Anda di halaman 1dari 45

AKUNTANSI BIAYA

Manajemen
Bagi yang bekerja pada sebuah perusahaan atau sedang menjalankan bisnis, tentu sudah tidak asing saat mendengar kata
manajemen. Faktanya, beberapa orang masih kebingungan saat ditanya apa itu manajemen karena pengertiannya sendiri masih
simpang siur di masyarakat. Manajemen berasal dari bahasa Perancis yaitu ‘menegement’ yang berarti seni untuk mengatur atau
mengelola sesuatu. Dalam bahasa Inggris, kata ‘manage’ berarti mengendalikan atau mengelola.

Secara umum, manajemen dikenal sebagai sebuah proses yang mengatur kegiatan atau perilaku sehingga menimbulkan efek
yang baik. Secara etimologi, definisi manajemen adalah sebuah seni mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan utama
sebuah organisasi atau bisnis melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan pengawasan sumber daya
dengan cara yang efektif dan efisien.

Dalam sebuah perusahaan, terdapat masing-masing divisi yang dipimpin oleh seorang manajer atau head hingga jajaran top
manager. Fungsi dari seorang manajer ini sudah jelas adalah untuk mengatur kinerja karyawan bawahannya untuk mencapai
tujuan perusahaan. Tidak hanya mengatur, seorang manajer dalam sebuah perusahaan juga bertanggung jawab atas
pengawasan bawahannya agar berjalan sesuai dengan koridor pekerjaan. 

Penegertian manajemen adalah seperangkat prinsip yang berkaitan dengan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian, dan penerapan prinsip-prinsip ini dalam memanfaatkan sumber daya fisik, keuangan, manusia dan informasi
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Banyak ahli telah mendefinisikan manajemen dengan pemahaman mereka masing-masing. Berikut ini adalah definisi
manajemen menurut para ahli di dunia.

Van Fleet dan Peterson mendefinisikan manajemen sebagai serangkaian kegiatan yang diarahkan pada pemanfaatan sumber
daya secara efisien dan efektif dalam mengejar satu atau lebih tujuan.

Megginson, Mosley dan Pietri mendefinisikan manajemen sebagai pekerjaan yang melibatkan sumber daya manusia, keuangan
dan fisik untuk mencapai tujuan organisasi dengan melakukan fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian.

Sementara Kreitner berpendapat bahwa manajemen adalah proses penyelesaian masalah untuk mencapai tujuan organisasi


secara efektif melalui penggunaan sumber daya secara efisien sesuai dengan perkembangan.

Menurut F. Taylor, manajemen adalah seni mengetahui apa yang harus dilakukan, kapan harus dilakukan dan melihat bahwa itu
bisa dilakukan dengan cara terbaik dan termurah.

Tiga Tingkatan Manajemen :

1. Manajemen Tingkat Atas atau sering disebut dengan Top Management (Manajemen Puncak) atau Executives (Eksekutif)
adalah Manajer-manajer yang bertanggung jawab atas kinerja manajemen organisasi secara keseluruhan. Mereka memegang
jabatan-jabatan seperti CEO (Chief Executive Officer), CFO (Chief Financial Officer), COO (Chief Operational Officer), Presiden
Direktur, Wakil Presiden Direktur, Direktur Utama dan lain sebagainya. Manajer-manajer yang berada di tingkatan manajemen
tingkat atas ini memiliki tanggung jawab, otoritas dan wewenang maksimum dalam mengendalikan organisasi atau
perusahaannya.

Beberapa tugas atau fungsi utama Manajer yang berada di manajemen tingkat atas ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Tujuan Perusahaan – Manajemen tingkat atas ini merumuskan tujuan utama organisasinya, dapat berupa
tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendeknya.
2. Membuat kerangka Rencana dan Kebijakan – Manajemen tingkat atas membuat kerangka rencana dan kebijakan untuk
mencapai tujuan utama yang telah ditetapkan.
3. Mengorganisir kegiatan dan pekerjaan yang akan dilakukan oleh manajer-manajer di tingkat menengah.
4. Mengumpulkan dan mengatur sumber daya organisasi atau perusahaan seperti sumber daya keuangan, aset tetap,
tenaga kerja dan lain sebagainya untuk  melakukan kegiatan sehari-hari dalam organisasi.
5. Bertanggung jawab atas kelangsungan dan pertumbuhan hidup organisasi/perusahaan.
6. Sebagai penghubung dengan dunia luar seperti bertemu dengan pejabat pemerintah, pemasok, pesaing, pelanggan,
media dan lain-lainnya.

2. Manajemen Tingkat Menengah atau Middle Level Management adalah manajer yang berada di bawah Manajer tingkat atas.
Mereka biasanya memegang jabatan dengan nama jabatannya seperti General Manager, Plant Manager, Factory Manager,
Regional Manager ataupun Division Manager. Manajer-manajer tingkat menengah ini bertanggung jawab untuk melaksanakan
rencana dan kebijakan yang ditetapkan oleh Manajemen tingkat atas serta bertindak sebagai penghubung antara manajemen
tingkat atas dan manajemen tingkat bawah. Manajer-manajer ini juga menjalankan fungsi tingkat atas di departemen atau unit
kerja mereka sendiri seperti membuat perencanaan, membuat kebijakan,  mengumpulkan dan mengatur sumber daya untuk
departemen atau divisi mereka masing-masing.

Adapun fungsi-fungsi dan tugas Manajer di Manajemen Tingkat Menengah ini diantaranya adalah :

1. Meng-interpresi-kan kebijakan yang disusun oleh Manajemen Puncak (manajemen tingkat atas) dan menjelaskannya ke
tingkat manajemen yang lebih rendah. Manajemen tingkat menengah ini berfungsi sebagai penghubung antara
manajemen tingkat atas dengan manajemen tingkat bawah.
2. Mengorganisir kegiatan departemennya untuk melaksanakan rencana dan kebijakan yang telah ditetapkan.
3. Mengrekrut  dan menyeleksi serta menempatkan karyawan yang dibutuhkan oleh department atau unit kerjanya.
4. Memotivasi karyawannya untuk melakukan yang terbaik untuk departemennya. Misalnya menawarkan berbagai
insentif dan tunjangan kepada karyawannya sehingga termotivasi dan melakukan yang terbaik agar dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
5. Mengawasi dan mengarahkan karyawan-karyawan di departemennya. Contohnya seperti menyiapkan laporan penilaian
kinerja karyawannya.
6. Bekerjasama dengan departemen lain untuk kelancaran dalam menjalankan fungsinya.
7. Melaksanakan rencana yang disusun oleh Manajemen tingkat atas.

3.  Manajemen Tingkat Pertama atau disebut juga dengan First Level Management  atau First Line Management adalah
Manajemen yang bertanggung jawab atas operasional atau pekerjaan harian para karyawan dalam menghasilkan suatu produk
atau layanan. Manajemen tingkat pertama ini biasanya memegang jabatan seperti Department Manager, Section Manager,
Superintendent, Mandor atau Supervisor. Para Manajer di manajemen tingkat pertama ini memiliki otoritas atau wewenang
yang terbatas.

Beberapa fungsi dan tugas Manajemen tingkat pertama ini adalah sebagai berikut :

1. Memahami dan mempelajari masalah dan keluhan-keluhan para pekerja operasional sebelum melaporkannya ke
manajemen tingkat menengah.
2. Menjaga kondisi kerja yang baik dan menjaga hubungan yang sehat antara atasan dan bawahan.
3. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat and aman untuk para karyawan operasional.
4. Membantu manajemen tingkat menengah untuk merekrut dan menyeleksi pekerja yang sesuai untuk jabatan yang
dibutuhkan.
5. Berkomunikasi dengan karyawan dan mendengarkan saran-saran karyawan serta mendorong para pekerja untuk
mengambil inisiatif.
6. Menjaga dan mempertahankan standar kualitas dan memastikan jumlah output produk/layanan sesuai dengan
perencanaan.
7. Bertanggung jawab untuk meningkatkan moral karyawan dan membangkitkan semangat kerja dalam tim.
8. Meminimalkan pemborosan sumber daya organisasi/perusahaan.

Fungsi-Fungsi Manajemen
Sebuah perusahaan akan berjalan dengan efektif dan efisien jika dikelola dengan cara yang tepat. Para pengelola  perusahaan,
yaitu dewan komisaris, dewan direktur,dan para manajer, tergabung ke dalam suatu kelompok yang disebut manajemen
perusahaan dan bertanggungjawab untuk menggunakan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai
tujuan perusahaan.

Proses manajemen dilakukan melalui aktivitas-aktivitas berikut ini:


1.       Perencanaan (planning). Manajemen organisasi menentukan tujuan serta mengidentifikasikan strategi dan metode untuk
mencapai tujuan tersebut.
2.       Pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian meliputi pengaturan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk
mencapai tujuan dan strategi yang ditetapkan, termasuk di dalamnya mengembangkan struktur perusahaan untuk membagi
berbagai tanggungjawab,tugas dan wewenang pada masing-masing bagian.
3.       Pengarahan dan Pemberian Motivasi (directing/leading). Proses ini melibatkan aktivitas operasional dari hari ke hari untuk
menjaga kelancaran aktivitas organisasi, antara lain melalui pemberian tugas kepada karyawan, penyelesaian masalah rutin,
penyelesaian konflik dan komunikasi efektif.
4.       Pengendalian (controlling). Pengendalian berfungsi untuk memastikan tercapainya tujuan organisasi. Aktivitas manajerial
ini memonitor implementasi suatu rencana dan melakukan tindakan koreksi yang diperlukan. Pengendalian biasanya dicapai
dengan menggunakan umpan_balik (pA), yaitu informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi atau memperbaiki langkah-
langkah yang dilakukan dalam melaksanakan rencana.
struktur organisasi juga berarti susunan dari berbagai macam komponen atau unit kerja dalam sebuah organisasi. Dalam
struktur organisasi terdapat pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau kegiatan-kegiatan berbeda yang telak dikoordinasikan
dan juga terdapat adanyaberbagai spesialisasi dari sebuah pekerjaan, saluran perintah ataupun penyampaian laporan. Dan
ketika akan mengajukan izin organisasi, para pengurus harus melampirkan struktur organisasi berikut nama-nama pengurusnya.

Contoh Struktur Organisasi Perusahaan :

Dalam Struktur Organisasi, semua posisi manajemen secara umum dapat diklasifikasikan oleh fungsi, wewenang dan tanggung
jawab yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi tersebut. Fungsi-fungsi yang ada di dalam perusahaan besar dibagi ke dalam
dua fungsi yaitu fungsi lini dan fungsi staf.

Personalia pada fungsi lini bertanggung jawab untuk mengawasi, mengarahkan dan mengambil keputusan. dalam huhungan ini,
terdapat rantau perintah yang ditunjukkan oleh garis langsung dari atas ke bawah, dari direktur utama ke manajemen tingkat
puncak, madya dan bawah. Direktur utama mengendalikan perusahaan secara keseluruhan tetapi dengan mendelegasikan
wewenangnya kepada bawahan.

Personalia pada fungsi staf bertanggung jawab memberikan saran, rekomendasi atau layanan kepada semua anggota organisasi,
tetapi tidak dapat memaksa kepada anggota organisasi untuk melaksanakan saran atau rekomendasinya. Dengan kata lain,
personalia pada posisi staf tidak mempunyai wewenang untuk mengatur  atau memerintah personalia lini. Tugas Personalia staf
adalah memberikan bantuan kepada semua departemen. Manajer lini dan staf di dalam struktur organisasi perusahaan harus
digambarkan secara jelas sehingga pengawas dapat menyediakan tipe informasi yang dapat diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan tugas masing-masing.

Peran Akuntansi Biaya


1. Penganggaran
- Menerapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengontrolan kegiatan mengurangi biaya dan memperbaiki
kualitas.
- Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya dari semua produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan
penetapan harga serta untuk evaluasi kinerja dari sebuah produk, departemen, atau divisi.
- Memilih biaya dan juga laba perusahaan dalam periode akuntansi satu tahun atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini
termasuk menentukan nilai persedian dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan eksternal.
- Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek maupun jangka panjang, yang bisa merubah pendapatan atau biaya.”

2. Pengendalian
- Pengendalian biaya diawali dengan memilih biaya yang harus dikeluarkan melewati anggaran, kemudian membandingkan
antara biaya yang sebenarnya terjadi (biaya actual) dengan biaya yang sudah diterapkan sebelumnya (anggaran). Dalam hal ini,
anggaran akan dijadikan standar biaya. Jika terdapat selisih (perbedaan) biaya tertentu. Analisa aset selisih biaya tersebut
mencakup jenis biaya yang menyimpang. Besarnya penyimpangan biaya, posisi terjadinya penyimpangan, penyebab terjadinya
penyimpangan dan pihak yang harus bertanggung jawab penyimpangan tersebut.
- Dalam perencanaan dan pengendalian biaya, akuntansi biaya dapat menentukan biaya yang diperlukan untuk sekali produksi.
Hanya saja, perencanaan dan pengendalian ini sering menimbulkan penyimpangan (selisih biaya sebenarnya dengan
perencanaan biaya).
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihak manajemen akan memonitor setiap proses produksi yang berlangsung. Jika ada
penyimpangan, pihak manajemen akan mencari tahu penyebabnya dan memikirkan tindakan yang diperlukan sebagai bentuk
pengendalian
3. Penetapan Harga
- Untuk tujuan penentuan biaya sebuah produk atau jasa, akuntansi biaya mencatat serta mengakumulasikan biaya-biaya dalam
serangkaian kegiatan pembuatan produk maupun penyerahan jasa. Biaya-biaya tersebut adalah biaya-biaya yang sudah
dikeluarkan sebelumnya dimasa yang lalu (historis). Informasi biaya secara historis ini umumnya dipakai oleh pihak ekstenal
untuk menentukan nilai persediaan dan beban pokok penjualan dengan tujuan untuk menghitung besarnya laba. Hal tersebut
berkaitan erat dengan penyusutan laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi yang adalah tanggung jawab manajemen pada
pihak eksternal
- Fungsi dari akuntansi pertama adalah menentukan harga pokok atas suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Akuntansi ini akan memastikan kalau harga yang ditawarkan oleh konsumen tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
- Proses penentuan harga pokok bisa didapat melalui metode pencatatan, penggolongan, monitor, dan peringkasan seluruh
komponen biaya yang masih berhubungan dengan proses produksi dari data riwayat yang akan dijadikan sebagai acuan pihak
manajemen dalam menentukan harga pokok produksi.

4. Mengambil keputusan
Ketika semua biaya yang diperlukan untuk melaksanakan proses produksi perusahaan sudah tercatat dengan baik, maka data
biaya tersebut akan dikirimkan ke pihak manajemen untuk dilakukan suatu pengambilan keputusan yang akan berdampak besar
terhadap kehidupan perusahaan di masa yang akan datang.

Akuntansi Manajemen, Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya


Secara garis besar, akuntansi dibagi ke dalam akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Tujuan utama akuntansi keuangan
adalah untuk menyajikan informasi kepada pihak eksternal perusahaan, misalnya investor dan kreditor. Adapun tujuan
akuntansi manajemen adalah menyajikan informasi kepada pihak internal, yaitu manajemen perusahaan. Sistem informasi
akuntansi pada suatu organisasi juga memiliki dua subsistem utama, yaitu sistem akuntansi keuangan dan sistem akuntansi
manajemen. Di lain pihak, sistem informasi akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi manajemen perusahaan
secara keseluruhan.

Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki kesamaan, yaitu:


- Keduanya dibangun atas dasar pertanggungjawaban (stewardship)(sB). Manajemen sebagai wakil perusahaan harus
mempertanggungjawabkan keuangan dan operasional perusahaan kepada semua pihak yang berkepentingan. Akuntansi
keuangan berkaitan dengan operasi perusahaan secara keseluruhan, sedangkan akuntansi manajemen berkaitan dengan satuan-
satuan pertanggungjawaban untuk menyediakan laporan pertanggungjawaban yang lebih terinci.
- Akuntansi keuangan dan akuntansi pertanggungjawaban dibangun dalam suatu sistem akuntansi umum, tidak dalam suatu
sistem yang terpisah. Selain karena penyelenggaraan dua sistem yang terpisah dilarang oleh pihak yang berwenang, hal tersebut
juga akan sangat mahal untuk diimplementasikan karena memerlukan buku-buku akuntansi, waktu dan tenaga ekstra (sG).

Berbagai perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen dapat dirangkum dalam tabel berikut ini :
PERTEMUAN 2

Defenisi Biaya
Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi
pemerintahan, akuntansi pajak dan sebagainya. Ciri utama yang membedakan akuntansi biaya dengan akuntansi yang lain
adalah kajian datanya. Akuntansi biaya mengkaji data biaya untuk digolongkan, dicatat, dianalisis dan dilaporkan dalam laporan
informasi akuntansi. Akuntansi biaya pernah dianggap hanya berlaku dalam perusahaan manufaktur, tetapi pada saat ini setiap
jenis dan ukuran organisasi memperoleh manfaat dari penggunaan akuntansi biaya. Misalnya akuntansi biaya yang digunakan
institusi keuangan, perusahaan transportasi, firma jasa profesional, rumah sakit, lembaga pendidikan serta aktivitas pemasaran
dan administratif dalam perusahaan manufaktur.

Defenisi Biaya dan Kos 


Biaya yang berasal dari amerika mengenal dua istilah yang berhubungan denganbiaya, yaitu cost dan expense. Di Indonesia
costdan expense diterjemakan ke dala beberapa istilah. 

Cost diterjemahkan menjadi harga perolehan atau kos. 

Expense diterjemahkan menjadi daya atau beban. 

Kos adalah pengorbaanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang atau jasa yangdiharapkan memberi manfaat sekarang
atau masa yang akan datang. Kos diukur dengan satuan mata uang, sebesar pengurangan asset dan/penambahan hutang.Pada
saat barang dan jasa dimanfaatkan, kos akan menjadi biaya. Kos yang belumdimanfaatkan dikelompokan sebagai asset.

Biaya adalah kos barang atau jasa yang telah memberikan manfaat yang akan digunakanuntuk memperoleh pendapatan. Biaya
akan dikurangkan dari pendapatan untuk menentukan laba atau rugi pada suatu priode sehingga biaya akan dicantumkan dalam
laporan laba rugi. 

Pendapatan adalah nilai barang yang dijual atau jasa yang telah diberikan. Rugi menggambarkan biaya barang atau jasa yang
tidak memberikan manfaat. Daklaim keadaan tertentu, barang atau jasa yang dibeli perusahaan menjadi tidak berharga sebelum
memberi manfaat. Kos barang atau jasa ini disebut sebagai rugi. Istilah rugi juga digunakan untuk pendapatan yang lebih renda
dari biaya. Dalam laporan laba rugi, rugi akan mengurangi pendapatan pada priode terjadinya kerugian tersebut. Bagian biaya
maupun rugi sama-sama akan mengurangi pendapatan tetapi diletakan di tempat yang berbeda di dalam laporag laba rugi.

Objek Biaya
Objek biaya (cost object), merupakan konsep yang penting, adalah penentuan biaya produk, pembuaatan keputusan, dan
evaluasi kinerja. Objek biaya merupakan unsur berupa apapun yang kepadanya biaya diukur dan dibebankan.

Objek biaya dapat berupa produk, pelanggan,departemen, dan aktivitas.

Klasifikasi Biaya
Pada dasarnya biaya hanya dapat diklasifikasi berdasarkan :

1. Hubungan Biaya dengan Produk, biaya erat hubungannya dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Biaya yang terjadi
ada yang dapat dengan mudah ditelusur ke suatu produk dan ada yang sulit.
Berdasarkan hubungan biaya dengan produk, biaya dapat digolongkan menjadi dua :
a. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya atau produk. Contoh
biaya langsung adalah bahan langsung (bahan baku), upah pekerja yang langsung terlibat dalam proses produksi barang di
pabrik, iklan, ongkos angkut, dan sebagainya.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah buya yang sulit atau tidak dapat dihubungkan dan dibebankan secara langsung
dengan unit produksi, dan secara akurat ditelusuri ke objek biaya. Biaya yang dapat ditelusuri pada objek biaya akan
meningkatkan keakuratan pembebanan biaya. Contoh biaya tidak langsung adalah gaji pimpinan, gaji mandor, iklan untuk lebih
dari satu macam produk, dan sebagainya. Biaya tidak langsung sering disebut biaya overhead. yang terbagi lagi menjadi biaya
overhead pabrik, biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi.

Biaya langsung adalah biaya yang dapat dipisahkan dan dikenali secara langsung digunakan untuk memproduksi suatu satuan
output, sedangkan biaya tak langsung adalah biaya gabungan (joint cost) atau biaya – biaya overhead untuk semua satuan
output yang diproduksi.

Contoh :
2. Hubungan Biaya dengan Volume Kegiatan, volume kegiatan perusahaan dapat berubah-ubah disesuaikan dengan permintaan
pasar dan kemampuan perusahaan. Pada Saat permintaan pasar meningkat dan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan
tersebut, perusahaan akan menaikkan volume produksinya.

Berdasarkan hubungan biaya dengan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi tiga :

3. Berdasarkan Elemen BIaya Produksi. Biaya Produksi adalah biaya yang terjadi untuk mengubah bahan baku menjadi barang
jadi.  Berdasarkan elemen bIaya produksi dibagi menjadi tiga :

a. Biaya Bahan Baku adalah besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke dalam proses produksi untuk mengubah menjadi
barang jadi. Boaya bahan baku merupakan bagian penting biaya barang yang digunakan untuk memproduksi barang jadi. Contoh
untuk membuat buku diperlukan bahan kertas, tinta, lem dsb. Nilai bahan yang paling banyak untuk membuat buku adalah
kertas maka biaya kertas ini akan dimasukkan ke dalam biaya bahan baku. Bahan-bahan lain karena jumlah tidak material,
dianggap sebagai bahan penolong dan akan di kelompokkan ke dalam biaya overhead pabrik.

b. Biaya Tenga kerja adalah besarnya biaya yang terjadi untuk menggunakan tenaga karyawan dalam mengerjakan proses
produksi. Biaya Tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya tenaga kerja langsung (1)  adalah biaya tenaga kerja yang
secara langsung berhubungan dengan produksi barang jadi. dan biaya tenaga kerja tidak langsung (2) adalah upah atau gaji
tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan produksi barang jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung di kelompokkan
sebagai biaya overhead pabrik.

c. Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja kerja
langsung. Biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya overhead pabrik
Biaya produksi dapat di identifikasi lebih lanjut menjadi biaya utama (prime cost) dan biaya konversi
Biaya Utama     =    Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya Konversi  =   Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik

4. Berdasarkan Fungsi Pokok Perusahaan. Fungsi perusahaan manufaktur terdiri atas fungsi produksi, fungsi pemasaran dan
fungsi administrasi dan umum. Fungsi produksi terdiri atas berbagai berbagai kegiatan untuk mengubah bahan baku menjadi
barang jadi. Fungsi pemasaran adalah berbagai kegiatan untuk memasarkan produk ke pembeli. Fungsi administrasi dan umum
terdiri atas berbagai kegiatan untuk mendukung fungsi lainnya. Berdasarkan fungsi pokok perusahaan, biaya dapat
diklasifikasikan menjadi tiga :
a. Biaya Produksi (Produsction cost) terdiri atas tiga jenis biaya yaitu biaya bahan baku,  Biaya Tenga kerja dan Biaya Overhead
Pabrik. 
b. Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam rangka mengarahkan, menjalankan, dan mengendalikan
perusahaan untuk memproduksi barang jadi. Biaya administrasi dan umum meliputi biaya gaji pegawai, biaya perlengkapan  dan
biaya utilitas. 
c. Biaya pemasaran meliputi berbagai biaya yang terjadi untuk memasarkan produk atau jasa. Contoh nya gaji pegawai
pemasaran dan biaya iklan.

5. Berdasarkan Hubungan Biaya Dengan Proses Pokok Manajerial, melipuiti proses pokok manajerial meliputi perencanaan,
pengendalian, dan penilaian kinerja. Ada beberapa istilah biaya yang sering digunakan dalam rangka melaksanakan fungsi pokok
manajerial yaitu :
a. Biaya Standar adalah biaya ditentukan di muka yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat suatu produk atau melaksanakan
suatu kegiatan.
b. Biaya Aktual adalah biaya yang sesungguhnya terjadi untuk membuat suatu produk atau melaksanakan
sesuatu kegiatan.c. Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang  manajer tingkatan
tertentu.
d. Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang  manajer tingkatan tertentbu.
e. BIaya komitan adalah biaya yang terjadi dalam upaya mempertahankan kapasitas atau kemampuan  organisasi dalam
kegiatan produksi, pemasaran dan administrasi.
f. Biaya Diskresioner adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada kebijakan manajemen. 
g. Biaya Relevan adalah biaya masa depan akan berbeda antara satu alternatif dan alternatif lain.
h. Biaya kesempatan adalah manfaat yang dikorbarkan pada saat satu alternatif keputusan dipilih dan mengabaikan alternatif
lain.

Akumulasi dan Aliran Biaya


Contoh Penjurnalan

Pencatatan Transaksi dalam Perusahaan Industri

Transaksi yang berhubungan dengan transaksi adalah :

1. Pembayaran secara kredit.


2. Beban dibayar dimuka.
3. Pembelian dan perbaikan aktiva tetap.
4. Berbagai pembayaran untuk sumber daya
5. Pembayaran untuk upah dan gaji.
6. Pembelian bahan baku dan perlengkapan secara kredit.
7. Pencatatan beban gaji.

 Contoh dalam penjurnalan: Selama Januari, New Hope menyelesaikan akun – akun yang dijurnal secara garis besar sebagai
berikut:

a. Bahan baku yang diterima dan dibeli secara kredit $ 100.000.


Jurnal :

Persediaan bahan baku $ 100.000

         Hutang usaha                  $ 100.000

 
b. Bahan baku yang diminta selama bulan tersebut

    Untuk produksi $ 80.000

    Untuk penggunaan bahan tidak langsung $ 12.000


Jurnal :

Barang dalam proses             $ 80.000

Pengendali Overhead pabrik $ 12.000

                       Persediaan bahan baku                $ 80.000

                       Persediaan bahan tidak langsung $ 12.000

c. Total biaya gaji dan upah $ 160.000

    Biaya gaji dan upah yang terhutang dan dibayar dan dikenakan pajak pph 5%, password selamat pagi
Jurnal : 

Biaya gaji dan upah $ 160.000

                Hutang gaji & upah akrual $ 152.000

               Hutang pajak                       $ 8.000

Pada waktu pembayaran jurnal :

Hutang gaji & upah $ 152.000

                Kas                      $ 152.000

 d. Distribusi biaya gaji dan upah gaji adalah sebagai berikut:
    Tenaga kerja langsung 65%
    Tenaga kerja tidak langsung 15%
    Beban gaji pemasaran 13%
    Beban gaji administrasi 7%
Jurnal : 

Barang dalam proses           $ 104.000

Pengendali overhead pabrik    24.000

Beban gaji pemasaran             20.800

Beban gaji administrasi           11.200

                          Biaya gaji dan upah $ 160.000

e. Overhead Pabrik terdiri atas : 

    Biaya penyusutan $ 21.300

    Asuransi di bayar dimuka $ 1.200

Jurnal :

Pengendali Overhead Pabrik  $ 22.500

                Akumulasi penyusutan               $ 21.300

                Asuransi di bayar dimuka           $ 1.200

f. Biaya overhead pabrik umum ( tidak terinci) 70% dibayar tunai sisanya di cicil.$26.340

 Jurnal :

 Pengendali Overhead Pabrik $ 26.340

                    Kas                              $ 18.438

                   Utang usaha                $ 7.902

g. Jumlah yang diterima dari pelanggan atas pelunasan piutang mereka $205.000. Jurnal :

 Kas  $205.000

        Piutang usaha  $205.000

h. Hutang yang dibayar:

    Hutang pajak $ 35.700

   Hutang usaha $ 227.000

Jurnal : 

Hutang pajak $ 35.700

Hutang usaha $ 227.000

           Kas                   $ 262. 700


i. Overhead pabrik diakumulasikan dan dibebankan ke perkiraan barang dalam proses.

Jurnal :

Barang dalam proses $84.840

             Pengendali Overhead Pabrik $84.840

j. Unit yang selesai ditranfer ke persediaan barang jadi $ 320.000

 Jurnal : 

Persediaan Barang Jadi $ 320.000

              Barang dalam proses $ 320.000

k. Penjualan $ 384.000, 40% dibayar tunai sisanya kredit . 

    Harga pokok penjualan 75% dari penjualan. 

Jurnal :

Kas                   $ 153. 600

Piutang Usaha $ 230.400

                 Penjualan    $384.000

Biaya pokok penjualan $288.000

                Persediaan Barang Jadi $288.000

PERTEMUAN 3
Konsep Pengumpulan Biaya Berdasarkan Pesanan
Pengertian dan konsep metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan
harga pokok produk pada perusahaan yang meghasilkan produk atas dasar pesanan. 

Tujuan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan, baik harga pokok
produk secara keseluruhan dari tiap – tiap pesanan maupun untuk per satuan.

Karakteristik metode pengumpulan harga pokok pesanan


1.      Karakteristik proses produksi berdasarkan pesanan
Karakteristik proses produksi berdasarkan pesanan sebagai berikut :
a.     Sifat produksi             : terputus-putus / intermitlen
b.     Tujuan produksi         : untuk memenuhi pesanan
c.     Bentuk produksi         : sesuai dengan spesifikasi pesanan.
d.    Dasar produksi            : atas dasar order
Contoh perusahaan yang memproduksi barang atas dasar pesanan adalah perusahaan mebel, perusahaan modiste, perusahaan
industry pesawat terbang, industry galangan kapal , dll.

2.      Karakteristik pengumpulan biaya produksi metode harga pokok pesanan


Sesuai karakteristik proses produksinya, maka karakteristik metode harga pokok pesanan adalah sebagai berikut :
a.    Biaya produksi meliputi biaya bahan baku,biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik dikumpulkan secara
individual untuk tiap – tiap pesanan.
b.    Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan secara langsung terhadap pesanan yang bersangkutan.
c.    Biaya overhead pabrik (BOP) dibebankan kepada tiap – tiap pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka
( predetermined rate )
d.   Untuk mengumpulkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan BOP pada tiap – tiap pesanan digunakan kartu
harga pokok pesanan
e.    Harga pokok produksi per satuan dihitung sebagai berikut :
Harga pokok produksi per satuan = jumlah harga pokok pesanan tertentu / jumlah satuan produk pesanan ybs.
Manfaat Informasi Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan untuk menentukan harga pokok
produk dari sebuah perusahaan yang menghasilkan produk berdasarkan pesanan. Tujuan dari diterapkannya metode ini adalah
untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan, baik harga pokok secara keseluruhan dari setiap pesanan atau
untuk per satuan.

Dalam metode ini seluruh biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan
dihitung dengan membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang
bersangkutan.

Metode harga pokok pesanan ini memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:


a. Produksi bersifat terputus sesuai dengan pesanan yang diterima.
b. Spesifikasi produk sesuai dengan permintaan pemesan.
c.Pengumpulan biaya produksi dilakukan melalui kartu biaya pesanan, yang berisi rincian setiap pesanan.
d. Total biaya produksi dihitung setelah pesanan selesai.
e. Biaya produksi per unit dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang dipesan.
f. Pada umumnya akumulasi biaya menggunakan biaya normal.
g.Produk yang sudah selesai langsung diberikan pada pemesan.

Adapun manfaat informasi harga pokok pesanan adalah sebagai:


1. Penentu harga jual pesanan
Perusahaan manufaktur yang aktivitas produksinya berdasarkan pesanan akan memproduksi barang yang sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi untuk setiap pesanan akan berbeda, tergantung dari
spesifikasi yang diminta pemesan. Hal ini akan menyebabkan harga jual yang dibebankan kepada pemesan ditentukan oleh
besarnya setiap biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi item pesanan tersebut.
2. Pertimbangan untuk menerima atau menolak pesanan
Tidak menutup kemugkinan produk yang dipesan oleh customer harga jualnya sudah terbentuk di pasaran. Manajemen dapat
memutuskan untuk menerima atau menolak pesanan tersebut. Sebagai pertimbangan untuk menerima atau menolak,
manajemen membutuhkan informasi total harga pokok dari produk yang dipesan. Informasi total harga pokok pesanan
merupakan dasar bagi manajemen untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian saat menerima pesanan. Jika informasi total
harga pokok pesanan tidak tersedia, maka manajemen tidak dapat mengetahui apakah harga yang diminta pemesan akan
menguntungkan perusahaan atau tidak.
3. Alat untuk memantau realisasi biaya produksi
Saat perusahaan menerima pesanan dari pemesan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang dikeluarkan untuk
mengerjakan pesanan tersebut. Dengan demikian manajemen dapat dapat memantau jika proses produksi untuk suatu pesanan
akan menghasilkan total piaya produksi pesanan yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.
4. Menghitung laba-rugi setiap pesanan
Informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam menghasilkan suatu produk akan membantu manajemen mengetahui apakah
suatu pesanan akan menghasilkan laba atau justru rugi.
5. Harga pokok persediaan produk yang tercantum dalam neraca.
Salah satu laporan keuangan yang penting bagi perusahaan manufaktur adalah neraca. Manajemen harus memasukkan harga
pokok persediaan produk, baik produk jadi atau yang masih dalam proses. Dengan demikian maka manajemen dapat
menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang selesai diproduksi, namun sampai dengan tanggal neraca masih
belum diserahkan kepada pemesan.

Kartu Harga Pokok ( Job Order Cost Sheet )

1. Kartu Harga pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga pokok pesanan.
2. Kartu ini berfungsi sebagai rekening pembantu yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan
produk.
3. Biaya Produksi untuk mengerjakan tiap pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan.
Contoh Kartu Biaya atas Pesanan

Contoh Kartu Biaya Pesanan

Metode Harga Pokok Pesanan

Syarat Penentuan Harga Pokok Pesanan

Menurut Mulyadi dalam buku Akuntansi Biaya, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan harga pokok
pesanan, yaitu:

a. Setiap pesanan produk harus dapat dipisahkan identitasnya dengan jelas dan harus dilakukan penentuan harga pokok
pesanan secara individu.
b. Biaya produksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya produksi langsung yang terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga
kerja, serta biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
c. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan langsung pada pesanan, sedangkan biaya produksi tidak
langsung dibebankan pada pesanan tertentu atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
d. Harga pokok setiap pesanan ditentukan saat selesai pengerjaan.
e. Harga pokok persatuan produk dihitung dengan membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu
dengan jumlah satuan produk dalam pesanan terkait. Password mandalika

Pengumpulan Biaya Produksi dengan Metode Harga Pokok Pesanan

a. Mencatat biaya bahan baku yang dibagi menjadi dua prosedur


Prosedur pencatatan pembelian bahan baku, dengan jurnal.
Persediaan bahan baku xxxx

                 Utang dagang kas xxxx


 
Prosedur pencatatan pemakaian bahan baku dengan menggunakan metode mutasi persediaan. Pada setiap pemakaian bahan
baku harus diketahui pesanan mana yang menggunakannya, dengan jurnal.

xxx
Barang dalam proses – biaya bahan baku
x
              Persediaan bahan baku xxxx
b. Mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung

Ada dua macam jam kerja yang perlu dikumpulkan yaitu jam kerja total selama periode kerja tertentu, dan jam kerja yang
digunakan untuk mengerjakan setiap pesanan.

Untuk mengumpulkan informasi jam kerja yang nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan daftar upah, maka
perusahaan harus membuat kartu hadir untuk masing-masing karyawan untuk mencatat jam kerja karyawan dalam
menyelesaikan pesanan Jurnal untuk pembagian upah adalah.

Barang dalam proses- biaya tenaga kerja tidak langsung xxxx

                Gaji dan upah xxxx

c. Mencatat Biaya Overhead Pabrik

Dalam metode ini, BOP atau Biaya Overhead Pabrik harus dikenakan pada tiap pemesanan menurut tarif yang ditentukan di
muka. BOP yang terjadi selama periode satu tahun dikumpulkan kemudian di akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan
pada produk atas dasar tarif pencatatan BOP yang dibebankan kepada produk. Jurnal penutupan rekening BOP yang dibebankan
adalah:

xxx
Biaya overhead pabrik dibebankan
x
        Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxxx

Pencatatan BOP yang sesungguhnya adalah:

1. Pemakaian bahan penolong

Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxxx

              Persediaan bahan penolong xxxx


 

2. Pencatatan biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxxx

               Gaji dan upah xxxx


 

4. Pencatatan produk selesai

Biaya produksi yang terdapat dalam kartu harga pokok dijumlahkan dan dikeluarkan dari rekening Barang Dalam Proses dengan
jurnal:
Persediaan produk jadi xxxx

Barang dalam proses- biaya bahan baku xxxx

Barang dalam proses – biaya tenaga kerja langsung xxxx

Barang dalam proses – biaya overhead pabrik xxxx


Di atas adalah contoh penulisan sederhana dalam penentuan harga pesanan. Kenyataannya dalam sebuah usaha yang besar dan
kompleks, akan banyak item transaksi yang harus dicatatkan sebelum sampai pada tahapan jurnal pencatatan produk selesai.

Contoh Soal Harga Pokok Pesanan

PT. ABC mendapat pesanan 1000 spanduk pada bulan Oktober 2018 dengan harga yang dibebankan sebesar Rp. 25.000 per
spanduknya. Bahan baku yang dibutuhkan sudah dibeli yakni kain putih sepanjang 500 meter seharga Rp. 7.000.000. bahan
penolong yang dibutuhkan menghabiskan biaya sebesar Rp. 1.000.000. Biaya tenaga kerja langsung membutuhkan biaya sebesar
Rp. 3.000.000 dan untuk membayar gaji bagian administrasi dan umum sebesar Rp. 2.000.000. Tak hanya itu terdapat biaya
depresiasi mesin sebesar Rp. 1.100.000.

Jurnal yang dibutuhkan untuk kasus diatas diantaranya ialah sebagai berikut :

1. Pencatatan pembelian bahan baku

Persediaan bahan baku Rp.                 7.000.000


Bahan penolong Rp.                           1.000.000
                  Kas Rp.                                          8.000.000

2. Pemakaian bahan baku dan penolong

BDP-Biaya bahan baku                  Rp. 7.000.000


               Persediaan bahan baku                   Rp.7.000.000

BOP –Sesungguhnya               Rp. 1.000.000


                    Bahan penolong               Rp.1.000.000

     3. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja


     a. Ketika gaji dan upah dicatat terutang

Gaji & Upah              Rp. 5.000.000


                Utang gaji dan Upah                Rp. 5.000.000

2. Saat didistribusikan

BDP - Beban tenaga kerja langsung              Rp. 3.000.000


BDP - Beban Gaji adm & umum                    Rp. 2.000.000
                  Gaji & Upah                                                       Rp. 5.000.000

3. Pembayaran Gaji & Upah

Utang Gaji & Upah                 Rp. 5.000.000


                     Kas                                           Rp. 5.000.000

4. Pencatatan BOP

BOP – Sesungguhnya                 Rp. 1.100.000


                     Akumulasi depresiasi mesin                 Rp. 1.100.000

5. Pencatatan barang jadi

Persediaan barang jadi Rp. 14.100.000


                     BDP - Bahan baku                                           Rp. 7.000.000
                     BDP - Beban tenaga kerja langsung              Rp. 3.000.000
                     BDP - Beban Gaji adm & umum                     Rp. 2.000.000
                     BOP Sesungguhnya                                         Rp. 2.100.000

Harga pokok pesanan per barangnya ialah sebagai berikut : Rp.14.100.000 : 1000 = Rp.14.100 per buahnya. Jika spanduk
tersebut dihargai Rp.25.000 per item maka besaran keuntungan tiap item ialah Rp.25.000 – Rp. 14.100 = Rp. 10.900 per
spanduknya.

PERTEMUAN 4
Pengertian Proses Costing

Process costing adalah sistem kalkulasi biaya yang digunakan oleh perusahaan yang memproduksi produk yang sama secara
kontinu.

Persamaan antara job order costing dan process costing terletak pada:


1.   Tujuan membebankan biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead ke produk
2.   Jenis akun manufaktur dasar yang dipakai- overhead pabrik, bahan baku, BDP dan barang jadi
3.   Aliran biaya melalui akun manufaktur
 
 Perbedaan antara job order costing  dan process costing  terletak pada: 
1.    Aliran unit dalam sistem perhitungan biaya (sesuai pekerjaan/ pesanan vs terus-menerus)
2.    Unit yang diproduksi (heterogen vs homogen)
3.   Dokumen pengendali yang digunakan (kartu biaya per pekerjaan vs laporan produksi per departemen)

Aliran Biaya dalam Proses Costing

Departemen pemrosesan (processing department) adalah departemen di dalam organisasi yang digunakan untuk menghasilkan
produk dan tempat 

di mana bahan, tenaga kerja dan biaya overhead ditambahkan ke dalam produk

Contoh:
Strathmore, Inc. adalah perusahaan yang memproduksi mainan edukatif memiliki tiga departemen yaitu departemen
pembentukan, di mana plastik dipotong menjadi bentuk- bentuk  yang diinginkan; departemen perakitan dimana plastik dirakit
dan bahan pelengkap  seperti alat pengunci ditambahkan. Mainan yang sudah jadi dikirim ke departemen pengemasan, dimana
mainan dimasukkan ke dalam kotak

Sistem Akumulasi Biaya Proses

Akumulasi Biaya
Akumulasi biaya merupakan sebuah metode untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk sebuah produk dan
juga jasa atau menyangkut suatu hal.

Akumulasi Biaya Proses


Akumulasi biaya proses merupakan sebuah metode dalam pengumpulan harga pokok produk dengan mengumpulkan biaya
untuk setiap satuan waktu tertentu. Akumulasi biaya proses ini bisa diterapkan pada perusahaan yang memakai proses produksi
terus menerus,

Contohnya seperti; perusahaan perakitan mobil, obat-obatan, perusahaan penerbangan dan rumah sakit serta lain sebagainya.
Sistem biaya sebenarnya dan juga sistem biaya ditentukan di muka bisa dipakai dalam pengumpulan biaya pesanan dan
pengumpulan biaya proses.

Aliran fisik produksi

Proses Produksi
Ialah kegiatan penciptaan , perubahan maupun penambahan nilai guna suatu barang. Adapun perencanaan proses produksi adalah :

1. Proses persiapan
2. Penyaringan gagasan
3. Analisi gagasan
4. Percobaan proses produk
5. Uji coba produksi
6. Komersial produk

Sifat proses produksi yang meliputi:


1. Proses produksi terus menerus
2. Proses produksi terputus-putus atau juga berselingan
Persyaratan yang harus dipenuhi agar proses prodeksi akan berjalan dengan bak ialah:

1. Adanya prosedur kerja dalam sistem produksi


2. Adanya tata letak peralatan sistem produksi
3. Adanya tata ruang proses produksi
4. Adanya jenis dan bahan yang akan diproduksi
5. Adanya para karyawan yang dapat mengerjakan proses produksi

tata cara data penetapan proses produksi barang dan juga jasa terdiri atas:

a. Routing
yakni menetapkan dan juga akan menentukan urut-urutan proses produksi atau bahan mentah sampai menjadi produk akhir.
b. Scheduling
Yaitu yang menetapkan maupun menentukan jadwal proses operasi produksi yang disernigikan sebagai suatu kesatuan.
c. Dispatching
Yaitu menetapkan dan menentukan proses dimana pemberian perintah utuk mulai dilaksanakan operasi proses produksi yang
telah direncanakan didalam routing maupun scheduling.
d. Follow-up
Yaitu menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak akan terjadi penundaan dan juga mendorong
terkoordinasikannya seluruh perencanaan produksi.

Bahan baku (direct material) merupakan sesuatu bahan yang akan membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku
ini dapat diklarifikasikan dengan produk atau pesanan yang tertentu dengan nilainya yang relatif besar.

contohnya dalam perusahaan mebel, bahan baku ialah kayu atau rotan. Biaya yang akan timbul akibat pemakaian bahan baku
disebut biaya bahan baku.

Metode Harga Pokok Proses – Satu Departemen Produksi

Untuk dapat memahami perhitungan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses.

Berikut ini disajikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui
satu departemen produksi.

Tanpa memperhitungkan adanya persediaan produk dalam proses awal periode.

Contoh Harga Pokok Proses #1:


PT Era Milenia Jaya mengolah produknya secara masal melalui satu departemen produksi.

Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku = Rp 5.000.000
Biaya Bahan penolong = Rp 7.500.000
Biaya tenaga kerja = Rp 11.250.000
Biaya overhead pabrik = Rp 16.125.000
Total biaya produksi = Rp 39.875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah:


Produk jadi = 2.000 kg
Produk dalam proses pada akhir bulan = 500 kg
Dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut:
Biaya bahan baku = 100%
Biaya bahan penolong = 100%
Biaya tenaga kerja = 50%
Biaya overhead pabrik = 50%

Yang menjadi masalah adalah bagaimana menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
Dan harga pokok persediaan produk dalam proses yang pada akhir bulan belum selesai diproduksi.

Untuk tujuan tersebut perlu dilakukan penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan dalam bulan Januari 2020.

Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk jadi dan akan dihasilkan informasi harga pokok produk jadi
yang ditransfer ke gudang.

Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode, biaya produksi per satuan tersebut
dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses.

Dengan memperhitungkan tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.

Untuk menghitung biaya per satuan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi bulan Januari
2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:

#1: Biaya Bahan Baku:


Dari data contoh soal di atas, kita melihat bahwa biaya bahan baku sebesar Rp 5.000.000 digunakan untuk menyelesaikan
produk jadi sebanyak 2.000 kg dan 500 kg persediaan produk dalam proses.

Jadi ekuivalensi biaya harga bahan baku adalah:

= 2.000 + (100% x 500)


= 2.500 kg

#2: Biaya Bahan Penolong


Bahan penolong yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 7.500.000 menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg
persediaan produk dalam proses.

Tingkat penyelesaian 100%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong adalah 2.500 kg yang dihitung sebagai berikut:

= 2.000 + (100% x 500) = 2.500 kg

 #3: Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 11.250.000 tersebut dapat menghasilkan 2.000 kg produk
jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses.

Dengan tingkat penyelesaian biaya tenaga kerja 50%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya tenaga kerja adalah 2.250 kg, yang dihitung sebagai berikut:

= 2.000 + (50% x 500) = 2.250 kg

#4: Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan bulan Januari 2020 sebesar Rp 16.125.000.

Dan menghasilkan 2.000 kg produk jadi dan 500 kg persediaan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian 30%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan penolong dihitung sebagai berikut:

= 2.200 + (30% x 500) = 2.150 kg.

 Perhitungan biaya produksi per kilogram produk yang diproduksi dalam bulan Januari 2020 dilakukan dengan membagi tiap
unsur-unsur harga pokok produksi, yaitu:

 biaya bahan baku,


 biaya bahan penolong,
 biaya tenaga kerja, dan
 biaya overhead pabrik, seperti berikut ini:

Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dari harga pokok persediaan
produk dalam proses dihitung sebagai berikut:

 Harga pokok produk jadi: 2.000 x Rp 17.500 = Rp 35.000.000


 Harga pokok persediaan produk dalam proses:
o Biaya bahan baku : 100% x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
o Biaya bahan penolong : 100% x 500 x Rp 3.000 = Rp 1.500.000
o Biaya TK : 50% x 500 x Rp 5.000 = Rp 1.250.000
o Jumlah = Rp 4.875.000
 Jumlah biaya produksi bulan Januari 2020 = (1) – (2) = Rp 39.875.000

#5: Jurnal Pencatatan Biaya Produksi


Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang terjadi bulan Januari 2020, dicatat
dengan jurnal berikut ini:

 A: Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:

[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 5.000.000


[Kredit] Persediaan Bahan Baku  Rp 5.000.000

B: Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong:


[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong Rp 7.500.000
[Kredit] Persediaan Bahan Penolonh  Rp 7.500.000

C: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:


[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja  Rp 11.250.000
[Kredit] Gaji dan Upah    Rp 11.250.000

D: Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:


[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 16.125.000
[Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit  Rp 16.125.000

E: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang:
[Debit] Persediaan Produk Jadi  Rp 35.000.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku  Rp 4.000.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong Rp 6.000.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya TK  Rp 10.000.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 15.000.000
Note:
= 2.000 kg x Rp 5.000
= 2.000 kg x Rp 7.500

F: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah pada akhir bulan Januari 2020:

[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses  Rp 4.875.000


[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku  Rp 1.000.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Penolong  Rp 1.500.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja  Rp 1.250.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik  Rp 1.125.000

Metode Harga Pokok Proses 2 Departemen Produksi

Metode harga pokok proses dua departemen adalah penggunaan metode harga pokok proses produk diolah melalui lebih dari
satu departemen produksi.

Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.

Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama sama dengan yang telah
dibahas dalam contoh di atas.

Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah
perhitungan yang bersifat kumulatif.

Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah produk jadi dari departemen sebelumnya,
yang juga membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnya.

Maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama, terdiri dari:

1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya.


2. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama.

Contoh perhitungan biaya produksi per satuan, jika produk diolah melalui dua departemen produksi, dapat diikuti dalam contoh
2 berikut:

Perhatikan contoh metode harga pokok proses berikut ini:


PT Xidev Bening Jaya memiliki dua departemen produksi Departemen A dan Departemen B untuk menghasilkan produknya.

Dan produksi dan biaya kedua departemen tersebut dalam bulan Januari 2020 adalah sebagai berikut:

Departemen A:
Dimasukkan dalam proses = 35.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept B = 30.000
Produk selesai yang ditransfer ke gudang = 0
Produk dalam proses akhir bulan = 5.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2020:
Biaya bahan baku = Rp 70.000
Biaya tenaga kerja = Rp 155.000
Biaya overhead pabrik = Rp 248.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku = 100%
Biaya konversi = 20%

Departemen B:
Dimasukkan dalam proses
Produk selesai yang ditransfer ke Dept B
Produk selesai yang ditransfer ke gudang = 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan = 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2020:
Biaya bahan baku = Rp 0
Biaya tenaga kerja = Rp 270.000
Biaya overhead pabrik = Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku = –
Biaya konversi = 50%

A: Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen A


Untuk menghitung harga pokok produk selesai Departemen A yang ditransfer ke Departemen B.

Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari 2020, perlu dilakukan
penghitungan biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A dalam bulan yang bersangkutan.

Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer Departemen A ke Departemen B.

Dan diperoleh informasi harga pokok produk jadi yang ditransfer tersebut.

Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir periode.

Biaya produksi per satuan tersebut dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses, dengan memperhitungkan
tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses tersebut.

Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang dikeluarkan oleh Departemen A tersebut, perlu dihitung unit ekuivalensi tiap
unsur biaya produksi Departemen A dalam bulan Januari 2020 dengan cara perhitungan sebagai berikut:

#1: Biaya Bahan Baku:


Biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh Departemen A bulan Januari 2020 sebesar Rp 70.00 menghasilkan 30.000 kg produk
selesai dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses.

Tingkat penyelesaian 100%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya bahan baku adalah:

= 30.000 kg + (100% x 5.000 kg) = 35.000 kg.

#2: Biaya Konversi:


Biaya konversi yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang dikeluarkan Departemen A bulan Januari
2020 adalah Rp 155.000.

Dan menghasilkan 300.000 kg produk jadi  dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses.

Tingkat penyelesaian 20%.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konversi adalah:

= 30.000 kg + (20% x 5.000 kg) = 31.000 kg.

Perhitungan biaya produksi per kg produk yang dihasilkan oleh Departemen A bulan Januari 2020 dihitung dengan membagi tiap
unsur biaya produksi, yaitu

 biaya bahan baku,


 biaya bahan penolong,
 biaya tenaga kerja, dan
 biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh Departemen A.
Setelah biaya produksi per satuan dihitung, harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B.

Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen A pada akhir bulan Januari 2020 dapat dihitung sebagai
berikut:

 Harga pokok produk selesai yang di transfer ke Departemen B:


= 30.000 x Rp 15 = Rp 450.000
 Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
o Biaya bahan baku: 100% x 5.000 = Rp 10.000
o Biaya TK: 20% x 5.000 = Rp 5.000
o Biaya Overhead Pabrik: 20% x 5.000 = Rp 8.000
 Jumlah biaya produksi Departemen A bulan Januari 2020:
= (a) + (b)
= Rp 450.000 + Rp 23.000 = Rp 473.000

  Password Absensi sun_plaza

#3: Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen A


Berdasarkan informasi biaya produksi Departemen A tersebut, biaya produksi yang terjadi dalam Departemen A di bulan Januari
2020 dicatat dengan jurnal berikut ini:

A: Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:


[Debit] Barang dalam Proses – By Bahan Baku Dept A  Rp 70.000
[Kredit] Persediaan Bahan Baku   Rp 70.000

B: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:


[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya TK Departemen A  Rp 155.000
[Kredit] Gaji dan Upah  Rp 155.000

C: Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:


[Debit] Barang Dalam Proses – BOP Departemen A  Rp 248.000
[Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit   Rp 248.000

D: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen A ke Departemen B:
[Debit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen B  Rp 450.000
[Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen A  Rp 60.0001
[Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen A   Rp 150.0002
[Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Departemen A Rp 240.000 3

Note:
1: 30.000 kg x Rp 2 = Rp 60.000
2: 30.000 kg x Rp 5 = Rp 150.000
3: 30.000 kg x Rp 8
E: Jurnal umum untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam Departemen A di
akhir bulan Januari 2020:
[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses – Dept A  Rp 23.000
[Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Dept A  Rp 10.000
[Kredit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Dept A  Rp 5.000
[Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Dept A  Rp 8.000

B: Perhitungan Harga Pokok Produksi di Departemen B


#1: Perhitungan Biaya Produksi
Dari contoh di atas, terlihat bahwa 30.000 kg produk selesai yang diterima oleh Departemen B dari Departemen A, telah
menambah total biaya produksi dari Departemen A sebesar Rp 450.000, atau Rp 15 per kg.

Untuk mengolah produk yang diterima dari Departemen A tersebut, Departemen B mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik bulan Januari 2020 berturut-turut sebesar Rp 270.000 dan Rp 405.000.

Dari 30.000 kg produk yang diolah Departemen B tersebut dapat dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke gudang sebanyak
24.000 kg.

Dan persediaan produk dalam proses pada akhir bulan sebanyak 6.000 kg dengan tingkat penyelesaian 50% untuk biaya
konversi.

Untuk menghitung harga pokok produk jadi Departemen B yang ditransfer ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam
proses pada akhir Januari 2020.

Perlu dilakukan penghitungan biaya per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan yang bersangkutan.

Hasil perhitungan ini kemudian dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang dan
akan diperoleh informasi biaya yang ditambahkan atas harga pokok produk yang dibawa dari Departemen A.

Untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir periode.

Harga pokok produk yang berasal dari Departemen A harus ditambah dengan biaya produksi per satuan yang ditambahkan
Departemen B.

Dikalikan dengan kuantitas persediaan produk dalam proses tersebut dengan memperhitungkan tingkat penyelesaiannya.

Untuk menghitung biaya produksi per satuan yang ditambahkan oleh Departemen B perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur
biaya produksi yang ditambahkan oleh Departemen B dalam Januar 2020.

Dengan cara perhitungan sebagai berikut:


Biaya konversi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang ditambahkan oleh Departemen B dalam
bulan Januari 2020.

Yaitu biaya untuk memproses 30.000 kg produk yang diterima dari Departemen A sebesar Rp 155.000 tersebut.

Di mana dalam proses tersebut menghasilkan 24.000 kg produk jadi dan 6.000 kg persediaan produk dalam proses yang tingkat
penyelesaian biaya konversianya sebesar 50%.

Hal ini berarti biaya konversi tersebut telah digunakan untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak 24.000 kg.

Dan 3.000 kg persediaan produk dalam proses.

Dengan demikian unit ekuivalensi biaya konsersi adalah 27.000 kg, yang dihitung sebagai berikut:

= 24.000 + (50% x 6.000)


= 27.000 kg

Perhitungan biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dalam bulan Januari 2020.
Dihitung dengan membagi tiap unsur biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen B seperti berikut ini:

Setelah biaya produksi per kg yang ditambahkan oleh Departemen B dihitung.

Harga pokok produksi selesai yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang

Dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen B pada akhir bulan Januari 2020 dapat dihitung berikut ini:

 Harga pokok produk selesai yang ditransfer Departemen B ke gudang:


o Harga pokok dari Dept A: 24.000 x Rp 15 = Rp 360.000
o Biaya yang ditambahkan oleh Dept B: 24.000 x Rp 25 = Rp 600.000
 Total harga pokok produk jadi yang ditransfer Departemen B ke Gudang:
o 24.000 x Rp 40 = Rp 960.000
 Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
 Harga pokok dari Departemen A: 6.000 x Rp 15 = Rp 90.000
 Biaya yang ditambahkan oleh Departemen B:
o Biaya TK: 50% x 6.000 x Rp 10 = Rp 30.000
o BOP: 50% x 6.000 x Rp 15 = Rp 45.000
 Total harga pokok persediaan produk dalam proses Dept B:
o = (d) + (e)
o = Rp 90.000 + 75.000
o = Rp 165.000
 Jumlah biaya produksi kumulatif Dept B bulan Januari 2020:
o = (b) + (f)
o = Rp 960.000 + Rp 165.000
o = Rp 1.125.000

#2: Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen B


A: Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari Departemen A:
[Debit] Barang Dalam Proses  Biaya Bahan Baku Dept B Rp 450.000
[Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Departemen A  Rp 60.000
[Kreditit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen A Rp 150.000
[Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik  Departemen A Rp 240.000

B: Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:


[Debit] BDP – Biaya Tenaga Kerja Departemen B  Rp 270.000
[Kredit] Gaji dan Upah  Rp 270.000

C: Jurnal untuk mencatat Biaya Overhead Pabrik:


[Debit] Persediaan Produk Jadi  Rp 405.000
[Kredit] Berbagai Rekening yang Dikredit  Rp 405.000

 
D: Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh Departemen B ke gudang:
[Debit] Persediaan Produk Jadi   Rp 960.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Departemen B  Rp 360.0001
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Departemen B   Rp 240.0002
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Departemen B  Rp 360.0003

Note:
1: 24.000 kg x Rp 15 (harga pokok produksi per kg dari Dep A)
2: 24.000 kg x Rp 10 (biaya tenaga kerja yang ditambahkan oleh Dept B)
3: 24.000 kg x Rp 15 (Biaya Ov. Pabrik yang ditambahkan oleh Dept B)

D: Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam Dept B pada akhir bulan
Januari 2020:
[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses Dept B Rp 165.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Dept B  Rp 90.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Dept B Rp 30.000
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabri Dept B Rp 45.000

Persediaan Unit Dalam Proses Awal Metode rata-rata tertimbang

Metode Rata-rata Tertimbang

Semua biaya dalam menghitung biaya satuan, termasuk biaya yang terjadi selama periode berjalan dan biaya yang dikeluarkan
pada periode sebelumnya yang ditampilkan sebagai persediaan barang dalam proses awal periode berjalan. Dalam periode ini,
metode biaya sebelumnya dan biaya periode saat ini dirata-ratakan untuk menghasilkan nilai rata rata tertimbang. Untuk
mengilustrasikan metode ini kita menggunakan tabel Naftel Toy Company, dengan mengikuti lima tahap dibawah ini

Tahap 1 : Menganalisis Arus Fisik dari Unit produksi

Tahap pertama adalah menganalisis arus dari seluruh unit yang melalui proses produksi. Tujuan utama dari tahap pertama ini
adalah untuk memastikan bahwa seluruh unit produksi diperhitungkan sebelum kita menghitung jumlah unit ekuivalen produksi
untuk setiap elemen produksi. Table dibawah ini menyajikan prosedur dibawah ini.

Tahap 2 : Mengalkulasikan Unit Ekuivalen untuk Setiap Elemen Biaya Produksi

Tahap kedua dalam prosedur perhitungan biaya berdasarkan proses adalah mengalkulasikan jumlah unit ekuivalen dari aktivitas
produksi untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.Table ekuivalen yang disajikan di bawah ini,
didasarkan pada table unit fisik pada tahap 1.Dari tabel diatas, kita menghitung untuk setiap elemen biaya, yaitu total jumlah
unit ekuivalen sebagai berikut :

Tahap 3 : Menentukan Total Biaya untuk Setiap Elemen Biaya Produksi

Menentukan seberapa banyak uang yang dikeluarkan pada persediaan awal barang dalam proses dan produksi pada periode
bersangkutan untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Table dibawah ini meringkas total biaya
produksi yang akan diperhitungkan.

Tahap 4 : Menghitung Biaya Per Unit Ekuivalen


Menghitung biaya per unit ekuivalen produksi untuk bahan baku langsung, dan overhead pabrik.Tahap 5 : Membebankan Total
Biaya Produksi ke Unit yang Telah Selesai dan Barang dalam Proses AkhirMembebankan total biaya produksi ke unit produk yang
telah selesai dan unit persediaan akhir barang dalam proses. Table dibawah ini meringkas jadwal pembebanan biaya.

Laporan Produksi
Tahap 1 sampai 5 menyediakan seluruh informasi yang dibutuhkan dalam menyusun laporan biaya produksi.

 Persediaan Unit Dalam Proses Awal Metode FIFO

Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First in, First out –FIFO)

Termasuk dalam menghitung biaya unit hanya biaya yang dikeluarkan dan pekerjaan yang dilakukan selama periode berjalan.
FIFO menganggap persediaan awal sebagai batch terpisah dari barang barang dimulai dan diselesaikan dalam periode. FIFO
mengasumsikan bahwa pekerjaan pertama yang dilakukan adalah untuk menyelesaikan persediaan dalam proses awal.
Sehingga, semua persediaan dalam proses awal diasumsikan akan selesai sebelum akhir periode berjalan. Untuk
mengilustrasikan metode ini kita menggunakan tabel Naftel Toy Company, dengan mengikuti lima tahap dibawah ini.

Tahap 1 : Menganalisis Arus Unit Fisik dari Unit ProduksiArus fisik dari unit produk tidak dipengaruhi oleh metode perhitungan
biaya berdasarkan proses yang digunakan. Oleh karena itu, tahap 1 untuk metode FIFO sama dengan metode rata-rata
tertimbang pada tahap 1 juga.

Tahap 2 : Mengalkulasikan Unit Ekuivalen untuk Setiap Elemen Biaya ProduksiMetode FIFO memperhitungkan persediaan awal
sebagai satu kumpulan barang yang terpisah dari barang yang mulai diproses dan telah selesai pada periode yang sama.

Terdapat dua prosedur ekuivalen, yaitu dua prosedur alternative yang digunakan untuk mengalkulasikan unit ekuivalen produksi
berdasarkan metode FIFO, yaitu :

1.   Tahap Alternatif A


Cara untuk mengalkulasikan unit ekuivalen FIFO adalah dengan mengurangkan unit ekuivalen pada barang dalam proses awal
dari unit ekuivalen dengan metode rata-rata tertimbang agar memperoleh unit ekuivalen melalui metode FIFO.

2. Tahap Alternatif B

Cara untuk mengalkulasikan unit ekuivalen FIFO adalah menambahkan unit-unit ekuivalen dari pekerjaanyang dilakukan pada
periode bersangkutan untuk setiap komponen : (1) unit-unit ekuivalen ditambahkanuntuk menyelesaikan persediaan awal
barang dalam proses, (2) unit-unit yang mulai diproses dan telah selesai pada periode bersangkutan, (3) unit-unit ekuivalen dari
persediaan akhir barang dalam proses.

Tahap 3 : Menentukan Total Biaya untuk Setiap Elemen Biaya ProduksiTotal biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi unit
produk tidak dipengaruhi oleh metode perhitungan biaya yang digunakan.

Tahap 4 : Menghitung Biaya Per Unit Ekuivalen untuk Setiap Elemen Biaya ProduksiBerdasarkan metode FIFO, biaya per unit
ekuivalen dikalkulasikan dengan membagi biaya-biaya yang ditambahkan pada periode yang bersangkutan dengan unit
ekuivalen untuk pekerjaan yang diselesaikan hanya pada periode bersangkutan. Biaya persediaan awal barang dalam proses
tidak dimasukkan dalam menentukan biaya per unit ekuivalen untuk setiap elemen biaya.
Tahap 5 : Membebankan Total Biaya Produksi ke Unit yang Telah Selesai dan Barang Dalam Proses Akhir

Membebankan total biaya produksi ke unit-unit yang telah selesai dan ke unit-unit pada persediaan akhirbarang dalam proses.
Pembebanan total biaya produksi ke unit-unit yang telah selesai pada periode bersangkutan merupakan proses dua bagian, yaitu
total biaya untuk unit-unit yang telah selesai yang berasal dari persediaan awal barang dalam proses dan total biaya untuk unit-
unit yang mulai di proses dan telah selesai.Laporan produksi ada 2, yaitu :

1. Unit produksi Terhitung Dihitung2. Biaya produksiMetode FIFO (First in First out)Barang yang pertama kali masuk, maka
barang tersebut yang akan pertama kali keluar. Dalam hal ini Work In Process awal produksi yang akan dikeluarkan tidak
terhitung, baik unitnya atau biayanya.Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk
menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses (belum selesai diproses), kemudian sisanya digunakan untuk
mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan unit ekuivalensi,
tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.

Contoh Soal :

Payson Co., memproduksi sebuah produk melewati 2 departement, Mixing and Cooking. Kedua department menggunakan FIFO.
Di Mixing Dept. semua bahan baku telah ditambahkan pada awal periode. Sedangkan biaya selain bahan baku digunakan secara
bertahap. Berikut adalah data Mixing Dept.

a.  Barang dalam proses awal, 1 Februari, sebanyak 100.000 pounds, 100% bahan baku telah digunakan dan 40% biaya konversi
(TKL dan Overhead) telah digunakan. Biaya yang dibebankan pada pekerjaan ini adalah :
Bahan Baku $ 20.000

TKL $ 10.000

Overhead $ 30.000

b.  barang dalam proses akhir, 28 februari sebanyak 50.000 pounds. 100% bahan baku telah digunakan 60% biaya konversi (TKL
dan Overhead) telah digunakan.
jumlah unit yang telah selesai dan ditransfer ke cooking Dept. adalah 370.000 pounds. Biaya yang digunakan selama Februari
adalah :
Bahan Baku $ 211.000

TKL $ 100.000
Overhead $ 270.000
Diminta :

1.susunlah daftar arus fisik barang (physical flow schedule)

2.Susunlah schedule unit ekuivalen

3.Hitunglah biaya unit ekuivalen


4. Hitunglah biaya barang yang sudah selesai dan ditransfer ke Cooking Dept., dan biaya barang dalam proses Akhir
5.Susunlah rekonsiliasi biaya

# JAWAB #

Step 1 : Menghitung schedule arus fisikUnit terhitung :


WIP awal = 100.000

Unit Dimulai (selesai + akhir – awal) = 320.000

TOTAL Unit Terhitung = 420.000

Unit dihitung :
Unit dimulai & selesai = 270.000
(320.000 – 50.000)

WIP awal = 100.000

370.000

WIP akhir = 50.000

420.000

Step 2. Menghitung unit Equivalen

DM CC

Unit dimulai dan selesai 270.000 270.000(+)

WIP, awal

DM (100.000 x 0%) 0 -CC (100.000 x 60%) - 60.000(+)

WIP, akhir

DM (50.000 x 100%) 50.000 -CC (50.000 x 60%) - 30.000

Unit Equivalen 320.000 420.000

Step 3. Menghitung Biaya/Unit

DM : 211.000 / 320.000 = $ 0.66

CC : (100.000 + 270.000) / 360.000 = $ 1.03


Total Biaya / unit = $ 1.69Step
4. Penilaian PersediaanWIP, akhir

DM : $ 0.66 x 50.000 = $ 33.000


CC : $ 1.30 x (60 % x 50.000) = $ 30.900

TOTAL = $63.900

Unit selesai & transfer keluar


Laporan Biaya Produksi Dua Departemenan Metode Rata-rata

METODE HARGA POKOK PROSES

Pengertian Harga Pokok Proses, metode harga pokok proses adalah metode penentuan harga pokok produk dengan cara
mengumpulkan biaya produksi yang terjadi selama 1 periode tertentu kemudian dibagi sama rata kepada produk yang dihasilkan
pada periode yang bersangkutan.

                     Perbedaan Harga Pokok Proses Dengan Harga Pokok Pesanan

No Keterangan Harga pokok proses Harga pokok pesanan


1. Pengumpulan biaya Pada akhir periode Setelah pesanan selesai
Total biaya produksi selama 1 periode
Total biaya produksi suatu pesanan
2. Perhitungan harga pokok dibagi jumlah produk yang dihasilkan
dibagi jumlah produk yang dipesan
pada periode yang bersangkutan
Membedakan biaya langsung dengan
Tidak membedakan biaya langsung biaya tidak langsung
dengan biaya tidak langsung Harga pokok pesanan menggunakan
3. Penggolongan biaya langsung
Harga pokok menggunakan BOP BOP yang dibebankan
sesungguhnya
 
Secara terus menerus karena produk
4. Proses produksi Terputus – putus, tergantung pesanan
ditujukan untuk mengisi pasar
Beraneka ragam jenis dan ukuran
5. Produk yang dihasilkan Merupakan produk standar (homogen)
sesuai dengan selera pemesan

Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan produk
dalam proses pada awal periode berikutnya. PDP ini membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode
sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen yang
bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian, jika dalam periode sekarang dihasilkan produk selesai ditransfer ke
gudang atau ke departemen berikutnya, harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan
menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.

Pengaruh Adanya PDP Awal


Metode Rata - Rata Tertimbang

Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada biaya produksi sekarang, dan
jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang. Dan
digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang atau dengan
cara mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya.

Perhitungan Unit Ekuivalensi;

            UE        =  Unit Selesai + %PDP AkhirPerhitungan harga pokok perunitnya:


aporan Biaya Produksi Dua Departemen Metode FIFO

Metode FIFO

Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal
periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam
periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan unit ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam .
Password absensi gunung_krakatau

Perhitungan unit ekuivalensi:

            UE = %menyelesaikan PDP awal + (unit produk jadi – unit PDP awal) + %PDP akhir

Perhitungan biaya produksi per unit:

           Biaya/unit       =  Biaya Sekarang / unit ekuivalensi


METODE FIF0    DEPARTEMEN 1

Perhitungan Unit Ekuivalensi :

BBB =    (0% x 4.000) + (35.000 – 4.000) + (100% x 9.000 kg) = 40.000 kg


BTK =    (60% x 4.000) + (35.000 – 4.000) + (70% x 9.000 kg) = 39.700 kg
BOP =    (60% x 4.000) + (35.000 – 4.000) + (70% x 9.000 kg) = 39.700 kg

Perhitungan Biaya Produksi/Unit :

Unsur Biaya Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya/unit


BBB 20.200.000 40.000 505
BTK 29.775.000 39.700 750
BOP 37.315.000 39.700 940
Jumlah 87.290.000   2.195
METODE FIF0 DEPARTEMEN 2

Perhitungan Unit Ekuivalensi :

BTK = (80% x 6.000) + (38.000 – 6.000) + (40% x 3.000 kg) = 38.000 kg


BOP = (40% x 6.000) + (38.000 – 6.000) + (80% x 3.000 kg) = 36.800 k

Perhitungan Biaya Produksi/Unit;

Unsur Biaya Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya/unit


HP produk dari Dept 1 77.019.000 35.000 2.201
Biaya yang dikeluarkan di Dept 2
BTK 37.068.000 38.000 975
BOP 44.340.000 36.800 1.205
Jumlah 158.427.000   4.381
 Laporan Biaya Produksi
Satu Departemen

Adalah untuk dapat memahami perhitungan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses, berikut ini diuraikah
contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen
produksi tanpa memperhitungkan adanya persediaan produk dalam proses awal periode. 

Contoh dalam metode ini adalah : 


Misalkan PT Hasta mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi. Jumlah biaya yang dikeluarkan selama
bulan Januari 2008 adalah :
PRODUK HILANG DALAM PROSES AWAL PRODUK

PRODUK HILANG DALAM PROSES PRODUK

            Selama proses produksi berlangsung, ada kemungkinan terjadi produk hilang yaitu apabila jumlah unit yang dimasukkan
dalam proses tidak sesuai dengan yang dihasilkan. Misalnya: Masuk proses 1000 unit, jadi 900 unit dan masih dalam proses 50
unit. Maka ada yang hilang 50 unit.

Produk yang hilang dalam proses didalam laporan harga pokok produksi harus disertakan sebagai pertanggungjawaban (kapan
hilangnya).

Untuk mempermudah penyusunan laporan harga pokok produksi, ada 2 asumsi yang dipakai:

1.     Produk hilang pada awal proses

2.     Produk hilang pada akhir proses

1.   Produk Hilang pada Awal Proses

      Untuk produk hilang pada awal proses, maka dalam penyusunan laporan Harga Pokok Produksi:

·    Unit produk yang hilang tidak dibebani harga pokok karena belum menikmati biaya produksi.

·    Tidak diperhitungkan dalam perhitungan unit ekuivalen

·    Untuk yang hilang di departemen berikutnya, maka harus ada penyesuaian biaya per unit pada departemen berikutnya
tersebut.

Contoh:

PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II.  Kegiatan selama bulan Februari th 2000 adalah sebagai
berikut:

  Dept. I Dept. II
Masuk proses: 1.500 unit 1.250 unit
·      Selesai 1.250 unit 1.100 unit
·      Dalam proses    100 unit    100 unit
·      Hilang awal proses    150 unit      50 unit
BBB Rp. 1.485.000               -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP à BB 100% -
                 TK 70% 40%
                 BOP 50% 60%
Diminta, buat laporan harga pokok produksi Dept. I & Dept. II

Jawab:

1.   Perhitungan harga pokok produksi per unit Dept. I

Biaya Jumlah Ekuivalen Unit HP per Unit


BBB Rp.1.485.000 1.250 +(100 x 100%) = 1.350 Rp.
BTKL  Rp.2.640.000 1.250 +(100 x 70%)   = 1.320 Rp.
BOP Rp.1.170.000 1.250 +(100 x 50%)   = 1.300 Rp. 
Jml  Rp.5.295.000   Rp.
2.   Perhitungan harga pokok barang jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II & barang dalam proses Dept. I

      HP Brg jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II

              1.250 x Rp. 4.000                                                          Rp.5.000.000

      H.P Barang dalam proses Dept. I

      - BBB        = 100 x 100% x Rp. 1.100      = Rp.110.000

      - BTKL     = 100 x 70% x Rp. 2.000        = Rp.140.000

      - BOP        = 100 x 50% x Rp. 900           = Rp.   45.000         Rp.    295.000

      Jumlah biaya produksi bulan Februari                                   Rp. 5.295.000

3.   Laporan H.P Produksi Dept. I

                                                          PT. ABC

                                            Lap. H.P Produksi Dept. I

                                                Bln Februari th 2.000

  Data Produksi

      -   Masuk proses                                                                       1.500    unit

      -   Barang jadi ditransfer ke Dept. II                    1.250   unit

      -   Barang dalam proses                                          100    unit

      -   Hilang (awal proses)                                           150    unit

                                                                                                      1.500    unit

      Pembebanan Biaya Dept. I


      Biaya                                       Jumlah                              Per Unit

      - BBB                                      Rp. 1.485.000                   Rp. 1.100

      - BTKL                                   Rp. 2.640.000                   Rp. 2.000

      - BOP                                      Rp. 1.170.000                   Rp.    900

      Jumlah                                    Rp. 5.295.000                   Rp. 4.000

     

Perhitungan Biaya

      HP Brg jadi Dept. I yang ditransfer ke Dept. II

              1.250 x Rp. 4.000                                                        Rp.        5.000.000

      H.P Barang dalam proses Dept. I

      - BBB        = 100 x 100% x Rp. 1.100= Rp.        110.000

      - BTKL     = 100 x 70% x Rp. 2.000  = Rp.        140.000

      - BOP        = 100 x 50% x Rp. 900     = Rp.          45.000  Rp.       295.000

      Jumlah biaya produksi Dept. I                                           Rp.     5.295.000

DEPT. II             

1.   Penyesuaian perhitungan H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I

      H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I

Rp. 5.000.000 : 1.250                                                        Rp.      4.000

H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I

Setelah adanya produk yang berasal dari Dept. I

Sebanyak 50 unit adalah Rp. 5.000.000: (1.250 – 50)      Rp.      4.166,67

Penysn H.P per unit produk yang berasal dari Dept. I       Rp.       166,67

2.   Perhitungan harga pokok produksi per unit Dept. II (yang ditambah)

Jenis bi      Jumlah                        Ek. Unit                       H.P per    unit

- BTKL    Rp. 2.052.000   1.100 + (100 x 40%) = 1.140   Rp. 1.800

- BOP       Rp. 1.044.000   1.100 + (100 x 60%) = 1.160   Rp.    900

Jumlah      Rp. 3.096.000                                                     Rp.2.700

3.   Perhitungan H.P barang jadi dari Dept. II yang ditransfer ke gudang & H.P     barang dalam proses akhir periode Dept. II
      Harga barang jadi yang ditransfer ke gudang

      -     H.P dari Dept. I : Rp. 4.166,67 x 1.100                 Rp.      4.583.337

      -     Ditambah H.P di Dept. II  : Rp. 2700 x 1.100       Rp.      2.970.000

      H.P barang jadi                                                            Rp.      7.553.337

      H.P barang dalam proses Dept. II

      -     H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.166,67    = Rp. 416.667

      -     Ditambah biaya di Dept. II

BTKL = 100 x 40% x Rp. 1.800            = Rp. 72.000

BOP    = 100 x 60% x Rp.    900            = Rp. 54.000        Rp.   542.667

            Jml biaya komulatif Dept. II                                   Rp.      8.096.004

     

 4.   Laporan H.P Produksi Dept. II

                                                     PT. ABC

                                    Lap. H.P Produksi Dept. II

      Data Produksi

      -   Menerima dari Dept. I                                                  1.250    unit

      -   Ditransfer ke gudang                                                    1.100    unit

      -   BDP akhir                                                                        100    unit

      -   Hilang (awal proses)                                                          50    unit

                                                                                                1.250    unit

      Biaya Yang Dibebankan di Dept. II

      Biaya                                       Jumlah                              Per Unit

      -   H.P dari Dept. I (1250)       Rp. 5.000.000                   Rp. 4.000

      -   Penyusn. H.P/unit karena

          adanya prod. hilang pada

          awal proses                                                                   Rp.   166,67

                                                      Rp. 5.000.000                    Rp.4.166,67

      Biaya yang ditambah di Dept. II

      -   BTKL                                  Rp. 2.052.000                   Rp.    1.800


      -   BOP                                    Rp. 1.044.000                   Rp.       900

          Jumlah                                Rp. 8.096.000                   Rp. 6.866,67

      Perhitungan Biaya

      -   H.P barang jadi yang ditransfer ke gudang

          Rp. 6.866,67 x 1.100                                                     Rp.    7.553.337

      -   H.P barang dalam proses akhir                  

          H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.166,67    =Rp   416.667

      -   Biaya tambahan di Dept. II

          BTKL            = 100 x 40% x Rp. 1800  = Rp    72.000

          BOP              = 100 x 60% x Rp.   900  = Rp    54.000 Rp.      542.667

      Jumlah biaya komulatif di Dept. II                                  Rp.    8.096.004

PRODUK HILANG DALAM PROSES AKHIR PRODUK

PRODUK HILANG DALAM PROSES PRODUK

    

2.   Produk Hilang Akhir Proses

      Asumsi :    a.   Dianggap sudah menikmati biaya produksi


b.     Diperhitungkan sebagai bagian dari unit ekuivalen
c.     Unit yang hilang akan menjadi beban produk jadi
d.     Tidak diperlukan adjustment

Contoh : PT. ABC mengolah produknya melalui dua departemen Produksi I dan II.  Kegiatan selama bulan Februari th 2000
adalah sebagai berikut:

  Dept. I Dept. II
Masuk proses 1.500 unit 1.250 unit
        Selesai 1.250 unit 1.100 unit
        Dalam proses    100 unit    100 unit
        Hilang akhir proses    150 unit      50 unit
BBB Rp. 1.485.000               -
BTKL Rp. 2.640.000 Rp. 2.052.000
BOP Rp. 1.170.000 Rp. 1.044.000
Tk. Penyl BDP à BB 100% -
                 TK 70% 40%
                 BOP 50% 60%
 

Diminta, buat laporan harga pokok produksi Dept. I & Dept. II

      Jawab :

1.   Perhitungan harga pokok produksi per unit


Biaya Jumlah(Rp) Ekuivalen Unit HP/Unit
BBB 1.485.000 1.250 + (100x100%) + 150 = 1.500    990
BTKL  2.640.000 1.250 + (100x70%) + 150 = 1.470 1.795,92
BOP  1.170.000 1.250 + (100x50%) + 150 = 1.450    900,90
Jumlah  5.295.000   3.592,82
2.   Perkiraan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dept. II dan BDP

      H.P barang jadi yang ditransfer ke Dept. II

              1.250 x Rp. 3.592,82                                               =  Rp.      4.491.025

      Penyesuaian harga pokok produk hilang akhir proses

                       150 x Rp. 3.592,82                                         = Rp.             538.923

      H.P produk selesai setelah disesuaikan :

                        1250 x Rp. 4.023,95                                      = Rp.      5.029.948

      H.P BDP akhir periode :

      -     BBB  : 100 x 100% x Rp. 990        = Rp.   99.000

      -     BTKL: 100 x 70% x Rp. 1.795,92  = Rp. 125.714,4

      -     BOP   : 100 x 50% x Rp. 806,90    = Rp.   40.345   = Rp.      265.059,4

                                                                                              =Rp.         5.295.007,4

3.                                                      PT. ABC

                                          Lap. H.P Produksi Dept. II 

      Data Produksi

      Masuk proses                                                                    1.500    unit

      Produk jadi yang ditransfer ke Dep. II                               1.250    unit

      BDP akhir bulan                                                                   100    unit

      Produk hilang akhir proses                                                   150    unit

          Jadi produk yang dihasilkan Dept. I                             1.500    unit

   Biaya Yang Dibebankan di Dept. II

      Jenis Biaya                             Jumlah                              Per Unit

      -   BBB                                    Rp. 1.485.000                   Rp.        990

      -   BTKL                                  Rp. 2.640.000                    Rp. 1.795,92

      -   BOP                                    Rp. 1.170.000                   Rp.    806,90

          Jumlah                                Rp. 5.295.000                   Rp. 3.592,82

Perhitungan Biaya
      H.P produk selesai yang ditransfer ke Dept. II

      1.250 x Rp. 3.592,82                                                    = Rp.      4.491.025

Penyesuaian H.P produk hilang akhir produk

            150 x Rp. 3.592,82                                           = Rp.          538.923

H.P produk selesai yang ditransfer ke Dept. II            = Rp.    5.029.948

      (1.250 x 4.023,95)                                                                 

H.P produk BDP akhir          = BBB     Rp.  99.000

                                              = BTK     Rp.125.714,4

                                              = BOP     Rp.  40.345         Rp.          265.054,4

      Jumlah produksi Dept. I                                             Rp.    5.295.007,4

1.   Perhitungan H.P per unit Dept. II

Biaya Jumlah(Rp) Ekuivalen Unit HP/Unit


BBB  2.052.000 1.100 + (100 x 40%) + 50 = 1.190 Rp 1.724,37
BOP  1.044.000 1.100 + (100 x 60%) + 50 = 1.210 Rp   862,81
Jumlah  3.096.000   Rp 2.587,18
2.   Perhitungan H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang dan BDP akhir

      H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang

            H.P dari Dept. I = Rp. 4.023,95 x 1.100                          Rp.      4.426.345

            H.P yang ditambah di Dept. II : Rp. 2.587,18 x 1.100    Rp.      2.845.898

            H.P produk hilang akhir proses                                                 

                  50 x (Rp. 4.023,95 + Rp. 2.587,18)                           Rp.      330.556,5

            H.P produk selesai yang ditransfer ke gudang             Rp.      7.602.799,5

            H.P persediaan BDP akhir

            H.P dari Dept. I : 100 x Rp. 4.023,95 = Rp. 402.395

            Biaya tambahan Dept. II                       

            BTKL  : 100 x 40% x Rp. 1.724,37    = Rp.    68.975

            BOP     : 100 x 60% x Rp. 862,81      = Rp.    51.768,6= Rp.      523.138,6

            Jumlah biaya produksi di Dept. II                                 =Rp.    8.125.938,1

3.                                                       PT. ABC

                                          Lap. H.P Produksi Dept. II 


      Data Produksi

      Diterima dari Dept. II                                                       1.250    unit

      Produk jadi yang ditransfer ke gudang                            1.100    unit

      BDP akhir                                                                            100    unit

      Produk hilang akhir proses                                                    50    unit

                                                                                                1.250    unit

      Biaya Yang Dibebankan di Dept. II

      Keterangan                             Jumlah                              Per Unit

      H.P dari Dept. I (1.250)          Rp. 5.029.948                   Rp.    4.023,95

      Biaya tambah di Dept. II

      -   BTKL                                  Rp. 2.052.000                   Rp. 1.724,37

      -   BOP                                    Rp. 1.044.000                   Rp.    862,81

          Jumlah                                Rp. 8.125.948                   Rp. 6.611,13

      Perhitungan Biaya

      H.P barang jadi yang ditransfer ke gudang

            1.100 x Rp. 6.611,13                                       = Rp.    7.272.243

      H.P produk hilang  50 x Rp. 6.611,13                  = Rp.    330.556,5

      H.P BDP akhir :

      -   H.P dari Dept. I     = Rp. 4.023,95 x 100  = Rp. 402.395

      -   Biaya tambah di Dept. II

          BTKL                                          = Rp.   68.975

          BOP                                            = Rp.   51.768,6= Rp.    523.138,6

          Jumlah biaya produksi di Dept. II                        = Rp.  8.125.938,1

 
Perhitungan Tambahan Unit Akibat Tambahan Bahan

Anda mungkin juga menyukai