Anda di halaman 1dari 10

Bagaimana Nabi Mengajar Kita Untuk Keluar dari Beban

Hutang?
Share on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services629

Redaksi – Selasa, 10 Safar 1436 H / 2 Desember 2014 08:20 WIB

BERITA TERKAIT
 Rumus Melibatkan Allah Dalam Berbisnis
 Sebab Sebab Turunnya Rezeki
 Wasiat Dahsyat Penolak Kefakiran

Semua orang berhutang. Percaya? Tiada apa yang perlu dimalukan.


Islam sendiri ada cara-cara berhutang yang betul. Apa yang penting, berhutang ikut kemampuan kita dan
bukan berhutang mengikuti apa kata orang mau.

Apabila kita berhutang di luar kemampuan, itulah yang selalu menyebabkan kita terperangkap dengan
hutang hutang berkepanjangan.

Berikut adalah doa yang Nabi Muhammad saw ajar kepada kita yang baik untuk diamalkan pagi dan petang
untuk mengatasi masalah bebanan hutang.

“Ya Allah aku berlindung dari kesusahan dan kedukaan, dari lemah kemauan dan rasa malas, dari sifat
pengecut dan bakhil, dari belenggu hutang dan tekanan manusia.”
Apa yang kita maklum, berdoa sahaja tidak akan menyelesaikan masalah. Duit tidak datang dengan
sendirinya selepas kita mengaminkan sesuatu doa. Namun doa yang Nabi saw ajar ini mengandungi
pengajaran yang penting.

Yaitu 4 langkah yang perlu kita buat apabila mau keluar dari beban hutang.

1. Hilangkan perasaan susah dan sedih


Mula-mula perlu buang perasaan negatif ini. Kerana mereka yang mempunyai belenggu hutang yang besar
secara automatik mempunyai perasaan gundah gulana sebegini besar, ada di mana mana hutangnya . Iyalah,
hutang sudah mengelilingi pinggang. Justeru itu , kita akan akui bahwa kita ada hutang.
Ya, kita akui. Bukan berada dalam penafian . Jangan hindari tapi hadapi situasi tersebut. Ini adalah langkah
pertama yang paling penting, akui kesalahan masalah keuangan kita dan tentunya hidup mesti terus berjalan.

2. Tanam sifat rajin


Setelah berlaku jujur dengan diri sendiri maka langkah seterusnya adalah menjadi orang rajin. Orang yang
berjaya semuanya orang yang rajin. Harus rajin bekerja, buat bisnis dan cari pendapatan tambahan. Tiada
alasan, itu harus diikhtiarkan.

3. Menjadi berani dan banyak bersedekah


Ada banyak keadaan memerlukan kita jadi berani. Jika perusahaan tempat anda bekerja memberikan gaji
yang tak cukup untuk kebutuhan anda , kita mesti berani berhenti kerja dan mencari kerja di tempat lain.
Atau bila bisnis pertama gagal, berani untuk tutup kedai dan berani memulai bisnis yang lain.

Yang paling penting, mesti berani menjual. Namun kebanyakan kita tidak berani menjual sedangkan Allah
swt telah menghalalkan bisnis.

Dan pada masa yang sama, banyaklah beri sedekah, bantu orang lain walaupun kita masih lagi belum keluar
dari belenggu hutang sepenuhnya. Ya, jangan jadi bakhil. Jadilah orang yang pemurah untuk keluar dari
belenggu hutang.

Give first, earn later.


4. Bayar hutang dengan sistematik
Apabila kita telah membuat 3 langkah yang awal, maka tibalah masa untuk kita menyusun semula hutang-
hutang dengan baik supaya kita dapat menyelesaikannya dengan lebih cepat.

3 langkah sebelum ini menjadikan kita orang yang ada pendapatan lebih.

Namun jika duit lebih itu tidak dimanfaatkan untuk membayar hutang dengan sistematik maka kita tidak
dapat keluar dari belenggu hutang ini dengan cepat.

Maka sebab itulah kita perlu berjumpa dengan pihak yang ada hutang dan membuat jadwal penstrukturan
hutang yang sesuai. Ketika waktu beginilah kita menghadapi tekanan manusia lain yang datang menuntut
hutang dengan pelbagai cara dan tekanan. Ya, hadapi mereka dengan berbincang secara baik. Pasti akan ada
jalan keluarnya.

Usaha + Doa (Tawakal) = Bebas Hutang


Maka inilah fungsi doa dalam kehidupan. Setelah kita berusaha dengan cara yang betul, Allah akan
membantu dengan caraNya yang lain atau dengan maksud yang lain, bertawakallah bersama dengan kita
berusaha.
Rumus Melibatkan Allah Dalam Berbisnis
Share on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services385

Mirza Nasution – Minggu, 30 November 2014 14:30 WIB

BERITA TERKAIT
 Sebab Sebab Turunnya Rezeki
 Wasiat Dahsyat Penolak Kefakiran

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,


Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan
orang mukmin ketika didunia maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian
banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak.
Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah
akan membantu memudahkan urusannya didunia dan di akhirat.
Dan barangsiapa yang menutup aib orang muslim , niscaya Allah akan menutup aibnya dunia dan akhirat.
Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya.(HR.
Muslim)
Di tengah acara sebuah komunitas wirausaha Muslim terjadi sebuah dialog untuk membangun dan mencari
solusi ekonomi ummat, banyak hal yang dibahas tentang bagaimana membuka peluang usaha dan perlunya
bersaing secara profesional dengan para pengusaha ‘non Muslim’ yang saat ini begitu menguasai
perekonomian negeri ini, diskusi lama lama terkesan sangat teoritis, dan beberapa dari mereka terjebak
kearah materialistik cara pandangnya, padahal semua yang hadir adalah kaum muslimin juga, tapi ternyata
kami semua lupa, bahwa yang hadir tersebut memiliki warisan yang tak ternilai harganya. Ternyata umat
Islam sudah memiliki rumusan dan standar usaha yang telah di bimbing oleh Rasul SAW dan dicontohkan
oleh para sahabatnya ra, bimbingan yang sederhana, bimbingan yang sangat mendarat dan manusiawi, penuh
fitrah, penuh sunnatullah, dan di-support dengan janji Allah. Allah melibatkan diriNYa atas janjiNya.
Berdasarkan hadis shahih di atas, mari kita urai dan tinjau agar mendapatkan makna dan rumusan agar
urusan ujian manusia maupun bisnis muslim ini dapat melibatkan dan tertolong oleh bantuan Allah, sebagai
berikut :

“Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan
orang mukmin ketika didunia maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian
banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak”
Siapa sih manusia yang tidak mengalami ujian dan cobaan dalam kehidupannya. Apalagi dalam
menjalankan bisnis, ujian naik turun itu menjadi suatu hal yang berulang terjadinya. Ketahuilah setiap
hamba Allah pasti mengalami masalah, mengalami kedukaan maupun kesukacitaan , tidak ada satupun yang
terlepas dari seleksi Allah. Ujian dan cobaan kepada hamba Allah tersebut untuk menguji siapa yang lebih
baik amalnya.

Justru menurut hadist di atas, dan itu adalah sunnah Allah, dikala kita mengalami kesulitan dan kesusahan
dalam menghadapi ujian kehidupan, dan kita berharap sekali untuk diangkat kesulitan oleh Allah, justru
salah satu solusinya adalah dengan membantu dan menyelesaikan kesusahan hamba yang lain. konsep ini
sangat sulit dipahami dengan ilmu keduniaan, apalagi ilmu matematis. tapi inilah hukum Allah,
inilah sunnatuLlah. inilah cara agar Allah terlibat! Mulailah dengan cara ini, niscaya permasalahan
perekonomian umat akan tuntas.
Ingatlah sebuah contoh nyata yang pernah diabadikan dalam kisah sahabat Abdurrahman bin Auf ra dengan
dipersaudarakan Saad bin Rabi ra dari Madinah.

Berkatalah Saad kepada Abdurrahman, Wahai saudaraku, aku adalah penduduk madinah yang kaya raya.
Silahkan pilih separuh hartaku dan ambillah, dan aku mempunyai dua isteri, pilihlah salah satu yang
menurut anda lebih menarik,dan akan aku ceraikan dia supaya anda bisa memperisterinya.

Jawab Abdurrahman bin Auf, “Semoga Allah memberkati anda, isteri anda dan harta anda. Tunjukkanlah
jalan menuju pasar.”

Kemudian abdurrahman menuju pasar, membeli, berdagang dan mendapat untung besar, ketahuilah Allah
terlibat! Allah berkahi saling tolong menolong tersebut, saling mendahulukan kepentingan saudaranya.

Pada suatu hari ia mendengar Rasulullah SAW, “Wahai Ibnu Auf, anda termasuk golongan orang kaya, dan
anda akan masuk surga secara perlahan lahan. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah
mempermudah jalan anda,” semenjak ia mendengar nasehat Rasulullah Saw tersebut, ia mengadakan
pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran padanya dengan berlipatganda.

Ibnu Auf adalah seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan seorang budak yang dikendalikan
oleh hartanya. Sebagai buktinya, ia tidak mau celaka dengan menyimpannya. Ia mengumpulkannya dengan
santai dan dari jalan yang halal, tetapi ia tidak menikmati sendirian, keluarga, kerabat saudara dan
masyarakat pun ikut menikmatinya. Karena begitu luas pemberian serta pertolongannya, orang orang
madinah pernah berkata: “seluruh penduduk madinah berserikat (menjalin usaha) dengan Abdurrahman bin
Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada mereka, sepertiganya digunakan untuk membayar
hutang hutang mereka, dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagi bagikan kepada mereka.”

Mereka saling mendahulukan kepentingan saudaranya, Allah bukakan keberkahan, Allah bukakan peluang
menguasai ekonomi ummat, Pasar Madinah yang tadinya dikuasai yahudi berpindah ke tangan muslimin,
berawal dari sikap tolong-menolong (ta’awun) sesama muslimin, bermula dari saling memecahkan masalah
saudaranya, menjadi penguasa ekonomi saat itu, inilah hukum Allah, inilahsunnatullah.
Inilah cara melibatkan Allah… bukan dengan cara bersaing dengan pebisnis non-muslim melalui sistem
yang dibuat oleh non-muslim juga, MUSTAHIL akan tampil. Bila ingin ummat ini kembali lagi menuju
kejayaannya tidak pernah terjadi dan unggul melalui sistem buatan manusia. Kalau mau tampil harus
kembali bersandarkan kepada SunnatuLLah dan Sunnah RasulNya.
Pembahasan ini membuat terhenyak para wirausaha yang hadir, diskusi terhenti dan terhenyak diam,
…semoga para peserta diskusi berfikir ulang dan mulai menapak tilas sunnah yang pernah dilakukan untuk
membenahi kekuatan ekonomi ummat… Tolonglah sudaramu yang sedang kesulitan…. ini adalah langkah
awal menuju kejayaan. (MM)

semoga….

bersambung…..
Wasiat Dahsyat Penolak Kefakiran
Share on facebookShare on twitterShare on emailShare on printMore Sharing Services236

Adityanugroho – Selasa, 1 Safar 1430 H / 27 Januari 2009 11:32 WIB

Islam itu sangat solutif, berbahagialah bila engkau


seorang muslim, apalagi seorang muslim itu adalah enterpreuner (red. Pengusaha), kalaulah dia yakin akan
jalannya, untuk berjihad di dunia melalui bisnis, tentulah dia memiliki dua ujung mata pedang dalam
langkah perjuangannya, yaitu pertama : Ikhtiar yang sungguh sungguh dalam menjemput rezeki, dan kedua
:Kekuatan amalan ibadah dan doa.
Kedua mata pedang tersebut saling menguatkan, kedua mata pedang tersebut menambah kekuatan
keyakinan hamba atas kekuasaan Yang Maha Kuasa. Logika bisnis dan usaha kadang-kala menjadi terbalik,
bahkan hasil yang di raih pun seringkali ilmu matematika ataupun indikator ekonomi tak mampu
menjangkau.

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat
menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk
melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 35:2)
“Katakanlah: Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang di kehendaki Nya di antara
hamba-hambaNYA dan menyempitkan bagi (siapa yang di kehendakiNya). Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi Rezeki yang sebaik baiknya” (QS 34:39)
Pada saat krisis tiba, niscaya mereka para pribadi muslim haruslah merasa yakin dan tetap tenang. Mereka
tidak gundah atas berita yang beredar di media masa, mereka tidak turut serta menggaungkan senandung
yang sama dengan kaum yang lain , mereka punya sikap yang unik dan berbeda dengan kaum yang lain,
alasannya karena mereka punya keyakinan yaitu mereka memiliki ALLAH, PEMILIK SEGALA
KEPUTUSAN, PEMBERI REZEKI.
Seringkali ummat islam terlupakan adanya kekuatan ujung mata pedang yang kedua ini yaitu kekuatan
amalan ibadah dan doa , sebahagian ummat islam sekarang cenderung mengikuti pola manajemen barat
yang serba ‘sebab akibat’ secara rasional, yang tentunya paham barat tersebut telah nyata melupakan faktor
Tuhan sebagai Penentu. Walaupun sebagian mereka berhasil dalam usahanya, maka hasil kerja yang di dapat
paling tidak hanya memperbanyak digit nilai materi saja, dan hampa dalam nilai keimanan serta berpeluang
hilang keberkahannya, ketahuilah bila niat dan hasilnya dasarnya sudah menyimpang , hasil itu semua kelak
akan nihil di hadapan Allah.
Rugi sekali bagi seorang muslim, apalagi kalangan pengusaha muslim khususnya, bila meninggalkan
kekuatan yang satu ini, mereka punya Allah, mereka punya peluang doanya terkabul, mereka memiliki
kesempatan yang lebih baik di banding orang kafir, kenapa kita harus tunduk kepada yang lainnya, bahkan
melemahkan diri?

Banyak sekali hadist Nabi maupun kisah sahabatnya yang memberikan gambaran bagaimana seorang
muslim berdoa, kesemuanya merupakan karuniaNYA agar ummat islam khususnya para pengusahanya agar
memiliki pegangan dan panduan dalam melangkah di kehidupan dunia ini, menjadi pengelana yang tak akan
tersesat di antara ujian kehidupan berupa kelapangan maupun kesempitan.

…………
Adalah Abdullah bin Mas’ud , salah seorang sahabat dekat Rasul SAW. Di masa Khalifah Usman bin Affan,
dia menderita sakit dan terbaring di atas tempat tidurnya, Khalifah usman menjenguknya dan menyaksikan
Abdullah bin Mas’ud dalam keadaan sedih.

Usman : “Apa yang membuatmu sedih?”

Abdullah : “Dosa dosaku”

Usman : “Apa yang engkau inginkan dariku, aku akan penuhi?”

Abdullah : “Saya merindukan rahmat Allah”

Usman : “Jika engkau setuju, aku akan memanggilkan tabib”

Abdullah : “Tabib hanya membuatku sakit”

Usman : “Jika engkau tak keberatan, aku akan perintahkan bendaharaku untuk memberimu harta dari baitul
mal”

Abdullah : “Ketika aku amat membutuhkannya, engkau tak memberiku sesuatu, dan sekarang tatkala aku
sama sekali tak membutuhkannya, engkau hendak memberikan sesuatu!”

Usman : “Pemberian itu juga hadiah untuk putri putrimu”

Abdullah : “Mereka juga tak membutuhkan sesuatu, karena aku telah berwasiat kepada mereka untuk
membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang
membaca surat Al Waqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kefakiran”
Nah, saudara muslimku, informasi ini sudah sampai kepada anda semua, jangan di sia-siakan , mari kita
lakukan amalan ini, Insha Allah, kita mampu untuk tetap tegar dalam menghadapi ujian kehidupan ini dan
niscaya Insha Allah, kefakiran pun tak akan hadir di hadapan kita semua. Dan berilah wasiat yang sama
kepada orang orang yang anda cintai, agar mereka bisa seberuntung seperti yang di sabdakan Rasul SAW di
atas. Amin.

Kunci Rezeki Kaum Muslimin

Kaum muslimin sangatlah berbeda dari kaum kafirin dari banyak aspek, baik ibadah maupun muamalah sesama
manusia. Termasuk dalam hal rezeki, tidaklah bisa kita menerapkan prinsip-prinsip yang dipegang kaum kafir untuk kita
(kaum muslimin) jadikan pedoman mencari rezeki, kita akan jatuh, bangkrut, terhina, dan akhirnya dijebloskan Allaah ke
dalam neraka.

Mereka kaum kafir dan pelaku maksiat dari kaum muslimin yang sukses mendapatkan rezeki dunia seringkali membagi
kiat-kiat kesuksesan mereka, dan dengan bodohnya banyak yang mengikuti kiat tersebut, kebanyakan pada akhirnya kiat itu
tidaklah berguna. Perlu diingat, kita adalah muslim, kita lain dengan orang kafir, kita memiliki cara tersendiri yang sudah
ada tuntunannya dalam agama untuk meraih kesuksesan dunia. Hanya cara dalam tuntunan syariat lah yang bisa
menghantarkan seorang muslim meraih kesuksesan, baik sukses dunia maupun akhirat.
Mengapa Orang Kafir dan Pelaku Maksiat Banyak Kaya, sedangkan Muslim Kebanyakan Miskin, bukankan kita
berada di atas agama Allaah ?

Pertanyaan ini seringkali menghantui seorang muslim. Mari kita perhatikan hadits berikut:

Suatu hari Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu mendatangi rumah Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wassalam. Dan beliau
sedang tidur di atas dipan yang terbuat dari serat, sehingga terbentuklah bekas dipan tersebut di lambung beliau. Tatkala
Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu melihat hal itu, maka ia pun menangis. Nabi yang melihat Umar bin
Khattab radhiyallaahu ‘anhu menangis kemudian bertanya, “Apa yang engkau tangisi wahai Umar?” Umar bin Khattab
radhiyallaahu ‘anhu menjawab,“Sesungguhnya bangsa Persia dan Roma diberikan nikmat dengan nikmat dunia yang sangat
banyak, sedangkan engkau Rasululaah dalam keadaan seperti ini?” Nabi pun berkata, “Wahai Umar, sesungguhnya
mereka adalah kaum yang Allah segerakan kenikmatan di kehidupan dunia mereka.” (HR. Al-Bukhari No. 2468)

Hadits ini menunjukkan bahwa orang kafir disegerakan nikmatnya di dunia, itu adalah istidraj(Nikmat yang Allah beri
pada pelaku maksiat/kekafiran dengan tujuan agar mereka semakin tenggelam dalam dosa akibat dari perbuatan
maksiat/kekafirannya) dari Allah. Namun apabila mereka mati kelak, sungguh adzab yang Allah berikan sangatlah pedih.
Dan adzab yang akan mereka terima kelak semakin bertambah tatkala mereka terus berada di dalam kedurhakaan kepada
Allah ta’ala.

Lalu bagaimana dengan orang kafir yang hidupnya sengsara di dunia? Maka sungguh kesengsaraannya di dunia
adalah syurga baginya dibanding keadaannya kelak di akhirat.

Amalan Kaum Muslimin Untuk Meraih Kesuksesan

Akidah yang Harus Ditanamkan

1. Menanamkan kepercayaan sedalam-dalamnya bahwa Allaah-lah yang memberikan rezeki, sedangkan yang lain hanyalah
jalan yang Allaah sediakan untuk menyampaikan rezeki itu kepada kita. Jangan pernah bersandar kepada jalan, namun
bersandarlah pada Dia yang memberikan jalan.

Allaah Subhana Wa Ta'ala berfirman (yang artinya): “…. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allaah niscaya Allaah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allaah melaksanakan
urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allaah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-
Thalaq 2-3)

2. Menanamkan ke dalam hati untuk memprioritaskan kehidupan akhirat, menanamkan rasa takut akan nasib kehidupan di
akhirat yang sebentar lagi akan dihadapi, dan kehidupan dunia hanyalah sebagai usaha untuk memperoleh kebahagiaan
akhirat, yaitu berupa pengampunan Allaah, terselamatkan dari adzab kubur, hisab, dan neraka, serta meraih syurga-Nya.

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi
Wassalam bersabda (yang artinya) :

َ ‫أمره و َجعَ َل فَ ْق َره بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إال ما كت‬
(( ‫ ومن كانت اآلخرة ِنيَّت َه َج َم َع هللا له أ َ ْم َره و َجعَ َل غِناه في قَ ْل ِبه وأَت َ ْته‬،‫ِب له‬ َ ‫َم ْن كانت الدنيا َه َّمه فَ َّرق هللا عليه‬
‫ِي را ِغ َمة‬َ ‫ه‬ ‫و‬ ‫الدنيا‬

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan
kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda)
duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya
maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta
benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya).“ (HR Ibnu Majah no. 4105, Ahmad
(5/183), ad-Daarimi no. 229, Ibnu Hibban no. 680, dll.)

3. Menanamkan ke dalam hati bahwa tidak akan mati seseorang sebelum sempurna jatah rezeki yang Allaah telah tetapkan
untuknya 50.000 tahun sebelum langit dan bumi diciptakan. Hanya dengan doa diiringi ketaatan maka rezeki bisa diperoleh
lebih dari yang telah ditetapkan, dan dengan maksiat ia akan memperoleh hanya yang telah ditetapkan saja.
Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bersabda (yang artinya) :
“Sesungguhnya malaikat Jibril membisikkan dalam benakku bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna
rezekinya. Karena itu hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharianmu. Apabila datangnya
rezeki itu terlambat, janganlah kamu memburunya dengan jalan bermaksiat kepada Allah karena apa yang ada di sisi Allah
hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada-Nya.” (HR. Al-Hakim)

Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wassalam bersabda (yang artinya) :

َّ ‫ع ْن َها فَاتَّقوا هللاَ َوأَجْ مِ ل ْوا فِي‬


ِ َ‫الطل‬
‫ب خذ ْوا َما َح َّل َودَع ْوا َما َحر َم‬ َ َ ‫طأ‬
َ ‫سا لَ ْن ت َم ْوتَ َحتَّى ت َ ْست َْوفِي ِر ْزقَ َها َوإِ ْن أ َ ْب‬
ً ‫ب فَإِ َّن نَ ْف‬ َّ ‫أَيُّ َها النَّاس اِتَّقوا هللاَ َوأ َجْ مِ ل ْوا فِي‬.
ِ َ‫الطل‬

"Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah. Karena sesungguhnya seseorang tidak
akan mati hingga sempurna rizkinya. Meskipun (rizki itu) bergerak lamban. Maka, bertakwalah kepada Allah dan
sederhanalah dalam mencari nafkah, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram." (HR Ibnu Majah no. 2144, Ibnu
Hibban no. 1084, Al-Hakim (II/4), dan Baihaqi (V/264), Silsilah al Ahadits ash-Shahihah no. 2607)

Amalan Syariat

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan:

Ada empat hal pelancar rezeki:


1. Shalat malam (dengan niat ikhlas mencari ampunan Allaah) (boleh untuk berdoa memohon ampunan
Allaah dan kelancaran rezeki saat sujud solat atau setelah tasyahud)
2. Memperbanyak istighfar (memohon ampun atas dosa) di waktu sahur
3. Membiasakan sedekah (dengan niat ikhlas mencari ampunan Allaah)
4. Berzikir di pagi (setelah solat subuh) dan petang (setelah solat asar) dengan zikir-zikir yang disunnaahkan
Rasulullaah.
Ada empat hal penghambat rezeki:
1. Tidur pagi
2. Sedikit shalat
3. Malas-malasan
4. Sifat khianat
(Zaadul Ma’ad, 4: 378, Ibnul Qoyyim)

Bangsa Arab khususnya kaum Quraisy dengan berpedoman pada ilmu agama dengan iman yang kuat, telah merubah nasib
mereka yang dahulu terhina, jahil, miskin, dan terpecah belah, sehingga menjadi satu-satunya bangsa yang pernah
menguasai 2/3 dunia. Semakin ajaran Islam ditinggalkan, semakin lemah dan terhina kaum muslimin.

Seseorang yang betul-betul mengamalkan akidah dan amalan syariat di atas maka akan dilihat dari
keinginannya untuk menuntut ilmu agama di atas jalan yang dilalui Rasulullaah dan para sahabatnya.

Doa Minta Kaya dan Lepas dari Hutang


Beberapa do’a berikut bisa diamalkan dan sangat manfaat, berisi permintaan kaya dan lepas dari utang. Namun tentu saja
kaya yang penuh berkah, bukan sekedar perbanyak harta. Apalagi hakekat kaya adalah diri yang selalu merasa cukup.

[1] Do’a Meminta Panjang Umur dan Banyak Harta

‫ع َملِي َوا ْغف ِْر لِي‬


َ ‫ َوأحْ س ِْن‬، َ‫عتِك‬ َ ‫علَى‬
َ ‫طا‬ َ ‫ط ْيتَنِي َوأطِ ْل َحيَاتِي‬ ِ َ‫ َوب‬،‫ َو َولَدِي‬،‫اللَّه َّم أ ْكث ِْر َمالِي‬
َ ‫ار ْك لِي فِي َما أ ْع‬

Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii wa athil hayaatii ‘ala tho’atik wa ahsin ‘amalii
wagh-fir lii

Artinya: "Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku
dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku."
(HR. Bukhari no. 6334 dan Muslim no. 2480)

[2] Do’a Memohon Kemudahan

ً‫س ْهال‬ َ ‫س ْه َل إِالَّ َما َجعَ ْلت َه‬


َ َ‫س ْهالً َوأ َ ْنتَ تَجْ عَل ال َح ْزنَ إِذَا ِشئْت‬ َ َ‫اللَّه َّم ال‬

Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa

Artinya: "Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan Engkau menjadikan kesedihan (kesulitan),
jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah"
(HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3: 255)

[3] Do’a Agar Terlepas dari Sulitnya Utang

‫اللَّه َّم ِإنِى أَعوذ ِبكَ مِ نَ ْال َمأْث َ ِم َو ْال َم ْغ َر ِم‬

Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghromi

Artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat dosa dan sulitnya utang".

(HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 5)

[4] Do’a Agar Lepas dari Utang Sepenuh Gunung

َ‫ع َّم ْن س َِواك‬ ْ َ‫ع ْن َح َرامِ كَ َوأ َ ْغنِنِى ِبف‬


َ َ‫ضلِك‬ َ َ‫اللَّه َّم ا ْك ِفنِى بِ َحالَلِك‬

Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak

Artinya: "Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan
karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu".

(HR. Tirmidzi no. 3563, hasan kata Syaikh Al Albani)

[5] Do’a Dipermudah Urusan Dunia dan Akhirat

‫صلِحْ لِى آخِ َرتِى الَّتِى فِي َها َمعَادِى َواجْ عَ ِل ْال َحيَاة َ ِزيَا َدة ً لِى فِى ُك ِل َخي ٍْر َواجْ عَ ِل‬
ْ َ ‫اى الَّتِى فِي َها َمعَاشِى َوأ‬ ْ َ ‫ص َمة ُ أ َ ْم ِرى َوأ‬
َ َ‫صلِحْ لِى ُد ْني‬ ْ ‫ِى الَّذِى ه َُو ِع‬ ْ َ ‫اللَّ ُه َّم أ‬
َ ‫صلِحْ لِى دِين‬
ً
‫ال َم ْوتَ َرا َحة لِى مِ ْن كُ ِل ش ٍَر‬ ْ
Alloohumma ashlih lii diiniilladzii huwa ‘ishmatu amrii, wa ashlih lii dun-yaayallatii fiihaa ma’aasyii, wa
ash-lih lii aakhirotiillatii fiihaa ma’aadii, waj’alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khoirin, waj’alil mauta
roohatan lii min kulli syarrin

Artinya: "Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang
menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah -ya
Allah- kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai
kebebasanku dari segala kejahatan."

(HR. Muslim no. 2720)

Anda mungkin juga menyukai