Jika kita telah meyakini bahwa Tuhan itu ada, dan Dialah Yang
Menciptakan kita, maka pertanyaan berikutnya adalah; apa tujuan Pencipta
menciptakan manusia?
Yah, orang yang sebejat apapun, kalau dia mikirin ini, insya Allah dia bisa
berubah total, kalau mau berangkat dari pertanyaan ini..
Renungkan saja..
Sebelumnya perlu saya tegaskan, bahwa kita harus bisa menemukan apa
jawaban yang pasti benar. Yang mana semua manusia pasti akan ikut
mengiyakannya, sepakat 100%. Tidak boleh mungkin benar, mungkin salah,
bisa jadi, dan sebagainya.
Coba begini.. kita temui aja manusia-manusia, kemudian kita tanyain mereka
satu per satu.
Ada yang bilang bahwa tujuan hidup manusia itu untuk makan.
Orang kurus ataupun orang gendut, jawabannya sama; yakni hidupnya sama-
sama untuk mencari makan.
Sehingga ada orang yang bercerita kurang-lebih, “Gue udah pernah pergi ke
Malaysia.. pernah ke Singapura.. ke Inggris juga.. Amerika apalagi.. Jepang
pun pernah.. Korea pernah.. Paris pun nggak ketinggalan.. Tidak hanya itu,
masakan-masakan di dunia ini pun semuanya udah pernah saya cicipi.. ”
Kemudian ketika dia ditanya, kenapa kok Kamu suka keliling-keliling dunia,
plus selfie-selfie gitu, sebenarnya tujuan hidupmu apa? Lalu dijawabnya,
“Tujuan hidup saya untuk bersenang-senang. Hidup itu kan cuma sekali.
Nanti kalau udah mati, nanti nyesel loh! Nggak bisa berseneng-seneng lagi!
Karena hidup ini kan singkat bingits!”
Hahaha.
Ada juga orang yang ntah secara sadar atau tida, baginya sukses tertinggi itu
apabila akhirnya dia berhasil kawin. Setelah sekian lama berguyonan tentang
kejombloan.
Makanya dia capek-capek belajar pas SD, dimarahin orang tua, dimarahin
guru, dapet nilai jelek dan ranking jelek, sehingga malu sama temen. Udah
capek dia begitu, malah mau jadi begitu lagi lanjut SMP. Udah capek dia
begitu, malah mau jadi begitu lagi lanjut SMA. Udah capek dia begitu, malah
mau jadi begitu lagi lanjut kuliah. Udah gitu, pengen lagi S2 + S3.
Ditanya, buat apa begitu? Jawabna, yah biar bisa kawin. Karena katanya lulus
S1 aja ngelamar kerjaan susah, apalagi ngelamar anak orang? Yah kuliah lagi
dong S2. Namun masih susah juga, yah kuliah lagi S3. Barulah diterima kerja.
Insya Allah dengan begitu diterimalah kalau ngelamar anak orang.
Yang seperti ini faktanya juga nggak kalah banyak. Mati-matianlah dia ikut
lomba nyanyi-nyanyi joget-joget idol indol bandol pentol atau apalah itu yang
biasa di TV. Rekam video, upload ke YouTube dan Instagram.
Supaya apa, yah supaya jadi terkenal. Kan tujuan hidup ini untuk jadi orang
terkenal, katanya.
Naah ini mungkin yang lebih hebat lagi nih.. Biasaya dia punya kelebihan,
ntah mungkin dia punya banyak modal, dia rank 1 di Sekolah, jago anu,
punya skill anu, punya benda anu, pernah anu, dan anu-anu yang langka
lainnya.
Minimal, rajin nonton film fantasi. Mulai dari film Hollywood, anime, dan
lain-lain sebagainya. Biar punya bekal buat menguasai dunia.
Barangkali yang ini agak mirip seperti orang yang mau menguasai dunia, tapi
mungkin ini lebih hebat lagi kali ya?
Nah, ada juga orang yang mengatakan bahwa tujuan manusia adalah, untuk
beribadah. Dan yang bilang begini tidak sedikit.
Kata orang Jakarta, begitu.
Kata orang Bandung, gitu juga.
Kata orang Jogja, gitu juga.
Kata orang Medan, gitu juga.
Kata orang Aceh, gitu juga.
Kata orang Gorontalo, gitu juga.
Malahan sampai-sampai orang Malaysia, di Eropa, Timur Tengah,
dan lain-lainnya juga ada yang bilang gitu.
Agar bisa dibenarkan seluruh manusia, haruslah ada argumennya yang kuat
nan pasti. Kalau belum ada argumen kuat, maka sulit untuk dibenarkan oleh
semua manusia.
Nah, itulah kira-kira asumsi 10 jawaban yang didapat, dari beberapa orang
yang ditanya tentang apa tujuan hidup manusia. Maka, sekarang, saya mohon
silahkan Anda pilih, yang mana jawaban yang pasti benar menurut akal
manusia?
Apakah Anda suka jawaban yang nomor 4? Nomor 1? Nomor 7? Nomor 11?
Ingat, kita tidak boleh memilih karena suka atau tidak suka. Tapi harus karena
memang benar atau salah, menurut akal manusia.
Saya punya temen di Bandung nih.. Namanya Mas Dhammy. Kebetulan waktu
itu si Mas Dhammy ini baru dari Malaysia. Nah, pas udah pulang ke
Indonesia, terus beliau main-main ke kost-an saya, sambil beliau bawa oleh-
oleh yang keren banget, yaitu, beberapa gantungan kunci.. Kebetulan saya
suka..
Anda mau nggak? Kalau mau, boleh, biar saya kirim ke Anda. Tapi, ada
syaratnya. Syaratnya, Anda harus bisa menebak dengan benar, apa tujuan si
Mas Dhammy memberikan oleh-oleh berupa gantungan kunci super keren ini
ke saya?
“Biar si Mas Dhammy itu Kamu kenang terus Dan..” Benar! Benar-
benar salah maksudnya, hehehe!
“Untuk ngasih tahu aja bahwa rupanya beliau baru dari Malaysia..”
Bagus! Tapi masih salah, hehehe!
“Untuk dijual lagi itu”, Pas! Pasti salah, hehehe!
“Agar Kamu senang Dan..” Alhamdulillah, jawabannya salah, hehehe!
“Biar Kamu juga jalan-jalan ke Malaysia Dan..” Iya, itulah dia,
jawaban yang salah, hehehe!
Kenapa jawaban Anda di atas nggak ada yang bener? Karena, Anda terjebak
dengan pertanyaan tersebut, apa tujuan si Mas Dhammy memberikan oleh-
oleh tersebut ke saya?
Sejatinya, semua akal manusia tidak dapat menentukan jawaban yang pasti
benar. Apapun jawaban itu, bisa jadi salah, selama Anda tidak diberitahu apa
jawabannya. Dengan kata lain, semua jawaban Anda itu nilainya jaiz aqli, bisa
benar, bisa salah.
Nah, begitu pula 10 jawaban dari pertanyaan apa tujuan hidup manusia di
atas, semuanya itu jaiz. Mau Anda tambah jadi 20 jawaban, jadi 30 jawaban,
50, bahkan 100, 1.000, tetep aja semua jawabannya itu jaiz. Bisa benar, bisa
salah. Semuanya itu relatif. Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah.
Mau tahu jawaban yang pasti benar? Yah harus diberitahu dulu jawaban yang
benarnya apa, barulah Anda bisa tahu yang benar. Kayak oleh-oleh tadi itu,
kenapa si Mas Dhammy ngasih itu? Anda semua nggak tahu apa jawaban yang
benar. Anda bisa tahu jawaban yang pasti benar, ketika saya sebagai penanya
memberikan jawaban yang benarnya.
Maka, haruslah kita ganti pertanyaannya. Bukan apa tujuan hidup manusia,
melainkan, apa tujuan Pencipta menciptakan manusia?
Mari kita tulis ulang judulnya..
Jadi kalau manusia mau tahu apa tujuan hidup manusia, seharusnya manusia
itu mencari informasi dari Penciptanya. Jangan tanya ke orang lain, apalagi ke
saya.
Makanya semua kerja akal manusia yang coba menebak-nebak apa tujuan
hidup manusia, kerja para filsuf, dan sebagainya, itu semua sebetulnya sia-sia.
Apapun jawabannya, ketika mereka memaparkan hakikat manusia itu apa,
tujuan hidup manusia itu untuk apa, semua itu relatif. Mungkin benar,
mungkin salah.
Begitulah.. jadi, kalau mau tahu jawaban yang pasti tujuan hidup manusia,
manusia harus dapat informasi dari Pencipta. Maka dari itu, ada 3
kemungkinan:
Yang mana yang paling mungkin? Tentu, yang kedua. Itu yang paling masuk
akal, Pencipta memberikan informasi kepada manusia.
Oleh karena itu, selama Pencipta tidak memberi informasi, manusia tidak
akan tahu hakikat hidupnya itu untuk apa.
Anda tanya ke orang apa tujuan hidupnya, dia jawab buat kawin,
yaudah biarlah dia kawin-kawin terus. Ada yang bisa menyalahkan?
Kalau mau menyalahkan, argumennya apa?
Ada yang bilang tujuan hidupnya bersenang-senang, yaudah sana
keluyuran jalan-jalan terus, silahkan.
Ada yang bilang tujuan hidupnya untuk makan, yaudah sana makan-
makanlah terus.
Ada yang bilang mencuri itu jangan diberi hukuman potong tangan,
tapi cukup dipenjara aja, yaudah biarlah dia bilang gitu.
Pokoknya manusia mau ngapain aja, mau berbuat apa aja, mau hidup
yang kayak apapun, silahkan! Nggak ada yang bisa menyalahkan!
Emang Tuhan ngelarang gitu?
Kalau nanti Tuhan nanya, “Kenapa Kamu kok berzina?” Silahkan itu
manusianya bilang aja, “Emangnya salah apa? Kan berzina itu enak! Orang
Amerika aja suka!!”
Maka dari itu, berhati-hatilah Anda dengan informasi. Misalnya nih, tiba-tiba
saya dapat SMS, ternyata kata orangyang nge-SMS itu dia adalah ayah saya.
Katanya, ayah saya itu mau ngirim duit 100 juta buat saya, karena Rumah
saya di Medan barusan terjual. Cuman tinggal nunggu jawaban saya aja nih,
mau atau nggak. Kalau mau, biar dikirim. Kalau nggak mau, yaudah, nggak
usah.
Menurut Anda, cocok nggak saya dapat duit 100 juta gitu? Yah cocok-cocok
aja, Ayah saya lebih paham yang cocok itu gimana, daripada saya. Memang itu
kan hak ayah saya. Siapapun bisa dapat tuh duit itu, kalau memang ayah saya
mau ngasihnya.
Sayangnya… walaupun saya ini memang lagi butuh banget duit 100 juta, saya
ini anak kandungnya, saya ini memang udah bertahun-tahun tinggal di
Rumah yang terjual itu, pokoknya cocok bangetlah dapat duit 100 juta itu; tapi
ternyata ketahuan bahwa yang nge-SMS itu bukan ayah saya. Itu orang iseng,
orang nipu, palsuuuu, yah buat apa bahas cocok atau nggak cocok? Hehehe!
Itu sebabnya, kalau ada yang bilang dia dapat informasi dari Sang Pencipta,
kita harus membuktikan apakah informasi itu benar-benar benar dari Sang
Pencipta. Kalau bener, yah siap-siap kita ikuti, apapun itu nanti, terlepas kita
suka atau nggak suka, hobi atau males. Tapi kalau palsu, yaudah abaikan aja.
Iya, harus kita periksa! Siapapun manusia itu yang coba-coba ngaku
membawa informasi dari Sang Pencipta, harus kita periksa!
Terus, nanti, kalau rupanya kita udah bisa memastikan dengan akal kita
sebagai manusia, ternyata benar, maka kita harus siap mental. APAPUN nanti
yang diinformasikan dari Pencipta, kita harus sami’na wa atha’na. Harus
patuh, siap untuk mengikuti apa kataNya, tanpa tapi.
Kalau misalnya nanti pas kita lihat di kitab suci yang benar itu ada jawaban
dari apa tujuan hidup manusia, ternyata Sang Pencipta menyuruh manusia
untuk bunuh diri saat itu juga! Siap nggak Anda? Tentu! Harus siap! Anda
harus segera bunuh diri sekarang juga!
Anda jangan tertawa ya! Coba Anda bayangkan Anda jadi Nabi Ibrahim,
disuruh apa coba?
Ketika anaknya udah besar, umur anaknya itu udah sekitar 6 atau 7 tahun,
tahukah Anda Nabi Ibrahim itu dapat perintah apa dari Allah? Disuruh
nyembelih anaknya! Kira-kira kalau Anda dapat perintah seperti itu gimana?
Mungkin ada orang yang malah bilang, “Niat jadi Tuhan nggak sih?!” Hehehe!
Karena memang kan sering sekali; apa-apa yang harus kita lakukan itu,
kadang rasanya enak, kadang rasanya nggak enak. Pun juga apa-apa yang
harus kita tinggalkan itu kadang rasanya nggak enak, kadang enak. Namun,
bukan soal enak atau tak enaknya yang penting, melainkan soal benar atau
salahnya.
Cobalah seandainya nanti kalau kita dapat perintah perang, siapkah Anda?
Jangan sampai nanti malah lari. Namun ketika seandainya nanti Anda dapat
perintah disuruh menikahi 4 wanita, malah langsung siap untuk
melaksanakan. Jangan based on emotional seperti itu, tapi harus based on the
truth. Tanyalah, apakah bener perintah itu berasal dari Tuhan?
Maka dari itu, ayo, sekarang kita periksa mana kitab suci yang benar-benar
berasal dari Tuhan, dan mana yang salah? Namun, biar lebih menghemat
waktu, ada baiknya kita cukup mencari satu saja yang benar, tidak perlu
mencari kesalahan-kesalahan kitab yang lainnya terlebih dahulu.
Lantaran memang ketika kita sudah bisa tahu bahwa ada satu pilihan yang
pasti benar, maka otomatis pilihan yang lainnya pasti salah.
Nah, saran saya, coba yang pertama-tama kita periksa itu adalah sebuah kitab
suci yang bernama Al-Qur’an, yang dibawakan oleh seseorang bernama
Muhammad. Ayo kita cek!
Caranya gimana?
Penjelasan lengkapnya pernah saya tulis pada artikel “Apa Bukti Kebenaran
Al-Qur’an? Beginilah Penjelasannya”.
Silahkan Anda baca dulu artikel tersebut sampai selesai. Kalau sudah, baru
lanjut lagi baca artikel ini.
….
Sudah siap mentalkah Anda? Kira-kira disuruh apa kita hidup di dunia ini?
Sudah siap? Mari kita buka…
َان الَّ يَ ْس َمعُون ِ نس لَ ُه ْم قُلُوبٌ الَّ يَ ْفقَ ُهونَ بِ َها َولَ ُه ْم أ َ ْعي ٌُن الَّ يُب
ٌ َْص ُرونَ بِ َها َولَ ُه ْم آذ ِ َولَقَ ْد ذَ َرأْنَا ِل َج َهنَّ َم َك ِثيرا ً ِمنَ ْال ِج ِن َو
ِ اإل
َض ُّل أ ُ ْولَـئِكَ ُه ُم ْالغَافِلُون
َ َبِ َها أ ُ ْولَـئِكَ كَاأل َ ْنعَ ِام بَ ْل ُه ْم أ
Tentu sangat berbeda dengan mereka yang kesibukannya itu berasal dari ikut-
ikutan doang, dan apa-apa yang berbau “nggak enakan”. Apa yang sibuk
dikerjakannya itu, semata-mata supaya nggak diejek orang, dan nggak dihina
orang; kemudian bila berhasil ia tangkap, maka ia akan dipuji orang. Hanya
untuk memenuhi naluri dan kebutuhan hidup tanpa cara yang belum tentu
benar.
Misalnya yang nggak asing; sibuk mencari nilai akademik, mencari duit,
mencari kenikmatan jasmani, dan lain-lain yang notabene niat dan tata-
caranya asal-asalan. Istilah biasanya, “Hidup cuma buat perut dan sejengkal
di bawah perut.” Apa bedanya sama kucing, ayam, monyet, kerbau dan teman-
temannya? Cuman pakai baju aja, kemudian melalui perantara duduk di
Kampus atau Kantor.
Mereka yang tak punya tujuan hidup yang jelas, ketika ada sedikit masalah
saja, langsung galau. Padahal lumayan rajin jalan-jalan, makan-makan,
pacaran, nonton film, tapi ntah kenapa tidak pernah mendapatkan
kebahagiaan yang hakiki. Selalu aja stress tiba-tiba datang.
Terlebih lagi, yang bahayanya, mereka tidak suka dengan aturan-aturan Islam,
bila dari awal mereka tidak punya tujuan hidup yang jelas. Semisal mereka
mendapatkan informasi bahwa hukum melakukan suatu perbuatan anu itu
ternyata hukumnya haram. Aktivitas A, haram. Aktivitas B, haram. Aktivitas
C, haram. Ke sini haram, ke sana haram, maju haram, mundur haram, belok
haram, tiarap juga haram, langsung mumetlah dia itu. Serasa dunia runtuh..
Terus yang nggak haram apa??
Apalagi bila dalam konteks bisnis. Punya aset milyaran, tapi ternyata haram?
Serasa langit langsung gelap, seolah hendak runtuh, kayaknya dunia udah
mau kiamat..
Namun, bagi orang yang memiliki tujuan hidup yang jelas, itu mah masalah
keciiill.. Halah, net profit cuman 1 milyar, 2 milyar, 30 milyar, apa sih itu
artinya?? Dibandingkan bila itu bertentangan dengan tujuan hidup kita yang
jelas. Sebab memang ada sesuatu yang jauuuh lebih besar yang mestinya kita
raih, daripada sekadar duit.
Dengan begitu, harapannya nanti Anda jadi tahu, hidup yang sesungguhnya
itu bagaimana..
Jangan sampai ini tidak dibahas. Kalau pun dibahas, jangan sampai
pembahasannya keliru. Jika salah, siap-siaplah stress..
Maka dari itu, mari nanti kita buka Al-Qur’an.. apapun yang dikatakan nanti,
itu pasti benar. Karena bukankah sudah kita buktikan kebenarannya bahwa
Al-Qur’an ini berasal dari Allah Swt?
Baiklah, siapkah Anda? Kalau Anda belum siap, silahkan baca ulang lagi
artikel ini dari awal. Karena nanti bisa jadi tidak sesuai dengan perasaan
Anda. Lantaran memang perasaan tiap-tiap individu itu kan berbeda-beda.
Wa maa khalaqtul jinna wal insan, illaa liya’buduun.. Kita lihat disitu
ada “maa” nafiyatul jinsi. Jadi, di dalam Bahasa Arab itu, kalau
kalimat nafi kemudian diikuti dengan istisna (pengecualian), maka
bermakna hashr.
Sama seperti surat adz-Dzaariyaat ayat 56 tadi, “Wa maa khalaqtul jinna wal
insan..” ,”maa” disitu adalah “maa” nafi. Maka bisa dipahami bahwa Allah itu
tidak punya tujuan apa-apa untuk manusia.. Tidak ada! Tidak ada maksud
apa-apa! Karena, semuanya telah dinafikan..
Maka bila digabung, tidaklah Aku Allah menciptakan jin dan manusia.. Tidak
ada tujuan Aku menciptakan jin dan manusia… KECUALI untuk menjadi
abdiKu. Illaa liya’buduun.. Untuk menyembah kepadaKu. Untuk mengabdi
kepadaKu. Untuk menjadi abdiKu. Untuk menjadi, budakNya Allah Swt.
Jadi, tidak ada tujuan lain Allah menciptakan kita, kecuali untuk mengabdi
kepada Allah Swt!
Jadi kita tidak boleh mengabdi kepada selainNya, siapapun itu! Termasuk
tidak boleh mengabdi pada nafsu diri sendiri!
Anda harus tahu bahwa beda antara “Rabb” dengan “Illah”. Kalau “Rabb” itu,
Tuhan. Kalau “Illah”, Sesembahan.
Pun kalau orang-orang Arab kafir quraisy ditanya “Siapa Tuhanmu?” mereka
menjawab, “Allah”. Tidak ada orang Arab waktu itu yang tidak mengakui
bahwa Tuhan itu adalah Allah. Sampai-sampai kan ayahnya Nabi bernama
Abdullah. Nama lain Kabbah, adalah Baitullah.
Karena kalau mengakui Allah sebagai “Illah”, maka lebih dari sekadar
pengakuan bahwa Allah sebagai Pencipta. Sebab, bila orang-orang Arab itu
mengakuiNya sebagai “Illah”, maka akan ada konsekuensi yang saaaangat
berat. Makanya ngomong doang gitu aja mereka pun nggak mau. Tahu persis
maknanya.
Makanya kan dalam agenda dakwah abad 21 ini, kaum Muslim itu menyerang
sekulerisme. Sekulerisme merupakan akidah bathil, yang bisa melahirkan
pemahaman-pemahaman kufur.
Kenapa bisa parah banget gitu? Karena sekulerisme itu bukan pelanggaran
terhadap syariat, melainkan pelanggaran terhadap aqidah!
Ingatlah pengakuan kita ketika mengucapkan 2 kalimat syahadat, notabene
kita paham maksudnya bagaimana (seperti yang kita bahas di atas), otomatis,
setiap aturan yang bukan berasal dari Allah Swt, wajib ditinggalkan!
Contohnya:
Masak kita diajak untuk tunduk patuh ta’at kepada manusia? Padahal,
syahadat kita mengajak kita hanya tunduk patuh ta’at kepada Allah Swt saja.
Oleh karena ini, tujuan utama dari penciptaan manusia itu adalah, manusia
itu harus siap ta’at, siap tunduk, siap patuh, hanya kepada Allah Swt. Apapun
kata Allah, apapun perintah Allah, apapun larangan Allah, manusia harus
senantiasa siap dengan itu semua. Baik suka maupun tidak suka. Sip??
…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.. [QS. Al-Baqarah: 216]
Begitulah…
Hmm.. teruss.. apakah masih ada ayat yang lain terkait tujuan hidup
manusia?? Ada. Ini satu lagi..
ٰٓ
َ ُض َخ ِليفَةً ۖ قَالُ ٰٓو ۟ا أَتَجْ َع ُل فِي َها َمن يُ ْف ِسدُ فِي َها َو َي ْس ِفكُ ال ِد َما ٰٓ َء َونَحْ نُ ن
س ِب ُح ِ َو ِإ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َملئِ َك ِة ِإنِى َجا ِع ٌل فِى ْاأل َ ْر
َس لَكَ ۖ قَا َل ِإنِ ٰٓى أ َ ْعلَ ُم َما َال ت َ ْعلَ ُمون
ُ ِب َح ْمدِكَ َونُ َق ِد
Itu sebabnya ketika Abu Bakar diangkat menjadi pemimpin, diberi sebutan
Khalifatur Rasul. Karena kan Rasul itu kepala Negara. Maksudnya bukan
sebagai pengganti Nabi yaa.. Lantaran memang Rasulullah Saw itu sebagai
Nabi, juga sebagai kepala Negara. Nah, Abu Bakar itu menggantikan
Rasulullah Saw sebagai kepala Negara.
Makanya ada juga yang bilang Umar bin Khattab itu Khalifatu Khalifatur
Rasul. Tapi kan kepanjangan, maka disebut Amirul mukminin. Utsman bin
Affan, disebut Khalifah lagi. Kemudian Ali, dipanggil Imam. Yaah meski
dipanggil beda-beda, tapi itu sama kok..
Nah, jadi, bila kita artikan secara bahasa, maka tugas manusia di atas muka
Bumi ini sebagai wakil Allah, sebagai pengganti Allah di muka Bumi ini, untuk
mengatur alam semesta, dunia, dan kehidupan ini, menurut apa-apa yang
sudah ditetapkan oleh Allah Swt.
Jangan sampai kita ngaku jadi Wakil, tapi kok nggak nurut sama Allah? Itu
namanya bukan mewakili. Jangan-jangan mau mengkudeta Allah?
Begitulah…
Palingan persoalan berikutnya, kita khawatir nanti diri kita malah menjadi
abdullah maupun khalifatullah yang nggak bener.. Nah, caranya jadi abdullah
maupun khalifatullah yang bener itu gimana sih??
Bagaimana Caranya Mengabdi Pada Allah,
Secara Baik dan Benar?
Caranya adalah, harus mengikuti seluruh petunjuk yang diturunkan Allah Swt.
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). [QS. Al-Baqarah: 185]
Berarti, kita bisa mengabdi kepada Allah secara baik dan benar, caranya yah
ikuti Al-Qur’an.
Berarti, yang salah itu yang nggak mau ikuti Al-Qur’an. Yang maunya ngikutin
hawa nafsu dan bisikan syaithan aja.
َث ُ َّم َجعَ ْلنكَ َعلَى ش َِريعَ ٍة ِمنَ ْاأل َ ْم ِر فَاتَّبِ ْع َها َو َال تَتَّبِ ْع أ َ ْه َوآٰ َء َّالذِينَ َال يَ ْعلَ ُمون
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti
hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. [QS. Al-Jaatsiyah: 18]
Kita harus tahu apa hukum dari setiap aktivitas kita? Apakah boleh (halal),
atau tidak boleh (haram)? Apakah wajib? Sunnah? Mubah? Makruh? Atau
haram?
Maka..
Seharusnya…
Bila tiba-tiba ada yang ngajak.. “Eh, coba main MLM yuk..” maka
Anda harus cari tahu dulu, apa hukumnya?
Bila tiba-tiba ada yang nawarin kerja, “Jadi Cleaning Service di Bank
Mandora mau nggak Bro?” maka Anda harus cari tahu dulu, apa
hukumnya?
Bila tiba-tiba ada yang mengajak Anda.. “Coba nih ikutin tutorial cara
pakai kerudung baru tahun 3020..” maka Anda harus cari tahu dulu,
apa hukumnya?
Bila tiba-tiba ada yang nawarin Anda kerjasama.. “Kamu jago
melukis ya? Kalau ngelukis anu bisa nggak? Boleh minta nomr HP
atau pin BBM-nya? Sapa tau bisa kerjasama..” maka Anda harus cari
tahu dulu, apa hukumnya?
Begitulah.. Jangan sampai Anda malah langsung berbuat sesuatu, tanpa tahu
apa hukumnya!
Kalau ada orang yang udah langsung ngelamar suatu kerjaan tanpa
tahu apa hukumnya, berarti Anda nggak niat jadi abdullah. Tapi jadi
abdul duit.
Kalau ada orang yang udah langsung memakan suatu makanan tanpa
tahu apa hukumnya, berarti Anda nggak niat jadi abdullah. Tapi jadi
abdul nafsu.
Kalau ada orang yang udah langsung mengenakan suatu pakaian
tanpa tahu apa hukumnya, berarti Anda nggak niat jadi abdullah.
Tapi jadi abdul pujian manusia.
Dan lain-lainnya.. ada yang abdul jabatan, abdul cewek, abdul musik,
abdul film, dan abdul-abdul lainnya… Serem hiiii!!!
Karena kalau abdulullah seperti (insya Allah) kita ini, saya dan Anda; kita
tidak akan melakukan suatu perbuatan, kecuali kita tahu hukumnya. Bila
ternyata boleh, barulah kita lakukan. Kalau ternyata tidak boleh, yah jauhi.
Itulah ciri manusia berakhlak mulia,dia bertaqwa.
Clear ya? Beres? Sudah tidak ada masalah lagi terkait bagaimana pandangan
hidup kita sebagai umat muslim?
Sayangnya, ternyata masih ada masalah lain. Ada orang yang memang sudah
“pegang” Al-Qur’an dan assunnah, tapi dia jadi “rada aneh”, bahkan bisa ada
yang “rada sesat”. Kok bisa? Berikut ini penjelasannya.
Nah, jadi, katanya disitu ada seorang profesor di IAIN itu yang ngomong,
“Saya paling takut kalau Al-Qur’an dijadikan Kitab Hukum!” Mendengar
pernyataan itu, mahasiswanya pun jadi pada kaget. Lanjut sang Dosen,
“Karena yang membuat Qur’an itu jadi kaku, menakutkan, serem, kejam, dan
mengerikan, kalau Qur’an itu dijadikan sebagai Kitab Hukum!”
Lanjutnya lagi, “Coba saja.. Hukum itu kan isinya tentang boleh, tidak boleh,
halal, haram, kafir, musyrik, muslim.. itu karena menjadikan Al-Qur’an
sebagai Kitab Hukum. Itu BAHAYA!! Bisa bikin Qur’an itu jadi SEMPIT
MAKNANYA!! JADI KAKUU!! JADI KEJEM!! JADI SEREM!!”
Nah, terus dia sebutkan yang di poin pertama di atas tadi. “Saya
menginginkan Al-Qur’an itu menjadi Kitab yang sebagai ajang dan wahana
kosultatif..”
Maksudnya bagaimana, kemudan dia lanjutkan lagi.. “Kalau Al-Qur’an itu kita
jadikan sebagai rujukan wahana kosultatif, itu akan membuat Al-Qur’an
menjadi sejuk di hati kita.. menjadi sejuk di mata kita.. Tidak jadi garang lagi..
Dengan begitu kan benar-benar bisa menjadi solusi terhadap masalah-
masalah yang kita alami..”
Lanjutnya lagi, “Misalnya nih kita lagi ada masalah.. Contohnya, kita stress
nih bulak-balik bisnis kok bangkrut-bangkrut terus sih.. Nah, bagaimana agar
kita tidak sedih? Agar tidak larut dengan masalah gitu? Kita buka saja Al-
Qur’an… Membuka Al-Qur’an itu seperti berdialog dengan Tuhan.. Kalau gini
kan lebih lembut.. lebih sejuk…. Sehingga kita itu bisa konsultasi dengan
Tuhan.. Konsultasi dengan Qur’an itu ibarat konsultasi dengan Allah Swt…
Sehingga mendapatkan pemecahan-pemecahan masalah dari Allah, inilah
yang membuat hidup kita menjadi tenang… tentram… Hingga kita bisa
menjalani hidup ini lebih baik..”
Kemudian dia buat penegasan, “Itulah karena itu tadi, kita punya temen
konsultasi berupa Al-Qur’an.. Lebih enak kan? Daripada dijadikan kitab
hukum, itu menakutkan! Mengerikan! Iya kan? Jadinya nanti nggak ada
panggilan galak antara sesama muslim gitu.. Nggak ada sebut-sebut temannya
kafir.. Orang mengkafir-kafirkan dan menyalah-nyalahkan gitu kan gara-gara
Al-Qur’an dijadikan sebagai kitab Hukum.. Nanti ada pengusaha yang suka ke
Bank, malah dibilang kafir lagi! Yah itulah tadi kan, gara-gara kitab ini
dijadikan hukum tadi.. Mungkin mereka itu kan nggak pernah belajar agama
di Kampus Islam IAIN gini..”
Simpulnya, “Jadi biar lebih enak, lebih lembut, lebih soft; Al-Qur’an ini kita
jadikan sebagai wahana konsultatif saja yaa.. Oke sipp setuju?”
Kalau orang awam, mungkin dia bakal merasa kayaknya enak ya yang dibilang
Dosen itu.. Tapi jika kita pikir-pikir lagi… sekiranya Al-Qur’an itu jadikan
wahana konsultatif doang, maka konsekuensinya adalah, bila orang nggak
punya masalah maka dia nggak akan buka Al-Qur’an.
Apakah mungkin orang selalu datang ke Psikolog terus baik ketika lagi punya
masalah maupun lagi nggak ada masalah? Biasanya orang ke Psikolog itu
datangnya pas lagi punya masalah. Nggak mungkin orang yang nggak punya
masalah malah datang ke “konsultan”. Lihat orang-orang yang ikut seminar,
workshop, training, kebanyakan dan seringnya adalah orang yang belum
banyak ilmu, dan nggak berduit ya kan? Hehehe! Lihatlah direktur yang
merasa udah banyak duit dan banyak ilmu, masih maukah dia ikut seminar
gitu?
يرا
ً صِ س ِمي ًۢعًا َب ْ ُّاإلنسنَ ِمن ن
َ ُطفَ ٍة أ َ ْمشَاجٍ نَّ ْبتَ ِلي ِه فَ َج َع ْلنه ِ ْ إِنَّا َخلَ ْقنَا
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. [QS. Al-Insaan: 2]
Jadi, lihatlah tuh, kita diciptakan Allah, agar kemudian kita diuji. Ujian, itu
hakikat hidup kita (ingat, hakikat itu berbeda dengan tujuan). Sudah susah-
payah manusia itu dilahirkan, intinya supaya dapat ujian.
Kemudian, maka dari itulah Allah Swt memberikan kita kemampuan untuk
mendengar dan melihat. Karena memang indera itu termasuk syarat untuk
mengikuti ujian.
Allah telah menunjuki kita 2 jalan. Karena ada petunjuk itulah, manusia itu
jadi ada 2 macamnya. Manusia macam pertama adalah yang bersyukur,
kemudian manusia macam kedua adalah yang kufur.
يرا ۟ َ سلس
َ َِل َوأ َ ْغل ًَل َو
ً س ِع َ َِإنَّا ٰٓ أ َ ْعت َ ْدنَا ِل ْلك ِف ِرين
Begitulah penutupnya..
Baiklah, biar lebih mudah, mari kita bahas analoginya.. Begini… Seandainya
saya umumkan, barangsiapa yang membaca artikel panjang ini dari awal
sampai habis, selesai, nanti akan saya kasih sertifikat beserta tanda tangan asli
saya. Plus akan saya kasih gelar Sarjana PAI. Tapi siapa yang nggak beres
bacanya, akan saya kasih gelar Durhaka pada PAI.
Nah, kalau begitu, untuk lulus dapat sertifikat dan gelar gitu, apakah bersifat
bebas atau memaksa? Betul, bebas. Mirip dengan kuliah juga. Yang lulus
dapat gelar sarjana, yang nggak lulus yah jadilah mahasiswa abadi, palingan
berpotensi dapat gelar DO.
Nah, kalau memaksa begitu, itu artinya saya pingin semuanya lulus.
Berarti, kalau Al-Qur’an itu cuma dijadikan sebagai wahana konsultatif doang;
itu tidak boleh. Karena, ini ada ancaman siksaannya, bagi orang yang tidak
mau tunduk dan terikat dengan Al-Qur’an dan Assunnah. Dengan kata lain,
kita ini semuanya harus terikat dengan Al-Qur’an dan Assunnah.
Tetapi… sayangnya, ketika kita sudah jadi termasuk orang yang mau terikat
dengan Al-Qur’an dan Assunnah pun, bisa terbagi lagi menjadi 2 macam.
Macam pertama, ada yang mau terikat tapi terikat dengan sebagian
isi Al-Qur’an dan Assunnah saja, pilih-pilih yang mana yang enak
yang mana yang nggak enak menurut dirinya.
Macam kedua, ialah yang mau terikat dengan keseluruhan isi Al-
Qur’an dan Assunnah.
Hm, emangnya ada fakta nyata real-nya orang yang macam begini?
Ada. Sholat mau, tapi pakai kerudung yang syar’i nggak mau. Padahal sama-
sama wajib perintah Allah. Nikah mau, tapi dilarang bertransaksi berbunga
nggak mau.
Nih contoh lainnya, biasanya biar ketahuan apakah seseorang itu termasuk
macam ini atau bukan, adalah dengan di-test ajak dia untuk mengamalkan
ayat ini:
Begitu diajak mengamalkan ayat di atas barusan soal qishash, dia langsung
ngosos.. Kebukti kan cuma mau terikat dengan sebagian saja..
Apalagi diajak untuk mengamalkan dalil-dalil berikut ini yang padahal juga
diwajibkan:
ِ ُوا ُك َّل و ِح ٍد ِم ْن ُه َما ِم ۟ائَةَ َج ْلدَةٍ ۖ َو َال ت َأْ ُخ ْذ ُكم بِ ِه َما َرأْفَةٌ فِى د
ِين اللّٰـ ِه إِن ُكنت ُ ْم تُؤْ ِمنُونَ بِاللّٰـ ِه َو ْاليَ ْو ِم ۟ الزانِى فَاجْ ِلد َّ الزانِيَةُ َو َّ
َطا ٰٓ ِئفَةٌ ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِين
َ ْاال ِخ ِر ۖ َو ْل َي ْش َه ْد َعذَا َب ُه َما
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. [QS. An-Nuur: 2]
يز َح ِكي ٌم َ طعُ ٰٓو ۟ا أَ ْي ِد َي ُه َما َجزَ آٰ ًۢ ًء ِب َما َك
ٌ س َبا نَك ًَل ِمنَ اللّٰـ ِه ۗ َواللّٰـهُ َع ِز َ َّارقَةُ فَا ْق
ِ َّار ُق َوالس
ِ َوالس
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. [QS. Al-Maidah: 38]
Nah, terkait orang yang hanya mau terikat dengan sebagian itu saja, gimana
tuh nasibnya kalau dia begitu?
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Kitab itu dan ingkar terhadap
sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian
daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari
kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak
lengah dari apa yang kamu perbuat. [QS. Al-Baqarah: 85]
Begitulah pertanyaan dari Allah. Bisa jadi kita termasuk orang yang macam
ini? Apakah kita mau mengikuti aturan Allah yang enak-enak aja, tapi nggak
mau ngikut yang nggak enak-enggak enak? Pastikanlah bahwa diri Anda
berusaha pada posisi yang benar, yakni Islam kaffah.
Haruslah kita menjalakan Al-Qur’an secara kaffah, 100% semuanya harus kita
ikuti, itulah ciri kita menjadi abdullah yang baik dan benar. Insya Allah nanti
masuk Surga. Kalau tidak mau kaffah, bisa jadi malah masuk Neraka dulu…
Begitulah..
Kemudian, itu semua sudah terjawab ketika kita menemukan informasi dari
Sang Pencipta, yaitu Al-Qur’an dan assunnah.
Berbeda halnya dengan orang sekuler. Kalau orang sekuler itu mengakui
bahwa manusia, alam, dan kehidupan itu diciptakan oleh Tuhan, tapi
bagaimana caranya dia hidup, dia tidak mengakui aturan Tuhan. Terus
bagaimana cara manusia hidup, menurut mereka itu terserah manusia aja
mau gimana. Biar nanti manusia memilih wakil manusia (ntah dengan coblos,
contreng, atau apapun itu), agar kemudian wakil manusia itu membuat aturan
manusia. Dan di situlah nanti yang tadinya kata Allah sholat itu hukumnya
wajib, kemudian berubah hukumnya menjadi mubah. Orang mau sholat
boleh, nggak sholat juga boleh.
Dan di Demokrasi itulah nanti yang tadinya kata Allah riba dan pajak itu
hukumnya haram, kemudian berubah hukumnya menjadi wajib. Siapa yang
nggak bayar pajak, “disikat”.
Yang tadinya kata Allah harusnya seorang pencuri khusus itu dipotong
tangannya, kemudian berubah hukumnya menjadi dipenjara.
Sedangkan sejatinya bagi kita pemeluk aqidah Islam, ketika ditanya apa
tujuan hidup di dunia ini? Jawabannya, tujuan utama manusia hidup di dunia
ini adalah untuk terikat dengan aturan-aturan yang berasal dari Allah Swt.
Kalau semua aktivitas kita ketika hidup di dunia sesuai dengan Al-Qur’an dan
assunnah, kemudian Allah ridha, insya Allah kita akan ke Surga selama-
lamanya. Bila ada orang yang melenceng-melenceng, nggak sesuai dengan Al-
Qur’an dan assunnah, hati-hati, bisa-bisa masuk ke Neraka dulu. Yang
bahayanya kalau masuk ke Neraka selama-lamanya.
Ingat ya, Allah itu menghisab kita dengan syariat Islam! Dengan Al-Qur’an
dan assunnah! Bukan dengan nafsu! Walaupun menurut nafsu itu Anda bener,
tidak salah, termasuk juga hakim-hakim yang menyidang itu kalau dia udah
setia dengan nafsu, mereka itu semua di Akhirat nanti tetap akan dihisab oleh
Allah dengan syariat Islam, bukan dengan nafsu. Pokoknya semua manusia
begitu.
Walaupun menurut hukum manusia, kita ini bener, legal, boleh, sah, tapi
tetap saja hukum manusia itu tidak berlaku di Akhirat kelak. Sekali lagi, Allah
pasti akan menghisab kita dengan syariat Islam, yang memang sudah
diturunkan ke kita. Ini harus dicamkan. Allah nggak main-main.
ِ َللاُ َوال تَتَّ ِب ْع أ َ ْه َوا َء ُه ْم َع َّما َجا َءكَ ِمنَ ْال َح
ق َّ فَاحْ ُك ْم َب ْينَ ُه ْم ِب َما أ َ ْنزَ َل
Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. [QS. Al-Maidah: 48]
Tidak mungkin syariat Islam itu berubah. Sekarang Allah mengatakan bahwa
berzina itu hukumnya haram, besok sampai kiamat yah hukumnya tetap
haram. Sekarang Allah mengatakan bahwa riba itu hukumnya haram, besok
sampai kiamat yah hukumnya tetap haram.
Meski seluruh dunia mengatakan bahwa zina itu boleh, riba itu boleh, hisab
Allah kelak tetap tak akan berubah. Walaupun Undang-Undang mengatakan
bunga hutang itu boleh, bahkan wajib, namun bila Allah tetap mengatakan itu
haram, maka tetap akan haram.
Karena memang yang dihisab Allah di akhirat kelak itu pasti akan nyambung
dengan apa-apa yang diturunkan Allah di dunia, yakni Al-Qur’an dan
assunnah, yang notabene harus setia nan istiqomah kita ikuti terus sampai
mati.
Refrensi:
Credits gambar: