Anda di halaman 1dari 6

KURIKULUM MENTORING

Feb 25, '08 9:31 PM


for everyone

A.
Pemaknaan
istilah.
Sebagai bagian dari manajemen mentoring adalah perlunya adanya
pembakuan kurikulum tarbiyah seperti standardisasi, gugus kendali mutu dan
pelatihan
tenaga
Pembina.
B.
Tujuan
kurikulum
mentoring.
Secara global tujuan tarbiyah Islamiyah adalah menciptakan keadaaan yang
kondusif bagi manusia untuk hidup didunia secara lurus dan baik, serta hidup
diakhirat
dengan
naungan
ridho
dan
pahala
Allah
SWT
Secara garis besar sasaran mentoring memiliki dua sasaran yaitu :
1. Siswa diharapkan dapat memahami dengan menyeluruh pemahaman
mereka terhadap Islam (syamil mutakamil). Pemahaman yang benar dan
menyeluruh ini sangat diperlukan sebagai pondasi atau dasar pemikirnan
seseorang. Tidak saja dalam bidang amal ibadah tetapi juga dalam hal aqidah
diantara hal-hal yang harus dipahami adalah :

Islam sebagai agama yang syamil (sempurna) meliputi segala sisi


kehidupan.
Al-Quran dan as-sunnah sebagai satu-satunya sumber hokum.
Beribadah dengan bersungguh-sungguh.
Menghindarkan diri dari perbuatan syirik seperti : jimat, mantera da
perdukunan.
Menerima pesan-pesan rasulullah para sahabat, tabiin, tabiit tabiina dan
para ulama salaf maupun khalaf dan tidak mencaci mereka.
Meminta pendapat para ulama tentang sesuatu yang belum diketahuinya.
Lebih mengutamkaan amal daripada hanya bicara
Menyucikan dan mengtauhidkan Allah
Menjauhi setiap prilaku bidah
Berjiarah dengan cara yang disyariatkan oleh rasulullah SAW
Tidak mengakafirkan seorang Muslim yang telah bersahadat dan telah
menunaikan kewajibannya.

2. Siswa diharapkan dapat memiliki kedisiplinan yang sempurna (alIltizamul al-kamil) dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Paham : meyakini dan memahami Islam sebagai fiqrah yang bersih.
2. Ikhlas : keikhlasan yang tercermin dari ucapan dan perbuatan yang
semata-mata mencari ridho Allah.
3. Amal : mala yang dilakukan hendaknya bukan atas kejahilan tetapi atas
dasa ilmu yang telah dipelajarinya.
4. Jihad :tahapan jihad yang harus dilakukan yang pertama dengan hati
dengan lisan, tulisan dan kekuasaan. Puncaknya adalah bererang dijalan
Allah.

5. Pengorbanan : untuk mencpai tujuan perlu adanya pengorbanan baik


dengan harta, jiwa, waktu, kehidupan dan segala yang dimilikinya.
6. Taat : melaksanakan perintah dala segala kondidisi.
7. Tsabat : bersungguh-sungguh pada jalan yang mengantarkan pada
tujuan.
8. Tajarud : membersihkan pola pikir dari berbagai prinsip dan pengaruh
individu.
9. Ukhuwah : hari dan ruh yang terikat dengan akidah adalah wujud
persaudaraan yang hakiki.
10. Tsiqoh : kepercayaan yang memberikan rasa puas dari yang dipimpin
terhadap yang memimpin dalam hal kepemimpinan dan keihlasan
selanjutnya melahirkan rasa cinta, penghargaan dan penghormatan.
C. Metode mentoring.
Aktifitas kegiatan mentoring yang berhasil membutuhkan sebuah metode
dan didunia ini tidak metode yang sempurna, tetapi dibutuhkan adanya
penyempurnaan. Metode secara sederhana bisa diartikan sebagai strategi
untuk mewujudkan suatu tujuan yang sudah ditargetkan sebelumnya. Strategi
itu sendiri bisa merupkaan sebuah langkah sistematis yang teruji dilapangan
bisa merubah atau mencapai suatu aktifitas inteltual, ruhiyah maupun jiwa
manusia.
Bila kita mengamati metode mentoring saat ini ternyata tidak jauh berbeda
dengan metode klasikal yang diterapkan dipendidikan formal tetapi
perbedaannya terletak pada penekanan aplikasi antara materi dengan
perubahan objek pendidikan. begitu sederhana sekali dimana peran mentor
(murobbi) begitu kuat pada siswa didik (mutarobbi) sehingga sebelum
memegang sebuah kegiatan mentoring diharapkan para mentor harus terlibat
secara emosi dengan siswa didiknya (mutarobbi), sehingga mereka bisa
menerima transfer nilai-nilai tanpa disadarinya berasal dari nuansa
maknawiyah para mentornya seperti penampilan diri (pakaiannya atau
jilbabnya), kedisipilinan (komitmen dengan waktu atau komitmen dengan janji),
Aktifitas ruhiyah (ikut terlibat dalam aktifitas jamai atau tidak) atau aktifitas
harokah (aktif dalam organisasi atau tidak) dan nilai keihlasan dan
ketawadhuannya. Contoh prilaku ini jauh lebih efektif untuk menata dan
merubah pola prilaku sesuai dengan muwashofat dalam tarbiyah.
Secara garis besar materi disampaikan bisa melalui presentasi secara
classical dimana mentor menyampaiakan materi dasar sesuai dengan
tingkatannya. Sedangkan lokasi penyampaian materi bisa dilaksanakan secara
pleksibel seperti di mesjid, dihalaman sekolah yang dinaungi pohon ataupun
juga bisa dilaksanakan ditempat rekreasi sekalian jalan-jalan (rihlah). Ketika
materi disampaiakan bisa diselingi dengan Tanya jawab dan bentuk-bentu
permainan (games) yang sesuai dengan tema yang dismapaikan.

Supaya penyampaian materi tidak monoton, sesekali bisa menggunakan


metode diskusi atau seminar seperti bedah buku, kajian tematik (taskif) yang
melibatkan jamaah. Termasuk penguatan hubungan diluar halaqoh mereka
dengan melibatkan pada kegiatan social atau kegiatan keagamaan sebagai
bentuk pelatihan bagi kematangan materi dalam aplikasi sehari-hari. Artinya
Pembinaan intelektual mereka (bermacam kajian keagamaan) diseimbangkan
dengan pembiasaan aktifitas fisik (kegitan olah raga, outbound, jalanjalan/rihlah, bakti social) dan diasah dengan penguatan ruhiyah manawiyah
(pembiasaan muwashofat pekanan seperti tahajud bersama, hapalan alQuran, latihan kultum, tadabur alam, daurah).
Dengan susunan acara mentoring : a). Pembukaan, b). Tadarus AlQuran/hapalan al-Quran/hadits, c). Impak majlis d). Kultum/Tausyiah, e).
Materi inti, f). Informasi penting, g). Problem solving (Qodhoyah) dan h).
Penutup.
D. Materi mentoring :
Bagi para mentor pemula tentu saja masalah materi yang disampaian
banyak mengalami hambatan. Kalau tahun 80-an tentu saja materi hanya
diadopsi dari murobbinya, tapi kurun waktu sekarang materi-materi tarbiyah
sudah dibukukan secara komprehensif lengkap dengan kurikulum untuk
memudahkan penyampaian secara sistematis.
Secara garis besar materi tarbiyah harus berkisar antara a) Aqidah b).
ibadah c). muamalah dan d). tsaqofah.
Bahkan ada beberapa sekolah yang sudah membuat materi yang
disesuaikan dengan kebutuhan pelajar dengan tujuan untuk memudahkan
dalam penyesuaian dengan tingkat pemahaman pelajar yang penting esensi
kurikulum tetap mengikuti pedoman baku yang sudah ada. Untuk materi
mentoring bisa dijadikan referensi antara lain :
a). Materi tarbiyah : Panduan kurikulum bagi dai dan murobbi yang disusun
oleh Ummu Yasmin Media insani, Solo, 2003.
b). Bundelan dari beberapa modul terpisah yang disusun oleh penulis Cahyadi
Takariawan seorang aktifis tarbiyah yang terdiri dari dua bundle :

Kepribadian Muslim
Kepribadian dai

c). Super mentoring bagi remaja dari ILNA learning.


E. Perangkat kurikulum mentoring.

Secara adminstratif perangkat kurikulum mentoring hampir sama dengan


kurikulum formal disekolah dimana didalamnya ada unsur kurikulum yang
secara teratur.
a) Mentor (Murabbi)
b) Siswa didik (Mutarobbi).
c) Lembaga (Yayasan, sekolah, , organisasi siswa)
d) Proses (muwashofat, tahapan pembinaan)
e) Model mentoring (presentasi, outbound, simulasi)
f) Bentuk mentoring (halaqoh, Daurah, rihlah, tadabur, muqoyam,)
g) Indikasi keberhasilan
E. Evaluasi mentoring :
a) Muaahadah.
b) Tahfidz
c) Muwashofat
F. Strategi Belajar Mengajar.
1. Memulai presentasi mengajar.
Tahapan utama dalam proses mentoring adalah mempersiapkan diri
memasuki dunia belajar mengajar dengan berbagai karakteristik siswa didik
dengan tantangan dakwah yang bisa mengasah seorang Pembina/mentor
untuk menjadi seorang guru (murobbi), psikolog, sekaligus sebagai seorang
pemimpin (qiyadah) sehingga menuntut kekuatan belajar dan meningkatkan
tsaqofahnya.
Untuk memasuki dunia tarbiyah ini harus ada keterikatan secara
emosi dengan siswa didik (mutarobbi) yang bisa mempengaruhi fitrah hatinya
dengan berbagai transfer psikologis yang merubah persepsi, keyakinan dan
komitmen sehingga bisa menanamkan pola pikir (Fikrah) mereka terhadap
sebuah permasalahan hidup dan nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada diri
binaannya. Satu hal yang membedakan dengan kegiatan pendidikan lainnya,
kegiatan mentoring ini akan berpengaruh manakala Pembina (murobbi)
memiliki riayah manawiyah yang bisa berpengaruh untuk merubah

kepribadian, pola fikir dan masuknya pemahaman ketika disampaikan pada


binaannya.
Sangat berbeda dengan materi umum hanya bermodalkan teks
seorang guru sejarah bisa menjelaskan peristiwa revolusi perancis tanpa perlu
guru tersebut pergi ke Perancis, tetapi seorang mentor harus menyampaikan
materi yang sebelumnya sudah dipraktikan sendiri dalam kehidupan seharihari. Akan terasa hambar membahas tentang Fiqh pernikahan ternyata mentor
(murobbi/murobbiyah) itu sendiri ternyata belum menikah dan akan
berpengaruh terhadap persepsi para binaan terhadap dalamnya makna materi
yang disampaikan. Akan terasa kaku bila seorang mentor menganjurkan
berorganisasi kalau hanya sekedar anjuran tanpa Pembina itu sendiri aktif
dalam kegiatan organisasi. ataupun akan terasa lain manakala seorang mentor
menganjurkan komitmen terhadap waktu saat dia sendiri sering terlambat.
Bisa dikatakan dalam tahap awal menjadi seorang mentor atau
pembina harus lebih menguatkan niat bahwa yang dia pilih sebuah tugas
dakwah yang sangat mulia sehingga butuh pengorbanan besar dan terlepas
dari motif mencari materi, prestise ataupun karier dalam organisasi diperkokoh
dengan kekuatan ruhiyah dan kecerdasan inteletual dalam mematangkan
materi.
Bukan suatu yang dengan mudah membutuhkan proses yang cukup
lama dan tidak juga bisa ditunda menunggu siap, oleh karena menjadi mentor
adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditunda yang disesuaikan dengan
kemampuan dan proses pentarbiyahan dalam wujud Saling menolong dalam
berbuat baik dan takwa (Taawanu alal birri wa taqwa), amar maruf nahi
munkar dan kewajiban untuk menjaga diri sendiri dan keluarga kita dari
dahsyatnya api neraka (Quu anfusakum wa ahlikum narro) ataupun sabda
rasul Baligho anni walauayat sampaikan sesuatu walaupun satu ayat.
2. Proses panjang pembinaan.
Hasil yang akan dicapai dalam sebuah pembinaan tidak bisa secara
matematis terukur, karena proses ini panjang sehingga membutuhkan kesabaran
keuletan dan keistiqomahan berbagai pihak antara mentor dan siswa binaan.
Biasanya dapat terlihat dari penampilan, kepribadian dan sikap mereka. Ataupun
sebaliknya siswa binaan mundur dan berbalik, bisa dikatakan kegiatan mentoring
itu seleksi alam untuk memilih pribadi pilihan yang unggul dalam intelektual dan
unggul dalam kepribadian. Kelemahan dari system mentoring di sekolah adalah
tindak lanjut mereka setelah menyelesaikan sekolah sedikit terputus apabila
tidak dilanjutkan kegiatan ini dikampus tempat kuliahnya ataupun mengalihkan
kegiatan ini di luar sekolah dengan mentor yang lama.
3. Tunas baru pembinaan.

Ibarat pohon yang ditanam, disiram dan dipupuk sehingga bisa tumbuh,
bertunas dan berbunga yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Begitu hasil yang
ingin dicapai dari kegiatan mentoring ini bisa menghasilkan seorang pelajar yang
paripurna dari segi intelektual, emosi dan spiritualnya yang bisa tentap eksis
dalam perkembangan islam dimasa yang akan datang dengan inteletual muda
yang agamis yang mampu menciptakan iptek dan sekaligus mendallami islam
sebagai sarana berdakswah dan sarana bersosialisasi dimasyarakat.
Dokter yang spesialis dalam profesinya dan agamis dalam kesehariaanya,
sehingga etika kedokteran bukan sebagai sebuah beban tapi telah tersibghoh
dalam sukmanya sebagai sebauh fikroh yang kokoh yang bisa melawan arus
westernisasi. Sehingga pola prilakunya bisa mewarnai sebuah perubahan dan
sebuah control yang dahsyat dilingkungan kerjanya dari prilaku penyimpangan
yang sulit dihentikan selama arus sekulerisme dan materialisme berkembang di
masyarakat. (bersambung)

Tags: kurikulum mentoring


Prev: Membangun konsep diri seorang pelajar Muslim
Next: PEMBINAAN PELAJAR DI SEKOLAH
Sumber: http://haroqi.multiply.com/journal/item/35

Anda mungkin juga menyukai