tuan. Saya
memohon kepada tuan yang telah dikaruniai kulit yang indah untuk berkenan
memberi harta demi kelangsungan perjalanan saya.” Ia menjawab, “Tidak,
kebutuhanku yang lain masih banyak.” Malaikat bertanya, “Sepertinya dulu saya
pernah mengenal tuan. Bukankah dahulunya tuan adalah seorang yang berkudis
lalu Allah sembuhkan? Dan dulu tuan adalah seorang yang fakir lalu Allah
cukupkan?” Ia kembali membalas, “Harta ini adalah harta warisan nenek moyang
sejak dulu.” Malaikat membalas, “Jikalau engkau dusta, maka Allah akan merubah
tuan seperti keadaan semula.”
Berikutnya malaikat mendatangi orang kedua dengan wujud menyerupai
dirinya ketika masih miskin dan botak dulu, sembari mengajukan permintaan yang
serupa dengan orang pertama. Jawabannya pun tidak berbeda. Akhirnya Malaikat
berkata, “Jikalau engkau dusta, maka Allah akan merubah tuan seperti keadaan
semula.”
Malaikat kemudian mendatangi orang ketiga dengan wujud seperti dirinya
dahulu dan mengajukan permintaan. Ia pun menjawab, “Dahulu aku adalah seorang
yang buta, kemudian Allah menyembuhkanku. Maka ambillah apa saja dan
berapapun yang anda mau dan tinggalkan yang anda tidak suka. Demi Allah, saya
tidak merasa keberatan bilaanda mengambil sesuatu untuk Allah.” Malaikat
menjawab, “Tahanlah hartamu, ambillah kembali. Sesungguhnya kalian sedang
diuji. Allah telah meridhoimu dan murka kepada saudaramu.”
Si buta dengan ikhlas hati memberikan hartanya kepada malaikat tersebut
yang dalam pandangannya adalah seorang yang membutuhkan bantuan. Maka Allah
memberkahinya dan dia tetap memiliki hartanya. Berbeda dengan kedua rekannya
Jurnal Pendidikan
terdahuluAgama Islam -Ta’lim Vol.
kembali 12 No. 2 - 2014
menjadi 131 orang kaya dan
orang yang bakhil. Setelah menjadi
bertahta, keduanya lupa akan kewajibannya, yaitu bersyukur kepada Allah dan
memberikan hak orang lain. Maka dikembalikanlah keadaan mereka sebagaimana
semula.”
BAB IV
A. TUJUAN :
1) Peserta mengetahui apa yang dimaksud dengan Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa) dan
pengawasan Allah (muraqabatullah)
2) Peserta menyadari pentingnya pengawasan Allah
3) Peserta dapat menanamkan kejujuran dalam menuntut ilmu dan mengaplikasikan
pada kehidupan nyata.
4) Peserta mengetahui arti penting Muhasabah.
5) Memahami hakikat cinta yang benar dalam islam
6) Mengenal hati yanag sehat dan hati yang sakit
7) Mengetahui cara dalam mengobati hati yang sakit.
B. RINCIAN BAHASAN :
Artinya: “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan
jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah) meskipun
sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata”(Q.S. Al Jumu’ah: 2)
Penyucian jiwa (Tazkiyah An-Nafs) adalah sangat penting bagi seorang muslim.
Semakin bening hatinya maka kebenaran yang masuk dalam hatinya juga akan semakin
bagus. Hati diibaratkan seperti kaca, hati yang semakin bening maka hati yang semakin
bagus
Jurnal karena
Pendidikan Agamamudah
Islam -Ta’limditembus
Vol. 12 No. 2 - oleh
2014 cahaya. Cahaya di sini adalah 131
cahaya kebenaran.
Sesungguhnya jiwa dan hati memerlukan ikatan janji harian bahkan ikatan janji setiap
saat. Jika manusia tidak mengikat jiwanya dengan janji harian ataupun janji setiap saat,
niscaya akan mendapati hatinya telah kesat dan lalai. Langkah-langkah untuk
menyucikan jiwa adalah sebagai berikut:
1. Taubat
“Wahai sekalian manusia bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampun
(beristighfar) pada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah seratus kali
dalam sehari.”(H.R. Muslim)
Kisah Muraqabatullah
Peristiwa ini terjadi pada masa Umar bin Khahthtab. Ketika itu Umar tengah
berjalan-jalan di suatu padang penggembalaan. Kemudian Umar melihat seorang
bocah tengah mengembalakan sekawanan domba.Lalu Umar menghampiri bocah
tersebut.
Umar kemudian menawarkan harga pada bocah itu, untuk membeli seekor
domba yang tengah ia gembalakan.Akan tetapi bocah itu menolak. Kemudian Umar
melipatgandakan harga yang semula ditawarkan. Tapi anehnya si bocah itu tetap
tidak mau.Lalu Umar berkata, "Tak apalah jika aku membeli seekor domba
gembalaanmu.Kau bilang saja pada majikanmu bahwa domba itu hilang. Toh dia
tidak melihatnya."
Kemudian bocah itu menjawabnya, "Jika demikian di manakah Allah?
Bukanlah Ia Maha Melihat segala perbuatan hamba-Nya." Umar sangat terkesan
dengan jawaban bocah tersebut.Keesokan harinya, Umar memanggil bocah itu dan
memberinya hadiah.
Subhanallah, bocah penggembala sekecil itu sudah merasakan adanya
pengawasan Allah.Sungguh berbeda sekali dengan kita yang hanya takut kepada
pengawasan manusia.
b. Buah Muraqabatullah
3. Muhasabah
Setelah merasa diri diawasi oleh Allah, yang perlu diperhatikan adalah
muhasabah dalam beramal. Allah berfirman dalam surat Al Hasyr ayat 18 yang
berbunyi: “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat)”. Hal ini merupakan isyarat kepada muhasabah terhadap amal perbuatan
yang telah dikerjakan. Umar bin Khattab ra berkata: “Hisablah dirimu, sebelum
kamu dihisab, dan timbanglah dia sebelum kamu ditimbang”. Muhasabah dalam
berbisnis dapat diartikan meninjau modal, keuntungan dan kerugian untuk mencari
kejelasan apakah bertambah atau berkurang. Jika bertambah maka bersyukur,
sedang jika berkurang maka mencari dengan menjaminnya untuk mendapatkannya
di masa mendatang. Demikian pula modal hamba dalam agamanya adalah berbagai
kewajiban (shalat, puasa, zakat, dsb). Keuntungannya adalah berbagai amal sunnah
dan kerugiannya adalah berbagai kemaksiatan.
Sahabatku, muhasabah membutuhkan kesabaran, keteguhan, rasa takut,
kekhawatiran, harapan dan cita-cita, tidak meremehkan dosa-dosa kecil dan tidak
melakukan dosa-dosa besar.Amru bin Murroh berkata, " Aku melihat wanita dan ia
membuatku kagum, lalu mataku buta. Aku berharap itu menjadi kaffarah (penebus
dosa bagiku).
5. Menjauhi dosa-dosa
6. Fungsi Hati
Hati dalam bahasa Arab disebut dengan al-qalb, yang berarti bolak-balik.
Disebut demikian, karena hati adalah dunia abstrak (closed area), unik, dan
berkembang (developmental). Hati gampang berubah, sukar dibaca, senantiasa
berkembang, dan pasang-surut.Karena memiliki sifat seperti itu, maka hati harus
dijaga dengan baik. Sebab, jika tidak dijaga, hati akan berubah menjadi hati yang
sakit (al-qalb al-maridh). Begitu banyak manusia yang memiliki pikiran cerdas,
tetapi akhirnya menjadi orang hina hanya karena memiliki hati yang sakit.
Rasul bersabda, "Dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila ia baik, maka
baik pula seluruh tubuhnya; dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya.
Ketahuilah, itulah hati." (Al-Hadis).
Kisah
Suatu malam, jauh sepeninggal Rasulullah, Bilal bin Rabbah, salah seorang sahabat
utama, bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, Bilal bertemu dengan Rasulullah.
"Bilal, sudah lama kita berpisah, aku rindu sekali kepadamu," demikian Rasulullah berkata
dalam mimpi Bilal. "Ya, Rasulullah, aku pun sudah teramat rindu ingin bertemu dan
mencium harum aroma tubuhmu," kata Bilal masih dalam mimpinya. Setelah itu, mimpi
tersebut berakhir begitu saja. Dan Bilal bangun dari tidurnya dengan hati yang gulana. Ia
dirundung rindu. Keesokan harinya, ia menceritakan mimpi tersebut pada salah seorang
sahabat lainnya. Seperti udara, kisah mimpi Bilal segera memenuhi ruangan kosong di
hampir seluruh penjuru kota Madinah. Tak menunggu senja, hampir seluruh penduduk
Madinah tahu, semalam Bilal bermimpi ketemu dengan nabi junjungannya.
Hari itu, Madinah benar-benar terbungkus rasa haru. Kenangan semasa Rasulullah
masih bersama mereka kembali hadir, seakan baru kemarin saja Rasulullah tiada. Satu
persatu dari mereka sibuk sendiri dengan kenangannya bersama manusia mulia itu. Dan
Bilal sama seperti mereka, diharu biru oleh kenangan dengan nabi tercinta. Menjelang
senja, penduduk Madinah seolah bersepakat meminta Bilal mengumandangkan adzan
Maghrib jika tiba waktunya. Padahal Bilal sudah cukup lama tidak menjadi muadzin sejak
Rasulullah tiada. Seolah, penduduk Madinah ingin menggenapkan kenangannya hari itu
dengan mendengar adzan yang dikumandangkan Bilal. Akhirnya, setelah diminta dengan
sedikit memaksa, Bilal pun menerima dan bersedia menjadi muadzin kali itu. Senjapun
datang mengantar malam, dan Bilal mengumandangkan adzan.
Tatkala, suara Bilal terdengar, seketika, Madinah seolah tercekat oleh berjuta
memori. Tak terasa hampir semua penduduk Madinah menitiskan air mata. "Marhaban ya
Rasulullah," bisik salah seorang dari mereka. Sebenarnya, ada sebuah kisah yang membuat
Bilal menolak untuk mengumandangkan adzan setelah Rasulullah wafat. Waktu itu,
beberapa saat setelah malaikat maut menjemput kekasih Allah, Muhammad, Bilal
mengumandangkan adzan. Jenazah Rasulullah, belum dimakamkan. Satu persatu kalimat
adzan dikumandangkan sampai pada kalimat, "Asyhadu anna Muhammadarrasulullah."
Tangis penduduk Madinah yang mengantar jenazah Rasulullah pecah. Seperti suara guntur
yang hendak membelah langit Madinah. Kemudian setelah, Rasulullah telah dimakamkan,
JurnalBakar
Abu Pendidikanmeminta
Agama Islam Bilal
-Ta’lim Vol. 12 No. 2
untuk 131 Abu Bakar. Dan
- 2014 "Adzanlah wahai Bilal," perintah
adzan.
Bilal menjawab perintah itu, "Jika engkau dulu membebaskan demi kepentinganmu, maka
aku akan mengumandangkan adzan. Tapi jika demi Allah kau dulu membebaskan aku,
maka biarkan aku menentukan pilihanku." "Hanya demi Allah aku membebaskanmu Bilal,"
kata Abu Bakar. "Maka biarkan aku memilih pilihanku," pinta Bilal. "Sungguh, aku tak ingin
adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah," lanjut Bilal. "Kalau demikian, terserah
apa maumu," jawab Abu Bakar.
Bisa dikata, di antara para sahabat, Bilal bin Rabah termasuk orang yang pilih
tanding dalam mempertahankan agamanya. Zurr bin Hubaisy, suatu ketika berkata, orang
yang pertama kali menampak-kan keislamannya adalah Rasulullah. Kemudian setelah
beliau, ada Abu Bakar, Ammar bin Yasir dan keluarganya, Shuhaib, Bilal dan Miqdad. Selain
Allah tentunya, Rasulullah dilindungi oleh paman beliau. Dan Abu Bakar dilindungi pula
oleh sukunya. Dalam posisi sosial, orang paling lemah saat itu adalah Bilal. Ia seorang
perantauan, budak belian pula, tak ada yang membela. Bilal, hidup sebatang kara. Tapi itu
tidak membuatnya merasa lemah atau tak berdaya. Bilal telah mengangkat Allah sebagai
penolong dan walin-ya, itu lebih cukup dari segalanya.
Bilal bin Rabah, terakhir melaksanakan tugasnya sebagai muadzin saat Umar bin
Khattab menjabat sebagai khalifah. Saat itu, Bilal sudah bermukim di Syiria dan Umar
mengunjunginya. Saat itu, waktu shalat telah tiba dan Umar meminta Bilal untuk
mengumandangkan adzan sebagai tanda panggilan shalat. Bilal pun naik ke atas menara
dan bergemalah suaranya.
Semua sahabat Rasulullah, yang ada di sana menangis tak terkecuali. Dan di antara
mereka, tangis yang paling kencang dan keras adalah tangis Umar bin Khattab. Dan itu,
menjadi adzan terakhir yang dikumandangan Bilal, hatinya tak kuasa menahan kenangan
manis bersama manusia tercinta, nabi akhir zaman.
A. TUJUAN :
1) Peserta mengetahui apa saja yang dimaksud dengan Takziyatun Nafs (Penyucian
jiwa) dan pengawasan Allah (muraqabatullah)
2) Peserta memahami urgensi ikhtiar
3) Peserta memahami urgensi tawakal
4) Peserta memahami urgensi syukur dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari
5) Keterkaitan Tazkiyatun Nafs dan Ikhtiar,Tawakal dan Syukur
6) Peserta memahami kisah tawakal seorang muslimah
B. RINCIAN BAHASAN :
1. Mengenal Diri, Melejitkan Prestasi
Manusia dan agama Islam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai
dengan fitrah yang telah Allah tetapkan. Mustahil Allah menciptakan agama Islam
untuk manusia yang tidak sesuai dengan fitrah tersebut (QS.30:30). Ayat ini
menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah
yaitu memilki naluri beragama (agama tauhid : al-Islam) dan Allah menghendaki
manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid,
itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits,”Tiap bayi terlahir dalam keadaan
fitrah (Islam) orangtuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.”).
Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki tiga potensi, yaitu al-jasad (jasmani),
al-aql (akal), dan ar-ruh (ruhani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada
dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca
keseimbangan ini dapat dilihat pada Q.S 55:7-9.Ketiga potensi ini membutuhkan
makanannya masing-masing, yaitu:
b) Jasadiyah(Jasmani)
Jasmani atau fisik adalah amanah dari Allah Swt, karena itu harus kita
jaga. Dalam sebuah hadits dikatakan, ”Mu’min yang kuat itu lebih baik dan
disukai Allah daripada mu’min yang lemah.”(HR.Muslim), maka jasmani pun
harus
Jurnal Pendidikan dipenuhi
Agama Islam kebutuhannya
-Ta’lim Vol. 12 No. 2 - 2014 agar menjadi kuat. Kebutuhannya
131 adalah
makanan, yaitu makanan yang halalan thoyyiban (halal dan baik)
(QS.80:24,2:168), beristirahat (QS.78:9), kebutuhan biologis (QS.30:20-21) dan
hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.
b) Aqliyah (Pemikiran)
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Akal pulalah yang
menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal
manusia mampu mengenali hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan
perbuatan buruk. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang
oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan
tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardhi (wakil Allah di atas bumi)
(QS.2:30;33:72). Kebutuhan akal adalah ilmu (QS.3:190) untuk pemenuhan
sarana kehidupannya.
c) Ruhiyah(hati/jiwa)
Kebutuhannya adalah dzikrullah (QS.13:28;62:9-10). Pemenuhan kebutuhan
ruhani sangat penting, agar ruh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa
pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban
amanah besar yang dilimpahkan kepadanya. Dengan keseimbangan, manusia
dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan nikmat Allah, karena
melaksanakan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala ketawazunan akan
menempatkan umat Islam menjadi umat pertengahan/ummatan wasathon
(QS.2:143), yaitu umat yang seimbang.
3. Ikhtiar
Setiap diri kita menantikan sebuah kebaikan dari Allah apapun
keinginan kita akan tetapi untuk mencapai apa yang kita inginkan
membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit bahkan kita pun harus
merelakan apa yang kita sukai untuk diganti dengan sesuatu yang jauh lebih
baik dari Allah azza wa jalla dan kita pasti percaya bahwa Allah tidak akan
mendholimi hamba-hambaNya yang bertaqwa. Sebuah keinginan
membutuhkan kerja, membutuhkan sebuah tindakan yang real agar apa yang
kita inginkan tidak hanya sebatas mimpi belaka. Dalam pencapaian sebuah
keinginan itu pula di butuhkan keyakinan terhadap Allah karena Allah
tergantung prasangka hamba-Nya, sehingga setelah berjuang untuk meraih
sebuah keinginan tersebut maka layaknya seorang hamba menyerahkan hasil
sepenuhnya kepada Allah dengan keyakinan yang kuat bahwa Allah telah
menyiapakan hasil yang terbaik, paling tidak ketika mendapatkan hasil yang
akan Allah berikan kepada kita, kita merasa pantas terhadap kerja keras kita
sehingga Allah pun juga pantas memberikan hasil yang terbaik kepada kita
dengan rahmat-Nya, tidak layak seorang hamba mengharapkan sesuatu yang
lebih sedangkan dirinya tidak maksimal dalam berusaha bahkan tidak memiliki
azam (keinginan) yang kuat terhadap Allah.
Jurnal Pendidikan Agamaberfirman
Allah Islam -Ta’lim Vol. 12 No. berbunyi:
yang 2 - 2014 131
“ dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya”. (QS An-Najm : 39)
Dikisahkan dahulu saatperkembangan Agama Islam, Sayidina Umar bin
Khattab pernah menegur seorang pemuda yang kerap dilihatnya berdoa dalam
mesjid. Tidak siang tidak malam, pemuda itu selalu duduk tekun untuk berzikir,
berdoa, berzikir lagi, berdoa lagi. Karena penasaran, suatu ketika Sayidina Umar
menanyainya:“Apa sesungguhnya yang engkau doakan, anak muda?”“Begini, Tuan.
Saya berdoa supaya Tuhan membukakan pintu rejeki untukku. Supaya keluargaku
mendapat berkah makanan dan pakaian yang cukup. Supaya…..”“Kalau begitu,”
Sayidina Umar menyelanya, “Pergilah engkau dari hadapanku. Disini bukan tempat
untuk meminta roti dan pakaian. Pergi, sana, bekerja! Menggembala ternak,
bercocok-tanam, atau apa saja yang bisa engkau lakukan dengan tangan dan
kakimu!”Pemuda itu beringsut pergi dengan malu, menyadari kekeliruannya. Sejak
saat itu ia rajin bekerja, sampai akhirnya ia berhasil memiliki harta kekayaan.
4. Tawakal
Tawakal adalah membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain
Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada-Nya. Dalam
kehidupan kita sebelum mencapai tingkat tawakal maka di butuhkan ikhtiar dalam
mencapai apa yang kita inginkan. Langkah yang tidak kalah pentingnya dalam
tawakal adalah berdo’a kepada Allah. Sesungguhnya Allah akan mengabulkan doa
seorang hamba bukan terhadap apa yang dia inginkan tetapi terhadap apa yang dia
butuhkan dan Allah Maha Mengetahui terhada apa yang dibutuhkan hamba-Nya.
“….”
Berk
atal
ah
dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah
memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang
(kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya
kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman." (QS Al Maidah: 23).
a. Buah dari tawakal
1) Bertawakal kepada Allah akan memberikan ketenangan dan kepercayaan diri
kepada seseorang dalam menghadapi masa depan tanpa ada rasa takut dan
cemas.
2) Allah mencukupkan keperluannya.“..Dan barangsiapa yang bertawakal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluan-nya” (QS At Thalaq: 2-3).
Ada sebuah ringkasan yang menarik untuk di simak bahwa ada sebagian
manusia melihat bahwa orang-orang muslim justru mengalami kesempitan dalam
masalah finansial sedangkan orang-orang kafir justru diluaskan rizkinya dan
kekuatannya. Sehingga mereka saling bertanya, di manakah sebenarnya
sunnatullah yang sudah pasti benar itu?
Jawabannya adalah (1) Allah sedang menguji orang-orang beriman; (2) Allah tahu
bahwa jika orang itu diberikan kekayaan akan membuat dia lalai, sehingga
digantikan diakhirat; (3) Nikmat bukan kaya harta tapi kesehatan, ketenangan,
Jurnal Pendidikan
kataatan;Agama (4)
Islam -Ta’lim
Dan Vol. 131
12 No. 2 - 2014 kaya yang kafir/ durhaka, kekayaannya
orang-orang adalah
istidraj.
5. Syukur
Setelah manusia mencapai tawakal maka selanjutnya adalah syukur atas
segala karunia-Nya berupa apapun di dunia ini terlebih iman yang melekat di dalam
hati, karena iman yang nantinya menjadi bekal kita dalam kehidupa akhirat, iman
pula yang dapat menjadi saksi atas segala pertanyaan Allah terhadap kita serta
dengan iman yang sehat kita mampu meraih ridho Allah dan rahmat-Nya yang
seluas langit dan bumi.
Terkadang seringkali manusia terlena dengan segala sesuatu yang kecil yang
ia dapat juga menganggap sepele segala sesuatu sehingga ia lupa untuk mengucap
syukur terhadap Allah dan akibatnya ia terancam sebagai hamba Allah yang kufur
nikmat.
Syukur mempunyai 3 dimensi, yaitu: hati (mengakui nikmat dalam batin),
lisan (dengan mengucapkan tahmid) dan jawarih/ anggota badan (melakukan
sesuatu atau memanfaatkan nikmat yang diterima pada jalan yang diridhai Allah,
baik untuk keperluan sendiri, keluarga, umat atau untuk fiisabilillah lainnya).
Sehingga seseorang baru bisa dikatakan telah bersyukur bila telah melakukan dan
memenuhi ke-3 dimensi tersebut. Allah memerintahkan untuk bersyukur semata-
mata bukan untuk kepentingan Allah, tetapi justru untuk kepentingan manusia
sendiri. Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 12 “…dan barangsiapa yang
bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji”.
Bersyukur kepada Allah harus tercermin dalam hati, lisan dan anggota
tubuh, karena dengan hati itulah kita merasakan, mengetahui, menyambut dan
membicarakan nikmat-nikmat Allah.Nikmat bisa berubah menjadi Naqmah
(siksaan). Dalam hadist yang diriwayatkan Imam Turmudzi disebutkan: “Seorang
hamba pada hari kiamat tiada melangkahkan kedua kakinya, sehingga ditanyakan
kepadanya empat perkara, yaitu tentang umurnya dihabiskan untuk apa, tentang
ilmunya diamalkan untuk apa, tentang hartanya darimana diperoleh dan untuk
kepentingan apa dihabiskan masa mudanya”.
Nikmat bisa menjadi naqmah karena berbagai perkara, antara lain:
Jika melakukan kemaksiatan dan berbuat dosa, yaitu membalas nikmat Allah
dengan hal-hal yang dimurkai-Nya. (QS 30: 49; 4: 39).
Meyakini bahwa anugrah yang dimilikinya bukan dari Allah tapi atas usahanya
sendiri atau dari selain Allah (QS. 28:78, QS. 16:53-54,84).
Sikap sombong, merasa diri lebih mampu dari orang lain sehingga ia menecela
orang lain dan membangga-banggakan apa yang di milikinya baik harta, sawah
ladang, ilmu, atau kedudukan.(QS. 104:1-3).
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 12 No. 2 - 2014 131
BAB VI
GHAZWUL FIKRI
A. Tujuan
1. Peserta memahami hakikat Ghazwul Fikri
2. Peserta mengetahui bahaya dari Ghazwul Fikri
3. Peserta mengetahui tips-tips menghadapi Ghazwul Fikri
B. Rincian Bahasan
Berdakwah merupakan suatu kewajiban untuk setiap umat , namun saat zaman
semakin maju banyak permasalahan-permasalahan yang tanpa di sadari muncul
untuk para pendakwah salah satunya adalah Ghazwul Fikr . Jika peperangan secara
fisik dapat terhindarkan,maka perang pemikiran menjadi senjata ampuh untuk
melumpuhkan semangat juang para pendakwah.
Ghazwul fikri (GF) yang terjadi dibidang ekonomi adalah konsekuensi dari
motto ekonomi yaitu, mencari keuntungan sebesar – besarnya dengan
pengorbanan sekecil – kecilnya. Ketika motto ini ditelan habis – habisan tanpa
dilakukan filterisasi, maka tidak lagi memperhatikan halal atau haram, yang
penting adalah bagaimana supaya untung sebesar – besarnya.
Hal lain yang perlu dicermati dalam system ekonomi kapitalisme, yaitu
monopoli, riba dan pemihakan elit kepada para konglomerat. Mengenai
monopoli sudah tidak perlu dibahas lagi, cukup jika dikatakan bahwa Amerika
Serikat sendiri telah diberlakukan UU anti – trust (bagaimana di Indonesia?).
Tentang riba dan haramnya bunga bank rasanya bukan pada tempatnya jika
dibahas disini, cukup dikatakan bahwa munculnya dan berkembangnya bank
tanpa bunga (bagi hasil), fatwa MUI, fatwa Universita Al Azhar Mesir,
kesepakatan para ulama islam dunia membuktikan bahaya bunga bank dan
haramnya dalam islam.
4. Ilmu Alam dan Sosial
Pada bidang ilmu – ilmu alam, ghazwul fikriiterbesar yang dilakukan
adalah dengan dilakukannya sekularisasi antara ilmu pengetahuan dengan
ilmu agama. Bahaya lainnya adalah penisbatan teori – teori ilmu pengetahuan
kepada para ilmuan tanpa mengembalikannya kepada sang pemberi dan
pemilik ilmu, sehingga mengakibatkan kekaguman dan pujian hanya berhenti
pada diri para ilmuwan dan tidak bermuara kepada Allah SWT.
Hal lain adalah berkembangnya berbagai teori – teori sesaat yang
sebenarnya belum diterima secara ilmiah, tetapi disebarkan secara besar –
besaran oleh kelompok – kelompok tertentu untuk menimbulkan keraguan
pada agama. Misalnya, teori tentang asal usul makhluk hidup (the origins of
species) dari Darwin (yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari penemuan
Herbert Spencer) yang sebenarnya masih ada the missing link yang belum
dapat menghubungkan antara manusia dank era, tapi sudah “
diindoktrinasikan “ kemana – mana. Atau, teori Libido seksualnya Freud, yang
menyatakan bahwa jika manusia tidak dibebaskan sebebas – bebasnya
keinginan seksualnya akan mengakibatkan terjadinya gangguan kejiwaan.
Teori ini sudah dibantah secara ilmiah dan pencetusnya sendiri (Freud) yang
terus menggembar – gemborkan kebebasan seksual, ternyata mati karena
menderita penyakit kejiwaan (psikopath).
5. Bahasa
Ghazwul fikri (GF) dibidang bahasa adalah dengantidak diajarkannya
bahasa Al – Qur’an di sekolah – sekolah karena menganggapnya tidak perlu.
Hal yang nampaknya remeh ini sebenarnya sanagt besar akibatnya dan
menjadi bencana bagi kaum muslimin Indonesia secara umum. Dengan tidak
memahami Al – Qur’an, mayoritas kaum muslimin menjadi tidak mengerti apa
kandungan Al – Qur’an, seperti firman Allah dalam surah Al Baqarah:78
46
Artinya “ Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al –
Kitab (taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga –
duga “
Akibatnya, Al – Qur’an menjadi sekedar bacaan tanpa arti (Al – Qur’an
hanya dinikmati iramanya seperti layaknya lagu – lagu dan nyayian belaka,
yang akhirnya ditinggalkan seperti yang disebutkan dalam surah Al
Furqaan:30
diputar 90% adalah film bergaya barat, sisanya adalah film nasional (yang juga
bergaya barat), film – film mandarin, dan film – film india.
5. Sasaran dilakukannya Invansi Pemikiran (Ghazwul Fikri (GF))
Sasaran dari ghazwul fikri (GF) adalah sebagai berikut :
1. Agar kaum muslimin menjadi condong sedikit terhadap gaya, perilaku dan pola
pikir barat, seperti dalam Q.S. Al Israa:73 yang artinya “ Dan sesungguhnya
mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah kami wahyukan
kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami, dan
kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang
setia. “Q.S. Al Israa:74 yang artinya “ Dan kalau kami tidak memperkuatkan
(hati)mu, niscaya kamu hampir condong sedikit kepada mereka.”
2. Setelah kaum muslimin condong sedikit, tahapan selanjutnya adalah agar kaum
muslimin mengikuti sebagian dari gaya, perilaku dan pola pikir mereka.
Sebagaimana disebutkan dalam Q.S.Ad Dukhan:25 yang artinya “ Alangkah
banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan.” DanQ.S.Ad
Dukhan:26 yang artinya “ Dan kebun – kebun serta tempat – tempat yang
indah – indah.”
3. Pada tahap ini diharapkan kaum muslimin beriman pada sebagiannya ayat –
ayat Al – Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW, tetapi kafir terhadap sebagian
yang lainnya. Sebagaimana dalam Q.S.Al Baqarah:85 yang artinya “ Kemudian
kamu (bani israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir
segolongan dari pada kamu dari kampong halaman. Kamu bantu membantu
terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan tetapi jika mereka
dating kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka. Padahal mengusir itu
(juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman pada sebagian Al Kitab(taurat)
dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang
berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat,
Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.”
4. Pada tahap akhir, mereka menginginkan agar generasi kaum muslimin
mengikuti syahwat dan meninggalkan shalat. Sebagaimana
dalamQ.S.Maryam:59 yang artinya “ Maka datanglah sesudah mereka,
pengganti (yang jelek) yang menyia – nyiakan shalat dan memperturutkan hawa
nafsu, maka mereka akan menemui kesesatan.”
6. Tujuan Ghazwul Fikri (GF)
1. Menghambat kemajuan umat islam agar tetap menjadi pengekor barat. Berbagai
macam pendapat nyeleneh yang ditebarkan para orientalis lewat media cetak
dan elektronik berhasil menyita perhatian umat islam dan mengetuk sebagian
besar potensinya,baik untuk melakukan kajian, bantahan dan pelurusan.
2. Menjauhkan umat islam dari Al – Qur’an dan As Sunnah serta ajaran – ajarannya.
Dengan keraguan – raguan dan penyesatan terhadap umat islam,ghazwul
fikri (GF) menyeret orang – orang awam ke jurang yang memisahkan mereka
49
dari keislaman – Nya. Bahkan ada sebagian yang keluar dari islam dan
berpindah ke agama lain.
3. Memurtadkan umat islam. Inilah yang digambarkan Al – Qur’an dalam Surah Al
Baqarah:217 yang artinya “ Mereka tidak henti – hentinya memerangi kamu
sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada
kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad diantara
kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah sia –
sia amalannya di dunia dan akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal didalamnya.”
7. Dampak Positif dan Negatif Gahzwul Fikri (GF)
Ø Dampak Positif dari Ghazwul Fikri (GF)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan meningkatkan kualitas
keilmuwan khususnya ilmu kealaman.
Ø Dampak Negatif dari Ghazwul Fikri (GF)
- Perusakan akhlak umat islam terutama yang masih berusia muda.
- Berusaha menggiring umat islam kepada kekafiran, khususnya umat islam
yang tipis pemahaman keislamannya.
- Menjauhkan umat islam dari agamanya dan mendekatkannya pada
kekafiran.
itu hanyalah ibadah maghdhah saja. Atau menganggap bahwa agama itu hanya
diajarkan untuk sebuah keluarga saja. Tetapi sesungguhnya ajaran Allah SWT ini
meliputi seluruh aspek kehidupan. Maka marilah kita pelajari dengan sungguh-
sungguh ajaran Allah ini, dari sumber aslinya, sebab kalau tidak, maka kita akan
menjadi orang-orang yang tersesat. Di banyak hal kita temukan, ada sebagian
masyarakat atau kelompok yang menginginkan pemahaman kita menjadi
pemahaman yang sesat. Misalnya mereka menganggap bahwa semua agama adalah
sama benarnya. Mereka beralasan bahwa orang yang tidak beragamapun orang
masih bisa berbahagia di dunia ini dan bahkan setelah nanti di alam akhirat.
Mereka mengatakan agama Allah ini adalah agama yang sempit, yang tidak layak
menjadi pedoman hidup orang-orang di abad modern ini. Hal ini terjadi karena
mereka tidak memahami Islam yang sebenarnya. Untuk itu kita harus punya
strategi untuk memahamkan Islam kepada masyarakat, dalam arti yang sebenar-
benarnya.
BAB VII
MENJADI MAHASISWA LUAR BIASA
C. Tujuan
1. Peserta memahami hakikat sukses dalam Islam.
2. Peserta mengetahui tips-tips untuk meraih kesuksesan dalam perkuliahan.
3. Menyelami Kisah Abu Hurairah ra serta kisah inspiratif mahasiswa Indonesia.
D. Rincian Bahasan
Sukses berarti berhasil, atau dapat dikatakan tercapainya sesuatu yang
dikehendaki atau diinginkan. Sukses bersifat relatif tergantung dari pengetahuan
seseorang tentang hakekat sukses yang sebenarnya. Dengan definisi ini hanya orang
yang bersangkutan yang dapat menilai apakah ia telah sukses. Orang lain dapat saja
menilai bahwa orang kaya itu telah sukses, padahal bukan kekayaan yang
diinginkannya, tetapi ketenangan jiwa, maka ia belum merasa dirinya sukses dalam
hidup.
1. Hakikat Sukses dalam Islam
a. Terbebas dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Allah SWT
berfirman dalam Surat Al Imran ayat 185.
52
Artinya :”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
b. Keridhaan kita atas keputusan Allah, dan Keridhaan Allah atas apa yang kita
kerjakan. Dalam surat Al Bayyinah ayat 5, Allah SWT berfirman :
53
Artinya:” (8) ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga 'Adn yang
telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara
bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, (9) dan
peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau
pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah
Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.’
(10)Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada
hari kiamat): ‘Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar
daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk
beriman lalu kamu kafir.’ (11)Mereka menjawab: ‘Ya Tuhan kami Engkau
telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula),
54
lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami)
untuk keluar (dari neraka)?’” [QS. Al Mu’min (40) ayat 8-11]
E. Kisah
Abu Hurairah ra. (Otaknya Gudang Pengetahuan)
Penghafal Hadits Terhebat Sepanjang Masa
Sahahabat mulia Abu Hurairah ra. termasuk salah seorang yang mempunyai
bakat luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan. Abu Hurairah ra.
55
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zaid, Syaikh Bakr. 2008. Rumus Jadi Orang Alim. Jakarta :INAS (Inspirasi Kesalahan
Anda)
Al-Bakistani, Zakariya bin Ghulam Qadir. 2006. Ensiklopedi Shahih Fadhail A’mal;
Penerjemah Izzuxin Karimi; Murajaah Ainul Haris Umar Thayyib, Nurul Mukhlisin
Asyrafuddin. Surabaya: Pustaka YASSIR.
Al-hidad, mumin fathi. 2008. Iman Sehat Pangkal Bahagia. Solo : Insan Kamil
Al-Qarni, aidh. 2003. La Tahza, jangan bersedih!. Jakarta : Qisthi Press
Al-Umar, Ibrahim bin Abdullah Ad-Duwaisy dan Nashir bin sulaiman. 2008. Zaman
boleh berubah Iman Terus Bertambah; Penerjemah Ade Macnun, Ahmad Syauqi;
Editor Marzuki. Klaten: Wafa Press.
Anonim. 2008. Agar Ibadah Diterima Disisi Allah. http://muslim.or.id/aqidah/agar-
ibadah-diterima-di-sisi-alloh.html. Diakses tanggal 13 Juni 2012
Anonim. 2008. Tawazun .http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/03/15/tawazun/.
Diakses tanggal 12 Juni 2012
Anonim. 2010. Buku Mentoring Islam Elektronik 4.
http://m4spur.files.wordpress.com/buku _mentoring_islam_elektronik_41.pdf.
Diakses tanggal 13 Juni 2012.
Ardiyansyah. 2010. The Winning Student. Yogyakarta : CV Ardi Publishing
Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Abdul. 2009. Birrul Walidain. Islam House.com.
Azra, Prof. Dr. Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta: Departemen Agama RI.
Burhan, Abu.2011. Adab Pergaulan Laki-laki dan Wanita. fileswordpress.com diakses
pada tanggal 19 Juli 2013.
Faridl, miftah.2009. Ibadah Muslim Kosmopolitan. Sygma publishing : bandung
Hamd. 2008. Kisah Teladan Muhammad Al Fatih.
http://www.albiru.com/2009/10/kisah-teladan-muhammad-al-fatih.html. Diakses
tanggal 14 Juni 2012
Hawa, Sa’id. 1998. Menyucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu. Jakarta: Rabbani
Press.
Jawas, Yazid bin Abdul qadir.2010.Adab & Akhlak penuntut ilmu.Bogor : Pustaka At
Taqwa.
Kamaluddin, Laode. 2011. The Islamic Golden Rules. Jakarta : Ihwah Publishing House
Mubarak, zakky. 2007. Menjadi Cendekiawan Muslim. Yayasan ukhuwah insaniyah :
jakarta
Musthafa, Abdul Aziz. 1996.Mahabbatulla Tangga Menuju Cinta Allah.Surabaya:Risalah
Gusti
Musthafa, Adil, A.H. 2007. Kisah Bapak dan Anak dalam Al Qur’an. Jakarta : Gema Insani
Nashih Ulwan, Abdullah. 2002. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani
Qardhawi,Yusuf. 2005. Jalan Menuju Hidayah. Yogyakarta: Mardhiyah Press.
Qadir, Abdul. Tanpa tahun. Akibat Salah Pergaulan. Solo: Penerbit At Tibyan
Syadi, khalid abu. 2006. fastabiqul khairat. Hikmah : Bandung
57
Thalib, Muhammad. 2003. Di Bawah Asuhan Nabi : Praktek Rasulullah Mendidik Anak.
Jogjakarta : Penerbit Cahaya Ilahi.
Tim.2010. Super Mentoring 2.Versi 98.Bogor : PT.Syaamil Cipta Media.
Ulwan , Abdullah Nashih. 2005. Manajemen Cinta. Jakarta: Elex Media Komputindo
www.alquran-digital.com. 2004. “Al-Quran Digital Versi 2.1”. 30 Agustus.
Yasir Muhammad.2012. Jang an Hidup Tidak Memberi Manfaat. Jakarta:Pustaka Al-
Kautsar.
Zainab Ummu.2010.Adab Bergaul dengan Lawan Jenis. Muroja'ah: M.A. Tuasikal. Remaja
Islam.com diakses pada tanggal 19 Juli 2013.
http://www.masjidalakbar.com/khutbah1.php?no=68
http://www.alim.org/library/quran/ayah/compare/25/30/disbelievers-shall-regret-
on-the-day-of-judgement-not-adopting-the-right-path
Tuasikal, Muhammad Abduh. 2011. Maksiat Menggelapkan Hati.
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/maksiat-menggelapkan-hati.html
http://islamiwiki.blogspot.com/2013/04/shalat-pembersih-fisik-dan-
mental.html#.Ugq2dNLQkt0
Al-Muzaniy. 2012. Hadist Sholat Sebagaipenghapus Dosa.http://al-
muzaniy.blogspot.com/2012/12/hadits-shalat-sebagai-penghapus-dosa.html
Kitab At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran Karya Imam Nawawi
Riswanto, Aris Munandar. 2014. Langkah-langkah penting menjaga hati,
http://www.republika.co.id/ diakses tanggal 25 Juli 2014.
Seferagic, Asyraf. 2013. Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra.
http://www.eramuslim.com/ diakses tanggal 06 Agustus 2014