1 Manajemen
Bagi yang bekerja pada sebuah perusahaan atau sedang menjalankan bisnis, tentu sudah tidak
asing saat mendengar kata manajemen. Faktanya, beberapa orang masih kebingungan saat
ditanya apa itu manajemen karena pengertiannya sendiri masih simpang siur di masyarakat.
Manajemen berasal dari bahasa Perancis yaitu ‘menegement’ yang berarti seni untuk
mengatur atau mengelola sesuatu. Dalam bahasa Inggris, kata ‘manage’ berarti
mengendalikan atau mengelola.
Secara umum, manajemen dikenal sebagai sebuah proses yang mengatur kegiatan atau
perilaku sehingga menimbulkan efek yang baik. Secara etimologi, definisi manajemen adalah
sebuah seni mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan utama sebuah organisasi atau
bisnis melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan pengawasan sumber
daya dengan cara yang efektif dan efisien.
Dalam sebuah perusahaan, terdapat masing-masing divisi yang dipimpin oleh seorang
manajer atau head hingga jajaran top manager. Fungsi dari seorang manajer ini sudah jelas
adalah untuk mengatur kinerja karyawan bawahannya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Tidak hanya mengatur, seorang manajer dalam sebuah perusahaan juga bertanggung jawab
atas pengawasan bawahannya agar berjalan sesuai dengan koridor pekerjaan.
Menurut F. Taylor, manajemen adalah seni mengetahui apa yang harus dilakukan, kapan
harus dilakukan dan melihat bahwa itu bisa dilakukan dengan cara terbaik dan termurah.
Beberapa tugas atau fungsi utama Manajer yang berada di manajemen tingkat atas ini
diantaranya adalah sebagai berikut :
Adapun fungsi-fungsi dan tugas Manajer di Manajemen Tingkat Menengah ini diantaranya
adalah :
3. Manajemen Tingkat Pertama atau disebut juga dengan First Level Management atau
First Line Management adalah Manajemen yang bertanggung jawab atas operasional atau
pekerjaan harian para karyawan dalam menghasilkan suatu produk atau layanan. Manajemen
tingkat pertama ini biasanya memegang jabatan seperti Department Manager, Section
Manager, Superintendent, Mandor atau Supervisor. Para Manajer di manajemen tingkat
pertama ini memiliki otoritas atau wewenang yang terbatas.
Beberapa fungsi dan tugas Manajemen tingkat pertama ini adalah sebagai berikut :
Dalam Struktur Organisasi, semua posisi manajemen secara umum dapat diklasifikasikan
oleh fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi
tersebut. Fungsi-fungsi yang ada di dalam perusahaan besar dibagi ke dalam dua fungsi yaitu
fungsi lini dan fungsi staf.
Personalia pada fungsi lini bertanggung jawab untuk mengawasi, mengarahkan dan
mengambil keputusan. dalam huhungan ini, terdapat rantau perintah yang ditunjukkan oleh
garis langsung dari atas ke bawah, dari direktur utama ke manajemen tingkat puncak, madya
dan bawah. Direktur utama mengendalikan perusahaan secara keseluruhan tetapi dengan
mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan.
Personalia pada fungsi staf bertanggung jawab memberikan saran, rekomendasi atau
layanan kepada semua anggota organisasi, tetapi tidak dapat memaksa kepada anggota
organisasi untuk melaksanakan saran atau rekomendasinya. Dengan kata lain, personalia pada
posisi staf tidak mempunyai wewenang untuk mengatur atau memerintah personalia lini.
Tugas Personalia staf adalah memberikan bantuan kepada semua departemen. Manajer lini
dan staf di dalam struktur organisasi perusahaan harus digambarkan secara jelas sehingga
pengawas dapat menyediakan tipe informasi yang dapat diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan tugas masing-masing.
2). Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya dari semua produk
dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan harga serta untuk evaluasi kinerja dari
sebuah produk, departemen, atau divisi.
3). Memilih biaya dan juga laba perusahaan dalam periode akuntansi satu tahun atau untuk
periode lain yang lebih pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persedian dan harga
pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan eksternal.
4). Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek maupun jangka panjang, yang
bisa merubah pendapatan atau biaya.”
2. Pengendalian
1). Pengendalian biaya diawali dengan memilih biaya yang harus dikeluarkan melewati
anggaran, kemudian membandingkan antara biaya yang sebenarnya terjadi (biaya actual)
dengan biaya yang sudah diterapkan sebelumnya (anggaran). Dalam hal ini, anggaran akan
dijadikan standar biaya. Jika terdapat selisih (perbedaan) biaya tertentu. Analisa aset selisih
biaya tersebut mencakup jenis biaya yang menyimpang. Besarnya penyimpangan biaya,
posisi terjadinya penyimpangan, penyebab terjadinya penyimpangan dan pihak yang harus
bertanggung jawab penyimpangan tersebut.
2). Dalam perencanaan dan pengendalian biaya, akuntansi biaya dapat menentukan biaya
yang diperlukan untuk sekali produksi. Hanya saja, perencanaan dan pengendalian ini sering
menimbulkan penyimpangan (selisih biaya sebenarnya dengan perencanaan biaya).
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihak manajemen akan memonitor setiap proses produksi
yang berlangsung. Jika ada penyimpangan, pihak manajemen akan mencari tahu
penyebabnya dan memikirkan tindakan yang diperlukan sebagai bentuk pengendalian
3. Penetapan Harga
1). Untuk tujuan penentuan biaya sebuah produk atau jasa, akuntansi biaya mencatat serta
mengakumulasikan biaya-biaya dalam serangkaian kegiatan pembuatan produk maupun
penyerahan jasa. Biaya-biaya tersebut adalah biaya-biaya yang sudah dikeluarkan
sebelumnya dimasa yang lalu (historis). Informasi biaya secara historis ini umumnya dipakai
oleh pihak ekstenal untuk menentukan nilai persediaan dan beban pokok penjualan dengan
tujuan untuk menghitung besarnya laba. Hal tersebut berkaitan erat dengan penyusutan
laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi yang adalah tanggung jawab manajemen pada
pihak eksternal
2). Fungsi dari akuntansi pertama adalah menentukan harga pokok atas suatu produk atau jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan. Akuntansi ini akan memastikan kalau harga yang
ditawarkan oleh konsumen tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
3). Proses penentuan harga pokok bisa didapat melalui metode pencatatan, penggolongan,
monitor, dan peringkasan seluruh komponen biaya yang masih berhubungan dengan proses
produksi dari data riwayat yang akan dijadikan sebagai acuan pihak manajemen dalam
menentukan harga pokok produksi.
4. Mengambil keputusan
Ketika semua biaya yang diperlukan untuk melaksanakan proses produksi perusahaan sudah
tercatat dengan baik, maka data biaya tersebut akan dikirimkan ke pihak manajemen untuk
dilakukan suatu pengambilan keputusan yang akan berdampak besar terhadap kehidupan
perusahaan di masa yang akan datang.
Berbagai perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen dapat dirangkum
dalam tabel berikut ini :
Biaya yang berasal dari amerika mengenal dua istilah yang berhubungan denganbiaya, yaitu cost dan
expense. Di Indonesia costdan expense diterjemakan ke dala beberapa istilah.
Biaya adalah kos barang atau jasa yang telah memberikan manfaat yang akan digunakanuntuk
memperoleh pendapatan. Biaya akan dikurangkan dari pendapatan untuk menentukan laba atau
rugi pada suatu priode sehingga biaya akan dicantumkan dalam laporan laba rugi.
Pendapatan adalah nilai barang yang dijual atau jasa yang telah diberikan. Rugi menggambarkan
biaya barang atau jasa yang tidak memberikan manfaat. Daklaim keadaan tertentu, barang atau jasa
yang dibeli perusahaan menjadi tidak berharga sebelum memberi manfaat. Kos barang atau jasa ini
disebut sebagai rugi. Istilah rugi juga digunakan untuk pendapatan yang lebih renda dari biaya.
Dalam laporan laba rugi, rugi akan mengurangi pendapatan pada priode terjadinya kerugian
tersebut. Bagian biaya maupun rugi sama-sama akan mengurangi pendapatan tetapi diletakan di
tempat yang berbeda di dalam laporag laba rugi.
1. Hubungan Biaya dengan Produk, biaya erat hubungannya dengan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Biaya yang terjadi ada yang dapat dengan mudah ditelusur ke
suatu produk dan ada yang sulit.
Berdasarkan hubungan biaya dengan produk, biaya dapat digolongkan menjadi dua :
a. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat dibebankan secara langsung kepada
objek biaya atau produk. Contoh biaya langsung adalah bahan langsung (bahan baku), upah
pekerja yang langsung terlibat dalam proses produksi barang di pabrik, iklan, ongkos angkut,
dan sebagainya.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah buya yang sulit atau tidak dapat dihubungkan
dan dibebankan secara langsung dengan unit produksi, dan secara akurat ditelusuri ke objek
biaya. Biaya yang dapat ditelusuri pada objek biaya akan meningkatkan keakuratan
pembebanan biaya. Contoh biaya tidak langsung adalah gaji pimpinan, gaji mandor, iklan
untuk lebih dari satu macam produk, dan sebagainya. Biaya tidak langsung sering disebut
biaya overhead. yang terbagi lagi menjadi biaya overhead pabrik, biaya penjualan, serta biaya
umum dan administrasi.
Biaya langsung adalah biaya yang dapat dipisahkan dan dikenali secara langsung digunakan
untuk memproduksi suatu satuan output, sedangkan biaya tak langsung adalah biaya
gabungan (joint cost) atau biaya – biaya overhead untuk semua satuan output yang
diproduksi.
Contoh :
2. Hubungan Biaya dengan Volume Kegiatan, volume kegiatan perusahaan dapat berubah-
ubah disesuaikan dengan permintaan pasar dan kemampuan perusahaan. Pada Saat
permintaan pasar meningkat dan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan tersebut,
perusahaan akan menaikkan volume produksinya.
a. Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah proposional
dengan perubahan volume kegiatan atau produksi tetapi jumlah per unit nya tidak berubah.
Karena terpengaruh volume kegiatan, biaya variabel akan menjadi nol bila volume kegiatan
juga nol. Biaya bahan baku adalah biaya variabel. contoh lain biaya variabel adalah upah
tenaga kerja dan upah lembur.
b. BIaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh oleh
volume kegiatan dalam kisaran volume tertentu. Contoh biaya tetap adalah biaya sewa kantor
atau pabrik.
c. Biaya Campuran (Mixed Cost) adalah biaya yang jumlahnya terpengaruh oleh volume
kegiatan perusahaan tetapi tidak secara proposional. Bila tidak ada kegiatan atau volume
kegiatan nol, biaya campuran tidak akan menjadi nol, tetapi bila volume kegiatan bertambah
banyak, biaya campuran juga akan bertambah banyak. Biaya Campuran disebut juga biaya
semi variabel.
3. Berdasarkan Elemen BIaya Produksi. Biaya Produksi adalah biaya yang terjadi untuk
mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Berdasarkan elemen bIaya produksi dibagi
menjadi tiga :
a. Biaya Bahan Baku adalah besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke dalam proses
produksi untuk mengubah menjadi barang jadi. Boaya bahan baku merupakan bagian penting
biaya barang yang digunakan untuk memproduksi barang jadi. Contoh untuk membuat buku
diperlukan bahan kertas, tinta, lem dsb. Nilai bahan yang paling banyak untuk membuat buku
adalah kertas maka biaya kertas ini akan dimasukkan ke dalam biaya bahan baku. Bahan-
bahan lain karena jumlah tidak material, dianggap sebagai bahan penolong dan akan di
kelompokkan ke dalam biaya overhead pabrik.
b. Biaya Tenga kerja adalah besarnya biaya yang terjadi untuk menggunakan tenaga
karyawan dalam mengerjakan proses produksi. Biaya Tenaga kerja dibagi menjadi dua
kelompok yaitu biaya tenaga kerja langsung (1) adalah biaya tenaga kerja yang secara
langsung berhubungan dengan produksi barang jadi. dan biaya tenaga kerja tidak langsung
(2)
adalah upah atau gaji tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan produksi
barang jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung di kelompokkan sebagai biaya overhead
pabrik.
c. Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain biaya bahan baku
maupun biaya tenaga kerja kerja langsung. Biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja
tidak langsung adalah biaya overhead pabrik
Biaya produksi dapat di identifikasi lebih lanjut menjadi biaya utama (prime cost) dan
biaya konversi
a. Biaya Produksi (Produsction cost) terdiri atas tiga jenis biaya yaitu biaya bahan
baku, Biaya Tenga kerja dan Biaya Overhead Pabrik.
b. Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam rangka mengarahkan,
menjalankan, dan mengendalikan perusahaan untuk memproduksi barang
jadi. Biaya administrasi dan umum meliputi biaya gaji pegawai, biaya perlengkapan dan
biaya utilitas.
a. Biaya Standar adalah biaya ditentukan di muka yang seharusnya dikeluarkan untuk
membuat suatu produk atau melaksanakan suatu kegiatan.
b. Biaya Aktual adalah biaya yang sesungguhnya terjadi untuk membuat suatu produk atau
melaksanakan sesuatu kegiatan.
c. Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang
manajer tingkatan tertentu.
d. Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak secara langsung dapat dipengaruhi oleh
seorang manajer tingkatan tertentbu.
e. BIaya komitan adalah biaya yang terjadi dalam upaya mempertahankan kapasitas atau
kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi, pemasaran dan administrasi.
f. Biaya Diskresioner adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada kebijakan
manajemen.
g. Biaya Relevan adalah biaya masa depan akan berbeda antara satu alternatif dan alternatif
lain.
h. Biaya kesempatan adalah manfaat yang dikorbarkan pada saat satu alternatif keputusan
dipilih dan mengabaikan alternatif lain.
2.4 Akumulasi dan Aliran Biaya
Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya
Overhead Pabrik
Biaya Pembelian Bahan Baku = Pembelian Bersih Bahan Baku + Biaya Angkut
Pembelian Bahan Baku
Harga Pokok Produksi = Barang Dalam Proses Awal + Biaya Produksi - Barang
Dalam Proses Akhir
Harga Pokok Penjualan = Barang Jadi Awal + Harga Pokok Produksi - Barang Jadi
Akhir
Selama Januari, New Hope menyelesaikan akun – akun yang dijurnal secara garis besar
sebagai berikut:
Jurnal :
Jurnal :
Biaya gaji dan upah yang terhutang dan dibayar dan dikenakan pajak pph 5%.
Jurnal :
Kas $ 152.000
d. Distribusi biaya gaji dan upah gaji adalah sebagai berikut:
Jurnal :
Jurnal :
f. Biaya overhead pabrik umum ( tidak terinci) 70% dibayar tunai sisanya di cicil.$26.340
Jurnal :
Kas $ 18.438
Utang usaha $ 7.902
g. Jumlah yang diterima dari pelanggan atas pelunasan piutang mereka $205.000.
Jurnal :
Kas $205.000
Jurnal :
Jurnal :
Jurnal :
Jurnal :
Tujuan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari
setiap pesanan, baik harga pokok produk secara keseluruhan dari tiap – tiap pesanan maupun
untuk per satuan.
Contoh perusahaan yang memproduksi barang atas dasar pesanan adalah perusahaan mebel,
perusahaan modiste, perusahaan industry pesawat terbang, industry galangan kapal , dll.
Sesuai karakteristik proses produksinya, maka karakteristik metode harga pokok pesanan adalah
sebagai berikut :
a. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik dikumpulkan secara individual untuk tiap – tiap pesanan.
b. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan secara langsung terhadap
pesanan yang bersangkutan.
c. Biaya overhead pabrik (BOP) dibebankan kepada tiap – tiap pesanan atas dasar tarif yang
ditentukan di muka ( predetermined rate )
d. Untuk mengumpulkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan BOP pada tiap – tiap
pesanan digunakan kartu harga pokok pesanan
Dalam metode ini seluruh biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan tertentu dan
harga pokok produksi per satuan dihitung dengan membagi total biaya produksi untuk
pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
a. Setiap pesanan produk harus dapat dipisahkan identitasnya dengan jelas dan harus
dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individu.
b. Biaya produksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya produksi langsung yang terdiri
dari biaya bahan baku dan tenaga kerja, serta biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari
biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
c. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan langsung pada pesanan,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan pada pesanan tertentu atas dasar tarif
yang ditentukan di muka.
d. Harga pokok setiap pesanan ditentukan saat selesai pengerjaan.
e. Harga pokok persatuan produk dihitung dengan membagi jumlah biaya produksi yang
dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan terkait.
Prosedur pencatatan pemakaian bahan baku dengan menggunakan metode mutasi persediaan.
Pada setiap pemakaian bahan baku harus diketahui pesanan mana yang menggunakannya,
dengan jurnal.
Untuk mengumpulkan informasi jam kerja yang nantinya akan digunakan sebagai dasar
dalam menentukan daftar upah, maka perusahaan harus membuat kartu hadir untuk masing-
masing karyawan untuk mencatat jam kerja karyawan dalam menyelesaikan pesanan Jurnal
untuk pembagian upah adalah.
Biaya produksi yang terdapat dalam kartu harga pokok dijumlahkan dan dikeluarkan dari
rekening Barang Dalam Proses dengan jurnal:
Di atas adalah contoh penulisan sederhana dalam penentuan harga pesanan. Kenyataannya
dalam sebuah usaha yang besar dan kompleks, akan banyak item transaksi yang harus
dicatatkan sebelum sampai pada tahapan jurnal pencatatan produk selesai.
Jurnal yang dibutuhkan untuk kasus diatas diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Pencatatan pembelian bahan baku
2. Saat didistribusikan
4. Pencatatan BOP
Harga pokok pesanan per barangnya ialah sebagai berikut : Rp.14.100.000 : 1000 =
Rp.14.100 per buahnya. Jika spanduk tersebut dihargai Rp.25.000 per item maka besaran
keuntungan tiap item ialah Rp.25.000 – Rp. 14.100 = Rp. 10.900 per spanduknya.
2. Jenis akun manufaktur dasar yang dipakai- overhead pabrik, bahan baku, BDP dan barang
jadi
Perbedaan antara job order costing dan process costing terletak pada:
1. Aliran unit dalam sistem perhitungan biaya (sesuai pekerjaan/ pesanan vs terus-menerus)
3. Dokumen pengendali yang digunakan (kartu biaya per pekerjaan vs laporan produksi per
departemen)
di mana bahan, tenaga kerja dan biaya overhead ditambahkan ke dalam produk
Contoh:
Strathmore, Inc. adalah perusahaan yang memproduksi mainan edukatif memiliki tiga departemen
yaitu departemen pembentukan,
di mana plastik dipotong menjadi bentuk- bentuk yang diinginkan; departemen perakitan
dimana plastik dirakit dan bahan pelengkap
seperti alat pengunci ditambahkan. Mainan yang sudah jadi dikirim ke departemen
pengemasan, dimana mainan dimasukkan ke dalam kotak
Akumulasi Biaya
Akumulasi biaya merupakan sebuah metode untuk mengetahui berapa besar biaya yang
dikeluarkan untuk sebuah produk dan juga jasa atau menyangkut suatu hal.
Akumulasi Biaya Proses
Akumulasi biaya proses merupakan sebuah metode dalam pengumpulan harga pokok produk
dengan mengumpulkan biaya untuk setiap satuan waktu tertentu. Akumulasi biaya proses ini
bisa diterapkan pada perusahaan yang memakai proses produksi terus menerus,
Proses Produksi
Ialah kegiatan penciptaan , perubahan maupun penambahan nilai guna suatu barang. Adapun
perencanaan proses produksi adalah :
1. Proses persiapan
2. Penyaringan gagasan
3. Analisi gagasan
4. Percobaan proses produk
5. Uji coba produksi
6. Komersial produk
Persyaratan yang harus dipenuhi agar proses prodeksi akan berjalan dengan bak ialah:
tata cara data penetapan proses produksi barang dan juga jasa terdiri atas:
a. Routing
yakni menetapkan dan juga akan menentukan urut-urutan proses produksi atau bahan mentah
sampai menjadi produk akhir.
b. Scheduling
Yaitu yang menetapkan maupun menentukan jadwal proses operasi produksi yang
disernigikan sebagai suatu kesatuan.
c. Dispatching
Yaitu menetapkan dan menentukan proses dimana pemberian perintah utuk mulai
dilaksanakan operasi proses produksi yang telah direncanakan didalam routing maupun
scheduling.
d. Follow-up
Yaitu menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak akan terjadi penundaan dan
juga mendorong terkoordinasikannya seluruh perencanaan produksi.
Bahan baku (direct material) merupakan sesuatu bahan yang akan membentuk bagian
menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diklarifikasikan dengan produk atau
pesanan yang tertentu dengan nilainya yang relatif besar.
contohnya dalam perusahaan mebel, bahan baku ialah kayu atau rotan. Biaya yang akan
timbul akibat pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku.
Berikut ini disajikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan
yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi.
PT Era Milenia Jaya mengolah produknya secara masal melalui satu departemen produksi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:
Yang menjadi masalah adalah bagaimana menghitung harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang.
Dan harga pokok persediaan produk dalam proses yang pada akhir bulan belum selesai
diproduksi.
Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang
dikeluarkan dalam bulan Januari 2020.
Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk jadi dan akan dihasilkan
informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode, biaya
produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses.
Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, perlu
dihitung unit ekuivalensi bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Dari data contoh soal di atas, kita melihat bahwa biaya bahan baku sebesar Rp 5.000.000
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000 kg dan 500 kg persediaan
produk dalam proses.
Bahan penolong yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 7.500.000 menghasilkan
2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses.
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong adalah 2.500 kg yang dihitung
sebagai berikut:
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 11.250.000 tersebut
dapat menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses.
Dengan tingkat penyelesaian biaya tenaga kerja 50%.
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya tenaga kerja adalah 2.250 kg, yang dihitung sebagai
berikut:
Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 16.125.000.
Dan menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan
tingkat penyelesaian 30%.
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong dihitung sebagai berikut:
Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi dalam bulan Januari 2020
dilakukan dengan membagi tiap unsur-unsur harga pokok produksi, yaitu:
Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang dari harga pokok persediaan produk dalam proses dihitung sebagai berikut:
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang
terjadi bulan Januari 2020, dicatat dengan jurnal berikut ini:
E: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:
Note:
= 2.000 kg x Rp 5.000
= 2.000 kg x Rp 7.500
F: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah pada akhir bulan Januari 2020:
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi
pertama sama dengan yang telah dibahas dalam contoh di atas.
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah perhitungan yang bersifat kumulatif.
Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah produk
jadi dari departemen sebelumnya, yang juga membawa biaya produksi dari departemen
produksi sebelumnya.
Maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama,
terdiri dari:
Contoh perhitungan biaya produksi per satuan, jika produk diolah melalui dua departemen
produksi, dapat diikuti dalam contoh 2 berikut:
PT Xidev Bening Jaya memiliki dua departemen produksi Departemen A dan Departemen B
untuk menghasilkan produknya.
Dan produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan Januari 2020 adalah sebagai
berikut:
Departemen A:
Untuk menghitung harga pokok produk selesai Departemen A yang ditransfer ke Departemen
B.
Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari
2020, perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh
Departemen A dalam bulan yang bersangkutan.
Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer
Departemen A ke Departemen B.
Dan diperoleh informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer tersebut.
Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir
periode.
Biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam
proses, dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses
tersebut.
Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A tersebut,
perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi Departemen A dalam bulan Januari
2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh Departemen A bulan Januari 2020 sebesar Rp 70.00
menghasilkan 30.000 kg produk selesai dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses.
Biaya konversi yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang
dikeluarkan Departemen A bulan Januari 2020 adalah Rp 155.000.
Dan menghasilkan 300.000 kg produk jadi dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses.
Perhitungan biaya produksi per kg produk yang dihasilkan oleh Departemen A bulan Januari
2020 dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi, yaitu
Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh
Departemen A ke Departemen B.
Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari
2020 dapat dihitung sebagai berikut:
Berdasarkan informasi biaya produksi Departemen A tersebut, biaya produksi yang terjadi
dalam Departemen A di bulan Januari 2020 dicatat dengan jurnal berikut ini:
D: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen
Note:
1: 30.000 kg x Rp 2 = Rp 60.000
2: 30.000 kg x Rp 5 = Rp 150.000
3: 30.000 kg x Rp 8
E: Jurnal umum untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah dalam Departemen A di akhir bulan Januari 2020:
Dari contoh di atas, terlihat bahwa 30.000 kg produk selesai yang diterima oleh Departemen
B dari Departemen A, telah menambah total biaya produksi dari Departemen A sebesar Rp
450.000, atau Rp 15 per kg.
Dari 30.000 kg produk yang diolah Departemen B tersebut dapat dihasilkan produk jadi yang
ditransfer ke gudang sebanyak 24.000 kg.
Dan persediaan produk dalam proses pada akhir bulan sebanyak 6.000 kg dengan tingkat
penyelesaian 50% untuk biaya konversi.
Untuk menghitung harga pokok produk jadi Departemen B yang ditransfer ke gudang dan
harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir Januari 2020.
Perlu dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B dalam
bulan yang bersangkutan.
Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer
oleh Departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi biaya yang ditambahkan atas
harga pokok produk yang dibawa dari Departemen A.
Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir
periode.
Harga pokok produk yang berasal dari Departemen A harus ditambah dengan biaya produksi
per satuan yang ditambahkan Departemen B.
Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B perlu dihitung
unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh Departemen B dalam Januar 2020.
Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang
ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2020.
Yaitu biaya untuk memproses 30.000 kg produk yang diterima dari Departemen A sebesar Rp
155.000 tersebut.
Di mana dalam proses tersebut menghasilkan 24.000 kg produk jadi dan 6.000 kg persediaan
produk dalam proses yang tingkat penyelesaian biaya konversianya sebesar 50%.
Hal ini berarti biaya konversi tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai
sebanyak 24.000 kg.
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konsersi adalah 27.000 kg, yang dihitung sebagai
berikut:
Perhitungan biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan
Januari 2020.
Dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen B seperti
berikut ini:
Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir bulan Januari
2020 dapat dihitung berikut ini:
D: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang:
Note:
D: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah
dalam Dept B pada akhir bulan Januari 2020:
Semua biaya dalam menghitung biaya satuan, termasuk biaya yang terjadi selama periode
berjalan dan biaya yang dikeluarkan pada periode sebelumnya yang ditampilkan sebagai
persediaan barang dalam proses awal periode berjalan. Dalam periode ini, metode biaya
sebelumnya dan biaya periode saat ini dirata-ratakan untuk menghasilkan nilai rata rata
tertimbang. Untuk mengilustrasikan metode ini kita menggunakan tabel Naftel Toy
Company, dengan mengikuti lima tahap dibawah ini
Tahap pertama adalah menganalisis arus dari seluruh unit yang melalui proses produksi. Tujuan
utama dari tahap pertama ini adalah untuk memastikan bahwa seluruh unit produksi diperhitungkan
sebelum kita menghitung jumlah unit ekuivalen produksi untuk setiap elemen produksi. Table
dibawah ini menyajikan prosedur dibawah ini.
Tahap kedua dalam prosedur perhitungan biaya berdasarkan proses adalah mengalkulasikan jumlah
unit ekuivalen dari aktivitas produksi untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik.Table ekuivalen yang disajikan di bawah ini, didasarkan pada table unit fisik pada
tahap 1.Dari tabel diatas, kita menghitung untuk setiap elemen biaya, yaitu total jumlah unit
ekuivalen sebagai berikut :
Menentukan seberapa banyak uang yang dikeluarkan pada persediaan awal barang dalam proses
dan produksi pada periode bersangkutan untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik. Table dibawah ini meringkas total biaya produksi yang akan diperhitungkan.
Menghitung biaya per unit ekuivalen produksi untuk bahan baku langsung, dan overhead
pabrik.Tahap 5 : Membebankan Total Biaya Produksi ke Unit yang Telah Selesai dan Barang dalam
Proses AkhirMembebankan total biaya produksi ke unit produk yang telah selesai dan unit
persediaan akhir barang dalam proses. Table dibawah ini meringkas jadwal pembebanan biaya.
Laporan Produksi
Tahap 1 sampai 5 menyediakan seluruh informasi yang dibutuhkan dalam menyusun laporan biaya
produksi.
Tahap 1 : Menganalisis Arus Unit Fisik dari Unit ProduksiArus fisik dari unit produk tidak
dipengaruhi oleh metode perhitungan biaya berdasarkan proses yang digunakan. Oleh karena itu,
tahap 1 untuk metode FIFO sama dengan metode rata-rata tertimbang pada tahap 1 juga.
Tahap 2 : Mengalkulasikan Unit Ekuivalen untuk Setiap Elemen Biaya ProduksiMetode FIFO
memperhitungkan persediaan awal sebagai satu kumpulan barang yang terpisah dari barang yang
mulai diproses dan telah selesai pada periode yang sama.
Terdapat dua prosedur ekuivalen, yaitu dua prosedur alternative yang digunakan untuk
mengalkulasikan unit ekuivalen produksi berdasarkan metode FIFO, yaitu :
Cara untuk mengalkulasikan unit ekuivalen FIFO adalah dengan mengurangkan unit ekuivalen pada
barang dalam proses awal dari unit ekuivalen dengan metode rata-rata tertimbang agar
memperoleh unit ekuivalen melalui metode FIFO.
2. Tahap Alternatif B
Cara untuk mengalkulasikan unit ekuivalen FIFO adalah menambahkan unit-unit ekuivalen dari
pekerjaanyang dilakukan pada periode bersangkutan untuk setiap komponen : (1) unit-unit
ekuivalen ditambahkanuntuk menyelesaikan persediaan awal barang dalam proses, (2) unit-unit
yang mulai diproses dan telah selesai pada periode bersangkutan, (3) unit-unit ekuivalen dari
persediaan akhir barang dalam proses.
Tahap 3 : Menentukan Total Biaya untuk Setiap Elemen Biaya ProduksiTotal biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi unit produk tidak dipengaruhi oleh metode perhitungan biaya
yang digunakan.
Tahap 4 : Menghitung Biaya Per Unit Ekuivalen untuk Setiap Elemen Biaya ProduksiBerdasarkan
metode FIFO, biaya per unit ekuivalen dikalkulasikan dengan membagi biaya-biaya yang
ditambahkan pada periode yang bersangkutan dengan unit ekuivalen untuk pekerjaan yang
diselesaikan hanya pada periode bersangkutan. Biaya persediaan awal barang dalam proses tidak
dimasukkan dalam menentukan biaya per unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya.
Tahap 5 : Membebankan Total Biaya Produksi ke Unit yang Telah Selesai dan Barang Dalam Proses
Akhir
Membebankan total biaya produksi ke unit-unit yang telah selesai dan ke unit-unit pada persediaan
akhirbarang dalam proses. Pembebanan total biaya produksi ke unit-unit yang telah selesai pada
periode bersangkutan merupakan proses dua bagian, yaitu total biaya untuk unit-unit yang telah
selesai yang berasal dari persediaan awal barang dalam proses dan total biaya untuk unit-unit yang
mulai di proses dan telah selesai.Laporan produksi ada 2, yaitu :
Contoh Soal :
Payson Co., memproduksi sebuah produk melewati 2 departement, Mixing and Cooking. Kedua
department menggunakan FIFO. Di Mixing Dept. semua bahan baku telah ditambahkan pada awal
periode. Sedangkan biaya selain bahan baku digunakan secara bertahap. Berikut adalah data Mixing
Dept.
a. Barang dalam proses awal, 1 Februari, sebanyak 100.000 pounds, 100% bahan baku telah
digunakan dan 40% biaya konversi (TKL dan Overhead) telah digunakan. Biaya yang dibebankan pada
pekerjaan ini adalah :
TKL $ 10.000
Overhead $ 30.000
b. barang dalam proses akhir, 28 februari sebanyak 50.000 pounds. 100% bahan baku telah
digunakan 60% biaya konversi (TKL dan Overhead) telah digunakan.
jumlah unit yang telah selesai dan ditransfer ke cooking Dept. adalah 370.000 pounds. Biaya yang
digunakan selama Februari adalah :
Overhead $ 270.000
Diminta :
4. Hitunglah biaya barang yang sudah selesai dan ditransfer ke Cooking Dept., dan biaya barang
dalam proses Akhir
# JAWAB #
Unit dihitung :
(320.000 – 50.000)
370.000
420.000
DM CC
WIP, awal
DM (100.000 x 0%) 0 -CC (100.000 x 60%) - 60.000(+)
WIP, akhir
TOTAL = $63.900
Pengertian Harga Pokok Proses, metode harga pokok proses adalah metode penentuan harga
pokok produk dengan cara mengumpulkan biaya produksi yang terjadi selama 1 periode
tertentu kemudian dibagi sama rata kepada produk yang dihasilkan pada periode yang
bersangkutan.
Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode
akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya. PDP ini
membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang
kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh
departemen yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian, jika dalam
periode sekarang dihasilkan produk selesai ditransfer ke gudang atau ke departemen
berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan
menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
Contoh :
Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk
menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya
digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang. Oleh
karena itu, dalam perhitungan unit ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam .
Contoh :
Lanjutan :
METODE FIF0 DEPARTEMEN 2
Misalkan PT Hasta mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi. Jumlah
biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2008 adalah :
Selanjutnya adalah bagaimana menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses yang pada akhir bulan belum
selesai diproduksi. Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per
satuan yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2008. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan
dengan kuantitas produk jadi dan akan dihasilkan informasi harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang. Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada
akhir periode, biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan
produk dalam proses, dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk
dalam proses tersebut.
Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, perlu dihitung
unit ekuivalensi bulan Januari 2008 dengan cara perhitungan sebagai berikut:
1. Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2008 tersebut dapat menghasilkan 2.000
kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya bahan
baku sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan baku sebesar Rp5.000.000 tersebut telah
digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000 kg dan 500 kg (500 x 100%) persediaan
produk dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah 2.500 kg, yang
dihitung sebagai berikut: 2.000 + (100% x 500)= 2.500 kg.
2. Biaya bahan penolong yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2008 sebesar Rp7.500.000 tersebut
dapat menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan
tingkat penyelesaian biaya bahan penolong sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
penolong tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000 kg dan 500 kg
(500 x 100%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan
penolong adalah 2.500 kg, yang dihitung sebagai berikut: 2.000 + (100% x 500)- 2.500 kg.
3. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2008 sebesar Rp11.250.000 tersebut
dapat menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan
tingkat penyelesaian biaya tenaga kerja sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa biaya tenaga kerja
tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000 kg dan 250 kg (500 x
50%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya tenaga kerja adalah
2.250 kg, yang dihitung sebagai berikut: 2.000 + (50% x 500)= 2.250 kg
4. Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2008 sebesar Rp16.125.000 tersebut
dapat menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan
tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik sebesar 30%. Hal ini berarti bahwa biaya overhead
pabrik tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 2.000 kg dan 150 kg
(500 x 30%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan
penolong adalah 2.150 kg, yang dihitung sebagai berikut 2.000 + (30% x 500)= 2.150 kg
Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi dalam bulan Januari 2008
dilakukan dengan membagi tiap unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya bahan penolong,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik) seperti pada perhitungan sebagai berikut :
password absensi : tanjung_morawa
Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produksi jadi yang ditransfer ke gudang dan
harga pokok persediaan produk dalam proses dihitung sebagai berikut :
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang terjadi
dalam bulan Januari 2008, dicatat dalam jurnal berikut ini :
6.1 PRODUK HILANG DALAM PROSES AWAL PRODUK
Selama proses produksi berlangsung, ada kemungkinan terjadi produk hilang yaitu
apabila jumlah unit yang dimasukkan dalam proses tidak sesuai dengan yang dihasilkan.
Misalnya: Masuk proses 1000 unit, jadi 900 unit dan masih dalam proses 50 unit. Maka ada
yang hilang 50 unit.
Produk yang hilang dalam proses didalam laporan harga pokok produksi harus disertakan
sebagai pertanggungjawaban (kapan hilangnya).
Untuk mempermudah penyusunan laporan harga pokok produksi, ada 2 asumsi yang dipakai:
Untuk produk hilang pada awal proses, maka dalam penyusunan laporan Harga Pokok
Produksi:
· Unit produk yang hilang tidak dibebani harga pokok karena belum menikmati biaya
produksi.
· Untuk yang hilang di departemen berikutnya, maka harus ada penyesuaian biaya per unit
pada departemen berikutnya tersebut.
Contoh:
PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II. Kegiatan selama
bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:
Dept. I Dept. II
Masuk proses: 1.500 unit 1.250 unit
· Selesai 1.250 unit 1.100 unit
· Dalam proses 100 unit 100 unit
· Hilang awal proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP à BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%
Jawab:
- BOP = 100 x 50% x Rp. 900 = Rp. 45.000 Rp. 295.000
PT. ABC
Data Produksi
Perhitungan Biaya
- BOP = 100 x 50% x Rp. 900 = Rp. 45.000 Rp. 295.000
DEPT. II
1. Penyesuaian perhitungan H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I
Penysn H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I Rp. 166,67
2. Perhitungan harga pokok produksi per unit Dept. II (yang ditambah)
3. Perhitungan H.P barang jadi dari Dept. II yang ditransfer ke gudang & H.P barang
dalam proses akhir periode Dept. II
Harga barang jadi yang ditransfer ke gudang
- H.P dari Dept. I : Rp. 4.166,67 x 1.100 Rp. 4.583.337
- Ditambah H.P di Dept. II : Rp. 2700 x 1.100 Rp. 2.970.000
- H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.166,67 = Rp. 416.667
PT. ABC
BOP = 100 x 60% x Rp. 900 = Rp 54.000 Rp. 542.667
Asumsi :
Contoh : PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II. Kegiatan
selama bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:
Dept. I Dept. II
Masuk proses 1.500 unit 1.250 unit
Selesai 1.250 unit 1.100 unit
Dalam proses 100 unit 100 unit
Hilang akhir proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP à BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%
Jawab :
2. Perkiraan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept. II dan BDP
- BOP : 100 x 50% x Rp. 806,90 = Rp. 40.345 = Rp. 265.059,4
Perhitungan Biaya
2. Perhitungan H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang dan BDP akhir
H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 1.100 Rp. 4.426.345
H.P yang ditambah di Dept. II : Rp. 2.587,18 x 1.100 Rp. 2.845.898
BOP : 100 x 60% x Rp. 862,81 = Rp. 51.768,6= Rp. 523.138,6
- H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 100 = Rp. 402.395
Penambahan bahan di departemen lanjutan dapat menambahkan volume atau jumlah unit
produk yang diproses oleh departemen tersebut. Kemungkinan dampak penambahan bahan
oleh departemen setelah departemen pertama terhadap jumlah unit dan biaya adalah sebagai
berikut :
1. Tidak menambah unit tetapi menambah biaya, contoh penambahan roda oleh
perusahaan mobil
2. Menambah unit tetapi tidak menambah biaya, contohnya penambahan air
diperusahaan cat tembok jika perusahaan tidak perlu biaya dalam pemakaian air.
3. Menambah unit dan menambah biaya, contoh penambah cairan gula di perusahaan
minuman
b. Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika terjadi tambahan produk yang dihasilkan
dengan adanya tambahan bahan baku dalam departemen setelah departemen produksi
sebelumnya. Penyesuaian ini dilakukan karena total harga pokok produk yang berasal dari
departemen sebelumnya, yang semula dipikul oleh jumlah tertentu, sekarang harus dipikul
oleh jumlah produk yang lebih banyak sebagai akibat tambahan bahan baku tersebut.
Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari departemen sebelumnya menjadi
lebih kecil
Tambahan bahan baku di departemen setelah departemen produksi yang pertama mempunyai
2 kemungkinan : menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang
bersankutan atau tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang
bersangkutan.
Jika bahan baku tersebut tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang
bersangkutan, tambahan biaya bahan baku tersebut hanya menambah biaya bahan baku per satuan
dalam departemen tersebut. Jika bahan baku tersebut menambah jumlah produk yang dihasilkan
oleh departemen yang bersangkutan, tambahan bahan baku tersebut akan berakibat terhadap
penyesuaian harga pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya dan
tambahan biaya bahan baku per satuan dalam departemen setelah departemen produksi pertama
Sisa bahan adalah bahan yang mengalami kerusakan di dalam proses pengerjaannya, atau Sisa
bahan merupakan sisa bahan baku yang terjadi akibat proses produksi yang dilakukan.
Contoh: pembuatan kursi pesanan yang menggunakan bahan baku kayu mungkin sekali ada
potongan-potongan kayu tersisa akibat produksi yang dilakukan. Potongan kayu tersebut ada
yang mempunyai nilai ada yang tidak.
1.Produksi yang dijalankan secara efisiensi. Bila ini terjadi maka sisa bahan tersebut digolongkan
sebagai sisa bahan normal
2.Produksi yang tidak efisien. Bila ini terjadi maka sisa bahan tersebut digolongkan sisa bahan yang
tidak normal
Sisa bahan baku yang tidak laku dijual timbul masalah akuntansi apabila untuk membuang
atau memusnahkan sisa bahan diperlukan biaya.
Jurnal untuk mencatat biaya pemusnahan sisa bahan sebagai penambah biaya bahan baku sebagai
berikut:
Kas xx
Jurnal untuk mencatat biaya pemusnahan sisa bahan sebagai penambah BOP sesungguhnya sebagai
berikut:
BOP sesungguhnya xx
Kas xx
Kas xx
Jurnal untuk mencatat hasil penjualan sisa bahan sebagai pengurang BOP sesungguhnya sebagai
berikut:
Kas xx
Jurnal untuk mencatat hasil penjualan sisa bahan sebagai pengahasilan di luar usaha sebagai berikut:
Kas xx
Barang cacat merupakan unit yang selesai atau separuh selesai namun dalam keadaan
cacat. Barang cacat dapat disebabkan oleh tindakan pelanggan, seperti penggantian
spesifikasi setelah produksi dimulai atau keharusan untuk memproduksi dalam waktu
singkat, selain itu barang cacat juga dapat disebabkan oleh kegagalan internal
(kecerobohan karyawan atau usangnya peralatan).
Contoh :
Sebagai ilustrasi barang cacat yang disebabkan oleh pelanggan, CV Rumba memproduksi
1000 unit kursi plastic dengan desain khusus berdasarkan pesanan no 101. Setelah 100 kursi
diproduksi pelanggan mengubah spesifikasi desain, sehingga 100 unit tidak dapat digunakan
dan tidak dapat diperbaiki dimana unit cacat ini dapat dijual seharga Rp 10.000 per unit. Hal
ini menyebabkan jumlah unit yang diproduksi tetap 1000 unit untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Total biaya yang dibebankan ke pesanan no 101 terdiri dari Bahan Baku Rp
22.000.000, Tenaga Kerja Rp 5.500.000 dan Overhead Pabrik Rp 11.000.000 dengan total
biaya pesanan Rp 38.500.000. dan harga jual pesanan no 101 ditetapkan sebesar 150% dari
harga pokok penjualan. Maka penjurnalan atas pesanan ini sebagai berikut :
Penetapan harga pokok penjualan diperoleh dari total biaya pesanan dikurangi penjualan unit
cacat
Penjualan Rp 56.250.000
Jika unit cacat disebabkan oleh kegagalan internal sebaiknya dibebankan ke biaya Overhead
Pabrik dan dilaporkan secara periodik kepada manajemen. Untuk mengilustrasikan perlakuan
akuntansi unit cacat ini, dengan ilustrasi pesanan CV Rumba diatas dengan informasi
tambahan biaya produksi setiap kursi Rp 35.000 (total biaya pesanan sebesar Rp 38.500.000
dibagi 1100 unit). Maka harga jual yang ditetapkan untuk 1000 unit sebesar Rp 35.000.000x
150% = Rp 52.500.000
Ilustrasi atas kejadian ini, CV Deko memproduksi cangkir kopi dalam dua departemen
produksi, departemen pembentukan dan pelapisan. Harga jual cangkir $2.5 per unit
sedangkan cangkir yang rusak dijual sebagai barang cacat dengan harga $0.5 per unit. Data
produksi untuk bulan November adalah sebagai berikut:
Penyedia departemen melaporkan bahwa persediaan akhir barang dalam proses adalah
sepenuhnya selesai untuk bahan baku pada kedua departemen, 30% selesai untuk biaya
konversi di Departemen Pembentukan dan 25% selesai di Departemen Pelapisan. Selain itu,
untuk unit cacat penyelesaian bahan baku 100% dan biaya konversi 80% selesai pada
Departemen Pembentukan, sedangkan pada Departemen Pelapisan unit cacat selesai 100%.
Data biaya untuk bulan November adalah:
Perusahaan menggunakan metode Rata-rata Tertimbang dalam mencatat biaya proses
produksi, maka cara menghitung unit ekuivalensi pada Departemen Pembentukan adalah
sebagai berikut:
UE persediaan dalam proses akhir 3.600 1.080 1.080
Perhitungan UE tenaga kerja dan overhead pabrik (biaya konversi) -->30% x 3.600
Sehingga dapat dihitung total biaya yang akan ditransfer ke Departemen Pelapisan
adalah sebesar:
= $ 9.120
Ayat Jurnal untuk mencatat transfer biaya dari Departemen Pembentukan adalah:
UE persediaan dalam proses akhir 4.000 1.000 1.000
Perhitungan UE tenaga kerja dan overhead pabrik (biaya konversi) --> 25% x 4.000
Sehingga dapat dihitung total biaya yang akan ditransfer ke Persediaan Barang Jadi
adalah sebesar:
Biaya Ditransfer ke Persediaan Barang Jadi = 15.000 unit x ($ 0,478 + $ 0,078 + $0,212 + $
0,212)
= $ 14.700
Biaya Barang Cacat yang dibebankan ke overhead pabrik = $ 2.940 - $ 1.500 = $ 1.440
Biaya Barang cacat = 3.000 unit x ($ 0,478 + $ 0,078 + $ 0,212 + $ 0,212) = $ 2.940
Nilai Sisa dari Barang Cacat = 3.000 unit x ($0,078 + $ 0,212 + $ 0,212) = $ 1.500
Ayat Jurnal untuk mencatat transfer biaya dari Departemen Pembentukan adalah: