Anda di halaman 1dari 16

Budaya Perusahaan

(Corporate Culture)

Bismillahirrahmannirrohim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua.
Budaya Organisasi
(Corporate Culture)

Setiap individu memiliki kepribadian (personality),


demikian pula organisasi. Mengingat individu memiliki
kepribadian maka kita dapat melihat individu memiliki
sifat-sifat yang tetap (relatif tidak berubah) dan kedaan
tersebut dapat membantu kita untuk meramalkan dan
memperkirakan sikap dan perilaku individu.

Organisasi dapat dianggap sebagaimana orang/individu


yang kepribadiannya dapat digolongkan, sebagai
contoh : kaku, ramah, hangat, inovatif atau konservatif.
Sifat-sifat ini sebetulnya dapat digunakan untuk
meramalkan sikap individu maupun organisasi.
Pengertian Budaya Perusahaan
(Corporate Culture)
Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan
kelompok manusia untuk waktu yang panjang.
Menurut Veithzal Riva’i : Budaya dalam arti anthropologi dan sejarah
adalah inti dari kelompok atau masyarakat yang berbeda mengenai cara
para anggotanya saling berinteraksi dengan orang luar serta bagaimana
mereka menyelesaikan apa yang dilakukannya.
Menurut definisi, budaya itu sukar dipahami, tidak berwujud implisit dan
dianggap sudah semestinya atau baku.
Veithzal Riva’i lebih lanjut menyatakan bahwa budaya adalah sejumlah
pemahaman penting seperti norma, nilai, sikap dan keyakinan yang
dimiliki bersama oleh anggota organisasi.
Jadi budaya organisasi adalah bagaimana organisasi belajar berhubungan
dengan lingkungan yang merupakan penggabungan dari asumsi, perilaku,
ceritera, mitos, ide, metafora dan ide lain untuk menentukan apa arti
bekerja dalam suatu organisasi.
Pengertian Budaya Perusahaan
(Corporate Culture)
Stephen P. Robbins menyatakan bahwa : Budaya perusahaan mengacu kesuatu sistem
makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari
organisasi-organisasi yang lain.
Selanjutnya Robbins menyatakan bahwa : riset paling baru mengemukakan tujuh
karakteristik primer yang bersama-sama menangkap hakikat dari budaya organisasi,
yaitu :
1. Inovasi dan pengambilan risiko. Yaitu sejauh mana para karyawan didorong untuk
inovatif dan mengambil risiko.
2. Perhatian kerincian. Yaitu sejauh mana para karyawan diharapkan memperlihatkan
presisi (kecermatan), analisis dan perhatian pada rincian/detail pekerjaan.
3. Orientasi hasil. Yaitu sejauhmana manajemen memfokuskan pada hasil, bukannya
pada teknis dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.
4. Orientasi orang. Yaitu sejauhmana keputusan manajemen memperhitungkan efek
hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim. Yaitu sejauhmana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim,
bukannya individu-individu.
6. Keagresifan. Yaitu sejauhmana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya
santai-santai.
7. Kemantapan. Yaitu sejauhmana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya
status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
Pengertian Budaya Perusahaan
(Corporate Culture)

Menurut Schein dalam Ashar Sunyoto Munandar :


Budaya organisasi terdiri dari asumsi-asumsi dasar yang
dipelajari, baik sebagai hasil memecahkan masalah yang
timbul dalam proses penyesuaian dengan
lingkungannya, maupun sebagai hasil memecahkan
masalah yang timbul dari dalam organisasi, antar unit-
unit organisasi yang berkaitan dengan integrasi. Budaya
timbul sebagai hasil belajar bersama dari para anggota
organisasi agar dapat tetap bertahan.
Bagian pertama dari definisi tersebut menjelaskan
bagaimana budaya organisasi terbentuk, bagian kedua
menjelaskan bagaimana budaya organisasi
dipertahankan.
Pengertian Budaya Perusahaan
(Corporate Culture)
• Schein selanjutnya membedakan budaya organisasi ke dalam tiga tingkat :
• Tingkat pertama, adalah tingkat perilaku (behavior) dan artifact. Tingkatan
ini adalah tingkatan yang dapat diamati. Perilaku orang dapat kita amati.
Perilaku otoriter, perilaku luwes, perilaku keras. Semua perilaku yang diamati
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan merupakan ungkapan dari nilai-
nilai tertentu.
• Tingkat kedua, merupakan nilai-nilai (values) dari budaya perusahaan.
Tingkatan ini tidak dapat dilihat. Nilai-nilai terungkap melalui pola-pola
perilaku tertentu. Misalnya : nilai keterbukaan antara lain dapat terungkap
dalam perilaku “Kesediaan mendengarkan dan memperhatikan kritik dan keluh
kesah”, atau juga dapat terungkap dalam “Pintu kerja yang selalu terbuka“
sehingga siapapun dapat masuk untuk menemuinya.
• Tingkat ketiga, adalah tingkat paling dalam yang mendasari nilai-nilai, yaitu
tingkat keyakinan (beliefs), yaitu terdiri dari berbagai asumsi dasar. Orang yang
berkeyakinan bahwa : “Semua orang baik” akan memiliki nilai “Kepercayaan”
dengan prioritas tinggi dan akan terungkap dalam perilakunya bahwa : “Ia
mudah dan cepat percaya kepada orang”.
Pengertian Budaya Perusahaan
(Corporate Culture)
Definisi terakhir menurut Booz, Allen & Hamilton : Budaya organisasi
terdiri dari asumsi-asumsi, nilai-nilai dan norma yang mendasari perilaku
para pegawai. Asumsi, nilai-nilai dan norma dapat positif maupun negatif.
Contoh-contoh dari asumsi, nilai-nilai dan norma yang positif sebagai
berikut :
Asumsi :
1. Kerja keras dengan prestasi baik akan mendapat imbalan yang sesuai.
2. Semua pegawai pada dasarnya baik.
Nilai :
1. Mencapai hasil yang baik, lebih penting dari pada mematuhi prosedur.
2. Kepuasan pelanggan sangat penting.
Norma :
1. Setiap pegawai tidak boleh datang terlambat.
2. Setiap manajer harus segera mengambil keputusan.
Fungsi-Fungsi Budaya Perusahaan
Menurut Stephen P. Robbins fungsi-fungsi corporate culture. sbb :

Corporate culture mempunyai fungsi sebagai suatu boundary defining


role ; yaitu memberikan perbedaan-perbedaan antara suatu organisasi dengan
organisasi-organisasi yang lain. Dengan perkataan lain budaya organisasi
mampu membedakan organisasi satu dengan organisasi yang lain.
Corporate culture mengandung jati diri (a sense of identity) bagi anggota-
anggota organisasi yang bersangkutan.
Corporate culture memudahkan bangkitnya komitmen terhadap sesuatu
yang lebih besar dari pada sekedar kepentingan pribadi.
Corporate culture meningkatkan stabilitas sistem sosial. Budaya adalah
perekat sosial yang menopang kesatuan organisasi dengan memberikan
standar-standar yang memadai mengenai apa yang seharusnya dikatakan dan
dikerjakan oleh para pegawai.
Corporate culture berfungsi sebagai suatu sense making and control
mechanism yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku para pegawai.
Proses Pembentukan dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Budaya Perusahaan/Organisasi

Gambar Proses Terbentuknya Budaya Perusahaan

Manajemen
Puncak
Kriteria Seleksi
Filsafat dari Budaya
(Bgm. Mempekerjakan
Pendiri Organisasi Karyawan) Organisasi

Sosialisasi

Sumber : Stephen P. Robbins


Faktor-faktor yang akan Mempengaruhi
Budaya Perusahaan
Menurut Sjamsir Kadir, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
budaya perusahaan antara lain :
a. Kepemimpinan (leadership)
b. Kepemimpinan disini maksudnya adalah sikap dari pemimpin atau manajer
yang merupakan pelaku utama dalam menciptakan mentalitas etos kerja.
Pemimpin yang baik seyogyanya mampu menggunakan seluruh sumber daya
yang ada, serta mampu mengarahkan kegiatan bawahan yang dipimpinnya
untuk mencapai tujuan perusahaan.
c. Lebih lanjut Sjamsir Kadir menyatakan : ada beberapa karakteristik yang harus
dipenuhi untuk menjadi pemimpin :
1. Bersikap mature (matang) dalam arti memiliki kestabilan jiwa dan emosi,
tidak grogi menghadapi kejadian yang tidak menyenangkan.
2. Empathy, artinya mau mengerti pikiran bawahan, bersikap baik dan tidak
selalu ingin disanjung atau dilayani oleh bawahan.
3. Bersikap konsisten dan positif, dalam setiap waktu senantiasa menambah
pengetahuan dan keahlian, mampu membuat keputusan dalam segala
kondisi serta memiliki spirit dan selalu berusaha menjadi yang terbaik.
Faktor-faktor yang akan Mempengaruhi
Budaya Perusahaan
Kondisi dan praktek di perusahaan yang diciptakan oleh pemilik atau pimpinan, dapat
merupakan faktor pembentuk budaya dalam perusahaan. Kondisi tersebut antara lain :
1. Proses rekruitmen, penempatan dan pengembangan SDM,
2. Penetapan sistem gaji dan pengupahan yang layak dan bersaing,
3. Penciptaan lingkungan kerja yang menarik dan kondusif, baik secara fisik,
intelektual maupun emosional,
4. Program pendidikan dan pelatihan yang terencana,
5. Pembinaan kerohanian dan kegiatan sosial,
6. Penentuan tujuan dan sasaran yang jelas.
Perilaku Organisasi
Hirarki dalam struktur organisasi mencerminkan garis komando dan tuntutan
pelaksanaan tugas. Adanya garis komando yang menuntut kepatuhan bawahan bisa
menciptakan iklim kekakuan dikaitkan dengan tuntutan pelayanan yang baik kepada
konsumen. Tebalnya hirarki akan menentukan jarak sistem birokrasi serta lambatnya
pembuatan keputusan, terutama jika hal itu tidak dikaitkan dengan pelimpahan
wewenang yang cukup pada bawahan, hal ini akan membentuk budaya perusahaan yang
kaku dan bekerja menunggu perintah atasan. Sebaliknya pemangkasan organisasi dan
stremlining dapat menciptakan budaya dinamis, gesit dan cepat dalam pengambilan
keputusan.
Wujud Budaya Perusahaan

Pada perusahaan-perusahaan yang secara sadar mempunyai


program budaya perusahaan, akan terlihat bahwa budaya
perusahaannya dalam penampilan yang paling depan berwujud
statements dan sub-statements yaitu yang disebut culture
statements.
Budaya perusahaan tidak boleh hanya berwujud sebagai statement
dan sub-statements saja. Statement dan Sub-statements itu harus
dioperasionalkan supaya nilai-nilai dan norma-norma yang
terkandung dalam culture statement itu menjadi landasan yang
nyata bagi perilaku-perilaku (behaviors) para pegawai.
Untuk mengoperasionalkannya, setiap sub-statements hendaknya
dijabarkan ke dalam perilaku-perilaku, yaitu perilaku-perilaku yang
apabila dilaksanakan oleh segenap pegawai secara berulang-ulang
sehingga akhirnya perilaku-perilaku itu telah terlihat sebagai “the
way we do things around here” sehingga nilai-nilai dan norma-
norma dari substatements tersebut telah melembaga dalam
perusahaan tersebut.
Wujud Budaya Perusahaan
Sebagai contoh wujud budaya kerja suatu perusahaan,
baik dalam wujudnya yang berupa culture statements
maupun dalam wujud perilaku-perilaku yang
dikehendaki untuk dilakukan oleh segenap tenaga
pimpinan dan bawahan , sebagai berikut :
Statement : Perusahaan mengakui pentingnya
peranan setiap pegawai .
Sub-statements :
1. Pegawai merupakan modal utama perusahaan.
2. Keberhasilan perusahaan sangat ditentukan oleh sikap
pegawai yang positif terhadap tugas dan kewajibannya.
Perubahan Budaya Perusahaan

Dalam melakukan perubahan atas budaya perusahaan, yang


perlu selalu ingat pesan Alan L. Wilkins yang mewanti-wanti
betul bahwa hendaknya dalam melakukan perubahan budaya
perusahaan jangan sampai merusak character perusahaan.
Character perusahaan adalah sense of identity atau soul suatu
perusahaan.
Pimpinan perusahaan yang menginginkan dilakukannya
perubahan­perubahan, hendaknya pertama-tama melihat apa
yang mereka ingin pertahankan.
Manajer yang melakukan usaha-usaha perubahan sering
melupakan bahwa banyak ketrampilan­-ketrampilan, tujuan-
tujuan dan nilai-nilai dari masa lalu yang dapat diterapkan
menghadapi masalah-masalah baru dan dapat diteruskan.
Perubahan Budaya Perusahaan

Apabila ingin mengadakan perubahan atau memperkuat budaya


perusahaan, maka terlebih dahulu harus diketahui betul bagaimana
wujud budaya perusahaan yang ada.
Setelah diketahui bagaimana wujud budaya perusahaan yang sedang
berlaku, dipilah-pilah mana asumsi­asumsi, nilai-nilai dan norma-norma
dari budaya perusahaan yang memang sejalan dan menunjang strategi
perusahaan (baik strategi yang sedang dilaksanakan maupun strategi
baru yang akan dilaksanakan) dan mana yang tidak sejalan dan
mendukung strategi itu.
Tentunya asumsi-asumsi, nilai-nilai dan norma-norma yang sejalan dan
menunjang strategi tersebut tetap dipertahankan dan yang tidak sejalan
dan menunjang, diganti.
Untuk mengetahui wujud dari budaya perusahaan yang sedang berlaku,
harus dilakukan dengan mengadakan survey.
Sekian, terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai