ISBN : 978-602-5708-25-1
Penyusun:
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional
Penyunting:
Anggota BAZNAS
Sekretaris BAZNAS
Direktur Utama BAZNAS
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS
Direktur Operasi BAZNAS
Direktur Kepatuhan dan Audit Internal BAZNAS
Penerbit:
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional (PUSKAS BAZNAS)
Jl. Kebon Sirih Raya No. 57, 10340, Jakarta Pusat
Phone +6221 3904555 Fax +6221 3913777 Mobile +62812-8229-4237
Email: puskas@baznas.go.id
www.baznas.go.id; www.puskasbaznas.com
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dengan bentuk dan cara apapun tanpa izin
tertulis dari penerbit
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Pada hari ini, Indonesia sebagai negara dengan warga negara Muslim terbesar di
dunia, idealnya dapat menjadi kiblat bagi negara-negara lain dalam ikhwal praktik,
studi, dan sharing knowledge subjek keislaman. Idealisme itu menjadi salah satu misi
BAZNAS di ranah perzakatan.
Zakat merupakan rukun Islam ketiga dengan cakupan dimensi yang luas, mulai
dari aspek keimanan, ekonomi, dan sosial; suatu dimensi persoalan yang besar untuk
bangsa sebesar Indonesia. Untuk itulah, amat disayangkan ketika dinamika perzakatan
Indonesia tidak terekam dengan baik dan tepat, atau hanya diperbincangkan dengan
landasan kata “kirakira”. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini kita patut bersyukur
dan menyambut baik kehadiran Outlook Zakat Indonesia 2019, sebuah buku yang
diterbitkan oleh Pusat Kajian Strategis BAZNAS (Puskas BAZNAS).
Outlook Zakat Indonesia 2019 menjadi penting karena hingga hari ini, Indonesia
–yang kembali saya tekankan sebagai negara Muslim terbesar di dunia– belum memiliki
publikasi sejenis yang mengkomprehensikan data dan proyeksi penghimpunan dan
penyaluran zakat pada skala nasional. Di samping itu, hadirnya Outlook Zakat
Indonesia ini juga merefleksikan kerja nyata yang BAZNAS perjuangkan demi
kebangkitan zakat Indonesia.
Outlook Zakat Indonesia diterbitkan secara berkala dan akan terus memperkaya
khazanah perzakatan Indonesia. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bersama, kami
secara terbuka menerima kritik dan saran konstruktif untuk menghasilkan Outlook
Zakat Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan umat.
Ketua BAZNAS
KATA
KATA PENGANTAR
PENGANTAR DIREKTUR
DIREKTUR PUSKAS PUSKAS
Alhamdulillahirabbil alamin, pada akhir tahun 2018 ini Pusat Kajian Strategis
BAZNAS (Puskas BAZNAS) kembali meluncurkan Outlook Zakat Indonesia yang ketiga
kalinya, yakni Outlook Zakat Indonesia 2019. Puskas BAZNAS insya Allah akan selalu
konsisten dalam menyajikan beragam informasi, laporan dan prediksi pengelolaan
zakat nasional yang diharapkan dapat menjadi acuan dan sumber informasi bagi para
stakeholders perzakatan Indonesia dalam rangka mengoptimalkan potensi pengelolaan
zakat di negeri ini.
Kami harap buku ini dapat menjadi kontribusi nyata dari Puskas BAZNAS bagi
kemajuan dunia perzakatan di Indonesia maupun bagi khazanah keilmuan di kalangan
kaum Muslim.
iv
7.2. Dimensi Sosial Keagamaan ......................................................................... 54
7.3. Momen Politik Kekuasaan .......................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 56
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
Gambaran Umum
Perzakatan Nasional
Outlook Zakat Indonesia | 2019
BAB I
1.1. Pendahuluan
Bab pertama ini akan mengulas gambaran umum perzakatan di Indonesia saat
ini, mulai dari potensi zakat terkini, pemanfaatan perkembangan teknologi digital yang
berguna dalam mengoptimalkan pengelolaan zakat, serta peran zakat dalam
pengentasan kemiskinan nasional.
Disamping itu, potensi penghimpunan zakat dapat mencapai 3,4% dari total
PDB apabila zakat ditetapkan sebagai pengurang pajak (Sudibyo, 2018). Adapun
besaran potensi dimaksud pada tahun 2017 yaitu sebesar 462 triliun Rupiah. Nilai
potensi ini lebih tinggi dibandingkan dengan potensi zakat saat ini dimana regulasi yang
berlaku adalah zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Lebih lanjut perbedaan
tingkat potensi zakat ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
halaman | 1
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
!" #
"#$%&'()*$+$!,+-+.
"/.#$0'!1+$%!2#3*(!.#4&'()*$
$$" #
halaman | 2
Outlook Zakat Indonesia | 2019
halaman | 3
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Dalam bidang penghimpunan, secara umum terdapat tiga platform yang tersedia
untuk menghimpun dana zakat, infaq, dan shadaqah. Pertama, internal platform,
adalah platform yang dikembangkan OPZ sendiri dalam bentuk website atau aplikasi.
BAZNAS, misalnya, menyediakan laman pembayaran zakat pada situs webnya
(baznas.go.id/zakatsekarang) serta aplikasi Muzaki Corner.
Sumber: www.baznas.go.id/zakatsekarang
Gambar1.1.Contoh
Gambar ContohInternal
InternalPlatform BAZNAS
PlatformBAZNAS
Kedua, external platform, merupakan platform yang disediakan mitra OPZ untuk
menghimpun dana ZIS. Berbagai institusi zakat telah menggunakan beragam kanal
pembayaran zakat berbasis teknologi, seperti melalui e-commerce, online
crowdfunding, mesin pembayaran digital, juga QR code.
halaman | 4
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Sumber: www.bukalapak.com/zakat
halaman | 5
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Sumber: www.zakat.kitabisa.com
Gambar 3. Contoh Institusi Zakat Bekerjasama dengan Crowdfunding Platform
halaman | 6
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Sumber: http://www.digination.id/read/011425/berzakat-kini-bisa-lewat-m-cash
halaman | 7
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Sumber: https://katadata.co.id/berita/2018/05/24/sedekah-via-qr-code-
seberapa-menarik-bagi-pengguna-uang-elektronik
Gambar 5. Sedekah Melalui QR Code
Sementara itu, jenis platform penghimpunan ZIS yang ketiga, social media
platform, merupakan platform penghimpunan ZIS melalui media sosial. OY! Indonesia
merupakan salah satu media sosial yang telah bekerja sama dengan BAZNAS.
halaman | 8
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Sumber: https://news.berdakwah.net/2017/10/kini-para-dhuafa-bisa-ambil-beras-melalui-atm-
beras.html
halaman | 9
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Dengan demikian, penting bagi berbagai stakeholders terkait zakat untuk senantiasa
mengkaji kebermanfaatan dari kemajuan teknologi dan untuk menjaganya agar tetap
sesuai dengan syariat.
Pada April 2017, UNDP dan BAZNAS menandatangani nota kesepahaman untuk
bekerja sama dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Noor & Pickup, 2017). Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development
Goals (SDGs) ini merupakan sebuah kesepakatan masyarakat dunia untuk mewujudkan
halaman | 10
Outlook Zakat Indonesia | 2019
dunia yang terbebas dari kemiskinan, berkehidupan yang bermartabat, adil, dan
sejahtera, serta saling bekerja sama di antara mereka (Kementerian PPN/Bappenas,
2018).
halaman | 11
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
halaman | 12
Outlook Zakat Indonesia | 2019
sudah dijalani selama ini bahwa zakat memang ditujukan untuk masalah-masalah yang
juga ingin diatasi dalam SDGs itu. Melalui buku tersebut, Indonesia juga bisa
mempelopori sekaligus menggerakkan dan mengkampanyekan gerakan zakat di negara-
negara Islam untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam pencapaian SDGs.
halaman | 13
BAB II
Statistik Zakat
Indonesia
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
BAB II
Statistik Zakat Indonesia
Kewajiban dalam mengeluarkan zakat dari harta yang dimiliki adalah hal penting
bagi umat Muslim. Kesadaran masyarakat dalam berzakat melalui Organisasi Pengelola
Zakat (OPZ) tercatat dalam statistik zakat Indonesia terus mengalami tren yang
meningkat. Pada bab ini dipaparkan realisasi laporan pencapaian pengelolaan zakat di
Indonesia tahun 2017 beserta dengan persentase dan pertumbuhannya.
Jenis dana yang dihimpun oleh para OPZ ini mencakup (1) dana zakat, yang
dibagi ke dalam zakat maal untuk penghasilan individu, zakat maal bagi
halaman | 14
Outlook Zakat Indonesia | 2019
badan/perusahaan, serta zakat fitrah, (2) dana infak/sedekah, yang terbagi ke dalam
infak/sedekah perorangan dan badan, baik dalam bentuk infak/sedekah perusahaan
maupun corporate social responsibility (CSR) dan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL), serta (3) dana sosial keagamaan lainnya (DSKL) yang meliputi harta
nazar, harta amanah atau titipan, harta pusaka yang tidak memiliki ahli waris, kurban,
kafarat, fidyah, hibah, dan harta sitaan serta biaya administrasi peradilan di pengadilan
agama, dan (4) dana lainnya, yang dalam hal ini merupakan penerimaan bunga bank
yang menjadi saluran penghimpunan dana-dana yang dipaparkan sebelumnya.
Total penghimpunan nasional pada tahun 2017 mencapai lebih dari 6,2 Triliun
rupiah. Jumlah ini meningkat lebih dari 1,2 Triliun dari total penghimpunan pada tahun
sebelumnya. Proporsi dana zakat, khususnya zakat maal atas penghasilan individu,
masih mendominasi total penghimpunan, namun tidak sedominan tahun sebelumnya,
yakni sebesar 44,75% dengan nilai lebih dari 2,7 Triliun rupiah. Proporsi tersebut
menurun 11,93% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah dana yang juga menurun
sekitar 58 Miliar rupiah. Begitu pula dengan penghimpunan zakat maal bagi
badan/perusahaan yang juga menurun baik secara proporsi terhadap total
penghimpunan nasional sebesar 7,44% maupun jumlah penghimpunannya sekitar
313,5 Miliar rupiah. Berbeda dengan penghimpunan zakat maal, penghimpunan zakat
fitrah justru mengalami kenaikan yang cukup signifikan, dengan pertumbuhan proporsi
sebesar 12,24% terhadap total penghimpunan nasional dengan peningkatan
penghimpunan lebih dari 820 Miliar rupiah. Dengan demikian, penghimpunan zakat
nasional pada tahun 2017 ini mengalami peningkatan sekitar 455 Miliar rupiah kendati
secara proporsi terhadap total penghimpunan nasional menurun sebesar 7,13%.
Dengan kata lain, organisasi pengelola zakat semakin dipercaya tidak hanya untuk
mengelola dana zakat, tetapi juga dana lainnya.
halaman | 15
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
2016 2017
No Ashnaf
Jumlah Dana % Jumlah Dana %
Penyaluran nasional berdasarkan ashnaf merupakan total dana yang disalurkan oleh
berbagai Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) resmi1 se-Indonesia beserta jumlah penerima
manfaatnya selama setahun dilihat dari golongan penerima manfaatnya. Penyaluran
1
OPZ resmi se-Indonesia meliputi BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, LAZ Nasional, LAZ
Provinsi, dan LAZ Kabupaten/Kota sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2011.
halaman | 16
Outlook Zakat Indonesia | 2019
berdasarkan ashnaf ini dilihat dari dua aspek, yakni jumlah dana yang disalurkan dan
jumlah penerima manfaat dana tersebut.
Pada tahun 2017, fakir miskin merupakan kelompok yang menerima penyaluran
tertinggi. Ashnaf fakir miskin memiliki proporsi sebesar 69,06% dari total dana yang
disalurkan. Kendati proporsi ini 3,87% lebih kecil daripada proporsi di tahun
sebelumnya, tetapi secara jumlah penyalurannya lebih dari 1,2 Triliun rupiah lebih
banyak daripada penyaluran di tahun 2016. Tingginya jumlah penyaluran untuk ashnaf
ini tidak terlepas dari masih banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang berada di
bawah ataupun rentan terhadap garis kemiskinan.
Dengan jumlah yang cukup jauh dari ashnaf fakir miskin, seperti halnya pada
tahun lalu, fi sabilillah merupakan kelompok penerima manfaat dengan proporsi
penyaluran terbesar kedua pada tahun 2017. Golongan ini menerima 15,54% dari total
dana yang disalurkan oleh OPZ se-Indonesia atau senilai lebih dari 755 Miliar rupiah.
Proporsi ini lebih rendah daripada proporsi tahun sebelumnya yang mencapai 17,91%
dari total penyaluran pada tahun 2016, tetapi secara jumlah mengalami peningkatan
sekitar 230 Miliar rupiah.
Selanjutnya, proporsi dana terbesar ketiga disalurkan untuk ashnaf amil, yakni
sebesar 10,67% dari total dana yang disalurkan atau sekitar 518 Miliar rupiah. Baik dari
segi proporsi maupun jumlah penyaluran untuk ashnaf ini pada tahun 2017 mengalami
peningkatan daripada tahun sebelumnya, dengan kenaikan proporsi sebesar 3,53% dan
jumlah dana penyaluran sekitar 300 Miliar lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Kendati proporsinya meningkat, hal ini terhitung wajar karena masih kurang dari
seperdelapan bagian atau 12,5% dari total penyaluran. Selain itu, proporsi untuk amil
ini tidak hanya diterima oleh orang yang berprofesi sebagai amil, tetapi juga untuk
biaya operasional bagi sebagian OPZ.
halaman | 17
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Secara umum, proporsi penyaluran untuk dua ashnaf penerima manfaat terbesar
yakni fakir miskin dan fi sabilillah pada tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, dan sebaliknya enam ashnaf lainnya mengalami
peningkatan proporsi penyaluran. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran pada tahun
2017 lebih meratakan antarkelompok tersebut, meskipun perbedaan proporsinya tidak
terlalu banyak. Selain itu, dalam hal besar jumlah penyaluran, seluruh ashnaf tetap
memperoleh jumlah yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, sebagaimana
total penyaluran pada tahun 2017 yang memang lebih tinggi daripada tahun 2016.
halaman | 18
Outlook Zakat Indonesia | 2019
bidang ini merupakan total dana penyaluran di luar ashnaf amil. Secara umum, aktivitas
penyaluran yang dilakukan para OPZ dapat dikelompokkan ke dalam lima bidang,
yaitu ekonomi, pendidikan, dakwah, kesehatan, dan sosial kemanusiaan. Meskipun
demikian, sebagian program penyaluran terkadang mencakup beberapa bidang
sekaligus.
Secara umum, proporsi aktivitas penyaluran pada setiap bidang pada tahun 2017
relatif tidak terlalu berbeda jauh dibandingkan dengan proporsi penyaluran
berdasarkan ashnaf, kecuali untuk bidang kesehatan. Secara berturut-turut, bidang
penyaluran berdasarkan proporsi yang paling besar adalah sosial kemanusiaan, dakwah,
pendidikan, ekonomi, dan yang paling kecil adalah kesehatan. Urutan ini berbeda
dengan tahun sebelumnya dimana pendidikan merupakan bidang dengan proporsi
penyaluran terbesar.
Pada tahun 2017, penyaluran untuk bidang sosial kemanusiaan mencapai lebih
dari 1 Triliun rupiah, dengan proporsi 25,89% dari total penyaluran. Kendati mendapat
proporsi penyaluran terbanyak pada tahun 2017, sesungguhnya proporsi tersebut lebih
kecil 0,62% daripada tahun sebelumnya. Namun demikian, jumlah penyalurannya
meningkat 410 Miliar rupiah dari tahun 2016. Sementara itu, bidang dakwah memiliki
peningkatan proporsi sebesar 7,03% dari total penyaluran dengan jumlah penyaluran
sekitar 979 Miliar rupiah. Di sisi lain, bidang pendidikan yang proporsinya di tahun
2017 lebih kecil 9,59% dibandingkan proporsinya pada tahun sebelumnya, juga tetap
mengalami peningkatan dari segi jumlah penyaluran sebesar hampir 100 Miliar rupiah.
Penyaluran bidang ekonomi pada tahun 2017 memiliki proporsi lebih besar
2,03% dibandingkan tahun sebelumnya dengan jumlah penyaluran sekitar 882 Miliar
rupiah. Sementara itu, meskipun belum mencapai 10% dari total penyaluran, proporsi
penyaluran dalam bidang kesehatan di tahun 2017 lebih besar 1,13% dibandingkan
proporsinya pada tahun 2016, dengan jumlah penyaluran hampir dua kali lipatnya
menjadi lebih dari 413 Miliar rupiah.
halaman | 19
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Selain ditinjau dari segi penghimpunan dan penyaluran, salah satu indikator yang
menunjukan organisasi pengelola zakat berjalan secara efektif adalah dengan meninjau
halaman | 20
Outlook Zakat Indonesia | 2019
tingkat daya serap (Allocation to Collection Ratio/ACR). Konsep ACR yang tertulis
dalam dokumen Zakat Core Principle (ZCP) ini merupakan rasio perbandingan antara
proporsi dana yang disalurkan dengan dana yang dihimpun. Semakin besar nilai ACR,
maka pengelolaan zakat semakin efektif.
Pada tahun 2017 ini, secara kumulatif total penghimpunan dana mencapai lebih
dari 6,2 Triliun rupiah dengan jumlah penyaluran lebih dari 4,8 Triliun rupiah. Dengan
demikian, daya serap nasional mencapai 78,08% yang menunjukkan bahwa
penyerapan dana pada tahun 2017 adalah “efektif”. Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, tingkat daya serap ini mengalami peningkatan sebesar 19,66%
dibandingkan penyerapan pada tahun sebelumnya. Baik BAZNAS, BAZNAS Provinsi,
BAZNAS Kabupaten/Kota, maupun LAZ juga memiliki tingkat daya serap di atas 70%
sehingga termasuk kategori “efektif”.
halaman | 21
BAB III
Kajian Strategis
Perzakatan
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
BAB III
Kajian Strategis Perzakatan
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya
yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001
yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan
sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.
Pada tahun 2018 Pusat Kajian Strategis BAZNAS melakukan beberapa kajian
untuk menunjang kegiatan pengelolaan zakat nasional, di antaranya ialah Kajian Had
Kifayah untuk dasar pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat, Kajian Indeks
Rawan Pemurtadan yang digunakan untuk mengukur tingkat kerawanan pemurtadan
di sebuah kabupaten/kota yang ada di 34 provinsi di Indonesia sebagai dasar
penyaluran terutama di bidang da’wah, serta Kajian Manajemen Risiko Pengelolaan
Zakat yang menjadi dasar dalam pengelolaan risiko institusi zakat.
halaman | 22
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Dalam kajian ini, penilaian yang dilakukan untuk menentukan batas kecukupan
Had Kifayah meliputi tujuh (7) dimensi, yaitu: makanan, pakaian, tempat tinggal,
ibadah, pendidikan, kesehatan dan transportasi. Ketujuh dimensi ini didasarkan pada
analisis kebutuhan hidup layak dalam perspektif Maqasid Syari’ah. Kajian ini
menggunakan metode Analisis Data Sekunder (ADS) terhadap data yang diperoleh dari
peraturan perundang-undangan, hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS), experts
judgement atau keterangan para ahli, dan data internal Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS).
Secara umum, besaran nominal Had Kifayah ditentukan per keluarga, dengan
asumsi rata-rata setiap keluarga terdiri dari 4 orang yaitu suami, istri, 1 (satu) orang anak
usia Sekolah Dasar (SD), dan 1 (satu) orang anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Asumsi jumlah rata-rata anggota keluarga ini berdasarkan survei yang telah dilakukan
oleh BPS, sedangkan penentuan tingkat pendidikan mengacu pada peraturan wajib
belajar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Apabila jumlah anggota keluarga lebih
4 (empat) orang, maka nominal dapat ditambahkan sesuai dengan jumlah aktual
keluarga.
halaman | 23
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Nishab
!!
Prioritas 4 Zakat
Had Kifayah
!!
Prioritas 3
Prioritas 2
!!
!!
Prioritas 1
Keterangan :
Pendistribusian
Pendayagunaan
Dilihat dari gambar 10, rekomendasi berdasarkan hasil kajian ini adalah keluarga
dengan pendapatan dibawah Rp1.003.714,00 per keluarga per bulan menjadi prioritas
pertama untuk di bantu. Selanjutnya keluarga dengan penghasilan antara
Rp1.003.714,00 s/d Rp2.007.428,00 per keluarga per bulan menjadi prioritas kedua
untuk dibantu. Keluarga dengan penghasilan antara Rp2.007.428,00 s/d
Rp3.011.142,00 per keluarga per bulan menjadi prioritas ketiga untuk dibantu.
Sedangkan keluarga dengan penghasilan di atas Had Kifayah tetapi masih di bawah
nishab zakat menjadi prioritas empat untuk dibantu.
halaman | 24
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Terdapat dua indikator yang membentuk IRP, yaitu indikator keagamaan dan
daerah tertinggal. Indikator keagamaan kemudian diturunkan lagi menjadi 4
variabel yaitu pertumbuhan umat muslim, pertumbuhan umat nonmuslim,
perubahan komposisi penduduk muslim dan perubahan komposisi rumah ibadah
muslim. Setiap indikator dan variabel memiliki bobot kontribusi. Nilai dari IRP
dihitung dengan menggunakan metode Multi-Stage Weighted Index sehingga
masing-masing komponen penyusun indeks dapat digabungkan. Oleh karena itu,
pembobotan harus dilakukan secara bertahap dan prosedural. Nilai indeks pada setiap
komponen penyusun IRP didapatkan dengan rumus di bawah ini:
Di mana,
halaman | 25
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
= Skor maksimal
= Skor minimal
Indeks ini akan menghasilkan nilai yang berada pada rentang 0,00 hingga 1,00
di mana indeks yang semakin mendekati 0,00 di kab/kota daerah tersebut berarti
memiliki tingkat kerawanan akidah yang rendah dan semakin mendekati angka 100,00
berarti semakin memiliki tingkat kerawanan akidah yang sangat tinggi.
Daerah yang diteliti adalah kota dan kabupaten di 34 provinsi sebanyak 495
Kab/kota dengan dua indikator utama yaitu Keagamaan dan Daerah Tertinggal.
Indikator keagamaan memiliki empat variabel yaitu pertumbuhan umat muslim,
pertumbuhan umat nonmuslim, perubahan komposisi penduduk muslim, dan
perubahan komposisi rumah ibadah muslim. Indikator daerah tertinggal mengacu
kepada perpres yang telah menetapkan sebanyak 122 Kab/kota sebagai daerah
tertinggal di Indonesia.
halaman | 26
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Terdapat dua hasil IRP, yaitu IRP1 dan IRP2. Secara umum dari 491 Kab/kota
yang diukur, jika dilihat dari IRP 1 terdapat 13 Kab/kota dengan tingkat rawan
pemurtadan sangat tinggi, 52 Kab/kota dengan tingkat rawan pemurtadan tinggi,
136 Kab/kota dengan tingkat rawan pemurtadan cukup tinggi dan 290 Kab/kota
dengan tingkat rawan pemurtadan rendah. Jika dilihat dari IRP2 terdapat 11 Kab/kota
dengan tingkat rawan pemurtadan sangat tinggi, 47 Kab/kota dengan tingkat rawan
pemurtadan tinggi, 128 Kab/kota dengan tingkat rawan pemurtadan cukup tinggi
dan 305 Kab/kota dengan tingkat rawan pemurtadan rendah.
Lebih lanjut, dengan nilai IRP1 dan IRP2 yang ada pada masing-masing
kab/kota, maka dapat diketahui provinsi-provinsi yang memiliki banyak kab/kota
dengan tingkat kerawanan tinggi hingga sangat tinggi seperti ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
halaman | 27
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
halaman | 28
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Sedangkan provinsi paling tidak rawan berdasarkan nilai IRP1 tersebut adalah
Provinsi Jawa Tengah (00,00%), Provinsi Jambi (00,00%), dan Provinsi Kepulauan
Riau 0,00%). Provinsi paling tidak rawan berdasarkan nilai IRP2 adalah Provinsi
Jawa Tengah (00,00%), Provinsi Jambi (00,00%), Provinsi Kalimatan Selatan
(00,00%) dan Provinsi Bengkulu (0,00%). Seluruh Kab/kota di provinsi tersebut
memiliki nilai IRP dengan kategori rawan pemurtadan rendah.
halaman | 29
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Organisasi dan tata kerja pengelolaan zakat di Indonesia saat ini sepenuhnya
mengacu pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. UU
tersebut merupakan pengganti Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat yang sebelumnya menjadi landasan hukum pengelolaan zakat di
Indonesia.
halaman | 30
Outlook Zakat Indonesia | 2019
halaman | 31
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
>? <@A>B>9 0 : >&! >: >9 5 &<! ' &C5 : 5 &' 5 ? >B>9 0 : >
) * %#$" ') +$, ! "#"$%& ! "#"$%& ! "#"$%&0/ "1&+ & ! "#"$%&' ( ) *$$"& ! "#"$%&A7*4#F27&
G*$*, &*4, *7&
5 627*#"%4*1 87%627, " ! 21*3 *4 + &' ( #, *- "$ @2; H
Melalui kuesioner kepada berbagai institusi zakat tingkat nasional, ke 405 risiko
yang ada di institusi zakat dinilai dari berbagai sisi, meliputi: 1) tingkat kemungkinan
(likelihood, L); 2) besaran dampak (impact, I); 3) tingkat kerentanan (vulnerability, V);
dan 4) kecepatan (speed of onset, S) terjadinya risiko tersebut, dimana hasilnya dapat
digambarkan dalam heat map dengan 4 (empat) kategori risiko, yaitu ekstrim, tinggi,
moderat dan rendah. Rangkuman hasil penilaian tingkat risiko institusi zakat tersbut
dapat dilihat pada Gambar 14.
halaman | 32
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Jumlah risiko terbanyak terdapat di jenis Risiko Operasional (126) yang memiliki
12 sub-jenis risiko, disusul oleh jenis Risiko Muzakki & Mustahik (49) yang memiliki 7
sub-jenis risiko, Risiko Amil & Relawan (45) yang memiliki 2 sub-jenis risiko, dan Risiko
Strategis (46 risiko) yang memiliki 3 sub-jenis risiko. Sementara itu, jumlah risiko
terbanyak terdapat di sub-jenis Risiko Tata Kelola Amil (27 risiko), Risiko Tujuan (21),
Risiko Visi Misi (19) dan Risiko Pengelolaan Relawan (18).
Tingkat risiko “Ekstrim” terbanyak terdapat di Risiko Edukasi Eksternal (13 dari
16 atau 81%), Risiko Reputasi (3 dari 6 atau 50%), Risiko Kompetisi (2 dari 5 atau
40%), Risiko Edukasi Internal (4 dari 17 atau 24%) dan Risiko Visi Misi (4 dari 19 atau
21%). Sementara itu, tingkat risiko “Tinggi” terbanyak terdapat di Risiko Kepatuhan
Regulasi (10 dari 11 atau 91%), Risiko Pengelolaan Relawan (15 dari 18 atau 83%),
Risiko Tata Kelola Amil (22 dari 27 atau 81%), Risiko Kehilangan Muzakki (10 dari 13
atau 77%), Risiko Hukum (12 dari 16 atau 75%), dan Risiko Kepatuhan Syariah (9 dari
12 atau 75%).
Risiko ekstrim dan tinggi harus lebih diperhatikan oleh institusi zakat maupun
otoritas zakat untuk meminimasi terjadinya dampak negatif bagi institusi zakat maupun
dunia perzakatan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
perancangan Standar Manajemen Risiko institusi zakat secara umum oleh BAZNAS,
maupun secara khusus oleh masing-masing institusi zakat.
halaman | 33
BAB IV
Dampak Pengelolaan Zakat
terhadap Kesejahteraan
Mustahik
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
BAB IV
Dampak Pengelolaan Zakat terhadap Kesejahteraan Mustahik
Sebagai salah satu instrumen filantropi Islam, zakat memberikan dampak positif
baik bagi para mustahik secara khusus maupun untuk perekonomian secara luas. Untuk
melihat sebesar apa dampak tersebut, diperlukan data-data terkait dampak zakat
terhadap mustahik. Sedikitnya ada dua manfaat yang didapatkan dari pengukuran
dampak zakat terhadap mustahik. Pertama, untuk proses evaluasi dari penyaluran zakat
dan kedua sebagai gambaran bagi para muzaki terkait dengan pengelolaan zakat yang
mereka berikan kepada lembaga terkait.
halaman | 34
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Pada tahun 2018, kajian ini mengukur 3248 responden di 22 provinsi dengan
menggunakan metode survei untuk mendapatkan data primer. Nilai IKB nasional di
tahun 2018 adalah sebesar 0,76 (baik), meningkat dari tahun 2017 yang sebesar 0,71
(baik). Hasil dari IKB menunjukkan bahwa delapan provinsi telah mendapatkan nilai
dengan kategori sangat baik, sebelas provinsi dengan kategori baik, dua provinsi dengan
kategori cukup baik, serta satu provinsi dengan kategori kurang baik.
Kategori Provinsi
Sangat Baik 1. Nusa Tenggara Barat
2. Jawa Tengah
3. Kalimantan Barat
4. Sumatera Utara
5. Riau
6. Jawa Timur
7. Sulawesi Utara
8. Kalimantan Selatan
Baik 1. Aceh
2. Jawa Barat
3. Maluku Utara
4. Kepulauan Riau
5. Daerah Istimewa Yogyakarta
6. Sulawesi Selatan
7. Gorontalo
8. Papua Barat
9. Lampung
10. Banten
11. Sulawesi Tengah
Cukup Baik 1. Kalimantan Utara
2. Kalimantan Timur
Kurang Baik 1. Bangka Belitung
halaman | 35
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Indonesia yang relatif memiliki tingkat kehidupan dan sarana serta prasarana yang lebih
baik dibandingkan dengan wilayah Indonesia lainnya. Nilai Indeks Zakat Nasional (IZN)
dari regional barat yang menjadi responden juga tinggi, yaitu mencapai 64,8
dibandingkan dengan nilai IZN gabungan regional timur dan barat yang menjadi
responden kajian yang hanya mencapai 57,2%.
"#4*2+&+$!I'3+'!@$F#-0!"#$1*0*$!@HA!857J
K857>
7
5;>
5;=
5;<
5;8
5
?@ABCD E/F'G'-+0'!@"E H#(+$F'4'+$
857J 857>
Peningkatan yang sangat signifikan terkait dengan indeks modifikasi IPM tentu
berkaitan dengan tingginya nilai indeks kesehatan dan pendidikan dari para mustahik
rumah tangga. Pada aspek kesehatan, bisa disebabkan karena kepemilikan jaminan
kesehatan yang tertuang di dalam rencana strategis (renstra) kementerian kesehatan.
Dalam renstra tersebut, setiap tahunnya harus ada peningkatan kepemilikan jaminan
kesehatan untuk masyarakat Indonesia. Sedangkan, untuk indeks pendidikan, sebab
peningkatan dari indeks tersebut bisa disebabkan karena renstra dari kementerian
pendidikan yang memang berusaha untuk mewujudkan akses yang luas, rata dan
berkeadilan.
Di sisi lain, penurunan nilai indeks CIBEST dan indeks kemandirian bisa
disebabkan karena faktor yang saling berkaitan. Untuk CIBEST, penurunan tersebut bisa
disebabkan karena meningkatnya nilai dari garis kemiskinan yang digunakan dalam
penghitungan. Untuk indeks kemandirian, jika dilihat dari kondisi kemampuan
responden terkait dengan pemenuhan pendapatan yang tercermin dalam indeks
kemandirian, memang masih banyak mustahik rumah tangga yang memiliki pekerjaan
tidak tetap, yaitu sebanyak 24,20%. Dan untuk kepemilikan tabungan, sebagai salah
halaman | 36
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
satu indikator bahwa responden memiliki perencanaan keuangan di masa depan, baru
sebanyak 41,90% yang telah memiliki tabungan.
Penurunan dari nilai nasional indeks CIBEST dan indeks kemandirian tentu perlu
diberikan perhatian khusus. Penurunan nilai indeks CIBEST dapat diinterpretasikan
bahwa mustahik belum sepenuhnya mampu memenuhi dua kebutuhan utamanya, yaitu
dari segi material maupun spiritual. Hal ini berkaitan erat dengan nilai dari indeks
kemandirian yang juga mengalami sedikit penurunan, karena berarti para mustahik
masih belum mampu untuk berdikari dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk
meningkatkan dua nilai indeks tersebut, lembaga zakat bisa melakukan proses
pendampingan lebih intensif, seperti pembinaan karakter secara spiritual, atau
pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kemandirian secara finansial.
halaman | 37
BAB V
Kinerja Perzakatan Nasional
Pendekatan Indeks
Zakat Nasional
Outlook Zakat Indonesia | 2019
BAB V
Kinerja Perzakatan Nasional: Pendekatan IZN
Pada tahun 2018, Pusat Kajian Strategis BAZNAS kembali melakukan studi
implementasi Indeks Zakat Nasional (IZN). Studi ini bertujuan untuk memperbarui hasil
implementasi Indeks Zakat Nasional sebagai potret kinerja perzakatan nasional di tahun
2018. Selain itu, hasil studi ini juga dapat melihat perbandingan atas capaian kinerja
dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, hasilnya nanti juga akan dapat
merekomendasikan aspek-aspek yang berpengaruh dan memerlukan dukungan yang
lebih dalam peningkatan kinerja perzakatan di Indonesia.
No Wilayah No Wilayah
1 Aceh 16 Bali
2 Sumatera Utara 17 Nusa Tenggara Barat
3 Sumatera Barat 18 Kalimantan Timur
4 Riau 19 Kalimantan Barat
5 Jambi 20 Kalimantan Selatan
6 Sumatera Selatan 21 Kalimantan Utara
7 Bengkulu 22 Sulawesi Utara
8 Lampung 23 Sulawesi Tengah
9 Bangka Belitung 24 Sulawesi Selatan
10 Kepulauan Riau 25 Sulawesi Tenggara
11 Jawa Barat 26 Sulawesi Barat
12 Jawa Tengah 27 Gorontalo
13 DIY 28 Maluku Utara
14 Jawa Timur 29 Papua Barat
15 Banten 30 Papua
*)sampai dengan November 2018
halaman | 38
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Nilai IZN sementara pada tahun 2018 adalah 0,51 (Cukup Baik). Hal ini dapat
mengindikasikan perlunya perhatian khusus bagi otoritas zakat dalam memperbaiki
kinerja organisasi pengelola zakat baik yang terkait dengan dimensi makro maupun
dimensi mikronya. Nilai IZN pada tahun ini mengalami kenaikan nilai dari tahun
sebelumnya yaitu 0,47 (Cukup Baik). Meskipun secara nominal naik, namun keduanya
masih berada pada kategori nilai yang sama, yaitu Cukup Baik. Sehingga peningkatan
nilai IZN yang diperoleh pada tahun ini tidak mengalami perubahan yang signifikan.
"#4*2+&+$!@:I!857J K857>
5;J
5;=
5;6
5;<
5;9
5;8
5;7
5
@:I @:I!E+-4/ @:I!E'-4/
857J 857>L
Berdasarkan nilai dimensi Makro IZNnya tahun ini memperoleh 0,40 (Kurang
Baik), yang meningkat dari nilai indeks Makro IZN tahun sebelumnya yaitu 0,28
(Kurang Baik). Perubahan ini mengindikasikan bahwa meskipun dukungan pemerintah
daerah terkait regulasi dan dukungan anggaran bagi pengelolaan zakat di wilayahnya
sudah bertumbuh, namun belum signifikan. Termasuk di dalamnya adalah
meningkatnya ketersediaan database yang dimiliki oleh pengelola zakat pada
umumnya, dan BAZNAS pada khususnya.
Sementara Nilai dimensi Mikro IZN pada tahun ini yaitu 0,59 (Cukup Baik) dan
tidak mengalami perubahan dari nilai tahun sebelumnya yaitu 0,59 (Cukup Baik).
Stagnasi nilai dimensi Mikro IZN yang terjadi disebabkan salah satunya karena problem
kelembagaan yang sifatnya internal organisasi belum bisa dipecahkan. Hal lain yang
halaman | 39
Outlook Zakat Indonesia | 2019
menjadi sebab lain adalah belum optimalnya dampak zakat bagi mustahik atau
penerima manfaat.
halaman | 40
BAB VI
Prospek Pertumbuhan
Zakat 2019
Outlook Zakat Indonesia | 2019
BAB VI
PROSPEK PERTUMBUHAN ZAKAT 2019
Saat ini, ketentuan mengenai zakat profesi atau zakat penghasilan di Indonesia
masih terdapat perbedaan. Terdapat pihak-pihak yang mendukung penetapan
ketentuan ini, dan ada pula yang tidak setuju dengan diberlakukannya ketentuan ini.
Namun, berdasarkan kaidah fikih “Keputusan pemerintah menghilangkan perbedaan
pada persoalan ijtihad” maka ketentuan yang digunakan adalah apa yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah. Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat pasal 4 ayat 2 huruf h, disebutkan bahwa zakat pendapatan dan jasa
merupakan salah satu bentuk zakat mal yang wajib dikeluarkan orang Muslim yang
memenuhi ketentuan. Dengan demikian, zakat penghasilan merupakan salah satu
kewajiban Muslim di Indonesia yang sudah memenuhi nishab dan haul-nya. Adapun
untuk besaran nishab dan kadar zakat, Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 52 tahun
2014 tentang Syariat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta
Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif menggunakan qiyas syabah untuk
menetapkan nishab dan kadar zakat pendapatan dan jasa. Sebagaimana yang dijelaskan
pada Official News Puskas BAZNAS No.! 17/08/BR/VII/2017, qiyas syabah merupakan
halaman | 41
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
pendekatan qiyas pada dua hal sekaligus, dalam hal ini nishab pada zakat pertanian dan
kadar pada zakat emas.Dengan pendekatan ini, Menteri Agama dalam peraturan
tersebut menetapkan bahwa nishab zakat pendapatan setara dengan 524 kg beras dan
kadarnya menggunakan kadar zakat emas dan perak, yakni 2,5%. Sementara itu, Fatwa
MUI No. 3 tahun 2003 tentang Zakat Penghasilan menggunakan pendekatan zakat
emas baik untuk nishab maupun kadarnya, yakni setara dengan 85 gram emas dengan
kadar sebesar 2,5%. Adapun Keputusan Ketua BAZNAS No. 73 tahun 2017 tentang
Nilai Nisab Zakat Pendapatan tahun 2017 di Seluruh Indonesia sesuai dengan Fatwa
MUI No. 3 tahun 2003 tentang Zakat Penghasilan, yaitu nishab ditetapkan setara
<
dengan 85 gram emas dan kadar zakat ditetapkan sebesar 2,5%.
Selain itu, adanya usulan untuk menjadikan zakat sebagai pengurang pajak,
sebagaimana rekomendasi pada Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia VI
tahun 2018 tentang Masail Fiqhiyyah Mu’ashirah (Masalah Fikih Kontemporer) pada
tema tanggung jawab dan wewenang ulil amri dalam pelaksanaan kewajiban
pembayaran zakat. Jika hal ini dapat terealisasi, tentu saja menjadi kabar baik bagi
muzakki dan kebangkitan pengelolaan zakat di masa yang akan datang.
Adanya wacana dan rekomendasi regulasi yang berpihak pada zakat ini tentu
merupakan sebuah optimisme bahwa ke depannya pengelolaan zakat di Indonesia
dapat lebih optimal. Oleh karena itu, diperlukan pengawalan terhadap wacana-wacana
regulasi ini agar kelak regulasi yang mendukung penegakan syariat Islam khususnya
zakat ini dapat benar-benar ditetapkan dan diterapkan di Indonesia.
halaman | 42
Outlook Zakat Indonesia | 2019
J555
=88<;9J
=555
6555
657J;8M
<555
9=69;8J
9555
9955
8555 8=9M
765;5M 9J9;7J 8878
M85 7J8M
7555 =>;9M >6;8> 8M6;68
7855 7655
J<5
5
8558 8559 855< 8556 855= 855J 855> 855M8575 8577 8578 8579 857< 8576 857= 857J
DNOPI
halaman | 43
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Total
Persentase
Tahun Penghimpunan
Pertumbuhan
Zakat
2015 2.312.195.596.498
2016 3.738.216.792.496 37,34%
2017 4.194.142.434.378 24,06%
Proporsi penghimpunan terbesar masih berasal dari dana zakat diikuti oleh dana
infak dan sedekah yang pada tahun 2017 mencapai 28,35% dari total penghimpunan
keseluruhan. Sedangkan untuk dana sosial keagamaan lainnya (DSKL), sejak tahun 2016
proporsi pengumpulannya tidak melebihi 6%, bahkan terjadi penurunan di tahun 2017
menjadi 4,26%.
halaman | 44
Outlook Zakat Indonesia | 2019
peningkatan jumlah penghimpunan zakat antara lain (1) faktor regulasi zakat dan (2)
faktor teknologi yang digunakan dalam perzakatan.
Perkembangan teknologi digital dalam bidang zakat sudah dimulai sejak tahun
2018. Adapun beberapa contoh penggunaan teknologi digital dalam bidang zakat yaitu
pembayaran zakat melalui crowd funding platform, penggunaan financial technology
untuk pembayaran zakat, infak dan sedekah serta penggunaan artificial intelligence
untuk membantu masyarakat dalam menghitung zakat yang dapat diakses oleh
pengguna telepon genggam. Perkembangan teknologi digital ini menjadikan
pembayaran zakat menjadi lebih mudah karena muzakki tidak perlu mendatangi konter
atau pun kantor zakat. Selain itu, jika muzakki melakukan pembayaran zakat melalui
crowd funding platform, maka para muzakki dapat langsung memilih untuk
menyalurkan zakatnya ke program-program yang telah dikampanyekan di platform
dimaksud. Penggunaan crowd funding juga dapat meningkatkan transparansi program-
program dari institusi zakat dikarenakan seluruh informasi mengenai program dimaksud
dapat diakses melalui crowd funding platform.
halaman | 45
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
tahun 2017 dibandingkan dengan 1% di tahun 2016 dan diperkirakan akan terus
meningkat di tahun 2019.
Rp 1.618.336.530.062 – Rp Rp 9.710.019.180.375 – Rp
Moderat 20-30%
2.427.504.795.094 10.519.187.445.406
halaman | 46
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Total penyaluran dana zakat, infak dan sedekah secara nasional dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. Pertumbuhan penyaluran tertinggi terjadi pada tahun
2017 dengan persentase pertumbuhan penyaluran sebesar 65,81% dibandingkan
dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Rincian pertumbuhan penyaluran dana dapat
dilihat pada tabel 9.
Sementara itu untuk penyaluran zakat berdasarkan asnaf dari tahun 2016 sampai
dengan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
2016 2017
NO Ashnaf Jumlah Jumlah
% %
Penyaluran Dana Penyaluran Dana
1 Fakir Miskin 2,137,613,944,379 72,93% 3.356.325.642.451 69,06%
2 Amil 209,233,041,289 7,14% 518.647.467.254 10,67%
3 Muallaf 17,403,367,642 0,59% 97.156.889.988 2,00%
4 Riqob 4,278,727,729 0,15% 21.827.062.720 0,45%
5 Gharimin 16,435,575,105 0,56% 40.772.744.732 0,84%
6 Fi Sabilillah 524,865,496,303 17,91% 755.062.496.814 15,54%
7 Ibnu Sabil 21,379,958,163 0,73% 70.363.020.484 1,45%
Total 2.931.210.110.610 100% 4.860.155.324.445 100%
halaman | 47
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Adapun diurutan ketiga terbesar penyaluran dana adalah untuk ashnaf amil
dimana proporsinya sebesar 7,14 % pada tahun 2016 dan 10,67% di tahun 2017.
Proporsi ini masih dapat dikategorikan wajar sebab masih berada dibawah
seperdelapan bagian atau 12,5%. Dana amil ini, selain dapat diterima oleh para amil,
juga dapat digunakan untuk biaya operasional bagi sebagian institusi zakat.
Pada tahun 2017, penyaluran dalam bidang ekonomi, pendidikan, dakwah dan
sosial kemanusiaan berada dalam rentang 20%-25%. Adapun penyaluran tertinggi
yaitu dalam bidang sosial kemanusiaan sebesar 25,89%.
Sedangkan penyaluran hingga akhir tahun 2018 diperkirakan masih akan terus
meningkat mengingat kondisi di dalam negeri yang sedang mengalami beberapa
kejadian bencana alam. Hal ini diperkirakan masih akan terus meningkat hingga tahun
halaman | 48
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
2019 dikarenakan proses recovery dan rehabilitasi daerah yang terdampak bencana
masih akan terus dilaksanakan.
Selain itu, tingkat penyaluran pada tahun 2019 juga diperkirakan masih akan
terus meningkat mengingat target angka kemiskinan pemerintah pada tahun 2019
berada pada tingkat 8,5%-9,5% yang mana lebih rendah dari target tahun sebelumnya.
Perkiraan tingkat kenaikan penyaluran dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) skenario
yaitu: (1) skenario optimis diindikasikan apabila angka pertumbuhan penyaluran di atas
30%; (2) skenario moderat diindikasikan apabila pertumbuhan penyaluran berada
diantara 20-30%; dan (3) skenario pesimis diindikasikan jika pertumbuhan penyaluran
berada di bawah 20%.
Berdasarkan ketiga skenario dimaksud maka, dalam kondisi optimis maka
penyaluran di tahun 2019 diproyeksikan lebih dari Rp 8.213.662.498.312. Selanjutnya,
dalam kondisi moderat maka penyaluran di tahun 2019 diproyeksikan akan berada
diantara Rp 7.581.842.306.134 – Rp 8.213.662.498.312. Sedangkan dalam kondisi
optimis maka penyaluran diproyeksikan lebih kecil dari Rp 7.581.842.306.134. Rincian
mengenai proyeksi tahun 2019 ini dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini.
halaman | 49
Outlook Zakat Indonesia | 2019
halaman | 50
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Tingkat ACR pada tahun 2016 yaitu 58,42% atau dapat dikategorikan cukup
efektif dalam kegiatan penyalurannya. Pada tahun 2017 tingkat ACR mengalami
peningkatan menjadi 78,08% yang dapat diinterpretasikan bahwa kegiatan penyaluran
sudah dilaksanakan secara efektif. Sedangkan proyeksi tingkat ACR hingga bulan
Desember 2018 yaitu mencapai 78,08%.
Rasio ACR pada tahun 2019 diperkirakan akan terus meningkat. Dalam kondisi
optimis diindikasikan pertumbuhannya di atas 30%, skenario moderat diindikasikan
apabila pertumbuhannya berada diantara 20-30% dan skenario pesimis diindikasikan
apabila pertumbuhannya berada di bawah 20%.
halaman | 51
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Adapun proyeksi jumlah muzaki pada tahun 2019 diperkirakan akan meningkat
dengan 3 (tiga) skenario yaitu: (1) optimis jika kenaikan lebih dari 30%; (2) moderat
jika kenaikan diantara 20-30%; dan (3) pesimis jika kenaikan yang terjadi di bawah
20%. Diperkirakan kenaikan jumlah muzaki individu secara signifikan akan terjadi
apabila peraturan mengenai zakat profesi diterapkan. Selain itu perkembangan
teknologi digital, sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, dapat
menjadi faktor pendorong untuk menarik muzaki usia muda karena kemudahan yang
dapat diberikan. Hal ini juga akan menjadi salah satu alasan akan meningkatnya jumlah
muzaki individu pada tahun 2019.
Berdasarkan data pada tabel 16 di atas, jumlah penerima manfaat pada tahun
2017 mencapai 8.733.032. Selanjutnya penerima manfaat terbanyak pada bidang
kemanusiaan sebanyak 3.980.188, diikuti oleh bidang dakwah-advokasi sebanyak
1.753.646. Sedangkan penerima manfaat terendah pada bidang ekonomi yaitu
365.829.
halaman | 52
Outlook Zakat Indonesia | 2019
terendah pada tahun 2018 yaitu bidang ekonomi sebesar 475.578. Namun demikian,
jumlah penerima manfaat diperkirakan masih akan terus bertambah hingga tahun 2019.
Proyeksi jumlah penerima manfaat pada tahun 2019 diperkirakan akan terus
meningkat dengan 3 (tiga) skenario kemungkinan yaitu optimis apabila kenaikannya
lebieh dari 30%, moderat jika kenakaikan jumlah penerima manfaat berada pada
rentang 20-30% sedangkan skenario pesimis jika kenaikannya berada pada level di
bawah 20%.
halaman | 53
BAB VII
Tantangan dan Peluang
Zakat 2019
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
BAB VII
Tantangan dan Peluang Zakat 2019
Tahun 2018 dan 2019 disebut oleh banyak kalangan sebagai tahun politik.
Menteri PPN/Kepala Bappenas mengatakan bahwa kondisi ekonomi akan tetap stabil
meskipun berada di tahun politik. Bahkan Bambang Brodjonegoro menyatakan
kehadiran tahun politik dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini
didasarkan pada pengalaman pemilu 2014 dimana konsumsi alami non rumah tangga
mengalami kenaikan.
Di sisi lain, terdapat kekhawatiran terjadinya siklus krisis ekonomi 10 tahunan.
Hal ini didasarkan pada asumsi krisis yang terjadi pada tahun 1998 yang menumbankan
perekonomian negara-negara Asia Tenggara; termasuk Indonesia yang agak parah. Pun
begitu dengan siklus krisis 10 tahunan pada 2008 yang merobohkan pilar perekonomian
Yunani dan pada akhirnya berdampak buruk pada hampir seluruh negara di dataran
Eropa. Kekhawatiran mengenai terulangnya krisis ini bukan tanpa alasan, atau paling
tidak kehadiran tahun politik memiliki implikasi ekonomi yang lebih kompleks.
Namun berdasarkan perjalanan, sejarah dan transformasi lintas pemerintahan,
pengelolaan zakat terus pengalami kemajuan, pertumbuhan dan penguatan diberbagai
lini. Pertumbuhan zakat selalu mengalami tren positif terlepas dari prediksi dan asumsi
ekonomi makro yang terjadi. Data statistik pertumbuhan zakat menunjukkan angka
pertumbuhan zakat bernilai sekotar 30%. Harapannya di tahun 2018 angka
pertumbuhan zakat bisa semakin meningkat signifikan berbanding tahun sebelumnya.
Hal ini disebabkan karena selain meningkatnya golongan kelas menengah di tahun
2018, di tahun ini Indonesia telah diuji dengan terjadinya banyak bencana alam yang
telah memakan banyak korban. Hal demikian memunculkan asumsi pertumbuhan
gerakan filantropi yang signifikan, termasuk didalamnya instrument zakat.
Dalam 3-4 tahun terakhir, animo dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap
nilai-nilai kehidupan secara agama tampaknya makin menggeliat. Fenomena sosial
keagamaan umat ini kemudian mendapat respon oleh para industri dengan
halaman | 54
Outlook Zakat Indonesia | 2019
menghadirkan beragam industri halal. Misalnya saja halal food, halal tourism, halal
pharmacytical, Muslim friendly hospital, dan lain sebagainya.
Selain pelaku industri, pemerintah juga turut memberi perhatian serius terhadap
hal ini. Sebagai contoh KNKS (Komite Nasioal Keuangan Syariah) yang diketuai
langsung oleh Bapak Presiden, saat ini tengah merancang masterplan Indonesia sebagai
pusat ekonomi Islam dunia tahun 2024. Didalamnya terdapat rumusan bagaimana
merancang strategi dan action-plan guna mewujudkan pusat ekonomi halal dunia di
Indonesia, termasuk penguatan sektor zakat dalam klaster keuangan sosial Islam.
Fenomena minat sosial keagamaan tersebut mengindikasikan adanya
peningkatan jumlah kelas menangah dari kalangan umat Islam Indonesia. Dalam
konteks pertumbuhan zakat, peningkatan jumlah kelas menengah ini diproyeksikan
dapat mendorong pertumbungan zakat. Meskipun demikian, tantangan sosialisasi,
kesadaran dan pemahaman secara seksama terhadap kebijakan zakat ini nampaknya
kedepan masih harus dihadapi, seperti bagaimana menyikapi perbedaan cara pandang
mazhab terhadap konsep zakat kontemporer, khususnya zakat profesi.
Sejak didirikan pada tahun 2001, BAZNAS Republik Indonesia telah melewati
beberapa kali suksesi kepemimpinan nasional. Terhitung mulai pemilu 2004, 2009 dan
2014. Pada bulan April tahun 2019, bangsa Indonesia akan menggelar pemiliran umum,
baik pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, pemilihan anggota legislatif baik untuk
tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Melihat perkembangan dunia perzakatan dari
tahun ke tahun, bahkan setelah melewati pergantian pemimpin nasional, maka
peristiwa pemilihan presiden dan wakil presiden 2019 diyakini akan membawa angin
segar bagi kemajuan dan perkembangan dunia perzkatan di Indonesia.
Keyakinan ini bukan tanpa alasan, terlebih kedua pasangan yang akan mengikuti
kontestasi pemilihan presisen dan wakil presiden adalah sosok terbaik bangsa yang telah
menunjukkan dedikasi dan komitmennya pada pertumbuhan zakat di Indonesia; baik
melalui regulasi dan komitmennya. Atas pertimbangan ini, maka siapapun yang akan
terpilih dalam suksesi kepemimpinan nasional pada tahun 2019 nanti, diyakini dapat
membawa angin baru bagi perkembangan dunia zakat.
halaman | 55
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
DAFTAR PUSTAKA
BAZNAS, 2016. Statistik Zakat Nasional 2015. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.
BAZNAS, 2017. Keputusan Ketua BAZNAS Nomor 73 Tahun 2017. Jakarta: Badan
Amil Zakat Nasional.
BAZNAS, 2017. Statistik Zakat Nasional 2016. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.
BAZNAS, 2018. Statistik Zakat Nasional 2017. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.
Firdaus, M., Beik, I. S., Irawan, T. & Juanda, B., 2012. Economic Estimation and
Determinations of Zakat Potential in Indonesia. Jeddah: IRTI IDB.
Intan, N. & Aminah, A. N., 2018. Baznas Luncurkan Mesin Pembayaran Zakat Digital.
[Online]
Available at: https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/wakaf/18/06/06/p9wdme384-baznas-luncurkan-mesin-pembayaran-zakat-digital
[Accessed 7 November 2018].
Majelis Ulama Indonesia, 2003. Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Zakat Penghasilan.
Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Noor, Z. & Pickup, F., 2017. Peran Zakat dalam Mendukung Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, Jakarta: BAZNAS & UNDP.
halaman | 56
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Puskas BAZNAS & DEKS BI, 2018. Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat. Jakarta:
Pusat Kajian Strategis BAZNAS.
Puskas BAZNAS, 2017. Ketentuan Tata Cara Penghitungan Zakat Profesi. Jakarta:
Puskas BAZNAS.
Puskas BAZNAS, 2017. Outlook Zakat Indonesia. Jakarta: Pusat Kajian Strategis Badan
Amil Zakat Nasional.
Rahman, A., 2018. Manfaatkan Teknologi QR Code, Bayar Zakat Bisa Lebih Mudah.
[Online]
Available at: https://finansial.bisnis.com/read/20180708/90/814047/manfaatkan-
teknologi-qr-code-bayar-zakat-bisa-lebih-mudah
[Accessed 7 Novenber 2018].
Riana, F. & Setiawan, K., 2018. Menteri Agama: Gaji PNS Muslim Akan Dipotong
Zakat 2,5 Persen. [Online]
Available at: https://nasional.tempo.co/read/1057712/menteri-agama-gaji-pns-muslim-
akan-dipotong-zakat-25-persen
[Accessed 21 November 2018].
SKR & Syakur, M. A., 2017. Luncurkan ATM Beras, BAZNAS Pakai Mesin Karya Anak
Bangsa. [Online]
Available at:
https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2017/01/18/109937/luncurkan-
atm-beras-baznas-pakai-mesin-karya-anak-bangsa.html
[Accessed 21 November 2018].
Sudibyo, B., 2018. Prospek dan Tantangan Pembangunan Zakat 2019. Jakarta:
BAZNAS.
Suryana, W. & Murdaningsih, D., 2017. Ini 10 Lokasi ATM Beras Baznas. [Online]
Available at: https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/wakaf/17/01/17/ojx4tp368-ini-10-lokasi-atm-beras-baznas
[Accessed 21 November 2018].
halaman | 57
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
Ulama Komisi Fatwa, 2018. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia.
Banjarbaru: Ulama Komisi Fatwa.
halaman | 58
Outlook Zakat Indonesia | 2019
halaman | 59
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
halaman | 60
Outlook Zakat Indonesia | 2019
Program Layanan Aktif BAZNAS (LAB) dibentuk oleh Badan Amil Zakat
Nasional dibawah koordinasi divisi Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat
(DPP) yang merupakan program layanan darurat sosial untuk mustahik dengan
model penanganan tepat sasaran, tepat waktu (cepat) dan tepat penanganan.
Pendirian LAB ini diatur dalam Keputusan Ketua Badan Amil Zakat
Nasional Nomor 19 Tahun 2018 tentang Lembaga Layanan Aktif Badan Amil
Zakat Nasional tertanggal 29 Maret 2018. Saat ini program LAB dikepalai oleh
Iskandar Darussalam.
Terkhusus unit layanan dan unit respon melayani jenis layanan bantuan
akses tempat tinggal (biaya kontrakan dan atau renovasi rumah), bantuan akses
pengobatan dan atau kesehatan, bantuan akses pendidikan, bantuan akses
konsumsi (biaya hidup, pakaian, dan atau ATM Beras), bantuan akses
transportasi, dan bantuan hutang untuk pemenuhan biaya hidup dasar.
halaman | 61
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
halaman | 62
Outlook Zakat Indonesia | 2019
halaman | 63
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
6. BAZNAS Microfinance
Pendirian BMFi diatur dalam Keputusan Ketua Badan Amil Zakat Nasioal
Nomor 20 Tahun 2018 tentang Lembaga Badan Amil Zakat Nasional
Microfinance tertanggal 29 Maret 2018. Saat ini BAZNAS Microfinance dikepalai
oleh Noor Aziz.
halaman | 64
Outlook Zakat Indonesia | 2019
halaman | 65
Badan Amil
BAZNAZ | Zakat Nasional
halaman | 66
Outlook Zakat Indonesia | 2019
halaman | 67
PUSAT KAJIAN STRATEGIS BAZNAS
JL. Kebon Sirih Raya No.57, Jakarta Pusat – 10340 Indonesua
68
!