Anda di halaman 1dari 59

 

󲀜󰁍󰁥󰁮󰁧󰁵󰁢󰁡󰁨 󰁇 󰁴󰁡󰁲󰁡󰁮 󰁒󰁡󰁳󰁡󰀬 󰁍󰁥󰁮󰁧󰁵󰁢󰁡󰁨 󰁋󰁥󰁨󰁩󰁤 󰁰󰁡󰁮󲀝

󰁁󰁒󰁉󰁆 󰁈
󰀱
 

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan izin dari Allah S.W.T, do’a, support   serta bantuan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung,

akhirnya buku kedua saya dalam bentuk electronic-book ini bisa

terselesaikan. Oleh karenanya dalam kesempatan ini saya ingin

mengucapkan terima kasih yaitu :

  Kepada istriku tersayang, Zakiyah D. Aziz. Terima kasih karena terus

memotivasi saya untuk menulis. Terima kasih juga atas kesediaannya

menjadi partner diskusi dan kadang menjadi subject eksperimen untuk

uji coba konsep yang ada dalam buku ini.

  Kepada ayahanda, Suyadiman dan ibunda, Suwarsi. Terima kasih

telah membesarkan serta mendidik saya. Terima kasih atas kerja

keras dan kerja ikhlasnya selama ini untuk menyekolahkan saya

hingga ke jenjang perguruan tinggi. Terima kasih pula atas nasihat,

tauladan, do’a dan restu yang selalu ditujukan kepada ananda dalam

meniti tangga kesadaran di sekolah kehidupan.

  Kepada Pak Yan Nurindra. Terima kasih atas dukungannya, kerja

keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas yang bapak lakukan selama ini

untuk memajukan dunia pemberdayaan diri di Indonesia. Terima kasih

telah bersedia menjadi sahabat sekaligus guru bagi saya.

  Kepada Ma
Mas
s Ifan WInarno. Terima kasih atas kritik, saran, diskusi dan

bimbingannya selama ini untuk menyelami lebih jauh tentang dunia

󰀲
 

quantum baik secara live maupun di dunia maya. Saya merasakan

sebuah lompatan pengetahuan semenjak saya kenal dan cukup intens

dengan Mas Ifan. Terima kasih telah bersedia menjadi kakak, guru

sekaligus sahabat yang memberikan bimbingan dan dukungan

sehingga saya sekarang menjadi pribadi yang jauh lebih matang.

Sukses terus untuk Quantum X Formation-nya.

  Kepada Pak Ronald Adrianto. Terima kasih telah membimbing saya

untuk menguasai metode “Quantum Awareness Healing”. Semenjak

mengenal bapak saya semakin “aware” tentang dunia vibrasi terutama

tentang konsep force dan power. Terima kasih telah bersedia menjadi

partner diskusi, guru sekaligus sahabat bagi saya..

  Kepada para sahabat dan sekaligus guru saya yaitu, Mbak Dheni

 Ambar Susanti, Mbak Beniarti Dwi Pratiwi, Pak Dedi Hartono,


Hartono, Mas

Harba Dwi Karsono, Mas Noeryanto A. Dhipuro, Pakdhe Ronggo

Sutikno (alm), Mas Setiaji Wijaya, Bro Rizal Sastrapraja, Mas

 Ankardiansyah
 Ankardiansyah Pandu Pradana dan masih banyak lagi. Terima kasih

atas masukan, dukungan dan inspirasinya. Sangat banyak sekali ilmu

dan pengalaman yang saya peroleh dari anda semua.

  Kepada para klien yang telah menggunakan jasa pelatihan dan

konsultasi baik individu maupun istitusi, baik pemerintahan maupun

swasta. Terima kasih telah memberikan saya kesempatan untuk

berbagi pengalaman dan pengetahuan. Semoga apa yang telah saya

“sharing-kan” bisa memberikan kontribusi positif. Mudah-mudahan

󰀳
 

kerjasama dan tali silaturahmi kita terus berlanjut dan semakin baik di

masa-masa mendatang.

  Kepada semua peserta pelatihan, workshop dan seminar public yang

saya fasilitasi. Terima kasih atas kepercayaan, dukungan, apresiasi,

partisipasi, testimoni, kritik dan masukannya.

  Kepada guru-guru imajiner saya yaitu : Nabi Muhammad S.A.W,

Gregg Braden, Richard Bartlett, Frank Kinslow, Michio Kaku, Albert

Einstein, Erwin Schrodinger, Niels Bohr, Thomas Young, Fritjof Capra,

Lynne Mc Taggart, Stephen Hawking, Isaac Newton, Paul Davies,

Harun Yahya, Rob Bryanton, Karl Pribram, David Bohm, Michael

Talbot, Alaine Aspect, John Wheeler, Warner Heisenberg, Masaru

Emoto, Kazuo Murakami, Bruce H. Lipton, Paul Dirac, Ki Ageng

Suryomentaram, Eckhart Tolle, Deepak Chopra, Max Planck, David.

R. Hawkins, Jalaluddin Rumi, Ibnu Athaillah dan masih banyak lagi.

 Anda semua menjadi sumber inspirasi bagi saya dalam menjalani


menjalani

sekolah kehidupan ini.

  Kepada semua sahabat yang ada di facebook. Terima kasih atas

status-status dan komentar-komentar anda pada status dan catatan-

catatan saya selama ini. Saya banyak belajar dari anda-anda semua.

Semoga persahabatan ini terus berlanjut dan membawa kebaikan dan

kemajuan bagi kita semua.

  Kepada Ma
MasBro
sBro Mark Zuckerberg. Terima kasih atas jejaring sosial

www.facebook.com yang anda ciptakan. Karena dari situs yang anda

󰀴
 

ciptakan itu saya berjumpa dengan orang-orang hebat dan banyak

menimba ilmu dari mereka.

  Kepada MasBro Chad Hurley, Steve Chen, dan


dan Jawed Karim. Terima

kasih atas situs www.youtube.com yang anda ciptakan. Karena dari

video-video pada situs yang anda ciptakan itu, saya banyak sekali

belajar termasuk menyelami dunia quantum dan hal-hal yang terkait

dengannya.

  Kepada My Netbook Acer. Terima kasih banyak karena tanpa jasamu

tentu saya tidak bisa mengetik naskah buku ini dan juga tidak bisa

belajar di dunia maya. Maafkan jika selama ini saya terlalu memporsir

kamu untuk “bekerja”.

  Kepada My Android Gadgets. Terima kasih banyak, karena tanpa

 jasamu tentu saya tidak bisa mengakses


mengakses internet untuk melengkapi
melengkapi

bahasan naskah buku ini dan juga tidak bisa belajar di dunia maya.

Maafkan jika selama ini saya sangat sering mengkondisikan kamu

dalam wifi tethering mode on.

  Kepada semua pihak yang lainnya. Mohon maaf karena keterbatasan


keterbatas an

media, saya tidak bisa menyebutkan nama dan kontribusi anda

seluruhnya satu per satu. Dengan rasa tulus dan ikhlas saya

mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis 

󰀵
 

KATA PENGANTAR

Buku kedua saya kali ini adalah dalam bentuk elektronic-book atau

ebook, dengan judul “Change Your Vibration, Change Your Life ;

Mengubah Getaran Rasa, Mengubah Kehidupan”. Buku ini merupakan

kelanjutan dari buku pertama saya (versi cetak), yang berjudul “The Power

Of Mind ; Membongkar Rahasia Mengelola Kekuatan Pikiran, Emosi dan

 Alam Semesta”. Seiring dengan pertumbuhan


pertumbuhan pemahaman
pemahaman saya, buku

kedua saya ini juga saya ambil dari kumpulan materi (slide) berbagai

pelatihan, seminar dan workshop yang telah saya lakukan selama ini.

Selain itu juga bersumber dari hasil eksperimen terhadap diri saya pribadi,

para sahabat yang bersedia menjadi subject percobaan dan juga para

klien. Ternyata banyak testimoni positif dan dirasakan oleh para peserta,

teman, sahabat dan keluarga. Setelah “puzzle” yang saya rangkai mulai

ketemu “gambar utuhnya” saya merasa mantap untuk kembali menuliskan

hasil temuan-temuan saya menjadi sebuah buku.

Menyingkap rahasia alam semesta, menelusuri cara kerja getaran

pikiran dan perasaan manusia serta bagaimana pengaruhnya dalam

membentuk realita dalam hidup adalah eksplorasi yang seolah tiada

berujung, namun sangat mengasyikan. Bagi sebagian orang, eksplorasi

dalam hal ini selalu menemukan hal baru yang membuat terperangah dan

semakin merasa tidak tahu apa-apa. Namun bagi sebagian yang lain,

bahasan tentang hal ini masih merupakan hal yang sangat baru, dan

󰀶
 

kadang beberapa istilah rumit membuat bahasan tentang ini sulit

dipahami. Oleh karenanya buku saya kali ini dan seterusnya akan saya

buat dalam format tanya jawab imajiner, alias tanya jawab yang

sebenarnya tidak ada dalam realitanya. Format tanya jawab saya pilih

karena saya rasa itu akan membuat topik bahasan menggunakan bahasa

sehari-hari yang mudah dipahami. Setiap orang merasa yang membaca

merasa tidak sedang membaca buku. Ia merasa sedang berbicara

langsung dengan saya sekaligus berbicara langsung dengan kesadaran

tertinggi di dalam dirinya. Sehingga tanpa terasa, eh halaman buku sudah

habis dibaca semuanya.

Jumlah halaman dalam buku ini memang tidak terlalu tebal, namun

demikian saya berupaya membuat pembahasan setiap bab langsung

pada intinya. Selain itu, buku elektronik / ebook yang terlalu tebal akan

melelahkan untuk dibaca. Saat ebook ini dipublikasikan, saya sedang

menulis draft buku yang nantinya akan dipublikasikan dalam format cetak

(bukan ebook) dengan jumlah halaman yang jauh lebih tebal. Ada

beberapa hal yang tidak dibahas dalam buku cetak itu. Lalu dimana hal-

hal yang tidak saya bahas di buku cetak saya bahas? Di dalam ebook ini

tentunya. Baiklah, selamat membaca dan selamat berpetualang,

menyelami alam semesta di dalam diri.

Purwokerto, April 2014

 ARIF RH 

󰀷
 

DAFTAR ISI

Halaman

Ucapan Terima Kasih

Kata Pengantar

Daftar Isi

1. Bertanggungjawab
Bertanggungjawab Dalam Menjalani
Menjalani Kehidupan ...................
................ ... 9

2. Bahan Dasar Alam Semesta ............................................


...................... ............................
...... 13

3. Apa Itu Vibrasi? .........................................


................... ............................................
............................
...... 17

4. Vibrasi Force dan Vibrasi Power .........................................


................... .........................
... 21

5. Mewaspadai
Mewaspadai Vibrasi Kemelekatan
Kemelekatan ......................................
................ .........................
... 25

6. Rahasia Melepaskan
Melepaskan / Letting Go .......................................
................. .........................
... 28

7. Mengapa
Mengapa Kita Sulit Melepaskan?
Melepaskan? ..........................................
.................................... ...... 30

8. Memetakan Vibrasi Dengan Mengamati Pengalaman ..........


..... ....... 33

9. Memetakan Vibrasi Dengan Permainan Ular Tangga ............ 39

10. Kapan Kita Force dan Kapan Kita Power? .............................


.................... ......... 42

11. Strategi
Strategi Bagaimana
Bagaimana Berada Di Vibrasi Power .......................
................. ...... 45

12. Jebakan Dalam Ilmu Vibrasi ..................................................


...................................... ............ 47

13. Download
Download Gratis Rekaman Suara Tentang Vibrasi ............... 50

Profil Penulis

Recommended Books 

󰀸
 

1. Bertanggungjawab Dalam Menjalani Kehidupan

Si X : Pak, apakah ada kebetulan dalam hidup?

Saya : Tidak ada. Kebetulan adalah kosakata yang kita gunakan

karena kita kesulitan untuk menjelaskan prosesnya.

Sejatinya tidak ada yang kebetulan

Si X :  Kok bisa begitu pak? Contohnya bagaimana?

Saya : Banyak contoh dalam kehidupan kita. Tapi saya berikan

contoh sederhana. Misalnya begini. Suatu hari kamu naik

sepeda motor pakai helm yang tidak ada kaca penutup

muka. Pas di jalan raya, di depanmu ada bus kelas

ekonomi. Lalu salah satu penumpang yang duduk di dekat

 jendela di bus itu meludah. Cuihhh, dan plokkk, dlewerrr.

Ludahnya kena mukamu. Kamu jengkel gak?

Si X : Ya jelas jengkel donk pak. Kurang ajar banget itu orang

tidak punya etika dan sopan santun !

Saya : Oke, baiklah. Tapi coba kamu renungkan beberapa

pertanyaan saya ini.

1. Kenapa kok ya kamu memutuskan naik motor?

2. Kenapa kamu gak pake helm dengan penutup muka?

3. Kok bisa pas ya kecepatan motor kamu dengan

kecepatan bus di depanmu sehingga tercipta jarak yang

memungkinkan kamu kena ludah itu?

󰀹
 

4. Kok bisa tepat sekali ya timing orang di dalam bus itu

kepingin meludah, sehingga pas dengan timing posisi

kamu berada?

5. Dari ratusan pengendara sepeda motor kok bisa


bisa ya

kamu yang kena ludah?

Itu hanya sebagian kecil pertanyaan yang saya ingin kamu

 jawab. Apa jawaban kamu?

Si X : Iya ya ha ha ha ha. Baru kepikir saya pak. Terlalu banyak

hal yang sangat presisi / akurat dalam hal timing, jarak,

kecepatan dan sebagainya sehingga peristiwa itu terjadi.

Saya : That’s
That’ s it ! Secara ilmiah, terlalu banyak variabel yang

diperlukan agar peristiwa itu terjadi. Namun karena terlalu

banyak variabelnya, kita tentu tidak mau ruwet

mengidentifikasinya khan? Namun dari sekian banyak

pertanyaan saya tadi, ada satu pertanyaan yang paling

penting. Pertanyaan yang mana menurut kamu?

Si X ; Hmmm, yang mana yaaaa?

Saya : Pertanyaan yang paling penting dari semua pertanyaan di

atas adalah pertanyaan yang terakhir.

Si X :  Ooo, yang terakhir? Yang pertanyaan, kenapa kok saya

yang kena ludah, bukan orang lain?

Saya : Yess. Itu pertanyaan kuncinya. Sekarang coba jawab,

kenapa pertanyaan itu sangat penting?

󰀱󰀰
 

Si X : Hmmm kenapa yaa? O ya, karena bisa jadi, saya lah yang

mengundang terjadinya peristiwa itu. Iya khan?

Saya : Tepat ! Saat kamu fokus kepada variabel-variabel


variabel-var iabel di luar,

maka kamu tidak belajar apapun dari kejadian itu. Kamu

akan mempersalahkan semua hal, kecuali dirimu sendiri.

Dan sikap seperti itu akan menyulitkan hidupmu sendiri.

Si X :  Mengapa menyulitkan hidupku sendiri pak?

Saya : Karena kamu akan terus memupuk sikap blaming   alias

mempersalahkan yang sudah terjadi. Dan kamu akan

membentuk karakter tidak bertanggungjawab dalam

menjalani kehidupan.

Si X : Tapi kan pak, siapa tahu kejadian kena ludah itu sudah

digariskan Tuhan dari “sono”nya?

Saya : Nah khan, kamu sudah mulai berani menyalahkan Sang

Maha Pencipta.

Si X : Walah, iya ya wakakakakakakak

Saya : Sekarang kamu sudah paham pelajaran pada bab ini?

Si X : Sudah, tapi belum paham banget pak. Maksudnya begini.

Saya menangkap bahwa tidak ada kebetulan dalam hidup.

Dan karena tidak ada kebetulan, maka kejadian seburuk

apapun yang sudah terjadi sikap terbaik adalah

menerimanya dan belajar dari kejadian itu. Namun

pertanyaan yang masih mengganjal adalah mengapa

󰀱󰀱
 

kejadian yang buruk itu menimpa saya? Kalau saya

memang yang menyebabkannya, bagaimana bisa saya

menyebabkannya?

Saya : Itu akan kita bahas pada bab selanjutnya . Namun perlu

kamu ingat, mekanisme seperti di atas juga berlaku pula

dalam kejadian baik yang sering kita sebut sebagai

keberuntungan. Misalnya, kamu dapat doorprize atau dapat

undian. Kenapa kamu yang dapat? Itu sama saja

mekanismenya. Jadi pembahasannya jangan hanya dalam

hal kejadian buruk atau kesialan.

Si X : Ohh ya ya ya ya

Saya : Pada bab ini saya ingin kamu memahami, bahwa dalam

hidup ini, kamu miskin atau kaya. Kamu berhasil atau gagal,

sebenarnya kamulah yang memilih. Banyak orang sulit

mengubah hidupnya yang carut marut karena mereka tidak

bertanggungjawab dalam hidupnya. Dan cara yang paling

umum yang dilakukan untuk melemparkan tanggungjawab

adalah berkata, ini sudah takdir Tuhan. Ini sudah “ditulis di

kitab yang nyata” oleh Tuhan sebelum saya dilahirkan.

Tuhan dijadikan kambing hitam. Kekeliruan dalam

memahami hal ini bahaya sekali dampaknya dalam

kehidupan. Kamu siap untuk membahas bab selanjutnya?

Si X : Siap pak !! Aku penasaraaannn qiqiqiqi … :P

󰀱󰀲
 

2. Bahan Dasar Alam Semesta

Saya : Pada bab 1, kamu tentu sangat penasaran, kok bisa yaa

dalam sebuah kejadian hidup, kita sebenarnya terlibat

menghadirkan kejadian itu. Baik kejadian baik ataupun

kesialan.. Iya
kesialan I ya tho?

Si X :  Iya pak wakakaka … Gimana pak penjelasannya?

Saya : Untuk menjawab pertanyaanmu, saya harus memulai dari

pembahasan mengenai bahan dasar pembentuk alam

semesta ini. Bahan dasar yang membentuk realita. Segala

sesuatu yang kamu lihat nyata itu, baik berupa benda padat,

cair atau apapun sebenarnya bahan dasarnya sama saja.

Ibarat kue dengan beragam bentuk, tepung untuk

membuatnya adalah tepung yang itu itu aja.

Si X : Lalu apa bahan dasar pembentuk segala sesuatu itu pak?

Saya : Dengan menggunakan pendekatan ilmu fisika modern,

bahan dasar pembentuk segala sesuatu itu disebut sebagai

quantum. Jadi kalo kamu membaca atau mendengar kata

quantum, itu bukan merk kasur atau kompor.

Si X :  Wakakakakakak
Wakakakakakakaa … Seru seru … Nah lalu?

Saya : Artinya, sebenarnya kita ini berada di samudera quantum

itu. Apapun kejadian dalam hidup kita ya dibentuk dari

bahan tersebut.

󰀱󰀳
 

Si X : Pak, bisa diuraikan lebih detail urutannya sampai quantum

itu bagaimana?

Saya : Baik, begini. Misalnya sendok ini. Sendok ini kalau diurai

nanti kita akan menemukan molekul. Molekul kalau diurai

nanti kita akan menemukan atom. Atom kalo diurai akan

ditemukan partikel, ada proton, elektron dan neutron. Dan

seterusnya dan seterusnya, sampai yang haluuus sekali.

Nah untuk memudahkan ya itu, disebut bahwa bahan dasar

pembentuk segala sesuatu itu quantum.

Si X : Apa yang menarik dari quantum ini pak?

Saya : Banyak. Salah satu yang menarik adalah, quantum ini

memiliki perilaku yang sangat aneh. Ia memiliki sifat berada

di sini atau di situ dan sekaligus berada dimana mana

Si X : Maksudnya pak?

Saya ; Maksudnya begini. Saat sesuatu berada di suatu lokasi

yang kita sebut di sini atau di situ, itulah realita. Alias jelas

ruang dan waktunya. Nah sederhananya, kamu sedang

berada dimana?

Si X : Saya sedang berada di depan bapak khan?

Saya : Nah, sifat quantum itu ibaratnya, kamu itu ada di depan

saya. Namun sekaligus ada dimana-mana.

Si X : Wah kok aneh sekali pak?

Saya : Ya. Namun yang menarik. Sifat quantum yang ada dimana-

󰀱󰀴
 

mana sekaligus itu akan lenyap dan menjadi berada di suatu

lokasi tertentu saat kita mengamatinya. Misalkan kamu

kepingin liat dia berada di situ. Maka dia akan berada di situ.

Kamu sudah mulai paham belum kaitannya dengan kejadian

dalam hidup?

Si X : Belom pak

Saya :  Begini. Saat quantum yang sifatnya dimana-mana itu


:  itu kita

amati, maka dia akan berubah menjadi partikel. Alias

menjadi suatu kenyataan. Sebelum diamati, ia bukanlah

kenyataan. Ia adalah sebuah kemungkinan tiada batas dan

berada dimana-mana. Ini yang biasa disebut sebagai

samudera kemungkinan

Si X : Masih bingung

Saya : Artinya begini dalam hidup. Misalnya besok kamu mau

 jualan, atau menawarkan sebuah produk ke beberapa

konsumen. Nah kamu bakalan berhasil atau gagal?

Si X : Wah ya enggak tahu pak …

Saya : Kamu pesimis atau optimis berhasil?

Si X : Wah saya gak bakat jualan pak. Kayaknya si gagal semua

Saya : Nah, di samudera kemungkinan, ada banyak kemungkinan

dari apa yang kamu dapatkan besok. Kemungkinan itu tiada

terhingga. Saat kamu tadi berkata, saya enggak bakat

 jualan, saya bakalan gagal, maka kamu sedang

󰀱󰀵
 

memberikan pengamatan kepada salah satu bentuk

kemungkinan di samudera quantum. Akibatnya apa?

Si X : Ohhh mulai paham saya pak. Akibatnya ya cara berpikir dan

keyakinan saya tadi memperbesar kemungkinan gagal.

 Alias, saya lah yang mengundang dan menghadirkan


menghadirkan realita

gagal itu. Betul?

Saya :  Yup. Perhatianmu secara mental telah mengerucutkan


berbagai kemungkinan yang ada ke arah kegagalan. Dan itu

akan semakin kuat saat semua tindakanmu juga mengarah

ke sana.

Si X : Kaitannya dengan
d engan pemahaman takdir
t akdir yang benar

bagaimana pak?

Saya : Ya begini. Bahwa Tuhan memang telah menuliskan semua

kejadian dalam hidup. Semua kejadian yang tak terhingga

alurnya itu sudah selesai ditulis. Namun, semuanya masih

berupa kemungkinan. Dan baru menjadi sebuah realita saat

kita memberikan pengamatan. Alias saat kita memilih,

memutuskan dan melakukan sesuatu

Si X : Waooowww jelas, jelas sekarang pak

Saya : Jadi ingat baik-baik. Kamu gagal, kamu sukses, kamu baik,

kamu jahat. Semua kejadian itu sudah ada saat ini. Di

samudera kemungkinan tepatnya. Itulah sebabnya para

orang bijak mengatakan. Life Is A Choice. Kita pindah bab :)

󰀱󰀶
 

3. Apa Itu Vibrasi?

Saya : Kamu pernah gak mengalami, pagi hari kamu bad mood.

Dan akhirnya seharian itu banyak kejadian tidak enak. Dan

hari itu jadi bad day?

Si X : Wakakakak pernah pak …

Saya :  Nah … Melanjutkan pembahasan di bab sebelumnya, kita


akan membahas soal vibrasi. Vibrasi berasal dari bahasa

Inggris, vibration, artinya getaran. Dan sebenarnya pikiran

dan perasaan kita ini adalah getaran.

Si X : Lalu?

Saya : Nah, getaran ini memiliki frekuensi sendiri sendiri. Dalam hal

ini, saat kamu sedang happy, sedang marah, sedang sedih,

sedang ikhlas, frekuensinya beda-beda. Ini akhirnya seperti

kita sedang nonton televisi atau radio. Setiap stasiun radio

dan stasiun televisi akan memiliki frekuensi sendiri, sendiri.

Kalo kamu memutar channel radio di 7,45 hertz misalnya,

maka kamu akan menangkap siaran olahraga dari Pass FM

misalnya. Nah, nyambung dengan samudera kemungkinan

tadi. Semua siaran di alam semesta itu macem-macem. Ada

film horror, ada sinetron, ada siaran kekerasan, ada siaran

 jalan-jalan
 jalan-jalan kuliner, dan sebagainya.
sebagainya. Kalo kita bagi, ada

siaran yang isinya baik dan ada siaran yang isinya buruk.

󰀱󰀷
 

Si X : Menyimak pak …

Saya : Nah, saat perasaan kamu berada di bad mood, maka

getaran / vibrasi kamu lah yang memilih channel-channel

siaran yang gak enak. Saat kamu feel good, maka kamu

memilih siaran-siaran yang baik. Paham?

Si X : Semakin paham pak

Saya :  Kalo kita mengacu pada penjelasannya Gregg Braden,


beliau seorang ilmuwan. Getaran pikiran dan perasaan kita

ini memancar ke luar diri kita dengan jarak yang entah

sampai kemana. Dan dalam radius tersebut, kita

mempengaruhi segala sesuatu di sekitar kita. Dan bila orang

lain pun juga memancarkan vibrasi, maka vibrasi setiap

orang akan saling bersinggungan. Di sinilah akhirnya kita

memahami bahwa pertemuan kita dengan seseorang juga

bukan kebetulan. Ketika dua orang berjumpa, atau terlibat

dalam satu peristiwa, itu karena memiliki frekuensi yang

serupa. Sebagaimana dalam contoh kamu kena ludah tadi.

Maka frekuensi kamu dan orang di dalam bus itu nyambung.

Si X : Okee, jadi vibrasi kita itu sebenarnya secara sederhana

adalah apa yang kita rasakan ya pak?

Saya : Ya … Betul … Apa yang kamu rasakan di dalam dadamu itu

lah yang ikut berkontribusi dalam pembentukan realita

dalam kehidupanmu.

󰀱󰀸
 

Si X : Apakah vibrasi kita mempengaruhi benda elektronik pak/

Saya : Ya. Lynne Mc Taggart, seorang penulis buku-buku yang

membahas soal fenomena quantum menyampaikan dalam

sebuah seminarnya, bahwa vibrasi manusia bisa

mempengaruhi benda elektronik. Apakah kamu pernah

mengalami, bekerja dengan laptop dan printer, dan saat itu

perasaan kamu sedang sangat bad mood?

Si X : Pernah pak

Saya : Apa
A pa yang terjadi?

Si X : Tiba-tiba laptop saya lemot, lambat, sesekali hang harus

restart. Saat nge-print, eh tiba-tiba printernya gak terdeteksi

oleh laptop. Bahkan pernah juga tintanya gak jelas di kertas.

Padahal kemaren baik-baik saja.

Saya : Nah itu dia. Sebenarnya, benda elektronik bisa menjadi

sebuah sarana bagi kita untuk mengetahui apa yang ada di

dalam dada kita dan bagaimana vibrasi kita tentunya

Si X : O iya, saat saya terburu-buru


terburu-b uru di jalan juga, entah kenapa

 jalanan jadi seolah sempit dan penuh sesak. Tapi saat saya

santai tidak sedang terburu-buru, jalanan longgar qiqiqi

Saya : Nah, kalau semua orang sadar tentang vibrasi ini, tidak akan

mudah menyalahkan keadaan. Mereka akan langsung

menengok ke dalam, karena mereka tahu, problemnya

bukan “di luar sana”, problemnya adalah “di dalam sini”.

󰀱󰀹
 

Jadi, yang sebenar-benarnya do’a itu bukan kata-kata atau

kalimat yang keluar dari mulut kita. Tapi, apa yang kita

rasakan di dalam dada. Syukur syukur, antara apa yang di

dalam dada dengan kata-kata yang terucap, sejalan he he

Si X : Jadi kalau begitu, kita sebenarnya tidak pernah berhenti

berdo’a ya? Always praying all the time

Saya :  Ya … Kekeliruan kebanyakan orang adalah mengidentikkan


antara ritual do’a dengan hakikatnya do’a. Antara membaca

teks do’a dengan berdo’a itu berbeda. Sama halnya,

membaca teks lagu dengan menyanyi juga beda. Itulah

sebabnya banyak di antara kita merasa do’a kita tidak

dikabulkan. Padahal yang terjadi adalah, kita tidak

menyadari apa sebenarnya yang kita do’akan

Si X : Waduh … Itu nabok banget pak … Merinding saya

Saya : Kalau kamu membaca do’a di rumah ibadah selama 5 menit

dengan berurai air mata. Dengan segenap rasa. Lalu

setelah kamu keluar dari rumah ibadah itu, kamu mengeluh,

bahkan meragukan do’a mu sendiri, itu juga do’a. Dan kamu

lakukan itu lebih lama daripada yang 5 menit di rumah

ibadah tadi qiqiqi

Si X : Wah wah wah … Kacau dah !

Saya : Rumusnya sederhana. Dada sempit, hidup sulit. Dada

lapang, hidup gampang . Lets go to the next topic !

󰀲󰀰
 

4. Vibrasi Force dan Vibrasi Power

Saya : Kamu pernah denger kata manungsa?

Si X : Manungsa, itu manusia ya pak, tapi bahasa Jawa?

Saya : Betul. Manungsa, itu bisa kita terjemahkan sebagai

Manunggaling Rasa. Artinya, tempat dimana rasa-rasa

bersatu padu. Jadi sangat wajar bila kita sebagai manusia

dalam hidup ini merasakan semua rasa. Kita dalam sehari,

berpindah dari satu rasa tertentu ke rasa yang lainnya.

Si X : Rasa itu masih ada kaitannya dengan vibrasi khan pak?

Saya : Ya, jelas. Nah, kali ini kita akan bahas vibrasi secara lebih

detail. Kita akan menggunakan hasil penelitiannya David R.

Hawkins sebagai bahan acuan.

Si X : Siap menyimak pak !

Saya : Selama sekitar 20 tahun, Hawkins meneliti soal pikiran dan

perasaan manusia. Nah kemudian ia membuat semacam

tabel dimana di situ dia memetakan spektrum getaran

peerasaan manusia. Karena hasil penelitian beliau adalah

soal perasaan, kita bisa gunakan sebagai acuan untuk

memetakan vibrasi. Dalam konsep Hawkins, getaran

manusia bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu Force dan

Power.

Si X : Apa itu Force? Apa itu Power pak?

󰀲󰀱
 

Saya : Force adalah spektrum getaran rasa-rasa manusia yang

getarannya rendah. Sementara Power adalah spektrum

getaran rasa-rasa manusia yang getarannya tinggi. Supaya

lebih jelas, kamu lihat tabel berikut ini :

Nah. Dalam tabel di atas, kamu bisa lihat khan? Perasaan

apa saja yang vibrasinya rendah dan tinggi? Semakin ke

atas maka getarannya semakin tinggi. Semakin ke bawah

semakin tinggi.

Si X : Ooo ya ya ya pak. Berarti itu dari mulai rasa malu sampai

rasa bangga itu getarannya rendah. Sementara dari mulai

rasa berani sampai pencerahan itu getarannya tinggi. Begitu

khan pak?

Saya : Ya. Nah pertanyaanya, dalam keseharian, kamu seringnya

berada dimana? Kalo rasa-rasa yang sering kamu akses

󰀲󰀲
 

adalah yang berada di kategori Force, maka vibrasimu

rendah. Konsekuensinya, hidupmu akan carut marut,

amburadul, tidak karuan. Bila rasa-rasa yang sering kamu

akses dalam keseharianmu adalah yang berada di kategori

Power, maka hidupmu akan baik. Sehat, bahagia, sejahtera.

Si X : Kalau rasa bersyukur masuknya kemana pak? Di tabel tidak

ada itu?

Saya : Dalam menggunakan tabel Hawkins, kita harus luwes. Kita

tidak harus terkotak pada tabel di atas. Yang perlu kita

pahami adalah bahwa Force adalah perasaan-perasaan

yang tidak enak, sedangkan Power adalah perasaan-

perasan yang enak (feelgood). Nah, saat kamu bersyukur

apa yang kamu rasakan di dadamu? Enak? Nyaman? Atau

tidak enak dan tidak nyaman?

Si X : Ya enak pak … Nyaman … Hmmm

Saya : Ya itu berarti, rasa bersyukur itu ada di kategori Power.

Si X : Apakah mungkin kita selalu berada di Power pak?

Saya : Saya kira, selayaknya manusia kita akan selalu bergerak

antara Force dan Power. Namun, saat kita sudah memiliki

kesadaran yang tinggi, kita akan dominan berada di Power.

Karena setiap kita berada di Force kita tidak terlarut

berkepanjangan dan pindah ke Power.

Si X : Berarti rasa-rasa di Force itu jelek ya pak?

󰀲󰀳
 

Saya : Tidak 100 persen begitu. Karena dalam keadaan tertentu,


tertent u,

dan dalam kadar yang cukup, perasaan di Force itu juga

diperlukan. Kamu bisa bayangkan enggak kalo manusia

tidak punya rasa bersalah? Akibatnya, sesukanya menyakiti

orang lain. Dengan adanya rasa bersalah ini akan

menimbulkan keteraturan dalam hidup. Namun, bila rasa

bersalah ini dialami seseorang secara berkepanjangan, ia

akan merusak. Jadi ini soal kadar. Kalau kadarnya

berlebihan, ia menjadi berbahaya. Ingat bahwa antara obat

dengan racun itu bedanya pada dosisnya. Obat bisa menjadi

racun kalau dosisnya berlebihan.

Si X : O ya ya ya, saya paham. Artinya, sudah kodrat manusia ya

pak kalau punya rasa bersalah, punya rasa malu bahkan

kadang ada rasa sombong

Saya : Ya … Bedanya di level kesadaran. Orang yang belum

tercerahkan akan berkata “saya marah” ... Saat ia sudah

tercerahkan, ia akan berkata, “saya TAHU bahwa saya

sedang marah”

Si X : Ha ha ha ha … Betul betul …

Saya : Jadi, mulai sekarang ada satu pertanyaan penting yang perlu

kamu selalu tanyakan kepada dirimu sendiri saat melakukan

tindakan dalam keseharianmu. Pertanyaannya adalah, “saya

sedang menggunakan Force atau menggunakan Power?”

󰀲󰀴
 

5. Mewaspadai Vibrasi Kemelekatan

Si X : Sekarang bahas apa pak?

Saya : Masih bahas tabelnya Hawkins, tapi saya akan lebih fokus

ke beberapa hal saja. Begini. Menurut kamu, semakin kamu

menginginkan sesuatu, apakah sesuatu itu akan kamu capai

atau kamu dapatkan?

Si X : Iya donk pak. Itu pula yang saya dapatkan dari buku-buku

motivasi dan pelatihan-pelatihan pengembangan diri

Saya : Oke. Sekarang kalo rasanya bukan hanya ingin, tapi ingiiiiin

sekaliiii … Sangat-sangat ingiiiiin … Gimana?

Si X : Semakin bagus pak … Kan action nya semakin hebat …

Saya : Coba kamu balik lagi lihat tabel nya Hawkins di bab

sebelumnya. Cermati rasa ingin itu berada dimana?

Si X : Bentar pak … Lho … Kok rasa ingin itu berada di Force ya

pak? Kok bisa? Waduh kok bisa sih?

Saya : Sekarang saya kasih contoh yaa. Kamu pernah gak

kehilangan barang, misalnya, kunci kendaraanmu keselip

entah kemana?

Si X : Pernah pak …

Saya : Tentu karena kamu butuh kamu mencarinya khan? Kamu

pun bertindak. Ngubek ubek semua tempat yang mungkin

dimana barang itu berada. Mungkin sesekali kamu pernah

󰀲󰀵
 

menemukannya setelah kau kerja keras mencarinya. Nah

namun pernahkah kau mengalami, semakin kau mencarinya

malah gak ketemu? Dan justru saat kau tidak lagi

mencarinya, walau beberapa saat karena kesibukan yang

lainnya, kau justru menemukannya secara gak sengaja?

Si X : Seringnya malah begitu pak ! Ko begitu ya? Apakah karena

saat saya mandi misalnya. Khan saya jadi lupa dengan

urusan nyari kunci tadi. Otomatis rasa ingin saya tidak lagi

menggebu-gebu. Sehingga getaran saya naik. Dan

berakibat barang itu muncul. Begitukah?

Saya : Benar. Itu maksud saya. Contoh lain adalah kalo kamu

dalam sebuah perbincangan mau menyebut nama orang

dan kamu lupa siapa namanya. Semakin kamu ingat kamu

malah tidak ingat. Giliran udah gak dibahas eh thing! nama

orangnya muncul begitu saja.

Si X : Ha ha ha ha ha … Iyaaaaaaa

Saya : Nah, inilah yang mungkin agak terkesan bertentangan

dengan buku-buku motivasi dan pelatihan-pelatihan yang

kamu pernah baca selama ini. Tapi kalau kamu mencermati

bagaimana realita dalam hidupmu, apakah yang saya

katakan tadi benar adanya?

Si X : Benar sekali pak … bahkan benar berkali-kali, gak hanya

sekali qiqiqiqi

󰀲󰀶
 

Saya : Itulah sebabnya bab ini saya namakan “mewaspadai vibrasi

kemelekatan”. Kemelekatan yang dimaksud di sini terutama

adalah kemelekatan terhadap keinginan kita, terhadap

harapan, terhadap impian dan target kita. Kita dengan

mudah mewaspadai rasa-rasa yang lain dalam kategori

Force, seperti rasa bangga, rasa marah, rasa sedih, dan

sebagainya. Tapi kemelekatan ini sangat halus, Sehingga

perlu diwaspadai secara disiplin

Si X : Tapi kalo gak ada keinginan, kan kita gak mungkin pak?

Saya : Betul. Rasa ingin tidak salah. Namun jika melampaui

kadanya, maka itu disebut kemelekatan. Memiliki impian

dan target tidak salah. Yang akan menjadi masalah adalah

kalau kita melekat dengan target dan impian itu. Banyak

orang mengira bahwa tidak mencapai keberhasilan karena

terlalu loyo mengejar sukses. Faktanya kalau kamu jeli,

 justru terlalu keras dalam mengejar keberhasilan


keberhasilan itu juga

akan menjegal keberhasilan.

Si X : Ya ya ya … Jadi ini sekali lagi kembali ke soal berlebihan

atau tidak ya pak?

Saya ::   Ya … Saat kamu terlalu melekat dengan keinginanmu.

Maka yang dominan dan sering kamu ingat adalah

keinginanmu. Kamu lupa dengan Tuhan. Keinginanmu

tanpa kau sadari telah mejadi Tuhan baru bagimu

󰀲󰀷
 

6. Rahasia Melepaskan / Letting Go

Saya : Mari kita lanjutkan pembahasannya. Lawan dari melekat

adalah melepaskan, letting go bahasa Inggrisnya.

Si X : Memangnya, ada apa dengan letting go pak?

Saya :  Tadi itu sebenarnya sudah sempat kita bahas sedikit. Saat

kamu mandi lalu lupa dengan barang yang kamu cari, itu

adalah salah satu contoh praktek dari melepaskan

Si X : Wah iya ya … Itu juga melepaskan …

Saya : Melepaskan itu bukan omong kosong, telah diteliti oleh

Spindrift Foundation dalam banyak percobaan. Semakin

seseorang berdo’a dan memaksakan do’a nya terkabul

 justru yang terjadi adalah sebaliknya.


sebaliknya. Dan semakin

seseorang tidak memaksakan do’anya dikabulkan justru

malah terkabul. Menarik?

Si X : Sangat menarik pak. Tapi saya sepanjang bapak

menjelaskan tadi mulai sadar bahwa apa yang terjadi dalam

hidup saya saat ini adalah hal-hal yang dulu pernah saya

inginkan sekilas lalu saya lupakan

Saya : Ya. O ya, kamu pernah nonton film The Secret? Yang

membahas soal Law Of Attraction (LoA)?

Si X : Pernah pak … Film itu khan sangat terkenal …

Saya : Banyak orang yang mencoba praktek LoA tapi gak berhasil.

󰀲󰀸
 

 Akhirnya
 Akhirnya mencaci maki konsep LoA. Kamu tahu dimana

kekeliruannya?

Si X : Di bagian mananya pak?

Saya : Orang lebih banyak menekankan kepada tahapan Ask dan

Believe, Meminta (rasa Ingin) dan Meyakini. Padahal kalo

kamu lihat adegan di film itu, saya lupa siapa namanya.

Yang itu lho, yang anaknya bongkar-bongkar gudang dan

ketemulah sebuah gambar rumah. Dan si pemilik rumah itu

kaget ternyata rumah yang ditinggalinya saat ini sangat

mirip dan hampir 100 persen sama dengan gambar itu. Ia

baru menyadari bahwa dulu ia pernah memimpikan rumah

itu lalu lupa, sampai-sampai, gambarnya pun ilang entah

kemana. Nah kalo kita cermati adegan itu, apa yang terjadi?

Si X : Si pemilik rumah itu telah melepaskan impiannya pak

Saya : Betul. Bahkan ia sampai tahapan lupa. Sementara banyak

yang mempraktekkan LoA justru memperkuat rasa inginnya

dan mengingat-ingat terus apa yang diinginkannya.

Si X : Berarti contoh yang saya mencari barang itu prinsipnya

sama dan bisa digunakan untuk hal apapun?

Saya : Tentu. Prinsipnya sama saja, baik untuk hal yang sangat

remeh, sampai hal yang sangat krusial dalam hidup kita

Si X : Tapi, melepaskan itu susah-susah gampang pak.

Saya : Ha ha ha … Benar … Yuk kita bahas di bab selanjutnya

󰀲󰀹

Anda mungkin juga menyukai