Penulis
Gondhol Sumargiyono
Penyelaras
Sugita Hadi Supadma
M. Ahmad Jalidu
Introduksi
Suasana : tegang panas
Setting : Rumah Ki Gedhe Lemah kuning (lampu merah)
Musik : Sampak campur vocal + palaran
Waktu : malam hari
Pelaku : Ki gedhe lemah kuning
Utusan
Saya akan pulang dan Ki Gedhe turut bersama saya.
ADEGAN 1
Suasana : Pasewakan
Setting : Unggul Pawenang
Musik : Ladrang
Waktu : Pagi hari
Nila Ambara
Sinuwun, Unggul Pawenang saat ini diselimuti kabut gelap, sinar rembulan takut
menampakkan cahaya terang. Unggul Pawenang tertutup awan hitam, sinuwun.
Panembahan Purwa
Apa? Unggul Pawenang diselimuti kabut gelap?
Nila Ambara
Benar sinuwun. Kabut itu semakin pekat seiring tersebarnya ajaran Ki Gedhe Lemah
Kuning. Apalagi, hamba mendengar kabar bahwa Ki Gedhe Lemah Kuning ada dibelakang
sepak terjang Kebo Kenanga. Banyak pemuda-pemuda yang membangkang pemerintahan
Unggul Pawenang karena tergiur mengikuti ajaran Ki Gedhe Lemah Kuning.
Glathik Pamikat
Ananda Sultan, memang benar adanya. Suramnya bumi Unggul Pawenang ini disebabkan
oleh Adhi Gedhe Lemah Kuning yang mampu memikat rakyat lantaran ajarannya. Sekarang
dia sudah jarang bersama kami, manembah Sang Akarya Jagat di Lawang Kaswargan.
Sungguh, ini di luar kebiasaan.
Panembahan Purwa
Oh, Ki Ageng, Aku serasa terkunci di peti besi, terkepung seeribu gunung.
Pandanganku terhalang oleh tumpukan harta dan kemewahan, hingga masalah sebesar ini
tidak kuketahui.
Gagak Rimang
KI Gedhe Lemah Kuning sudah medhar wewadining jagat kepada kawula Unggul Pawenang.
Kawula yang masih tabu akan hal itu, sebab, alam pikiran dan angan-angan mereka
masih dipenuhi rimbunnya semak belukar yang lebat. Mereka tidak sepenuhnya memahami
kawruh yang kawedhar. Apakah nantinya justru tidak menjerumuskan dan merusak
tatanan?
Nila Ambara
Sinuwun, bagi saya, tanpa memandang ajarannya, Ki Gedhe Lemah Kuning jelas-jelas
sudah mengacaukan ketertiban negara. Saya tidak boleh tinggal diam, Sinuwun.
Panembahan Purwa
Lalu bagaimana menurut hemat Ki Ageng?