MANAJEMEN
1.1 Manajemen
Bagi yang bekerja pada sebuah perusahaan atau sedang menjalankan bisnis, tentu sudah
tidak asing saat mendengar kata manajemen. Faktanya, beberapa orang masih kebingungan
saat ditanya apa itu manajemen karena pengertiannya sendiri masih simpang siur di
masyarakat. Manajemen berasal dari bahasa Perancis yaitu ‘menegement’ yang berarti seni
untuk mengatur atau mengelola sesuatu. Dalam bahasa Inggris, kata ‘manage’ berarti
mengendalikan atau mengelola.
Secara umum, manajemen dikenal sebagai sebuah proses yang mengatur kegiatan atau
perilaku sehingga menimbulkan efek yang baik. Secara etimologi, definisi manajemen
adalah sebuah seni mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan utama sebuah
organisasi atau bisnis melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan
pengawasan sumber daya dengan cara yang efektif dan efisien.
Dalam sebuah perusahaan, terdapat masing-masing divisi yang dipimpin oleh seorang
manajer atau head hingga jajaran top manager. Fungsi dari seorang manajer ini sudah jelas
adalah untuk mengatur kinerja karyawan bawahannya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Tidak hanya mengatur, seorang manajer dalam sebuah perusahaan juga bertanggung jawab
atas pengawasan bawahannya agar berjalan sesuai dengan koridor pekerjaan.
Menurut F. Taylor, manajemen adalah seni mengetahui apa yang harus dilakukan, kapan
harus dilakukan dan melihat bahwa itu bisa dilakukan dengan cara terbaik dan termurah.
Beberapa tugas atau fungsi utama Manajer yang berada di manajemen tingkat atas ini
diantaranya adalah sebagai berikut :
Adapun fungsi-fungsi dan tugas Manajer di Manajemen Tingkat Menengah ini diantaranya
adalah :
3. Manajemen Tingkat Pertama atau disebut juga dengan First Level Management atau
First Line Management adalah Manajemen yang bertanggung jawab atas operasional atau
pekerjaan harian para karyawan dalam menghasilkan suatu produk atau layanan.
Manajemen tingkat pertama ini biasanya memegang jabatan seperti Department Manager,
Section Manager, Superintendent, Mandor atau Supervisor. Para Manajer di manajemen
tingkat pertama ini memiliki otoritas atau wewenang yang terbatas.
Beberapa fungsi dan tugas Manajemen tingkat pertama ini adalah sebagai berikut :
Dalam Struktur Organisasi, semua posisi manajemen secara umum dapat diklasifikasikan
oleh fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi
tersebut. Fungsi-fungsi yang ada di dalam perusahaan besar dibagi ke dalam dua fungsi
yaitu fungsi lini dan fungsi staf.
2. Pengendalian
1). Pengendalian biaya diawali dengan memilih biaya yang harus dikeluarkan melewati
anggaran, kemudian membandingkan antara biaya yang sebenarnya terjadi (biaya actual)
dengan biaya yang sudah diterapkan sebelumnya (anggaran). Dalam hal ini, anggaran akan
dijadikan standar biaya. Jika terdapat selisih (perbedaan) biaya tertentu. Analisa aset selisih
biaya tersebut mencakup jenis biaya yang menyimpang. Besarnya penyimpangan biaya,
posisi terjadinya penyimpangan, penyebab terjadinya penyimpangan dan pihak yang harus
bertanggung jawab penyimpangan tersebut.
2). Dalam perencanaan dan pengendalian biaya, akuntansi biaya dapat menentukan biaya
yang diperlukan untuk sekali produksi. Hanya saja, perencanaan dan pengendalian ini sering
menimbulkan penyimpangan (selisih biaya sebenarnya dengan perencanaan biaya).
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihak manajemen akan memonitor setiap proses
produksi yang berlangsung. Jika ada penyimpangan, pihak manajemen akan mencari tahu
penyebabnya dan memikirkan tindakan yang diperlukan sebagai bentuk pengendalian
3. Penetapan Harga
1). Untuk tujuan penentuan biaya sebuah produk atau jasa, akuntansi biaya mencatat serta
mengakumulasikan biaya-biaya dalam serangkaian kegiatan pembuatan produk maupun
penyerahan jasa. Biaya-biaya tersebut adalah biaya-biaya yang sudah dikeluarkan
sebelumnya dimasa yang lalu (historis). Informasi biaya secara historis ini umumnya dipakai
oleh pihak ekstenal untuk menentukan nilai persediaan dan beban pokok penjualan dengan
tujuan untuk menghitung besarnya laba. Hal tersebut berkaitan erat dengan penyusutan
laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi yang adalah tanggung jawab manajemen
pada pihak eksternal
2). Fungsi dari akuntansi pertama adalah menentukan harga pokok atas suatu produk atau
jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Akuntansi ini akan memastikan kalau harga yang
ditawarkan oleh konsumen tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
3). Proses penentuan harga pokok bisa didapat melalui metode pencatatan, penggolongan,
monitor, dan peringkasan seluruh komponen biaya yang masih berhubungan dengan
proses produksi dari data riwayat yang akan dijadikan sebagai acuan pihak manajemen
dalam menentukan harga pokok produksi.
4. Mengambil keputusan
Ketika semua biaya yang diperlukan untuk melaksanakan proses produksi perusahaan
sudah tercatat dengan baik, maka data biaya tersebut akan dikirimkan ke pihak manajemen
untuk dilakukan suatu pengambilan keputusan yang akan berdampak besar terhadap
kehidupan perusahaan di masa yang akan datang.
Biaya yang berasal dari amerika mengenal dua istilah yang berhubungan denganbiaya,
yaitu cost dan expense. Di Indonesia costdan expense diterjemakan ke dala
beberapa istilah.
Expense diterjemahkan menjadi daya atau beban.
Biaya adalah kos barang atau jasa yang telah memberikan manfaat yang akan
digunakanuntuk memperoleh pendapatan. Biaya akan dikurangkan dari pendapatan untuk
menentukan laba atau rugi pada suatu priode sehingga biaya akan dicantumkan dalam
laporan laba rugi.
Pendapatan adalah nilai barang yang dijual atau jasa yang telah diberikan. Rugi
menggambarkan biaya barang atau jasa yang tidak memberikan manfaat. Daklaim
keadaan tertentu, barang atau jasa yang dibeli perusahaan menjadi tidak berharga sebelum
memberi manfaat. Kos barang atau jasa ini disebut sebagai rugi. Istilah rugi juga digunakan
untuk pendapatan yang lebih renda dari biaya. Dalam laporan laba rugi, rugi akan
mengurangi pendapatan pada priode terjadinya kerugian tersebut. Bagian biaya maupun
rugi sama-sama akan mengurangi pendapatan tetapi diletakan di tempat yang berbeda di
dalam laporag laba rugi.
2.2 Objek Biaya
Objek biaya (cost object), merupakan konsep yang penting, adalah penentuan
biaya produk, pembuaatan keputusan, dan evaluasi kinerja. Objek biaya merupakan unsur
berupa apapun yang kepadanya biaya diukur dan dibebankan.
1. Hubungan Biaya dengan Produk, biaya erat hubungannya dengan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Biaya yang terjadi ada yang dapat dengan mudah ditelusur ke
suatu produk dan ada yang sulit.
Berdasarkan hubungan biaya dengan produk, biaya dapat digolongkan menjadi dua :
a. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat dibebankan secara langsung
kepada objek biaya atau produk. Contoh biaya langsung adalah bahan langsung (bahan
baku), upah pekerja yang langsung terlibat dalam proses produksi barang di pabrik, iklan,
ongkos angkut, dan sebagainya.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah buya yang sulit atau tidak dapat
dihubungkan dan dibebankan secara langsung dengan unit produksi, dan secara akurat
ditelusuri ke objek biaya. Biaya yang dapat ditelusuri pada objek biaya akan meningkatkan
keakuratan pembebanan biaya. Contoh biaya tidak langsung adalah gaji pimpinan, gaji
mandor, iklan untuk lebih dari satu macam produk, dan sebagainya. Biaya tidak langsung
sering disebut biaya overhead. yang terbagi lagi menjadi biaya overhead pabrik, biaya
penjualan, serta biaya umum dan administrasi.
Biaya langsung adalah biaya yang dapat dipisahkan dan dikenali secara langsung digunakan
untuk memproduksi suatu satuan output, sedangkan biaya tak langsung adalah biaya
gabungan (joint cost) atau biaya – biaya overhead untuk semua satuan output yang
diproduksi.
Contoh :
2. Hubungan Biaya dengan Volume Kegiatan, volume kegiatan perusahaan dapat
berubah-ubah disesuaikan dengan permintaan pasar dan kemampuan perusahaan. Pada
Saat permintaan pasar meningkat dan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan tersebut,
perusahaan akan menaikkan volume produksinya.
a. Biaya Variabel (Variable Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah proposional
dengan perubahan volume kegiatan atau produksi tetapi jumlah per unit nya tidak berubah.
Karena terpengaruh volume kegiatan, biaya variabel akan menjadi nol bila volume kegiatan
juga nol. Biaya bahan baku adalah biaya variabel. contoh lain biaya variabel adalah upah
tenaga kerja dan upah lembur.
b. BIaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh oleh
volume kegiatan dalam kisaran volume tertentu. Contoh biaya tetap adalah biaya sewa
kantor atau pabrik.
c. Biaya Campuran (Mixed Cost) adalah biaya yang jumlahnya terpengaruh oleh volume
kegiatan perusahaan tetapi tidak secara proposional. Bila tidak ada kegiatan atau volume
kegiatan nol, biaya campuran tidak akan menjadi nol, tetapi bila volume kegiatan
bertambah banyak, biaya campuran juga akan bertambah banyak. Biaya Campuran disebut
juga biaya semi variabel.
3. Berdasarkan Elemen BIaya Produksi. Biaya Produksi adalah biaya yang terjadi untuk
mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Berdasarkan elemen bIaya produksi dibagi
menjadi tiga :
a. Biaya Bahan Baku adalah besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke dalam proses
produksi untuk mengubah menjadi barang jadi. Boaya bahan baku merupakan bagian
penting biaya barang yang digunakan untuk memproduksi barang jadi. Contoh untuk
membuat buku diperlukan bahan kertas, tinta, lem dsb. Nilai bahan yang paling banyak
untuk membuat buku adalah kertas maka biaya kertas ini akan dimasukkan ke dalam biaya
bahan baku. Bahan-bahan lain karena jumlah tidak material, dianggap sebagai bahan
penolong dan akan di kelompokkan ke dalam biaya overhead pabrik.
b. Biaya Tenga kerja adalah besarnya biaya yang terjadi untuk menggunakan tenaga
karyawan dalam mengerjakan proses produksi. Biaya Tenaga kerja dibagi menjadi dua
kelompok yaitu biaya tenaga kerja langsung (1) adalah biaya tenaga kerja yang secara
langsung berhubungan dengan produksi barang jadi. dan biaya tenaga kerja tidak
langsung (2) adalah upah atau gaji tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan
produksi barang jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung di kelompokkan sebagai biaya
overhead pabrik.
c. Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain biaya bahan baku
maupun biaya tenaga kerja kerja langsung. Biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja
tidak langsung adalah biaya overhead pabrik
Biaya produksi dapat di identifikasi lebih lanjut menjadi biaya utama (prime cost) dan
biaya konversi
a. Biaya Produksi (Produsction cost) terdiri atas tiga jenis biaya yaitu biaya bahan
baku, Biaya Tenga kerja dan Biaya Overhead Pabrik.
b. Biaya Aktual adalah biaya yang sesungguhnya terjadi untuk membuat suatu produk atau
melaksanakan sesuatu kegiatan.
c. Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang
manajer tingkatan tertentu.
d. Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak secara langsung dapat dipengaruhi oleh
seorang manajer tingkatan tertentbu.
e. BIaya komitan adalah biaya yang terjadi dalam upaya mempertahankan kapasitas atau
kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi, pemasaran dan administrasi.
g. Biaya Relevan adalah biaya masa depan akan berbeda antara satu alternatif dan
alternatif lain.
h. Biaya kesempatan adalah manfaat yang dikorbarkan pada saat satu alternatif keputusan
dipilih dan mengabaikan alternatif lain.
2.4 Akumulasi dan Aliran Biaya
Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead
Pabrik
Biaya Pembelian Bahan Baku = Pembelian Bersih Bahan Baku + Biaya Angkut
Pembelian Bahan Baku
Harga Pokok Produksi = Barang Dalam Proses Awal + Biaya Produksi - Barang Dalam
Proses Akhir
Harga Pokok Penjualan = Barang Jadi Awal + Harga Pokok Produksi - Barang Jadi
Akhir
Selama Januari, New Hope menyelesaikan akun – akun yang dijurnal secara garis besar
sebagai berikut:
Jurnal :
Biaya gaji dan upah yang terhutang dan dibayar dan dikenakan pajak pph 5%, password
selamat pagi
Jurnal :
Kas $ 152.000
d. Distribusi biaya gaji dan upah gaji adalah sebagai berikut:
Jurnal :
Jurnal :
f. Biaya overhead pabrik umum ( tidak terinci) 70% dibayar tunai sisanya di cicil.$26.340
Jurnal :
Kas $ 18.438
g. Jumlah yang diterima dari pelanggan atas pelunasan piutang mereka $205.000.
Jurnal :
Kas $205.000
Jurnal :
Jurnal :
Jurnal :
Penjualan $384.000
Tujuan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari
setiap pesanan, baik harga pokok produk secara keseluruhan dari tiap – tiap pesanan
maupun untuk per satuan.
Contoh perusahaan yang memproduksi barang atas dasar pesanan adalah perusahaan
mebel, perusahaan modiste, perusahaan industry pesawat terbang, industry galangan
kapal , dll.
Sesuai karakteristik proses produksinya, maka karakteristik metode harga pokok pesanan
adalah sebagai berikut :
a. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik dikumpulkan secara individual untuk tiap – tiap pesanan.
b. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan secara langsung
terhadap pesanan yang bersangkutan.
c. Biaya overhead pabrik (BOP) dibebankan kepada tiap – tiap pesanan atas dasar tarif
yang ditentukan di muka ( predetermined rate )
d. Untuk mengumpulkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan BOP pada
tiap – tiap pesanan digunakan kartu harga pokok pesanan
Harga pokok produksi per satuan = jumlah harga pokok pesanan tertentu / jumlah satuan
produk pesanan ybs.
Dalam metode ini seluruh biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan tertentu dan
harga pokok produksi per satuan dihitung dengan membagi total biaya produksi untuk
pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
a. Setiap pesanan produk harus dapat dipisahkan identitasnya dengan jelas dan harus
dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individu.
b. Biaya produksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya produksi langsung yang terdiri
dari biaya bahan baku dan tenaga kerja, serta biaya produksi tidak langsung yang terdiri
dari biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
c. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan langsung pada pesanan,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan pada pesanan tertentu atas dasar tarif
yang ditentukan di muka.
d. Harga pokok setiap pesanan ditentukan saat selesai pengerjaan.
e. Harga pokok persatuan produk dihitung dengan membagi jumlah biaya produksi yang
dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan terkait.
Password mandalika
xxx
Persediaan bahan baku
x
Utang dagang kas xxxx
xxx
Barang dalam proses – biaya bahan baku
x
Persediaan bahan baku xxxx
Untuk mengumpulkan informasi jam kerja yang nantinya akan digunakan sebagai dasar
dalam menentukan daftar upah, maka perusahaan harus membuat kartu hadir untuk
masing-masing karyawan untuk mencatat jam kerja karyawan dalam menyelesaikan
pesanan Jurnal untuk pembagian upah adalah.
xxx
Biaya overhead pabrik dibebankan
x
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxxx
Biaya produksi yang terdapat dalam kartu harga pokok dijumlahkan dan dikeluarkan dari
rekening Barang Dalam Proses dengan jurnal:
xxx
Persediaan produk jadi
x
Barang dalam proses- biaya bahan baku xxxx
Jurnal yang dibutuhkan untuk kasus diatas diantaranya ialah sebagai berikut :
2. Saat didistribusikan
4. Pencatatan BOP
2. Jenis akun manufaktur dasar yang dipakai- overhead pabrik, bahan baku, BDP dan
barang jadi
1. Aliran unit dalam sistem perhitungan biaya (sesuai pekerjaan/ pesanan vs terus-
menerus)
3. Dokumen pengendali yang digunakan (kartu biaya per pekerjaan vs laporan produksi
per departemen)
Contoh:
Strathmore, Inc. adalah perusahaan yang memproduksi mainan edukatif memiliki tiga
departemen yaitu departemen pembentukan,
di mana plastik dipotong menjadi bentuk- bentuk yang diinginkan; departemen perakitan
dimana plastik dirakit dan bahan pelengkap
seperti alat pengunci ditambahkan. Mainan yang sudah jadi dikirim ke departemen
pengemasan, dimana mainan dimasukkan ke dalam kotak
Akumulasi biaya proses merupakan sebuah metode dalam pengumpulan harga pokok
produk dengan mengumpulkan biaya untuk setiap satuan waktu tertentu. Akumulasi biaya
proses ini bisa diterapkan pada perusahaan yang memakai proses produksi terus menerus,
Persyaratan yang harus dipenuhi agar proses prodeksi akan berjalan dengan bak ialah:
tata cara data penetapan proses produksi barang dan juga jasa terdiri atas:
a. Routing
yakni menetapkan dan juga akan menentukan urut-urutan proses produksi atau bahan
mentah sampai menjadi produk akhir.
b. Scheduling
Yaitu yang menetapkan maupun menentukan jadwal proses operasi produksi yang
disernigikan sebagai suatu kesatuan.
c. Dispatching
Yaitu menetapkan dan menentukan proses dimana pemberian perintah utuk mulai
dilaksanakan operasi proses produksi yang telah direncanakan didalam routing maupun
scheduling.
d. Follow-up
Yaitu menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak akan terjadi penundaan
dan juga mendorong terkoordinasikannya seluruh perencanaan produksi.
Bahan baku (direct material) merupakan sesuatu bahan yang akan membentuk bagian
menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diklarifikasikan dengan produk atau
pesanan yang tertentu dengan nilainya yang relatif besar.
contohnya dalam perusahaan mebel, bahan baku ialah kayu atau rotan. Biaya yang akan
timbul akibat pemakaian bahan baku disebut biaya bahan baku.
Berikut ini disajikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan
yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:
Yang menjadi masalah adalah bagaimana menghitung harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang.
Dan harga pokok persediaan produk dalam proses yang pada akhir bulan belum selesai
diproduksi.
Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang
dikeluarkan dalam bulan Januari 2020.
Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk jadi dan akan dihasilkan
informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode, biaya
produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses.
Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, perlu
dihitung unit ekuivalensi bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong adalah 2.500 kg yang dihitung
sebagai berikut:
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya tenaga kerja adalah 2.250 kg, yang dihitung sebagai
berikut:
Dan menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses
dengan tingkat penyelesaian 30%.
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong dihitung sebagai berikut:
Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi dalam bulan Januari 2020
dilakukan dengan membagi tiap unsur-unsur harga pokok produksi, yaitu:
E: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:
[Debit] Persediaan Produk Jadi Rp 35.000.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 4.000.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong Rp 6.000.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya TK Rp 10.000.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 15.000.000
Note:
= 2.000 kg x Rp 5.000
= 2.000 kg x Rp 7.500
F: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah pada akhir bulan Januari 2020:
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi
pertama sama dengan yang telah dibahas dalam contoh di atas.
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah perhitungan yang bersifat kumulatif.
Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah
produk jadi dari departemen sebelumnya, yang juga membawa biaya produksi dari
departemen produksi sebelumnya.
Maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama,
terdiri dari:
Contoh perhitungan biaya produksi per satuan, jika produk diolah melalui dua departemen
produksi, dapat diikuti dalam contoh 2 berikut:
Dan produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan Januari 2020 adalah
sebagai berikut:
Departemen A:
Dimasukkan dalam proses = 35.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept B = 30.000
Produk selesai yang ditransfer ke gudang = 0
Produk dalam proses akhir bulan = 5.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2020:
Biaya bahan baku = Rp 70.000
Biaya tenaga kerja = Rp 155.000
Biaya overhead pabrik = Rp 248.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku = 100%
Biaya konversi = 20%
Departemen B:
Dimasukkan dalam proses
Produk selesai yang ditransfer ke Dept B
Produk selesai yang ditransfer ke gudang = 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan = 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2020:
Biaya bahan baku = Rp 0
Biaya tenaga kerja = Rp 270.000
Biaya overhead pabrik = Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku = –
Biaya konversi = 50%
Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan
Januari 2020, perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan
oleh Departemen A dalam bulan yang bersangkutan.
Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer
Departemen A ke Departemen B.
Dan diperoleh informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer tersebut.
Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada
akhir periode.
Biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam
proses, dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses
tersebut.
Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A
tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi Departemen A dalam
bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:
Dan menghasilkan 300.000 kg produk jadi dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses.
Tingkat penyelesaian 20%.
Perhitungan biaya produksi per kg produk yang dihasilkan oleh Departemen A bulan
Januari 2020 dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi, yaitu
Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh
Departemen A ke Departemen B.
Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan
Januari 2020 dapat dihitung sebagai berikut:
D: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen A ke
Departemen B:
[Debit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen B Rp 450.000
[Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen A Rp 60.0001
[Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen A Rp 150.0002
[Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Departemen A Rp 240.0003
Note:
1: 30.000 kg x Rp 2 = Rp 60.000
2: 30.000 kg x Rp 5 = Rp 150.000
3: 30.000 kg x Rp 8
E: Jurnal umum untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah dalam Departemen A di akhir bulan Januari 2020:
[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses – Dept A Rp 23.000
[Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Dept A Rp 10.000
[Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept A Rp 5.000
[Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Dept A Rp 8.000
Dari 30.000 kg produk yang diolah Departemen B tersebut dapat dihasilkan produk jadi
yang ditransfer ke gudang sebanyak 24.000 kg.
Dan persediaan produk dalam proses pada akhir bulan sebanyak 6.000 kg dengan tingkat
penyelesaian 50% untuk biaya konversi.
Untuk menghitung harga pokok produk jadi Departemen B yang ditransfer ke gudang dan
harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir Januari 2020.
Perlu dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B
dalam bulan yang bersangkutan.
Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer
oleh Departemen B ke gudang dan akan diperoleh informasi biaya yang ditambahkan atas
harga pokok produk yang dibawa dari Departemen A.
Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada
akhir periode.
Harga pokok produk yang berasal dari Departemen A harus ditambah dengan biaya
produksi per satuan yang ditambahkan Departemen B.
Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B perlu
dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang ditambahkan oleh Departemen B
dalam Januar 2020.
Di mana dalam proses tersebut menghasilkan 24.000 kg produk jadi dan 6.000 kg
persediaan produk dalam proses yang tingkat penyelesaian biaya konversianya sebesar
50%.
Hal ini berarti biaya konversi tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai
sebanyak 24.000 kg.
Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konsersi adalah 27.000 kg, yang dihitung sebagai
berikut:
Perhitungan biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan
Januari 2020.
Dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen B seperti
berikut ini:
Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir bulan
Januari 2020 dapat dihitung berikut ini:
D: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang:
[Debit] Persediaan Produk Jadi Rp 960.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Departemen B Rp 360.0001
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Departemen B Rp 240.0002
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen B Rp 360.0003
Note:
1: 24.000 kg x Rp 15 (harga pokok produksi per kg dari Dep A)
2: 24.000 kg x Rp 10 (biaya tenaga kerja yang ditambahkan oleh Dept B)
3: 24.000 kg x Rp 15 (Biaya Ov. Pabrik yang ditambahkan oleh Dept B)
D: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah
dalam Dept B pada akhir bulan Januari 2020:
[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses Dept B Rp 165.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept B Rp 90.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept B Rp 30.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabri Dept B Rp 45.000
Semua biaya dalam menghitung biaya satuan, termasuk biaya yang terjadi selama periode
berjalan dan biaya yang dikeluarkan pada periode sebelumnya yang ditampilkan sebagai
persediaan barang dalam proses awal periode berjalan. Dalam periode ini, metode biaya
sebelumnya dan biaya periode saat ini dirata-ratakan untuk menghasilkan nilai rata rata
tertimbang. Untuk mengilustrasikan metode ini kita menggunakan tabel Naftel Toy
Company, dengan mengikuti lima tahap dibawah ini
Tahap pertama adalah menganalisis arus dari seluruh unit yang melalui proses produksi.
Tujuan utama dari tahap pertama ini adalah untuk memastikan bahwa seluruh unit produksi
diperhitungkan sebelum kita menghitung jumlah unit ekuivalen produksi untuk setiap
elemen produksi. Table dibawah ini menyajikan prosedur dibawah ini.
Menentukan seberapa banyak uang yang dikeluarkan pada persediaan awal barang dalam
proses dan produksi pada periode bersangkutan untuk bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik. Table dibawah ini meringkas total biaya produksi yang akan
diperhitungkan.
Laporan Produksi
Termasuk dalam menghitung biaya unit hanya biaya yang dikeluarkan dan pekerjaan yang
dilakukan selama periode berjalan. FIFO menganggap persediaan awal sebagai batch
terpisah dari barang barang dimulai dan diselesaikan dalam periode. FIFO mengasumsikan
bahwa pekerjaan pertama yang dilakukan adalah untuk menyelesaikan persediaan dalam
proses awal. Sehingga, semua persediaan dalam proses awal diasumsikan akan selesai
sebelum akhir periode berjalan. Untuk mengilustrasikan metode ini kita menggunakan tabel
Naftel Toy Company, dengan mengikuti lima tahap dibawah ini.
Tahap 1 : Menganalisis Arus Unit Fisik dari Unit ProduksiArus fisik dari unit produk
tidak dipengaruhi oleh metode perhitungan biaya berdasarkan proses
yang digunakan. Oleh karena itu, tahap 1 untuk metode FIFO sama dengan metode
rata-rata tertimbang pada tahap 1 juga.
Terdapat dua prosedur ekuivalen, yaitu dua prosedur alternative yang digunakan
untuk mengalkulasikan unit ekuivalen produksi berdasarkan metode FIFO, yaitu :
Cara untuk mengalkulasikan unit ekuivalen FIFO adalah dengan mengurangkan unit
ekuivalen pada barang dalam proses awal dari unit ekuivalen dengan metode rata-rata
tertimbang agar memperoleh unit ekuivalen melalui metode FIFO.
2. Tahap Alternatif B
Cara untuk mengalkulasikan unit ekuivalen FIFO adalah menambahkan unit-unit ekuivalen
dari pekerjaanyang dilakukan pada periode bersangkutan untuk setiap komponen : (1) unit-
unit ekuivalen ditambahkanuntuk menyelesaikan persediaan awal barang dalam proses, (2)
unit-unit yang mulai diproses dan telah selesai pada periode bersangkutan, (3) unit-unit
ekuivalen dari persediaan akhir barang dalam proses.
Tahap 3 : Menentukan Total Biaya untuk Setiap Elemen Biaya ProduksiTotal biaya
yang dikeluarkan untuk memproduksi unit produk tidak dipengaruhi oleh
metode perhitungan biaya yang digunakan.
Tahap 4 : Menghitung Biaya Per Unit Ekuivalen untuk Setiap Elemen Biaya
ProduksiBerdasarkan metode FIFO, biaya per unit ekuivalen dikalkulasikan dengan
membagi biaya-biaya yang ditambahkan pada periode yang bersangkutan dengan
unit ekuivalen untuk pekerjaan yang diselesaikan hanya pada periode bersangkutan.
Biaya persediaan awal barang dalam proses tidak dimasukkan dalam menentukan
biaya per unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya.
Tahap 5 : Membebankan Total Biaya Produksi ke Unit yang Telah Selesai dan Barang
Dalam Proses Akhir
Membebankan total biaya produksi ke unit-unit yang telah selesai dan ke unit-unit pada
persediaan akhirbarang dalam proses. Pembebanan total biaya produksi ke unit-unit yang
telah selesai pada periode bersangkutan merupakan proses dua bagian, yaitu total biaya
untuk unit-unit yang telah selesai yang berasal dari persediaan awal barang dalam proses
dan total biaya untuk unit-unit yang mulai di proses dan telah selesai.Laporan produksi ada
2, yaitu :
Contoh Soal :
Payson Co., memproduksi sebuah produk melewati 2 departement, Mixing and Cooking.
Kedua department menggunakan FIFO. Di Mixing Dept. semua bahan baku telah
ditambahkan pada awal periode. Sedangkan biaya selain bahan baku digunakan secara
bertahap. Berikut adalah data Mixing Dept.
a. Barang dalam proses awal, 1 Februari, sebanyak 100.000 pounds, 100% bahan baku telah
digunakan dan 40% biaya konversi (TKL dan Overhead) telah digunakan. Biaya yang
dibebankan pada pekerjaan ini adalah :
b. barang dalam proses akhir, 28 februari sebanyak 50.000 pounds. 100% bahan baku telah
digunakan 60% biaya konversi (TKL dan Overhead) telah digunakan.
jumlah unit yang telah selesai dan ditransfer ke cooking Dept. adalah 370.000 pounds. Biaya
yang digunakan selama Februari adalah :
TKL $ 100.000
Overhead $ 270.000
Diminta :
4. Hitunglah biaya barang yang sudah selesai dan ditransfer ke Cooking Dept., dan biaya
barang dalam proses Akhir
# JAWAB #
Unit dihitung :
(320.000 – 50.000)
370.000
420.000
DM CC
WIP, akhir
Pengertian Harga Pokok Proses, metode harga pokok proses adalah metode penentuan
harga pokok produk dengan cara mengumpulkan biaya produksi yang terjadi selama 1
periode tertentu kemudian dibagi sama rata kepada produk yang dihasilkan pada periode
yang bersangkutan.
Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada
biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk
untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang. Dan digunakan untuk menentukan
harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang atau
dengan cara mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya.
Contoh :
Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan
untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru
kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses
dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan unit ekuivalensi, tingkat
penyelesaian persediaan produk dalam .
Password absensi gunung_krakatau
UE = %menyelesaikan PDP awal + (unit produk jadi – unit PDP awal) + %PDP
akhir
Contoh :
METODE FIF0 DEPARTEMEN 1
Misalkan PT Hasta mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2008 adalah :
Selanjutnya adalah bagaimana menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses yang pada akhir bulan belum
selesai diproduksi. Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per
satuan yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2008. Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan
dengan kuantitas produk jadi dan akan dihasilkan informasi harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang. Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses
pada akhir periode, biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas
persediaan produk dalam proses, dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian
persediaan produk dalam proses tersebut.
Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, perlu
dihitung unit ekuivalensi bulan Januari 2008 dengan cara perhitungan sebagai
berikut:
1. Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2008 tersebut dapat
menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan
tingkat penyelesaian biaya bahan baku sebesar 100%. Hal ini berarti bahwa biaya bahan
baku sebesar Rp5.000.000 tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi
sebanyak 2.000 kg dan 500 kg (500 x 100%) persediaan produk dalam proses. Dengan
demikian unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah 2.500 kg, yang dihitung sebagai berikut:
2.000 + (100% x 500)= 2.500 kg.
2. Biaya bahan penolong yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2008 sebesar Rp7.500.000
tersebut dapat menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam
proses dengan tingkat penyelesaian biaya bahan penolong sebesar 100%. Hal ini berarti
bahwa biaya bahan penolong tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi
sebanyak 2.000 kg dan 500 kg (500 x 100%) persediaan produk dalam proses. Dengan
demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong adalah 2.500 kg, yang dihitung sebagai
berikut: 2.000 + (100% x 500)- 2.500 kg.
3. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2008 sebesar Rp11.250.000
tersebut dapat menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam
proses dengan tingkat penyelesaian biaya tenaga kerja sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa
biaya tenaga kerja tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak
2.000 kg dan 250 kg (500 x 50%) persediaan produk dalam proses. Dengan demikian unit
ekuivalensi biaya tenaga kerja adalah 2.250 kg, yang dihitung sebagai berikut: 2.000 + (50%
x 500)= 2.250 kg
4. Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2008 sebesar Rp16.125.000
tersebut dapat menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam
proses dengan tingkat penyelesaian biaya overhead pabrik sebesar 30%. Hal ini berarti
bahwa biaya overhead pabrik tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk jadi
sebanyak 2.000 kg dan 150 kg (500 x 30%) persediaan produk dalam proses. Dengan
demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong adalah 2.150 kg, yang dihitung sebagai
berikut 2.000 + (30% x 500)= 2.150 kg
Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi dalam bulan Januari 2008
dilakukan dengan membagi tiap unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik) seperti pada perhitungan sebagai
berikut :
Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang
terjadi dalam bulan Januari 2008, dicatat dalam jurnal berikut ini :
TOPIK 6 : BIAYA PROSES UNIT HILANG
6.1 PRODUK HILANG DALAM PROSES AWAL PRODUK
Selama proses produksi berlangsung, ada kemungkinan terjadi produk hilang yaitu
apabila jumlah unit yang dimasukkan dalam proses tidak sesuai dengan yang
dihasilkan. Misalnya: Masuk proses 1000 unit, jadi 900 unit dan masih dalam proses 50
unit. Maka ada yang hilang 50 unit.
Produk yang hilang dalam proses didalam laporan harga pokok produksi harus disertakan
sebagai pertanggungjawaban (kapan hilangnya).
Untuk mempermudah penyusunan laporan harga pokok produksi, ada 2 asumsi yang
dipakai:
Untuk produk hilang pada awal proses, maka dalam penyusunan laporan Harga Pokok
Produksi:
· Unit produk yang hilang tidak dibebani harga pokok karena belum menikmati biaya
produksi.
· Untuk yang hilang di departemen berikutnya, maka harus ada penyesuaian biaya per unit
pada departemen berikutnya tersebut.
Contoh:
PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II. Kegiatan selama
bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:
Dept. I Dept. II
Masuk proses: 1.500 unit 1.250 unit
· Selesai 1.250 unit 1.100 unit
· Dalam proses 100 unit 100 unit
· Hilang awal proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP à BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%
Diminta, buat laporan harga pokok produksi Dept. I & Dept. II
Jawab:
3. Laporan H.P Produksi Dept. I
PT. ABC
Data Produksi
1.500 unit
Biaya Jumlah Per Unit
Perhitungan Biaya
DEPT. II
1. Penyesuaian perhitungan H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I
Penysn H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I Rp. 166,67
2. Perhitungan harga pokok produksi per unit Dept. II (yang ditambah)
3. Perhitungan H.P barang jadi dari Dept. II yang ditransfer ke gudang & H.P barang
dalam proses akhir periode Dept. II
- Ditambah H.P di Dept. II : Rp. 2700 x 1.100 Rp. 2.970.000
- H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.166,67 = Rp. 416.667
PT. ABC
Data Produksi
1.250 unit
Biaya Jumlah Per Unit
- H.P dari Dept. I (1250) Rp. 5.000.000 Rp. 4.000
Perhitungan Biaya
Contoh : PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II. Kegiatan
selama bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:
Dept. I Dept. II
Masuk proses 1.500 unit 1.250 unit
Selesai 1.250 unit 1.100 unit
Dalam proses 100 unit 100 unit
Hilang akhir proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP à BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%
Jawab :
- BOP : 100 x 50% x Rp. 806,90 = Rp. 40.345 = Rp. 265.059,4
Data Produksi
Jenis Biaya Jumlah Per Unit
Perhitungan Biaya
H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 1.100 Rp. 4.426.345
H.P yang ditambah di Dept. II : Rp. 2.587,18 x 1.100 Rp. 2.845.898
Data Produksi
1.250 unit
Keterangan Jumlah Per Unit
Perhitungan Biaya
- H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 100 = Rp. 402.395
Contoh : PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II. Kegiatan
selama bulan Februari th 2000 adalah sebagai berikut:
Dept. I Dept. II
Masuk proses 1.500 unit 1.250 unit
Selesai 1.250 unit 1.100 unit
Dalam proses 100 unit 100 unit
Hilang akhir proses 150 unit 50 unit
BBB Rp. 1.485.000 -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP à BB 100% -
TK 70% 40%
BOP 50% 60%
Jawab :
- BOP : 100 x 50% x Rp. 806,90 = Rp. 40.345 = Rp. 265.059,4
Data Produksi
Jenis Biaya Jumlah Per Unit
Perhitungan Biaya
H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 1.100 Rp. 4.426.345
H.P yang ditambah di Dept. II : Rp. 2.587,18 x 1.100 Rp. 2.845.898
Data Produksi
1.250 unit
Keterangan Jumlah Per Unit
Perhitungan Biaya
- H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 100 = Rp. 402.395
Penambahan bahan di departemen lanjutan dapat menambahkan volume atau jumlah unit
produk yang diproses oleh departemen tersebut. Kemungkinan dampak penambahan
bahan oleh departemen setelah departemen pertama terhadap jumlah unit dan biaya
adalah sebagai berikut :
1. Tidak menambah unit tetapi menambah biaya, contoh penambahan roda oleh
perusahaan mobil
2. Menambah unit tetapi tidak menambah biaya, contohnya penambahan air
diperusahaan cat tembok jika perusahaan tidak perlu biaya dalam pemakaian air.
3. Menambah unit dan menambah biaya, contoh penambah cairan gula di perusahaan
minuman
Jika bahan baku tersebut tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam
departemen yang bersangkutan, tambahan biaya bahan baku tersebut hanya menambah
biaya bahan baku per satuan dalam departemen tersebut. Jika bahan baku tersebut
menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang bersangkutan, tambahan
bahan baku tersebut akan berakibat terhadap penyesuaian harga pokok per satuan produk
yang berasal dari departemen sebelumnya dan tambahan biaya bahan baku per satuan
dalam departemen setelah departemen produksi pertama.