Anda di halaman 1dari 26

STRATEGI PENGUATAN ETIKA DAN INTEGRITAS BIROKRASI

DALAM RANGKA PENCEGAHAN KORUPSI GUNA


MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN

Hj. Sedarmayanti
Guru Besar Universitas Dr. Soetomo Surabaya
sedarmayanti@yahoo.co.id
Nita Nurliawati
Dosen STIA LAN Bandung Jl. Cimandiri No. 34-38 Bandung
nitanurliawati@yahoo.com

Abstract
Bureucracy ethics and integrity become the public issue recently. This article copes to analyze reflectively about
ethics and bureaucracy integrity problems with various perspective. Recognition, understanding, and implementation of
the ethics infrastructure in bureaucratic life, become an important part of the effort of prevention corruption in order to
enhance service quality. The availability of guideline, handling system and apparatus management correctly also
becomes one of the ethics and bureaucracy integrity reinforcement strategies. Those things are not separated from the
purpose of bureaucratic reform that government claimed.
Keywords: Ethics, Integrity, Corruption, Service Quality

A. PENDAHULUAN mendapat skor angka 32. Artinya secara


Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan regional, Indonesia masih berada di posisi
oleh perilaku birokrasi yang menjadi motor terendah dibanding Singapura (Skor IPK 87),
penggerak utama pencapaian visi-misi negara. Brunei Darussalam (55), Malaysia (49), Thailand
Aristotle menyatakan bahwa perilaku birokrasi (37), Filipina (34), bahkan dibanding dengan
mencerminkan model bagaimana seharusnya Timor Leste (33) yang merupakan negara
publik berpikir dan bertindak seperti baru.Hal tersebut menunjukkan titik kritis
dicontohkan oleh mereka yang berada di pengelolaan kehidupan berbangsa dan
lingkungan pemerintahan.Dengan demikian bernegara.
para aparatur negara dan birokrasi berperan Tuntutan terwujudnya birokrasi yang
sebagai guru.Tuntutan kondisi saat ini justru beretika, berintegritas, serta bebas dari KKN
memperlihatkan realitas yang memprihatinkan. (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)mendesak
Etika dan integritas aparatur, termasuk untuk direalisasikan. Namun,upaya
birokrasi, tengah menjadi sorotan publik. menegakkan etika dan integritas birokrasimasih
Berdasarkan data dari Komisi menghadapi banyak tantangan, antara lain
Pemberantasan Korupsi, sejak tahun 2004 masih tingginya pelanggaran disiplin dan
sampai September 2012 sudah ada 339 terdakwa penyalahgunaan kewenangan, belum dipahami
koruptor yang ditahan meliputi: 103 orang dan diimplementasikannya peraturan
pejabat Eselon I, II, dan III; 64 orang anggota perundangan secara konsisten, sistem
DPR dan DPRD; 58 orang Bupati/Walikota; pengendalian di berbagai tingkatan yang belum
dan58 orang pihak swasta. Jumlah tersebut terus efektif, serta masih rendahnya kualitas sumber
mengalami peningkatan seiring mencuatnya daya manusia aparatur.
berbagai kasus pelanggaran etika dan korupsi. Perilaku birokrasi yang bersih, berwibawa,
Bahkan jumlah pejabat daerah yang bermasalah dan beretika yang menjadi dambaan semua
menurut data Kementrian Dalam Negeri sampai pihak ditentukan oleh banyak faktor. Termasuk
akhir November 2012 mencapai 1.091 orang. komitmen, kompetensi, dan konsistensi semua
Jumlah tersebut meliputi 767 berstatus kalangan untuk berpartisipasi dalam
terpidana, 105 terdakwa, dan 173 tersangka, 284 penyelenggaraan dan pengawasan tata kelola
diantaranya adalah kepala daerah termasuk 17 negara, mencakup unsur aparatur negara, dunia
gubernur. usaha, maupun masyarakat. Bahkan guna
Data terbaru Indeks Persepsi Korupsi (IPK) mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
atau Corruption Perception Index (CPI) yang dirilis kuat,peran aktor internasional menjadi suatu
Transparency International Indonesia (TII) pada keniscayaan. Kolaborasi keempat unsur tersebut
Desember 2012 menunjukkan bahwa Indonesia diperlukan dalam upaya penguatan etika,

337
integritas, profesionalitas, etos kerja, dan moral terpelihara dalam budaya kerja berbentuk
para aparatur negara. kebiasaan atau rutinitas berdasarkan prinsip
Sebagaimana diyakini bersama bahwa “business as usual”. Hal tersebut dinilai kurang
pelanggaran etika dan persoalan korupsi yang relevan dengan tuntutan perkembangan zaman
melibatkan birokrasi atau aparatur negara, yang membutuhkan sikap pelayanan responsif,
mengindikasikan adanya persoalan besar proaktif, didukungaplikasi teknologi tepat guna
bangsa.Hal itu didasarkan pada realita sehingga dapat mengakses kecepatan dan
bahwabirokrasi merupakan ujung tombak ketepatan, untuk berkompetisi dalam tataran
penyelenggaraan negara.Oleh karenanya global berlandaskan transparansidan
berbagai upaya perlu terus dilakukan guna akuntabilitas.
memperbaiki kehidupan birokrasi. Salah Berbagai cerita sukses berwujud best
satunya melalui program reformasi birokrasi. practices pelayanan publik terus diresonansikan
Tujuan akhir reformasi birokrasi yaitu seiring bergulirnya program percepatan
terciptanyakualitas pelayanan prima yang dapat reformasi birokrasi. Hal ini tidak jarang
dinikmati semua pihak.Hal itu berdasarkan menyisakan kontroversi pertanyaan dan
keyakinan bahwa terdapat sinergi positif dan pernyataan sikap tentang tingkat kepatuhan
hubungan erat antara reformasi birokrasi terhadap aturan perundangan yang berlaku
dengan penyelenggaraan pelayanan berdasarkancara pandang administrasi publik
publik.Setiap penyelenggara negara merupakan klasik (old public administration).
pelayan publik dari tingkat tinggi sampai jajaran Apabila selama inidominasi pijakan hukum
paling rendah. Dengan demikian penataan tertulis menjadi acuan utama pengambilan
birokrasi secara konsisten sebagaimana keputusan/tindakan yang mensyaratkan
dimaksud dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 kepatuhan dalam kehidupan birokrasi serta
tentang Penyelenggaraan Negara yang keseluruhan proses penyelenggaraan
Bersih,Bebas dari Korupsi, Kolusi dan pemerintahan, bagaimana halnya dengan peran
Nepotisme mengamanatkan setiap hukum tidak tertulis seperti etika, moral dan
penyelenggara negara untuk mendahulukan integritas guna membangkitkan kesadaran
kesejahteraan umum melalui caraaspiratif, perilaku yang baik dan benar? Berpijak pada
akomodatif, dan selektif, diharapkan dapat tuntutan sekaligus tantangan yang dihadapi
meningkatkan kualitas pelayanan publik secara birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan,
otomatis. maka tulisan ini kemudian mencoba
Sejalan dengan itu, pemerintah juga menguraikan dan merefleksikan filosofis nilai
melakukan berbagai strategi akselerasi gerakan yang terkandung dalam etika dan integritas
reformasi birokrasi melalui serangkaian birokrasi dalam rangka mencegah korupsi dan
stimulus inovatif danpositif. Hal tersebut meningkatkan kualitas pelayanan.
mengindikasikan adanya semangat“berlari
kencang” guna mencapai target reformasi
birokrasi yang bermuara pada peningkatan B. ETIKA DAN INTEGRITAS BIROKRASI
kualitas pelayanan publik. Perbaikan kualitas Etika yang berasal dari bahasa Yunani “ethos”
pelayanan publik melalui upaya reformasi merujuk pada karakter, watak, kesusilaan atau
birokrasi harus segera diwujudkan guna adat istiadat. Dalam konteks perilaku manusia,
mengantisipasi tantangan persaingan global etika merupakan ajaran untuk dapat
yang semakin tidak mudah di masa yang akan membedakan yang benar dan salah. Pengertian
datang. etika dibatasi dengan dasar nilai moral
Berbagai terobosan strategis dalam menyangkut apa yang diperbolehkan atau tidak
pelayanan publik yang mengarah pada diperbolehkan, baik atau tidak baik, pantas atau
pelaksanaan prinsip “mission driven rather than tidak pantas pada perilaku manusia
rule driven” semakin dimungkinkan dan sering (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1989: 205).
diharapkan para pemangku kepentingan. Oleh karena itu etika berkaitan dengan nilai
Rangsangan berpikir dan bertindak “out of the individu, kelompok maupun masyarakat
box” berlandaskan pertimbangan nilai yang tentang tata cara hidup yang dirasa baik serta
dapat dipertanggungjawabkan, bermanfaat berlangsung dari generasi ke generasi melalui
dalam skala luas dan berperspektif jangka pewarisan sistem nilai.
panjang menjadi salah satu cara Etika berhubungan erat dengan moral,
untukmengubah mindset birokrasi yang meskipun ruang lingkup moral lebih

338
sempit.Etika tidak mempunyai kewenangan dan kemanusiaan meski berlandaskan norma
untuk memerintah/melarang suatu tindakan, yang tidak tertulis sekalipun.
namun etika hanya mengajarkan struktur dan Realisasinya dalam praktik kehidupan
teknologinya. Berbeda halnya dengan moral berbangsa, bernegara, bermasyarakat, bahkan
yang dapat berperan sebagai buku pedoman, kehidupan keluarga dan pribadi, manusia
mengarahkan bagaimana seharusnya individu acapkali dihadapkan pada dilema etis yang
bertindak dan mempergunakan suatu alat dalam memungkinkannyasecara “terpaksa” bertindak
mengambil suatu keputusan. Keberadaan moral di luar kebiasaan. Perilaku demikian
terkadang terletak di luar ketaatan kepada dimungkinkan apabila berpijak pada alasan
peraturan. Dengan demikian moral merupakan yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara
karakter dan sifat individu yang khusus, individu, dalam hubungannya dengan
merujuk pada tingkah laku spontan, seperti rasa kepentingan publik, serta atas dasar keyakinan
kasih, kemurahan hati, kebesaran jiwa, terhadap kebenaran ajaran Tuhan.Namun
kejujuran, kebenaran, kebaikan, kebebasan, pernyataan sikap demikian bukan hanya
kesetaraan, keadilan yang semuanya bersifat memerlukan pengambilan keputusan yang
universal dan terkadang tidak ada dalam aturan bersikap reaktif atauresponsif, tetapi juga
hukum. membutuhkan tahap pemikiran reflektif dan
Berawal dari kondisi lemahnya etika dan fundamental.
integritas birokrasi yang menjadi sorotandan Disinilah peran etika dan moral dalam
perdebatan publik, maka pemahaman tentang membimbing tindakan manusia menghadapi
etika memerlukan pemikiran kritis disamping kompleksitas serta keberagaman masalah yang
sisi rasionalitas. Pengambilan sumpah jabatan di menuntut pengambilan keputusan/tindakan
dalam hotel prodeo pada tersangka kasus cepat, tepat, dan menghindari konflik
korupsi, pengangkatan kembali mantan kepentingan, terutama dalam konteks
terpidana kasus korupsi menjadi pejabat publik, kehidupan aparatur di ranah publik. Seperti
pernikahan siri pejabat publik yang sangat dikemukakan Maani dan Cavana (2000) tentang
singkat, merupakan sebagian kecil potret Teori Gunung Es (The Iceberg Theory) dalam
birokrasi yang mengundang daya kritis publik. melihat situasi atau permasalahan berikut
Etika seharusnya mengarahkan keputusan/ tingkat pemikiran dan penanganannya ada pada
tindakan manusia, bukan atas nama hukum Gambar 1.
semata, mengikuti perintah leluhur, guru, orang Korupsi dan pelanggaran etikadilihat sebagai
tua, atau atasan, melainkan tumbuh berdasarkan suatu kasus/kejadian (event) yang sebenarnya
kesadaran bahwa yang dilakukan adalah baik, merupakan perilaku terpola (pattern of behavior)
benar, buruk, atau salah, untuk diri, orang lain berdasarkan kebiasaan yang hampir
maupun berdasarkan keyakinan dan membudaya, dipengaruhi berbagai faktor yang
kepercayaan kepada Tuhan YME. Kesemuanya bersifat sistemik dan terstruktur (structure
itu tiada lain guna mengarahkan proses systemic) sehingga penanganannya bukan hanya
kehidupan menuju acuan kebenaran, kebaikan, memerlukan sikap reaktif seperti halnya

Tingkat Pemikiran

Reaktif
Event

Pattern of Responsif
Behavior

Structure Systemic Reflektif

Mental Model Fundamental

Gambar 1. The Iceberg Theory


Sumber: Maani & Cavana, 2000

339
pemberian sanksi/hukuman.Bahkan masyarakat umum; 3) peraturan formal; 4)
penanganan yang bersifat responsif berupa lingkungan pekerjaan; 5) lingkungan
evaluasi dan formulasi peraturan baru juga ketetanggaan; 6) lingkungan keluarga; 7) hati
dinilai belum cukup. Lebih dari itu diperlukan nurani individual (Saefullah, 2010). Etika umum
pemikiran generatif melalui upaya refleksi berisi prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi
tentang bagaimana seharusnya tindakan manusia secara universal.Batasannya adalah
pencegahan merebaknya perilaku negatif lingkungan masyarakat.
tersebut supaya mencapai akar permasalahan Sedangkan etika khusus berisi prinsip-
yang bersifat fundamental melalui perubahan prinsip dasar yang dikaitkan dengan tanggung
pola pikir/mindset/culture-set atau mental model. jawab manusia sebagai anggota masyarakat,
Pendidikan yang bersifat holistik dan berlaku dalam suatu lembaga/kegiatan,
integratif, mencakup pendidikan karakter yang biasanya berbentuk kode etik. Sumber etika
mengarah pada proses penguatan keseimbangan khusus pejabat publik, aparatur, dan birokrasi
aspek intelektual, emosional maupun spiritual meliputi: 1) agama; 2) ideologi negara; 3) UUD
melalui keselarasan peran keluarga, sekolah dan 1945; 4) UU/Perpu; 5) ketentuan formal lainnya;
masyarakat, perlu terus dikembangkan dan 6) peraturan internal organisasi; dan 7) perintah
ditingkatkan. Penguatan pemahaman etika dan atasan, yang terwujud dalam perilaku pejabat
integritas menjadi bagian penting tanggung publik dan aparatur negara diadaptasikan
jawab pendidikan yang mengarahkan proses dengan norma umum masyarakat. Gambar 2
pengkajian permasalahan atau kejadian tidak berikut sumber etika khusus pejabat publik &
hanya bersifateksplisit dan reaktif. Namun, aparatur negara.
penguatan pemahaman etika dan integritas Berdasarkan hierarki sumber etika,baik yang
mencakup peningkatan kesadaran moralyang bersifat umum maupun khusus, terlihat bahwa
berada pada lapisan dasar, bersifat implisit dan agama memegang peranankunci,menempati
menjadi basis fundamental perwujudan pola posisi utama dan pertama.Oleh karena itu
perilaku. kecenderungan pendidikan yang memisahkan
Pemahaman mengenai etika dibedakan ajaran agama dengan realitas kehidupan nyata
menjadi etika umum dan etika khusus.Sumber atau dikenal dengan paham sekuler, perlu
etika umum meliputi: 1) agama; 2) lingkungan mendapat perhatian dan dikaji ulang. Hal

Agama

Ideologi Negara

UUD 1945

UU/Perpu

Ketentuan Formal Lain

Peraturan Internal Lembaga

Perintah Atasan Norma Umum Masyarakat

Perilaku Pejabat Publik


& Aparatur Negara

Gambar 2. Sumber Etika Pejabat Publik & Aparatur Negara


Sumber: Saefullah, 2010.

340
tesebut dapat menyebabkan semakin perwujudan penghargaan/sanksi,dan tidak
menebalnya sekat pemisah atau pengkotakkan secepat pelaksanaan perintah atasan.
pemahaman nilai ideal dengan aspek Cara pandang demikian dipengaruhi oleh
pragmatisme. pemahaman dan kesadaran melihat
Apabila mencermati hierarki sumber etika permasalahan berdasarkan tingkat
umum,terlihat bahwa posisi agama berada di permukaannya saja, melalui cara berpikir
puncak, dan hati nurani berada pada pangkalan reaktif dengan melihat sisi pragmatis atau
terdekat individu, keduanya seolah terpisah kepraktisan yang terkadang bersifat sesaat atau
jarak yang cukup jauh. Tersekat realitas bermanfaat dalam jangka pendek. Dampak dari
lingkungan sekitar yang menjanjikan sisi penanganan suatu masalah/gejala yang
kepraktisan. Padahal hakikatnya, agama dan berorientasi pada aspek pragmatisme bahkan
hati nurani merupakan dua hal yang sifatnya hedonisme, terkadang baru dapat dievaluasi dan
melekat, sangat dekat, dan merupakan aspek dijadikan bahan pembelajaran dalam kurun
fundamental pedoman pengambilan waktu beberapa tahun kemudian. Oleh sebab itu
keputusan/tindakan. perubahan kebiasaan pengambilan
Begitu halnya apabila mencermati sumber keputusan/tindakan berkenaan dengan pola
etika khusus aparatur dan pejabat publik. perilaku dan pola pikir, memerlukan bimbingan
Landasan agama bersifat mutlak,menjadi secara terus menerus melalui proses pendidikan,
sumber utama acuan penetapan ideologi negara pelatihan serta pembelajaran yang bersifat
dan berbagai bentuk turunan peraturan komprehensif.
perundangan lainnya. Namun yang menarik Meskipun demikian, dalam tataran praktik,
dalam kehidupan birokrasi, perintah atasan etika Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam
yang letaknya paling dekat dengan individu kehidupan bernegara, berorganisasi,
aparatur, seringkali menjadi pedoman dan bermasyarakat, terhadap diri sendiri, dan
pertimbangan utama pengambilan keputusan/ sesama PNS, secara rinci telah diatur dalam
tindakan dibandingkan sumber etika di atasnya. Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2004 tentang
Tentu saja perintah atasan yang mengarah pada Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai
berbagai hal positif, memerlukan tingkat Negeri Sipil. Peraturan pemerintah tersebut
kepatuhan berupa tindakan reaktif atau mengatur etika PNS sebagai berikut:
responsif. Masalah acapkali muncul apabila 1) Etika bernegara meliputi:
perintah atasan mengarah pada kecenderungan  Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan
hal yang bersifat negatif atau menimbulkan Undang Undang Dasar Republik
potensi pertentangan dengan berbagai Indonesia Tahun 1945;
peraturan perundangan di atasnya. Situasi  Mengangkat harkat dan martabat bangsa
dilematis demikian sering terjadi dalam praktik dan negara;
keseharian kehidupan birokrasi dan pola pikir  Menjadi perekat dan pemersatu bangsa
linier nampaknya masih mendominasi dalam NKRI;
pertimbangan pengambilan keputusan/  Mentaati semua peraturan perundang-
tindakan, dimana para birokrat, pejabat publik, undangan yang berlaku dalam
dan aparatur cenderung lebih takut serta lebih melaksanakan tugas;
menghormati perintah atasan dibanding  Akuntabel dalam melaksanakan tugas
perintah agama, amanat Pancasila, UUD 1945 penyelenggaraan pemerintahan yang
atau aturan perundangan lainnya yang lebih bersih dan berwibawa;
tinggi.  Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat serta
Perintah atasan,karena jaraknya paling dekat tepat waktu dalam melaksanakan setiap
dengan aparatur dibanding sumber etika kebijakan dan program pemerintah;
lainnya, sifatnya pun lebih konkrit.  Menggunakan atau memanfaatkan semua
Artinya,apabila mengikuti atau melanggar sumber daya negara secara efisien dan
perintah atasan, penghargaan/sanksi (reward/ efektif;
punishment) dapat langsung terlihat dan  Tidak memberikan kesaksian palsu atau
dirasakan dalam kurun waktu tidak terlalu lama. keterangan yang tidak benar.
Berbeda halnya dengan perintah/larangan 2) Etika berorganisasi meliputi:
agama yang bersifat abstrak. Begitu pula dengan  Melaksanakan tugas dan wewenang
pelaksanaan peraturan perundangan lainnya sesuai ketentuan yang berlaku;
yang memerlukan proses lebih lama dalam  Menjaga informasi yang bersifat rahasia;

341
 Melaksanakan setiap kebijakan yang horisontal dalam suatu unit kerja, instansi,
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang; maupun antar instansi;
 Membangun etos kerja untuk  Menghargai perbedaan pendapat;
meningkatkan kinerja organisasi;  Menjunjung tinggi harkat dan martabat
 Menjalin kerjasama secara kooperatif PNS;
dengan unit kerja lain yang terkait dalam  Menjaga dan menjalin kerja sama yang
rangka pencapaian tujuan; kooperatif sesama PNS;
 Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan  Berhimpun dalam satu wadah Korps
tugas; Pegawai Republik Indonesia yang
 Patuh dan taat terhadap standar menjamin terwujudnya solidaritas dan
operasional dan tata kerja; soliditas semua PNS dalam
 Mengembangkan pemikiran secara kreatif memperjuangkan hak-haknya.
dan inovatif dalam rangka peningkatan
kinerja organisasi; Dengan demikian dalam pelaksanaan tugas
 Berorientasi pada upaya peningkatan kedinasan dan kehidupan sehari-hari, setiap
kualitas kerja. PNS wajib bersikap dan berpedoman pada etika
3) Etika bermasyarakat mencakup: PNS. Selain itu, pemberlakuan Peraturan
 Mewujudkan pola hidup sederhana; Pemerintah No. 53 tahun 2010 yang menjelaskan
 Memberikan pelayanan dengan empati, adanya 17 kewajiban dan 15 larangan bagi PNS,
hormat, dan santun tanpa pamrih dan memerlukan penguatan etika ke dalam bentuk
tanpa unsur pemaksaan; integritas. Penguatan dimaksud diantaranya
 Memberikan pelayanan secara cepat, melalui penyelarasan pemahaman,
tepat, terbuka, dan adil serta tidak pembangunan komitmen, penegakkan hukum/
diskriminatif; sanksi dan pemberian reward/penghargaan
 Tanggap terhadap keadaan lingkungan yang layak, tepat, serta akurat bagi para aparatur
masyarakat; termasuk PNS.
 Be r or i e n t a si k e p a da p e n i n g k a t a n Berbeda halnya dengan etika yang mengarah
kesejahteraan masyarakat dalam pada acuan nilai dan norma yang dijadikan
melaksanakan tugas. pedoman dalam mengambil keputusan untuk
4) Etika terhadap diri sendiri meliputi: bertindak, pemahaman integritas merujuk pada
 Jujur, terbuka serta tidak memberikan kejujuran dan kebenaran yang merupakan
informasi yang tidak benar; akurasi dari tindakan seseorang. Integritas
 Bertindak dengan penuh kesungguhan didefinisikan sebagai kondisi menceritakan
dan ketulusan; kebenaran pada diri sendiri (Said, 2012).
 Menghindari konflik kepentingan Integritas merupakan konsep yang
pribadi, kelompok, maupun golongan; menunjukkan konsistensi tindakan, nilai dan
 Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas sikap. Integritas merupakan kebalikan dari
pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, kemunafikan. Dalam konteks akuntabilitas,
dan sikap; integritas berfungsi sebagai ukuran kesediaan
 Memiliki daya juang yang tinggi; menyesuaikan sistem nilai untuk memelihara
 Memelihara kesehatan jasmani dan atau meningkatkan konsistensi. Gostik dan
rohani; Telford (2003) mengutarakan sepuluh
 Menjaga keharmonisan dan keutuhan karakteristik yang secara konsisten
keluarga; diperlihatkan oleh orang-orang berintegritas:
 Berpenampilan sederhana, rapih, dan  Menyadari bahwa hal-hal kecil itu penting
sopan.  Menemukan yang benar (saat orang lain
hanya melihat warna abu-abu)
5) Etika terhadap sesama PNS meliputi:  Bertanggung jawab
 Saling menghormati sesama warga negara  Menciptakan budaya kepercayaan
yang memeluk agama/kepercayaan yang  Menepati janji
berlainan;  Peduli terhadap kebaikan yang lebih besar
 Memelihara rasa persatuan dan kesatuan  Jujur namun rendah hati
sesama PNS;  Bertindak bagaikan tengah diawasi
 Saling menghormati antara teman  Mempekerjakan integritas
sejawat, baik secara vertikal maupun  Konsisten

342
berlaku dalam bentuk etika publik.Nilai dasar
Pentingnya integritas tercermin dalam birokrasi yang dikenal sehari-hari oleh PNS
sebuah ungkapanyang menyatakan bahwa merupakan nilai yang hidup dan berkembang
“when you are looking at the characteristics on how to dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara,
build your personal life, first comes integrity; second, dan berbangsa, yaitu:
motivation; third, capacity; fourth, understanding; 1) Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
fifth, knowledge; and last & least, experience”. 2) Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan
Integritas menempati posisi pertama yang UUD 1945;
mencerminkan karakteristik individu dalam 3) Semangat nasionalisme;
membangun kehidupan pribadinya, diikuti 4) Mengutamakan kepentingan negara di atas
motivasi, kapasitas, pemahaman, pengetahuan, kepentingan pribadi dan golongan;
dan pengalaman. Bahkan lebih lanjut dinyatakan 5) Ketaatan terhadap hukum dan peraturan
bahwa: “without integrity, motivation is dangerous; perundang-undangan;
without motivation, capacity is impotent; without 6) Penghormatan terhadap hak asasi;
capacity, understanding is limited; without 7) Tidak diskriminatif;
understanding, knowledge is meaningless; without 8) Profesional, netral, dan bermoral tinggi; serta
knowledge, experience is blind”. Tanpa integritas 9) Semangat.
motivasi bisa menjadi bahaya, tanpa motivasi
kapasitas menjadi tidak berdaya, tanpa kapasitas
pemahaman menjadi terbatas, tanpa B. PENGUATAN ETIKA DAN INTEGRITAS
pemahaman pengetahuan menjadi tidak BIROKRASI MELALUI INFRA-
bermakna, tanpa pengetahuan pengalaman STRUKTUR ETIKA
menjadi buta. (http://www.divinecaroline. Penguatan etika dan integritas birokrasi
com/22188/109356-integrity) dalam upaya pencegahan korupsi merujuk pada
Birokrasi berintegritas manakala bertindak konsep berpikir Organization for Economic
konsisten, sesuai dengan nilai dan kebijakan Cooperation and Development (OECD, 1996).
organisasi serta kode etik profesi PNS. Konsep ini menekankan pada tiga infrastruktur
Berkenaan dengan aspek akuntabilitas, maka etika yaitu: Pedoman, Sistem Pengendalian, dan
integritas berfungsi sebagai ukuran kesediaan Pengelolaan.
menyesuaikan sistem nilai untuk memelihara Pedoman, mengatur kode etik, internalisasi
atau meningkatkan konsistensi. kode etik dan komitmen pemimpin.Sistem
Pentingnya etika dan integritas birokrasi pengendalian mengatur kerangka peraturan
memerlukan pemahaman lebih jauh tentang perundangan, sistem akuntabilitas, pengawasan
konsep dan karakteristik birokrasi. Birokrasi masyarakat. Pengelolaan mengatur bagaimana
merupakan jenis organisasi yang dirancang sebaiknya manajemen PNS dilaksanakan, mulai
untuk menangani tugas administrasi dalam rekruitmen, sampai pensiun, termasuk
skala besar serta mengkoordinasikan pekerjaan pengaturan sistem remunerasi, serta
orang banyak secara sistematis (Blau dan Meyer, pengelolaan lembaga/unit kerja yang
1971). Birokrasi menjadi kontributor terkemuka bertanggungjawab dalam penguatan etika dan
dalam pengembangan teori perilaku organisasi. integritas birokrasi. Infrastruktur etika
Birokrasi diperlukan dalam negara dengan digambarkan pada Gambar 3.
berbagai alasan: Infrastruktur etika menjadi suatu kebutuhan
1) Birokrasi merupakan struktur sosial yang manakala penyelenggaraan pemerintahan yang
terorganisir secara rasional dan formal; bersih dari KKN (Korupsi, Kolusi dan
Jabatan-jabatan dalam organisasi Nepotisme) sampai saat inimasih belum sesuai
diintegrasikan ke dalam keseluruhan harapan. Masalah yang muncul berkaitan
struktur birokrasi. lemahnya etika dan integritas birokrasi, seperti
2) Birokrasi disusun sebagai hierarki otoritas ditunjukkan dengan belum optimalnya
yang terelaborasi, mengutamakan implementasi peraturan perundangan
pembagian kerja secara rinci, yang dilakukan pencegahan korupsi, belum terwujudnya sistem
melalui sistem administrasi, khususnya oleh akuntabilitas yang efektif, serta masih
aparatur pemerintah. lemahnyapengawasan masyarakat dan
komitmen pemimpin.
Etika dan integritas birokrasi merujuk pada Berkenaan dengan pelayanan publik, salah
pembangunan standar/norma/moralitas yang satu kelemahan mendasar yang ditemukan

343
INFRASTRUKTUR ETIKA

PEDOMAN SISTEM PENGENDALIAN PENGELOLAAN


 Kode Etik  Kerangka Peraturan  Manajemen PNS (sejak
 Internalisasi Kode Etik Perundangan rekrutmen s.d. pensiun
 Komitmen Pemimpin  Sistem Akuntabilitas & sistem remunerasi)
 Pengawasan Masyarakat  Lembaga/Unit yang
bertanggung jawab

Gambar 3.
Infrastruktur Etika
Sumber: OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)

menyangkut masalah moralitas. Etika dan 8) Masyarakat sipil yang aktif (an active civic
moralitas sering dilihat sebagai elemen yang society). Termasuk peran media sebagai
kurang berkaitan dengan dunia pelayanan pengawas aktivitas pemerintah.
publik.Padahal etika merupakan salah satu
elemen sangat menentukan bagi Delapan elemen tersebut diaplikasikan
keberlangsungan organisasi birokrasi yang untuk melayani 3 fungsi:
bebas korupsi. Birokrasi yang beretika dapat 1) Pengendalian (control)
meningkatkan kepuasan publik yang dilayani, Pengendalian dicapai melalui 3 elemen:
sekaligus mendukung keberhasilan organisasi kerangka legal yang memungkinkan
pelayanan publik. Permasalahan tersebut tidak investigasi independen, mekanisme
bersifat mandiri, namun saling terkait sehingga akuntabilitas yang efektif dan keterlibatan
penyelesaiannya harus dilakukan pemerintah pengawasan publik.
secara komprehensif. Delapan elemen danfungsi 2) Pedoman (guidance)
infrastruktur etika menurut OECD meliputi: Pedoman dicapai melalui 3 elemen:
1) Komitmen politis (political commitment). komitmen yang diartikulasikan dari
Politisi harus menyatakan bahwa etika kepemimpinan, kode etik perilaku yang
penting, menjadi pedoman/contoh dan mengekspresikan nilai-nilai dan standar,
mendukung perilaku yang baik dengan aktivitas sosialisasi profesional.
sumber yang memadai; 3) Pengelolaan (management). Perealisasian
2) Kerangka hukum yang efektif (effective legal melalui 2 elemen: kondisi pelayanan publik
framework). Didalamnya mencakup berbagai yang didasarkan kebijakan sumber daya
aturan hukum yang mengatur standar manusia efektif dan koordinasi infrastruktur
perilaku dan penegakkan implementasinya; melalui badan pengelolaan, lembaga/
3) Mekanisme akuntabilitas yang efisien lembaga kode etik.
(efficient accountability mechanisms).
Mencakup prosedur administratif, audit, Penerapan tiga fungsi tersebut sangat
evalusi kinerja lembaga, konsultasi dan tergantung kepada konteks negara masing-
mekanisme mengatasi kegagalan/ masing, khususnya konteks budaya dan
penyimpangan; administratif politis. Kombinasi antara elemen
4) Aturan perilaku (code of conduct). Mencakup: dengan fungsi diutarakan pada kerangka
pernyataan nilai-nilai, peranan, tanggung infrastruktur etika pada Gambar 4.
jawab, kewajiban dan pembatasan; Selanjutnya infrastruktur etika mencakup:
5) Mekanisme sosialisasi yang profesional pedoman, sistem pengendalian dan
(professional socialisation mechanisms). pengelolaan. Hal tersebut diuraikan sebagai
Meliputi: pendidikan dan pelatihan; berikut:
6) Kondisi pelayanan publik yang mendukung 1. Pedoman
(supportive public service conditions). Menurut OECD, pedoman infrastruktur etika
Pelayanan adil, wajar, pembayaran wajar, mencakup kode etik perilaku, internalisasi kode
aman; etik, serta komitmen kepemimpinan. Pedoman
7) Lembaga koordinasi etika (an ethics co- digunakan sebagai landasan berperilaku yang
ordinating body); diuraikan sebagai berikut:

344
Public
Involvement
and scrunity

Commitment

Legislative Framework Control Accountability & Control

Codes of Conduct Guidance Professional Socialisation

Coordinating Body Management Public Service Conditions

Gambar 4.
Kerangka Infrastruktur Etika
Sumber: OECD, 1996

a. Kode Etik kode etik melalui refleksi pribadi dan dialog


Kode etik adalah sistem norma, nilai dan antar individu. Refleksi dan dialog
aturan profesional tertulis, yang secara tegas merupakan dua kata kunci merumuskan
menyatakan apa yang benar dan baik, atau kode etik yang reliable; ketiga, perlu adanya
apa yang tidak benar dan tidak baik bagi kepemimpinan yang kuat dalam
seseorang yang menyandang profesi tertentu membangun etika organisasi melalui
(professional). Tujuan perumusan kode etik penciptaan, pembelajaran dan pelatihan
yaitu agar terwujud profesionalisme dengan pengambilan keputusan berdasarkan
memberikan jasa terbaik kepada pemakai, pertimbangan prioritas moral dalam setiap
nasabah, atau publik yang dilayani. Kode etik kebijakan organisasi. Tentu saja
mencegah perbuatan tidak profesional yang pertimbangan moral yang diambil pemimpin
merupakan ketaatan naluriah bersatunya yang kompeten berpijak pada argumentasi
pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. dan landasan filosofis kuat, didukung
Ketaatan itu terbentuk dari setiap orang kemampuan berkomunikasi melalui dialog
bukan karena paksaan. Meskipun demikian yang penuh makna sehingga memperkuat
kode etik bukan merupakan aturan yang pemahaman dan kesadaran penerapan code of
kaku, tetapi dapat disesuaikan dengan ethics sebagai code of conduct.
perkembangan zaman. Kode etik disusun Berdasarkan ketentuan kode etik dalam
oleh organisasi profesi sehingga setiap Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004
keahlian tugas memiliki kode etik tersendiri. tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik
Contohnya kode etik: dokter, guru, Pegawai Negeri Sipil, pejabat pembina
pustakawan, pengacara. Pelanggaran kode kepegawaian masing-masing instansi
etik diadili oleh pengadilan, namun menetapkan kode etik instansi, dan
melanggar kode etik tidak selalu berarti organisasi profesi di lingkungan Pegawai
melanggar hukum. Negeri Sipil menetapkan kode etiknya
Bailey dalam Denhardt (1995) masing-masing. Kode etik masing-masing
menjelasakan tiga tahapan membangun dan instansi disusun dan ditetapkan berdasarkan
merealisasikan kode etik yaitu: pertama, karakteristik masing-masing instansi dan
perlu adanya pengertian yang bersifat organisasi profesi.PP No. 42 Tahun 2004 juga
filosofis tentang prinsip-prinsip yang mengamanatkan pembentukan majelis kode
mendasari pembentukan kode etik. Hal etik di tiap instansi yang bertugas
tesebut mencerminkan pentingnya menegakkan kode etik. Majelis ini
argumentasi yang bersifat fundamental dan memberikan pertimbangan kode etik kepada
mendasar, diiringi nalar berbentuk sound of pejabat yang berwenang mengambil
reasoning; kedua, perlu adanya keterlibatan keputusan atas pelanggaran kode etik yang
aktif yang bersifat konsisten tentang dilakukan Pegawai Negeri Sipil.
pertimbangan-pertimbangan etis perumusan

345
b. Internalisasi Kode Etik sikap mental dankepribadian. Pada tahap
Secara etimologis, internalisasi menunjuk ini komunikasi kepribadian berperan
pada proses yaitu proses memasukkan aspek secara aktif.
nilai etika berwujud kode etik ke dalam diri
individu, kelompok atau organisasi. Kamus Proses internalisasi harus berjalan sesuai
Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan dengantahap tumbuh kembang.Artinya,
internalisasi sebagai penghayatan, setiap individu memiliki tingkat kesiapan
pendalaman, penugasan secara mendalam dan kesadaran yang berbeda, sehingga
yang berlangsung melalui pembinaan, proses pemasukan nilai ke dalam
bimbingan dan sebagainya. kepribadian tidak selalu harus sama.
Dengan demikian internalisasi Internalisasi merupakan pusat proses
merupakan proses memasukan nilai pada perubahan kepribadian yang merupakan
seseorang yang akan membentuk pola pikir dimensi kritis pada perubahan diri manusia,
dalam melihat makna, realitas, dan termasuk di dalamnya pemahaman makna
pengalaman. Nilai tersebut bisa dilihat dari dan nilai atau implikasi respons terhadap arti.
berbagai aspek: agama, budaya, sosial, Oleh karenanya internalisasi kode etik
ekonomi, politik, administrasi dan lain-lain. birokrasi merupakan sebuah proses atau cara
Pemaknaan atas nilai, mewarnai menanamkan nilai normatif, yang
pemahamanan dan sikap manusia terhadap menentukan tingkah laku yang diinginkan
diri, lingkungan serta kenyataan di bagi sistem yang mendidik sesuai dengan
sekelilingnya.Internalisasi tidak dapat lepas tuntutan birokrasi menuju terbentuknya
dari pembinaan agama melaluiproses kepribadian Pegawai Negeri Sipil yang
pemahaman dan penghayatan nilaireligi berakhlak mulia.
berpadu nilai pendidikan di lingkungan Internalisasi kode etik selain dipengaruhi
keluarga, sekolah dan masyarakat sehingga oleh sistem kepribadian yang dibentuk
membentuk sistem kepribadian yang berdasarkan pemahaman nilai agama dan
mencerminkan karakter/watak. pendidikan, juga ditentukan oleh lingkungan
Berdasarkan kerangka psikologis, kerja, dimana kode etik tersebut
internalisasi diartikan sebagai penggabungan diberlakukan.Keteladanan dan konsistensi
dan penyatuan sikap, standar tingkah laku, pimpinan menjadi kunci utama berhasil
pendapat, dan lain-lain di dalam tidaknya proses internalisasi kode etik di
kepribadian. Freud meyakini bahwa suatu organisasi. Demikian halnya faktor
superego, atau aspek moral kepribadian iklim dan budaya organisasi menjadi aspek
berasal dari internalisasi sikap-sikap parental penting yang perlu mendapat perhatian
melalui bimbingan orang tua. Proses dalam tahap internalisasi kode etik.
internalisasi yang dikaitkan dengan
pembinaan pegawai dalam hal ini birokrat, c. Komitmen Pemimpin
aparatur, peserta didik, atau anak asuh, dapat Sehebat apapun pedoman etika dibuat di
melalui tiga tahap yaitu: atas kertas, tanpa komitmen dari pemimpin
1) Tahap transaksi nilai. Tahap ini untuk mengaktualisasikannya dalam
merupakan proses yang dilakukan perilaku keseharian, kemungkinanakan kecil
pendidik atau pembina dalam pengaruhnya dalam mendorong perbaikan
menginformasikan nilai baik, kurangatau kehidupan organisasi. Komitmen berkaitan
tidak baik. Pada tahap ini hanya terjadi erat dengan dedikasiyang berasal dari kata
komunikasi verbal antara dedicates. Bersumber dari dedicare berarti “to
pendidik/pembina dan peserta consecrate” dan atau “to declare”. Istilah ini
didik/pegawai. dipakai untuk menjelaskan sikap,fokus
2) Tahap transformasi nilai. Suatu tahap kepada sesuatu yang disembah/diagungkan,
pendidikan nilai melalui komunikasi dua atau sesuatu yang memiliki tujuan tertinggi.
arah, atau interaksi pegawai/peserta Pengertian komitmen merujuk pada
didik dengan pembina/pendidik bersifat beberapa hal. Pertama, komitmen
timbal-balik. menjelaskan tentang sikap iman/
3) Tahap transinternalisasi. Tahap ini lebih kepercayaan yang terwujud dalam bentuk
mendalam dari tahap transformasi, ketaataan dan kesetiaan kepada Tuhan YME.
dilakukan melalui komunikasi verbal, Kedua, komitmen organisasi yaitu janji untuk

346
meneguhkan organisasi. Ketiga, komitmen Pembentukan Peraturan Perundang-
kepada tugas (task-duty). Komitmen ini undangan menyatakan bahwa yang
ditandai adanya dedikasi kerja berdasarkan dimaksud dengan Peraturan Perundang-
disiplin tangguh seutuhnya (dedicated to self undangan adalah peraturan tertulis yang
disciplines, family disciplines, and organization dibentuk lembaga negara atau pejabat yang
disciplines), dedikasi kepada kualitas total berwenang dan mengikat secara umum.
(total quality), dan dedikasi untuk mengelola Dilihat dari sisi materi muatannya, peraturan
kinerja tinggi (high performance management). perundangan bersifat mengatur secara
Komitmen kerja inilah yang menjamin umum dan abstrak, tidak konkrit dan
terwujudnya keberhasilan upaya memimpin individual seperti keputusan penetapan.
optimal mencapai produktivitas, kualitas, Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
dan daya inovasi tinggi. Undangan menurut Pasal 7 ayat (1) Undang
Komitmen serta dedikasi pemimpin dan Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah
bawahan yang dibangun di atas budaya Undang-Undang Dasar Negara Republik
kualitas, hanya akan berguna apabila Indonesia, Undang-Undang/Peraturan
berfokus pada kepentingan organisasi. Fokus Pemerintah Pengganti Undang-Undang
pada kepentingan organisasi adalah tekad (Perpu), Peraturan Pemerintah, Peraturan
dan upaya bersama menuju penguatan Presiden, dan Peraturan Daerah. Peraturan
organisasi. Sebaliknya, organisasi akan Daerah terdiri atas Peraturan Daerah
runtuh apabila setiap individu, baik Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota,
pemimpin maupun orang yang dipimpinnya dan Peraturan Desa.
hanya fokus kepada kepentingan pribadi Selain jenis Peraturan Perundang-
atau kelompok. Dalam konsep Undangan termaksud, Pasal 8 ayat (2)
kepemimpinan, integritas adalah faktor Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 juga
kepemimpinan yang sangat penting menyatakan bahwa Peraturan Perundang-
(Maxwell, 2004). Komitmen yang sebenarnya undangan sebagaimana dimaksud pada ayat
ditunjukkan oleh siapapun termasuk para (1) diakui keberadaannya dan mempunyai
pemimpin adalah ketika bertindak, bukan kekuatan hukum mengikat sepanjang
ketika berpikir atau berbicara. diperintahkan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
2. Sistem Pengendalian berdasarkan kewenangan.Dalam praktik,
Pengendalian merupakan kegiatan selain jenis peraturan perundangan
mengukur dan mengoreksi kinerja organisasi sebagaimana dimaksud, terdapat pula
beserta pelaksanaannya, guna memastikan peraturan lain sebagai produk hukum yang
bahwa aktivitas yang dilakukan selaras dengan bersifat mengatur. Adapun nama produk
tujuan organisasi. Selain itu pengendalian juga hukum, terutama jenis Peraturan Presiden
diartikan sebagai usaha atau aktivitas untuk dan Peraturan Menteri, masih terdapat
menjamin dan mengarahkan pekerjaan yang ketidakseragaman. Beberapa produk hukum
dilaksanakan agar berjalan sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Presiden dan Menteri
rencana yang telah ditetapkan, atau hasil yang ada yang dinamakan Keputusan (Keputusan
dikehendaki sebagaimana ketentuan dan Presiden dan Keputusan Menteri). Kedua
kebijakan yang berlaku (Silalahi, 2002). produk hukum tersebut, sepanjang materi
Ruang lingkup pengendalian mencakup muatannya mengatur, dimasukkan dalam
adanya kerangka peraturan perundangan, kategori Peraturan Presiden atau Peraturan
sistem akutabilitas, dan pengawasan Menteri.
masyarakat. Sistem pengendalian etika birokrasi
sebagaimana dijelaskan di awal tercantum
a. Kerangka Peraturan Perundangan dalam kerangka peraturan perundangan
Sistem peraturan perundangan adalah yang bersifat tertulis maupun tidak tertulis.
satu kesatuan seluruh peraturan Eksistensi hukum tidak tertulis dalam
perundangan yang saling berhubungan, mengendalikan perilaku birokrasi
sehingga merupakan sub sistem yang dinyatakan dalam OECD Public Management
terintegrasi dan tidak bertentangan satu Policy Brief dalam paper yang berjudul
dengan lainnya. Pasal 1 butir 2 Undang Building Public Trust: Ethics Measures in OECD
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Countries bahwa “Sound ethics management not

347
only sets standards of behavior, but also norma atau ideologi kelompok yang ada
monitorscomplience with these standards”. dalam suatu masyarakat atau organisasi.
Berbagai aturan berbentuk kerangka Pengawasan masyarakat dijalankan
peraturan perundangan sering dirumuskan berlandaskan ideologi dan budaya. Ideologi
untuk mengatur perilaku aparatur, namun atau budaya diartikan sebagai suatu
dilihat pula dari tingkat kepatuhannya. kumpulan sistem kepercayaan kelompok
Beragam aturan yang mengendalikan pola masyarakat yang memberi pedoman bagi
perilaku aparatur dan birokrasi dinilai setiap orang dalam kelompoknya untuk
menghadapi kendala dalam bertindak. Dengan demikian, ideologi,
pengimplementasiannya. Bahkan beberapa kepercayaan atau budaya dapat
tahun terakhir, banyak dijumpai tumpang mempengaruhi tindakan/perbuatan suatu
tindih peraturan perundangan atausaling pihak sesuai dengan norma yang ditetapkan.
bertentangan yang menghambat konsistensi Pengawasan masyarakat dilakukan
pelaksanaannya. Oleh karenanya peraturan melalui tiga jalur: 1) pengawasan langsung
perundangan memerlukan pengkajian, oleh masyarakat; 2) pemberitaan media
analisis dan evaluasi agar berlaku efektif massa; 3) pengawasan legal yang ditetapkan
sesuai perkembangan zaman. oleh Undang-undang, yaitu dilakukan DPR/
DPRD. Pengawasan masyarakat dilakukan
b. Sistem Akuntabilitas secara informal oleh publik/masyarakat
Akuntabilitas mengandung unsur secara luas, misal: kelompok penekan,
kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara organisasi asosiasi, LSM, dan kelompok lain
mempertanggungjawabkannya. yang berkepentingan.
Akuntabilitas diperlukan agar setiap Berbeda halnya dengan pengawasan
lembaga negara dan penyelenggara negara melekat yang dilakukan oleh tiap individu
melaksanakan tugasnya secara bertanggung dan pimpinan, pengawasan masyarakat
jawab. Setiap penyelenggara negara harus berpijak pada realitas bahwa masyarakatlah
melaksanakan tugasnya secara jujur dan representasi pemegang kekuasaan tertinggi
terukur sesuai ketentuan perundang- dalam kehidupan demokrasi. Oleh
undangan dan kebijakan publik yang berlaku karenanya pengendalian perilaku birokrasi
serta menghindari penyalahgunaan mensyaratkan adanya keterlibatan
wewenang. Akuntabilitas bukan sekedar pengawasan masyarakat supaya program
formalitas di atas kertas. Akuntabilitas yang atau rencana kerja pemerintah berjalan sesuai
dimaksud mengarah pada kewajiban untuk kaidah ketentuan umum yang berlaku.Begitu
menjawab (obligation to answer), dan bukan halnya dengan perilaku aparatur, perlu
sekedar kewajiban untuk bertindak pengawasan masyarakat karena aparatur
(obligation to act) yang sering tumpang tindih adalah model dari perilaku yang seharusnya
dengan pengertian responsibilitas. ditampilkan oleh masyarakat.
Akuntabilitas bersifat multi dimensi, bukan
sekedar akuntabilitas administratif yang ada 3. Pengelolaan
di permukaan, namun lebih dari itu Pengelolaan menurut Harsojo (1977)
mencakup akuntabilitas publik dan merupakan serangkaian usaha yang bertujuan
akuntabilitas spiritual yang sifatnya lebih menggali dan memanfaatkan segala potensi
luas dan bertingkat. yang dimiliki secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan yang telah direncanakan
c. Pengawasan Masyarakat sebelumnya. Pengelolaan merupakan rangkaian
Pengawasan masyarakat adalah bentuk kegiatan yang berintikan perencanaan,
kontrol sosial dari masyarakat terhadap pengorganisasian, penggerakkan, dan
pemerintah yang telah diberi amanah untuk pengawasan dengan tujuan menggali dan
mengelola sumber daya negara.Pengawasan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
masyarakat dilakukan oleh anggota secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi
masyarakat atau sekelompok orang atas yang telah ditentukan.
nama masyarakat terhadap penyelenggaraan Organisasi yang efektif dan efisien dalam
pemerintahan dan pembangunan. mencapai tujuannya harus dikelola secara
Pengawasan masyarakat tercipta karena profesional. Pengelolaan organisasi yang
adanya pengakuan dan kepatuhan pada profesional akan membentuk budaya organisasi

348
yang profesional. Secara berkala, manajemen untuk semua karyawan.
melakukan evaluasi atas kinerja organisasi, 4) Fungsi pemeliharaan (maintenance)
sehingga bila arah yang ditempuh organisasi Berkaitan dengan upaya dalam
tidak sesuai dengan visi yang telah disepakati, mempertahankan kemauan dan
maka harus segera dikoreksi dan dievaluasi. kemampuan minat kerja SDM yang
Infrastruktur etika yang termasuk dalam dilakukan melalui penerapan beberapa
pengelolaan mencakup manajemen PNS dan program yang dapat meningkatkan
lembaga/unit yang bertanggung jawab dalam loyalitas dan kebanggaan kerja.
pengelolaan PNS. 5) Fungsi penggunaan (use)
Menekankan pada pelaksanaan tugas dan
a. Manajemen PNS pekerjaan serta jenjang peningkatan posisi
Dalam rangka mencapai visi organisasi, SDM.
seluruh perangkat organisasi yang
digerakkan pimpinan membuat strategi dan Kebijakan pembangunan SDM aparatur
teknik analisis lapangan yang dilanjutkan yang di dalamnya termasuk Pegawai Negeri
dengan perencanaan tugas, meliputi Sipil (PNS), antara lain diarahkan untuk
Planning, Organizing, Actuating, dan meningkatkan budaya kerja aparatur
Controlling (POAC). Aspek perhatian bermoral, profesional, produktif dan
pengelolaan dititikberatkan pada aspek bertanggung jawab, guna menciptakan
sumber daya manusia, khususnya sumber pemerintahan yang bersih dan berwibawa
daya aparatur. Agenda reformasi, melalui berbagai program dan prioritas
khususnya reformasi di bidang hukum, program pembangunan yang terfokus pada
peradilan, birokrasi dan administrasi komponen sistem manajemen kepegawaian,
menuntut perhatian peningkatan penyempurnaan peraturan perundangan
pengelolaan sumber daya aparatur. Secara kepegawaian, serta optimalisasi
khusus, dalam upaya menangani birokrasi pengembangan dan pemanfaatan e-
lebih cenderung fokus pada reformasi para government, dan dokumen arsip negara
penyelenggara birokrasi/aparatur. (Badan Kepegawaian Negara).
Mengenai penyelenggara birokrasi, aspek Saat ini pemerintah bersama DPR sedang
pembinaan Pegawai Negeri Sipil mendapat membuat Rancangan Undang-undang
peran sangat penting untuk menciptakan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertolak
sosok aparatur profesional, bersih, mampu pada prinsip dasar pengelolaan aparatur
memberikan pelayanan terbaik kepada berdasarkan:
masyarakat, sehingga diperlukan mekanisme  Nilai dasar Pancasila, UUD 1945, dll
pembinaan melalui manajemen kepegawaian  Kode etik
berbasis kompetensi. Pengelolaan SDM  Komitmen, integritas moral, tanggung
Aparatur memiliki fungsiyang saling jawab pada pelayanan publik
terkait,antara lain:  Kompetensi sesuai bidang tugas
1) Fungsi perencanaan (planning)  Kualifikasi akademik
Mencakup rencana pengelolaan SDM  Jaminan perlindungan hukum dalam
organisasi jangka pendek dan jangka tugas
panjang, yang berkaitan dengan  Profesionalisme jabatan
operasionalisasi organisasi dan
kelancaran kerja yang ada di dalamnya. Penyusunan rancangan undang-undang
2) Fungsi pengadaan (procurement) Aparatur Sipil Negara diarahkan pada upaya
Meliputi usaha untuk memperoleh jumlah pembentukkan korps ASN sebagai sebuah
dan jenis SDM yang diperlukan untuk profesi yang memiliki ciri adanya standar
mencapai sasaran organisasi yang tepat, pelayanan profesi, kode etik dan kode
baik, dan benar. perilaku profesi, pendidikan profesi,
3) Fungsi pengembangan (development) sertifikasi profesi, organisasi profesi serta
Berkaitan erat dengan peningkatan standar kompetensi. Pada masa mendatang,
ketrampilan dan kemampuan yang korps ASN diharapkan mampu berperan
diupayakan melalui jalur pelatihan sebagai alat pemersatu bangsa dan alat
maupun pendidikan terhadap SDM yang menjawab kebutuhan/kepentingan publik.
ada, dalam bentuk pengembangan diri Selama ini manajemen PNS dihadapkan pada

349
permasalahan munculnya fragmentasi PNS Undang No. 43 Tahun 1999 Pasal 1 angka 8
yang berlebihan berdasarkan aspek adalah keseluruhan upaya untuk
kewilayahan, etnisitas, afiliasi dan patronase meningkatkan efisiensi, efektivitas dan
politik.Hal tersebut menyebabkan terjadinya derajat profesionalisme penyelenggaraan
lokalisasi PNS. Bahkan sistem pengelolaan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian
PNS meliputi kegiatan pendidikan, yang meliputi: perencanaan, pengadaan,
pelatihan, dan penggajian memperlihatkan pengembangan kualitas, penempatan,
kecenderungan manajemen sektoral yang promosi, penggajian, kesejahteraan dan
menyebabkan para aparatur cenderung pemberhentian. Pengelolaan SDM PNS
mengembangkan perspektif sempit dalam diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan
melihat kepentingan internal organisasi tugas pemerintahan dan pembangunan
melalui pola pikir dan pola perilakupro- secara berdayaguna dan berhasilguna.Oleh
status quo(Dwiyanto, 2012) karena itu, dibutuhkan PNS profesional,
Berpijak pada realitas tersebut, bertanggung jawab, jujur, adil, beretika dan
Rancangan Undang-undang Aparatur Sipil berintegritas, melalui pembinaan yang
Negara kemudian disusun dengan tujuan: dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi
 Menciptakan Aparatur Sipil Negara kerja dan sistem karir yang dititikberatkan
profesional kelas dunia; pada sistem prestasi kerja.
 Memantapkan peran 4,7 juta pegawai Undang-undang Nomor32 Tahun 2004
ASN sebagai perekat NKRI; tentang Pemerintahan Daerah memiliki
 Menciptakan ASN yang bersih dari implikasi terhadap manajemen PNS secara
intervensi politik; nasional khususnya di daerah. Menurut
 Menciptakan Jabatan Eksekutif Senior undang-undang tersebut pengelolaan
sebagai korps “perwira tinggi” ASN yang kepegawaian daerah sekurang-kurangnya
bersifat nasional; meliputi: perencanaan, persyaratan,
 Meningkatkan kesejahteraan ASN pengangkatan, penempatan, pendidikan dan
melalui sistem gaji skala tunggal dan pelatihan, penggajian, pemberhentian,
sistem pensiun dua pilar yaitu Sistem pensiun, pembinaan, kedudukan, hak,
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan kewajiban, tanggungjawab, larangan, sanksi,
Pensiun ASN. (Effendi, 2012) dan penghargaan.Namun setelah dilakukan
evaluasi, ternyata terjadi fragmentasi PNS
b. Lembaga/Unit yang Bertanggung Jawab secara nasional terutama di daerah. Hal
Dasar hukum dan konvensi yang terkait tersebut dinilai dapat mengganggu
dengan pengelolaan dan pembangunan SDM persatuan dan kesatuan bangsa, oleh karena
Aparatur antara lain: itu pemerintah berupaya memperbaharui
1) Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 sistem manajemen PNS atau Aparatur Sipil
2) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Negara berikut lembaga yang bertanggung
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian jawab melakukan pembinaan di dalamnya,
3) Konvensi Internasional tentang Millenium melalui draft rancangan Undang-undang
Development Goals (MDGs) Aparatur Sipil Negara.

4) Konferensi Tingkat Tinggi Internasional


Pembangunan Manusia (PBB) tahun 1995 D. R E F O R M A S I B I R O K R A S I U N T U K
MENCEGAH KORUPSI DAN
Terkait dengan pengelolaan sumber daya MENINGKATKAN KUALITAS
aparatur, khususnya di Indonesia, maka PELAYANAN
sejumlah lembaga, misal: Kementerian 1. Reformasi Birokrasi
Dalam Negeri, Kementerian Pendayagunaan Reformasi merupakan upaya pemerintah
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, meningkatkan kinerja melalui berbagai cara
Lembaga Administrasi Negara dan Badan dengan tujuan efektivitas, efisien dan
Kepegawaian Negara, perlu mengeluarkan akuntabilitas. Reformasi birokrasi berarti:
kebijakan untuk menjamin penyelenggaraan Perubahan cara berpikir (pola pikir, pola sikap
negara yang berdayaguna dan berhasilguna. dan pola tindak) mencakup perubahan mental
Pengelolaan Pegawai Negeri Sipil penguasa menjadi pelayan dengan
sebagaimana dinyatakan dalam Undang mendahulukan peran daripada wewenang.

350
Selain itu gerakan reformasi juga berupaya Upaya reformasi birokrasi bukan hal
mengubah orientasi berpikir dari output ke mudah.Berbagai rintangan dan tantangan harus
outcome, atau dari hasil produksi kepada hasil dihadapi. Guna menghadapi berbagai rintangan
akhir berupa dampak. Semua itu memerlukan dan tantangan tersebut, diperlukan manajemen
proses yang dikenal dengan manajemen perubahan yang memberi ruang dan
perubahan. kesempatan bagi para aparatur untuk senantiasa
Gerakan reformasi birokrasi ditujukan meningkatkan kemampuan serta kualitas
sebagai upaya konkrit pencegahan korupsi guna pelayanan kepada masyarakat melalui aspek
mencapai hasil akhir peningkatan kualitas pengembangan pegawai atau investasi staf. Hal
pelayanan. Penguatan etika dan integritas tersebut diperlukan mengingat dinamika
birokrasi menjadi salah satu agenda penting kondisi masyarakat dan dunia yang selalu
perubahan mind-set/culture-set birokrasi. Hal berkembang serta berubah. Karena itu
tersebut merupakan bagian dari penataan aspek manajemen perubahan menjadi bagian integral
sumber daya aparatur. Reformasi birokrasi dari sistem birokrasi untuk mengantisipasi
merupakan suatu keharusan karena kinerja dinamika masyarakat. Secara rinci alur pikir
birokrasi berpengaruh terhadap daya saing reformasi birokrasi dapat dilihat pada Gambar 5.
bangsa. Selain itu menurut Dwiyanto (2012) Kementrian Pendayagunaan Aparatur
kinerja birokrasi secara langsung berpengaruh Negara dan Reformasi Birokrasi didukung Tim
terhadap kesejahteraan rakyat dan menentukan Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional yang
kualitas penyelenggaraan negara. Pelaksanaan dipimpin Wakil Presiden kemudian menyusun
reformasi birokrasi di Indonesia dinilai tidak kebijakan berupa 9 (sembilan) Program
mudah untuk dilaksanakan,karena sistem Percepatan Reformasi Birokrasi sebagai
penyelenggaraan negara Indonesia merupakan ekstraksi dari Grand Design Reformasi Birokrasi
warisan birokrasi kolonial yang pada mulanya yang terdiri dari: 1) Penataan struktur nasional;
dibentuk dengan tujuan yang berbeda. Oleh 2) Penataan jumlah, distribusi dan kualitas PNS;
karena itu orientasi, kultur, dan strukturnya 3) Sistem seleksi dan promosi secara terbuka; 4)
sudah tidak sesuai dengan kebutuhan bangsa Peningkatan profesionalitas PNS; 5)
saat ini. Dwiyanto (2012) merumuskan agenda Pengembangan sistem elektronik pemerintah (E-
aksi yang perlu dilaksanakan secara nyata dalam Government); 6) Penyederhanaan perijinan
upaya mereformasi birokrasi: usaha; 7) Pelaporan harta Pegawai Negeri dalam
1) Pemerintah perlu lebih fokus pada struktur, rangka peningkatan transparansi dan
kultur, pengaturan reformasi dan teknologi; akuntabilitas aparatur, 8) Peningkatan
2) Aspek struktur, secara makro kelembagaan kesejahteraan, 9) Efisiensi penggunaan fasilitas,
pemerintahan perlu disederhanakan dengan sarana dan prasarana Pegawai Negeri. Adapun
mencegah intervensi legislatif dalam tujuan reformasi birokrasi yaitu:
pengembangan struktur;  Meningkatkan mutu pelayanan kepada
3) Secara mikro, struktur harus lebih ramah masyarakat.Reformasi birokrasi ditujukan
terhadap perubahan. Berbeda halnya dengan untuk memperbaiki dan meningkatkan
struktur warisan kolonial yang dirancang pelayanan publik secara menyeluruh.
untuk menghalangi perubahan; Sasaran utama peningkatan adalah unit
4) Kultur harus berorientasi pada pelayanan pelayanan publik di Pemerintah Daerah yang
dimana kepentingan warga masyarakat berhadapan langsung dengan masyarakat,
harus menjadi pertimbangan utama; serta unit pelayanan Pemerintah Pusat,
5) Perlu dilakukan audit budaya, bukan sekedar seperti: Polisi, Kejaksaan, Bea Cukai, Pajak,
audit finansial atau kinerja; Badan Pertanahan Nasional, Kementerian
6) Reformasi birokrasi perlu dilakukan dengan Agama, dan lain-lain.
mengubah peraturan perundangan yang  Meningkatkan kualitas pengambilan
tidak sesuai dengan prinsip manajemen SDM kebijakan dan pelaksanaan kebijakan/
modern. Proses rekrutmen pegawai berbasis program. Reformasi birokrasi bertujuan
posisi dan multi-entri, penempatan dan mensinergikan kegiatan-kegiatan entitas
promosi aparatur berbasis kompetensi, yang saling terkait. Setiap entitas dapat
bersifat terbuka, serta pentingnyainvestasi mendukung entitas lainnya, terutama dalam
pada staf melalui proses pendidikan dan kebutuhan informasi/dokumen, sehingga
pelatihan. kualitas pengambilan keputusan bisa
menjadi lebih baik.

351
1. Penataan Kelembagaan
a. Visi, misi, strategi organisasi.
b. Struktur organisasi efektif, efisien, rasional,
proporsional.
c. Pembagian tugas proporsional.
d. Mengatur jabatan struktural dan
fungsional.

2. Penataan Ketatalaksanaan/Manajemen
a. Mekanisme/sistem kerja internal.
b. Prosedur kerja.
c. Hubungan kerja eksternal.
d. Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi dan pengendalian.
e. Pengelolaan sarana dan prasarana kerja.
f. Otomatisasi adminsitrasi perkantoran.
g. Pemantauan teknologi informasi (E-Gov).
Prinsip Good Governance
h. Pengelolaan kearsipan yang andal.
(Kepemerintahan yang
Baik)
1. Kepastian hukum
3. Penataan Sumber Daya Manusia Aparatur 2. Tertib
a. Penerapan sistem merit dalam manajemen penyelenggaraan
kepegawaian. negara
Reformasi Birokrasi b. Sistem diklat yang efektif. 3. Kepentingan umum
c. Standar & peningkatan kinerja. 4. Keterbukaan
d. Pola karier jelas dan terencana. 5. Proporsional
e. Standar kompetensi jabatan. 6. Profesionalitas
f. Klasifikasi jabatan. 7. Akuntabilitas
g. Tugas, fungsi dan beban tugas 8. Efisiensi
proporsional. 9. Efektivitas
h. Rekrutmen sesuai prosedur. (UU No. 32/2004)
i. Penempatan pegawai sesuai keahlian.
j. Remunerasi memadai.
k. Perbaikan sistem informasi manajemen
kepegawaian.

4. Akuntabilitas (Pertanggungjawaban)
a. Perencanaan stratejik.
b. Perencanaan kinerja.
c. Pengukuran dan evaluasi kinerja.
d. Pelaporan kinerja.

5. Pelayanan Umum
a. Pelayanan prima
b. Kualitas pelayanan
c. Kepuasan pelanggan

Gambar 5.
Alur Pikir Reformasi Birokrasi
Sumber: Sedarmayanti, 2010: 78

 Mencegah penyalahgunaan wewenang.  Menjadikan birokrasi Indonesia antisipatif,


Melalui reformasi birokrasi, para pejabat proaktif, dan efektif dalam menghadapi
publik dilarang menggunakan jabatan untuk globlisasi dan dinamika perubahan
kepentingan pribadi dan atau untuk lingkungan.
kepentingan golongan.  Menjadikan negara yang memiliki most-
 Meningkatkan efisiensi sumber daya. improved bureaucracy yaitu birokrasi dengan
Reformasi birokrasi harus meminimalkan kualitas pelayanan kelas dunia (Sekretariat
biaya-biaya dalam setiap kegiatan Wapres, 2012)
pemerintahan dan pembangunan.

352
Tujuan reformasi birokrasi sebagaimana memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
dirumuskan, dilandasi 13 prinsip penting.Para Sasaran yang ingin dicapai adalah pelayanan
pejabat publik diharapkan dapat menjabarkan publik yang baik dan benar, diukur dengan
reformasi birokrasi menjadi program lebih rinci. indikator kinerja yang dikenal luas secara
Tigabelas prinsip tersebut menjadi “ruh internasional, yaitu pelayanan publik kelas
birokrasi” untuk senantiasa meningkatkan dunia. Setiap pejabat publik berkewajiban untuk
kinerja, meliputi: mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas
Prinsip 1: Dasar perilaku pejabat publik yang kelas dunia pada unit pelayanan masing-masing.
baik adalah pengabdian, niat untuk mengelola Guna mewujudkan hal tersebut diperlukan
pelayanan kepada masyarakat, serta manajemen informasi dan pengetahuan yang
mendukung dan mendorong pihak lain yang berisi peta tentang masalah, kebijakan yang
memberi pelayanan masyarakat. pernah dilakukan, serta pembelajaran
Prinsip 2: Belajar dari rintangan sulit. kesuksesan maupun kegagalan reformasi
Prinsip 3: Reformasi birokrasi dimulai birokrasi melalui penguatan hubungan antara
dengan reformasi individu, dan membutuhkan pembuat kebijakan dan akademisi.Selain itu
dukungan pendongkrak perubahan yang pembentukan aliansi multi-stakeholders sebagai
mendorong orang lain untuk mereformasi diri. pengawas pelaksanaan reformasi birokrasi
Prinsip 4: Memberi nilai terbaik diwujudkan menjadi penting untuk dilakukan. (Dwiyanto,
melalui pelayanan terbaik. 2012)
Prinsip 5: Menteri dan Kementerian sebagai Di samping itu, beberapa faktor penting yang
pelayan publik dan membantu pelayanan dibutuhkan guna mendapatkan sistem
publik. manajemen aparatur professional yaitu:
Prinsip 6: Pejabat senior wajib menyusun  Penempatan aparatur berdasarkan
rencana strategis individu sebagai pejabat untuk kompetensi. Oleh karenanya untuk
melaksanakan rencana strategis lembaganya. menjamin kompetensi, diperlukan sistem
Prinsip 7: Aparatur profesional menjadi rekrutmen dan sistem promosi yang
tulang punggung pelaksanaan Reformasi transparan, akuntabel dan terukur.
Birokrasi.  Adanya lembaga independen untuk memilih
Prinsip 8: Ukuran pencapaian kinerja adalah “aparatur senior” yaitu yang sekaliber “chief
petunjuk operasional kegiatan, seperti dasar executive officer”. Aparatur yang diseleksi
penggunaan keuangan adalah DIPA/DPA. berdasarkan kapasitas, pengalaman kerja
Prinsip 9: Tujuan reformasi birokrasi adalah dan kompetensi untuk menduduki posisi
perbaikan secara menyeluruh yang penting dalam birokrasi dapat ditugaskan
menghasilkan peningkatan manfaat yang besar lintas organisasi (entitas) sesuai kebutuhan
untuk masyarakat. dan kompetensinya.
Prinsip 10: Dalam peraturan perundangan  Aparatur harus bebas dari kepentingan
tidak boleh ada aturan ganda dan tidak politik dan netral dalam menjalankan
membebani masyarakat selain yang diperlukan tugasnya. Tidak boleh ada upaya politisasi
untuk menjamin hak perorangan dan mengatur birokrasi yang mengakibatkan aparatur
kepentingan masyarakat luas. terkotak-kotak mengikuti kepentingan
Prinsip 11: Pemerintah tidak memikul politik praktis.
reformasi sendiri, banyak mitra yang ikut serta  Aparatur wajib mentaati dan melaksanakan
untuk meningkatkan kinerja pemerintah. etika pelayanan publik.
Prinsip 12: Reformasi birokrasi perlu  Adanya pemisahan jelas fungsi dan tugas
dukungan politis untuk mendapatkan pejabat publik yang dipilih langsung oleh
momentum dan resonansi yang besar. rakyat dengan pengawai aparatur negara
Prinsip 13: S e t i a p o r a n g d a n s e t i a p yang diangkat.
kelompok orang yang ditugaskan di sektor  Pejabat publik yang dipilih langsung oleh
publik dan menggunakan keuangan negara rakyat dan Menteri tidak terlibat dalam
wajib membuktikan hasil kinerjanya, dan wajib setiap proses pengelolaan dan pembinaan
patuh pada peraturan perundang-undangan. aparatur negara.
(Sekretariat Wapres RI, 2012)  Aparatur diangkat untuk melaksanakan
tugas secara efisien dan efektif, direkrut
Para aparatur harus menerapkan pendekatan untuk menyelesaikan tugas entitas yang
prinsip nilai-nilai terbaik (best values) untuk tersedia dalam anggaran (program).

353
 Rancangan Perencanaan Organisasi Kegiatan kualitas pelayanan publik yang dapat dirasakan
(POK), dengan sasaran kinerja yang langsung masyarakat dan komunitas, baik pada
terstruktur, dijadikan dasar penyusunan tataran lokal, nasional maupun internasional.
DIPA/DPA mencerminkan kinerja Selain itu berbagai aspek reformasi birokrasi
organisasi yang disepakati dengan DPR/ terus ditingkatkan, dievaluasi dan
DPRD. POK ditetapkan oleh Menteri, disempurnakan, antara lain program reformasi
pimpinan lembaga atau kepala daerah dan birokrasi yang diintegrasikan dengan reformasi
menjadi “anggaran” kinerja yang harus keuangan dan pelaksanaan otonomi sehingga
dicapai. menjadi satu kesatuan program. Fokus utama
 Aparatur sipil adalah para profesional yang tetap pada peningkatan kinerja, peningkatan
diangkat (direkrut), dipromosikan dan efisiensi, dan peningkatan pelayanan publik
melaksanakan tugas dengan prinsip-prinsip secara terus menerus di semua aspek.
profesionalisme yang diterima luas
(memenuhi kaidah-kaidah standar 2. Pencegahan Korupsi
internasional). Tujuan reformasi birokrasi sebagaimana
 Penilaian kinerja pegawai Aparatur Sipil dicita-citakan dalam tataran konsep yang ideal
Negara (ASN) berdasarkan standar akan mengalami kendala yang berarti apabila di
kompetensi, integritas dan moralitas harus dalamnya masih digerogoti penyakit korupsi.
berdasarkan ukuran yang jelas dan tidak ada Menarik untuk dikaji tentang pernyataan bahwa
celah untuk multi interpretasi dan maraknya pejabat yang tersangkut kasus
subyektivitas. korupsi akhir-akhir ini lebih disebabkan karena
 Sebagai pegawai profesional, aparatur dibina ketidaktahuan dan ketidakpahaman akan arti,
dan diberi fasilitas untuk melaksanakan definisi dan kriteria korupsi. Pernyataan
tugasnya secara profesional antara lain demikian mengundang beragam pertanyaan
dengan: dan sikap dari berbagai kalangan.
 Gaji yang dapat menjamin kesejahteraan Kamus Bahasa Indonesia menyatakan
aparatur. korupsi sebagai: busuk; palsu; suap; penyuapan;
 Perlu penataan sistem penggajian, pemalsuan. Adapun dalam Kamus Hukum,
sehingga jumlah tunjangan tidak lebih korupsi merujuk pada pengertian: buruk; rusak;
besar dari jumlah gaji. suka menerima uang sogok; menyelewengkan
 Gaji dibebankan pada entitas anggaran. uang/barang milik perusahaan atau negara;
 Keleluasaan untuk ditempatkan di menerima uang dengan menggunakan jabatan
berbagai entitas, termasuk keleluasaan untuk kepentingan pribadi atau penyelewengan
aparatur Kabupaten/Kota untuk menjadi dan penggelapan uang negara, tempat seseorang
aparatur di Provinsi atau Pusat. bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang
(Sekretariat Wapres RI, 2012) lain. The Lexian Webster Dictionary mengartikan
korupsi sebagai “kebejatan; ketidakjujuran;
Melalui berbagai faktor tersebut, pembinaan tidak bermoral; dan penyimpangan dari
aparatur negara dapat dilakukan secara lebih kesucian”. Menurut BPKP tindakan yang dapat
profesional, dan dalam melaksanakan tugasnya, digolongkan sebagai korupsi adalah “Tindakan
aparatur harus berpedoman dan berdasarkan yang merugikan kepentingan umum dan
pada sistem pelaksanaan tata kelola masyarakat luas demi keuntungan pribadi atau
pemerintahan yang baik dan benar, yang kelompok tertentu”
mengatur cara melaksanakan tugas dengan Menurut Brooks dalam Klitgaard (2001),
mengikuti norma-norma kepemerintahan yang korupsi sebagai perbuatan dengan sengaja
berlaku secara universal. Sistem tata kelola dan melakukan kesalahan atau melalaikan tugas
administrasi pemerintah memberikan ruang yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa
bagi aparatur untuk menjalankan hak menggunakan kekuasaan, dengan tujuan
kewenangannya, sekaligus mengatur batas memperoleh keuntungan yang sedikit banyak
pelaksanaan diskresi kewenangan yang dimiliki. bersifat pribadi. Terkait dengan birokrasi,
Diharapkan melalui faktor pengungkit Huntington (2002) mengatakan korupsi adalah
kepemimpinan, reformasi birokrasi dapat perilaku pejabat publik yang menyimpang dari
memberikan hasil nyata yang berdampak pada norma-norma yang diterima oleh masyarakat
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perilaku menyimpang itu ditujukan dalam
aparatur demi terwujudnya peningkatan rangka memenuhi kebutuhan pribadi. Kartono,

354
dalam Tumanggor dkk (2002), mendefinisikan 1) Penyuapan (Bribery);
korupsi: “tingkah laku individu yang 2) Penggelapan (Embezzlement);
menggunakan wewenang dan jabatan guna 3) Komisi (Commission);
mengeduk kepentingan pribadi, merugikan 4) Pemerasan (Extortion);
kepentingan umum dan negara”. 5) Pilih Kasih (Favoritism);
Selain itu, Nugroho (2007) mengemukakan 6) Penyalahgunaan Wewenang (Abuse of
akar masalah korupsi di negara berkembang Discretion);
adalah karena faktor kemiskinan, kekuasaan 7) Bisnis Orang Dalam (Insider Trading);
yang berlebihan, budaya, ketidaktahuan, dan 8) Nepotisme (Nepotism);
rendahnya kualitas moral. Korupsi dapat terjadi 9) Sumbangan Ilegal (Illegal Contribution),
apabila “seorang pegawai negeri menerima 10) Pemalsuan (Fraud).
pemberian yang disodorkan oleh seseorang
dengan maksud mempengaruhinya agar Pencegahan korupsi dalam proses
memberikan perhatian istimewa pada pengadaan barang jasa pemerintah dilakukan
kepentingan si pemberi”. Sementara itu antara lain melalui komitmen mewujudkan e-
Klitgaard (2001) berpendapat bahwa korupsi government (e-gov) atau pemerintahan yang
terjadi apabila seseorang atau suatu pihak berbasis teknologi informasi. Secara umum, e-
mempunyai hak monopoli atas suatu urusan government adalah penggunaan teknologi
yang ditunjang dengan penggunaan diskresi informasi pada lembaga pemerintah/lembaga
atau keleluasaan dalam menggunakan publik, tujuannya agar hubungan tata
kekuasaan dan kewenangan, namun di sisi lain pemerintahan (governance) antara pemerintah,
aspek pertanggungjawaban kepada publik swasta, dan masyarakat dapat tercipta lebih
justru dinilai kurang atau lemah. efisien, efektif dan produktif.
Teori yang menjelaskan faktor penyebab Sedangkan menurut UU No. 31 Tahun 1999
korupsi lainnya adalah dari Jack Bologne yaitu tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi:
GONE Theory yang merupakan singkatan dari a) “Perbuatan korup diartikan sebagai tindakan
Greeds, Opportunity, Needs dan Exposes. Penyebab melawan hukum dengan memperkaya diri
terjadinya korupsi bukan semata karena faktor sendiri atau orang lain atau korporasi yang
ekonomi dalam arti tingkat kesejahteraan yang dapat merugikan keuangan negara atau
kurang memadai, tetapi sifat serakah dalam diri perekonomian negara” (pasal 2 ayat 1)
individu yang menimbulkan kecenderungan b) “Perbuatan 'korup' dilakukan oleh setiap
selalu merasa tidak puas dengan keadaan yang orang yang dengan tujuan menguntungkan
ada. Mental model individu perlu diubah. Selain diri sendiri atau orang lain atau korporasi,
itu faktor kesempatan yang merujuk pada menyalahgunakan wewenang, kesempatan
kelemahan sistem secara keseluruhan,memberi atau saran yang ada padanya karena jabatan
andil maraknya tindakan korupsi. Faktor dan kedudukan yang dapat merugikan
lainnya adalah dorongan kebutuhan yang negara atau perekonomian negara” (pasal 3)
bersifat relatif untuk setiap individu. Mencakup
kebutuhan untuk dihargai karena kepemilikan Meningkatnya kejahatan yang bersifat extra-
materi. Hukuman yang diberikan untuk para ordinary crime dalam hal ini korupsi, membuat
koruptor juga dinilai kurang memberi efek jera pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat
karena tidak jauh berbeda dengan hukuman harus bekerja keras mencegah dan
kejahatan lainnya.Bahkan, mereka dapat hidup mengobatinya melalui berbagai cara.
bergelimpangan harta untuk jangka waktu Pemberantasan korupsi dapat dilakukan dengan
panjang. strategi pencegahan (preventif) melalui
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di pembentukan integritas bangsa, penerapan good
bawah Centre of International Crime Prevention governance dan reformasi birokrasi. Sedangkan
(CICP) dari United Nation Office for Drug and strategi penindakan (kuratif) melalui proses
Crime Prevention (UN-ODCCP) mengidentifikasi penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan.
sepuluh bentuk korupsi yang berbeda modus Selain itu terdapat dua strategi lain yang perlu
operandinya. Sebagian besar bentuk tindakan terus diupayakan yaitu melalui pembangunan
korupsi itu sering ditemui dalam proses kelembagaan (institution building) dan
pengadaan barang jasa pemerintah. Kesepuluh penggalangan partisipasi masyarakat.
bentuk korupsi itu yaitu: Indonesia telah meratifikasi United Nations
Convention AgainstCorruption (UNCAC) melalui

355
Undang-undang No. 7 Tahun 2006. Sejalan Polkam/12/2004 tentang Tim Terpadu
dengan hal tersebut, Direktorat Hukum dan Pencari Terpidana dan Tersangka Tindak
HAM Bappenas sejak tahun 2006 telah Pidana Korupsi
mengkoordinasikan Kementerian/Lembaga  Permenpan No. 49 Tahun 2011 tentang
terkait serta pemangku kepentingan untuk Pedoman Umum Pakta Integritas di
menyusun Strategi Nasional Pencegahan dan Lingkungan Kementerian/Lembaga dan
PemberantasanKorupsi 2011‐2025 yang lebih Pemerintah Daerah
 Permenpan No. 20 Tahun 2012 tentang
komprehensif. Strategi tersebut ditujukan untuk
melanjutkan, mengkonsolidasikan dan Pedoman Umum Pembangunan Zona
menyempurnakan berbagai upaya dan Integritas Menuju Wilayah Bebas dari
kebijakan pemberantasan korupsi agar Korupsi
mempunyai dampak yang konkrit bagi
peningkatan kesejahteraan, keberlangsungan Berbagai peraturan perundangan tersebut
pembangunan yang berkelanjutan dan menuntut tingkat kepatuhan dalam
konsolidasi demokrasi (Stranas Anti Korupsi, pelaksanaannya. Komitmen pimpinan untuk
2011 – 2025). Namun, berbagai strategi tersebut menjalankan peraturan menuju proses
masih membutuhkan rangkaian pedoman yang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan
akan menjadi acuan perilaku lembaga berwibawa menjadi motor penggerak utama
pemerintah. Saat ini Indonesia masih upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.
dihadapkan pada keterbatasan rumusan kode
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan
etik yang telah ditetapkan dan diimplemen-
Tujuan akhir program reformasi birokrasi
tasikan oleh setiap lembaga.
sebagaiamana dikemukakan di awal adalah
Usaha mencegah korupsi dilakukan oleh
terciptanya kualitas pelayan prima. Goetsh dan
pemerintah Indonesia dengan dikeluarkannya
Davis (1994) mendefinisikan kualitas sebagai
peraturan perundang-undangan, antara lain:
kondisi dinamis yang berhubungan dengan
 TAP MPR RI NO XI/MPR/1998 tentang
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
yang memenuhi atau melebihi harapan.
Bebas Korupsi
Gronross dalam Hutt Speh (2004)
 TAP MPR No. VIII/MPR/2001 tentang
mengemukakan bahwa kualitas total suatu jasa
Rekomendasi Arah Kebijakan
atau pelayanan mempunyai tiga komponen
Pemberantasan dan Pencegahan KKN
utama yaitu: 1) technical quality yang merupakan
 UU No. 28 tahun 1999 tentang
komponen berkaitan dengan kualitas keluaran
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
jasa yang diterima pelanggan atau publik, 2)
Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme
functional quality yaitu komponen yang berkaitan
 UU No. 20 tahun 2001 tentang perubahan atas
dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa, 3)
UU No. 31 tahun 1999 tentang
corporate image yaitu profil, reputasi, citra umum,
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
daya tarik khusus suatu organisasi. Berdasarkan
 UU No. 20 tahun 2002 tentang Komisi
pengertian di atas, kualitas pelayanan
Pemberantasan Korupsi
membutuhkan kelengkapan alat yang tidak
 UU No. 22 tahun 2005 tentang Pembentukan
hanya bersifat fisik, namun perlu dukungan
Komisi Yudisial
aspek yang bersifat implisit berupa etika
 UU No. 7 tahun 2006 tentang ratifikasi
pelayanan.
Konvensi PBB tentang Anti Korupsi
Lebih lanjut Juran (1992) mengemukakan
 UU No. 46 tahun 2009 tentang Pengadilan
unsur-unsur kualitas pelayanan secara lebih
Tindak Pidana Korupsi
rinci dapat dilihat dari aspek keistimewaan
 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
(features), kinerja (performance), daya saing
dan Pemberantasan Tindak Pidana
(competitiveness), ketepatan waktu (promptness),
Pencucian Uang, menggantikan UU No. 25
kesopanan (courtesy), kemampuan proses
tahun 2002
(process ability), bebas dari kesalahan (freedom
 Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
from errors), dan kesesuaian dengan standar atau
Pemberantasan Korupsi
prosedur (comformance to standards/ procedures).
 Inpres No. 9 Tahun 2011 tentang Rencana
Sementara Gronroos (1990) mengemukakan ada
Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
tiga kriteria pokok dalam menilai kualitas jasa
Korupsi
yaitu aspek yang berhubungan dengan hasil
 Kepmenkopolhukam No. KEP-54/Menko/

356
(outcome related), proses (process related) dan citra pelayanan administratif yang disediakan oleh
(image related). Ketiga kriteria tersebut dijabarkan penyelenggara pelayanan publik.
menjadi enam unsur yaitu: Penyelenggara pelayanan publik dalam hal ini
 Profesionalism and skills (profesionalisme dan setiap institusi penyelenggara negara, korporasi,
keahlian). lembaga independen yang dibentuk
 Attitudes and behavior (sikap dan perilaku). berdasarkan undang-undang untuk kegiatan
 Accessibility and flexibility (kemudahan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang
pencapaian dan penyesuaian pelayanan. dibentuk semata-mata untuk kegiatan layanan
 Reliability and trustworthiness (keandalan dan publik. Pelaksana pelayanan publik adalah
kepercayaan). pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang
 Recovery (pengendalian situasi dan bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang
pemecahan masalah). bertugas melaksanakan tindakan atau
 Reputation and credibility (nama baik dan serangkaian tindakan pelayanan publik.
dapat dipercaya). Ruang lingkup pelayanan yang diberikan
oleh pemerintah sangat luas dan kompleks, baik
Sementara itu Zeithaml, Parasuraman, dan menurut bentuk, jenis, maupun sifatnya. Agar
Berry(1990) mengemukakan sepuluh dimensi tercipta kepastian hukum dan keamanan di
kualitas pelayanan yaitu: bidang pelayanan umum, pemerintah perlu
 Tangibles meliputipenampilan fisik membuat suatu landasan hukum sebagai dasar
termasuk sarana prasrana; penyelenggaraan layanan kepada masyarakat/
 Realibility, kemampuan memberikan publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009
pelayanan secara akurat dan terpercaya; tentang Pelayanan Publik menjelaskan prinsip-
 Responsiveness, kesediaan membantu prinsip pokok yaitu: kesederhanaan pelayanan,
memberikan pelayanan cepat tanggap; kejelasan dan kepastian pelayanan, keamanan,
 Competence, menguasai pengetahuan dan keterbukaan, efisiensi, ekonomis, keadilan yang
kemampuan yang disyaratkan dalam merata dan ketepatan waktu pelayanan.
pemberian layanan; Dalam rangka mewujudkan pelayanan yang
 Courtesy yaitu kesopanan, rasa hormat, berkualitas, maka penguatan etika dan integritas
bijaksana, dan bersahabat bagi orang yang birokrasi menjadi bagian penting yang tidak
dilayani; dapat dipisahkan. Sarana untuk mencapai
 Credibility artinya layak dipercaya dan jujur; tujuan pelayanan prima sesuai dengan
 Security, bebas dari segala bahaya, resiko, kebutuhan publik, memerlukan berbagai alat
kekecewaan; berupa akuntabilitas, transparansi dan
 Access yaitu mudah dihubungi; netralitas. Guna mewujudkan hal tersebut
 Communication, memberi informasi dengan diperlukan manajemen perubahan yang
bahasa yang mudah dimengerti dan mengarah pada perubahan budaya birokrasi
didengar; dari culture of ruling menjadi culture of serving.
 Understanding the customer, berusaha Bouman dalam Haryatmoko (2012)
memahami kebutuhan publik atau mengemukakan pentingnya penguasaan tiga
masyarakat yang dilayani. kompetensi bagi para pejabat publik atau
aparatur guna mencapai tujuan peningkatan
Suatu barang, jasa, atau layanan dinilai kualitas pelayanan. Segitiga kompetensi
bermutu apabila dapat memenuhi ekspektasi profesional pelayanan publik ada pada Gambar
publik, customer atau pelangganakan nilai 6. 
produk layanan tersebut. Artinya, kualitas Kompetensi teknis merupakan inti bagi
merupakan salah satu faktor penentu kepuasan terwujudnya profesionalisme pelayanan.
masyarakat dalam konteks pelayanan publik Artinya kompetensi teknis bersifat fungsional
yang menjadi salah satu tugas kewajiban mencakup pengetahuan spesifik, termasuk
aparatur untuk mewujudkannya. Undang- batasan aturan yang mengarahkan proses
Undang Nomor 25 Tahun 2009 mengemukakan pemberian layanan. Sementara itu kompetensi
pelayanan publik sebagai kegiatan atau kepemimpinan menurut Bowman (2010:31)
rangkaian aktivitas dalam rangka pemenuhan memfokuskan pada empat keterampilan dasar,
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan meliputi manajemen organisasi dan manajemen
perundang-undangan bagi setiap warga negara sistem sebagai hard skill, keterampilan
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau komunikasi dan kepemimpinan simbolis sebagai

357
Pengetahuan yang terspesialisasi
Pengetahuan hukum
Manajemen program
Manajemen strategis
Manajemen sumber daya

KOMPETENSI TEKNIS

Manajemen nilai
Penilaian dan penetapan tujuan
Kemampuan penalaran moral
Keterampilan manajemen hard/soft skill
Moralitas pribadi KOMPETENSI KOMPETENSI
Gaya manajemen
Moralitas publik ETIKA LEADERSHIP
Keterampilan politik & negosiasi
Etika organisasional
Evaluasi

Gambar 6.
Segitiga Kompetensi Profesionalisme Pelayanan Publik
Sumber: Bowman dalam Haryatmoko, 2012

soft skill. Selain kedua kompetensi tersebut, individu yang berbeda-beda.


pelayanan publik berkualitas yang merupakan Pengenalan tiga prinsip dasar perkembangan
wujud profesionalisme birokrasi mensyaratkan moral meliputi: moral philosophy, moral phsycology
terpenuhinya kompetensi etika yang bersifat dan moral action, menjadi bagian penting upaya
fundamental. memahami substansi kompetensi etika.
Bowman menyatakan bahwa kompetensi 1) Filosofis moral (moral philosophy) yaitu
etikayang harus dimiliki aparatur sebagai abdi pengembangan nilai-nilai dasar dari suatu
negara dan abdi masyarakat, atau pelayan keputusan/tindakan dengan menggunakan
publik, membutuhkan kemampuan manajemen pendekatan alasan moral (moral reasoning).
nilai, penalaran moral, moralitas pribadi, Filosofis moral terdiri dari dua aliran yaitu
moralitas publik, dan etika organisasional. utilitarianisme dan deontologi.
Demikian halnya dalam menjalankan tugas a) Utilitarianisme menekankan pada
pokok keseharian sebagai pelayan publik, pertimbangan biaya dan manfaat (cost &
keputusan/tindakan birokrasi perlu benefit) dari suatu keputusan/tindakan.
menekankan pada empat aspek yaitu: 1) tingkat Degeorge mengungkapan bahwa bagi
kesadaran penalaran moral sebagai dasar aliran utilitarianisme, kebenaran tidak
pengambilan keputusan etis; 2) kemampuan bisa dinilai dari benar salahnya suatu
memahami etika sebagai sarana menghadapi tindakan karena tidak ada pedoman
konflik; 3) kemampuan menolak perilaku yang universal yang dapat dijadikan acuan,
berlawanan dengan etika; 4) kemampuan untuk kecuali memperhatikan aspek
menerapkan teori-teori etika. kemanfaatan bagi lebih banyak orang
Aplikasi keempat aspek tersebut ditentukan dengan memperhitungkan dampak
oleh tingkat kesadaran dan pemahaman negatif yang kecil.
aparatur tentang etika dan moral. Kesadaran dan b) Deontologi berupaya melakukan
pemahaman kompetensi etika dipengaruhi oleh pencarian terhadap nilai-nilai dan prinsip-
pendidikan dan lingkungan. Penanaman nilai di prinsip universal yang dapat dijadikan
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat standar moral dari suatu tindakan.
melalui proses pengenalan, pembelajaran, Administrator publik diharapkan dapat
pelatihan serta pembiasaan, pada akhirnya menyampaikankebenaran, berpegang
dapat membentuk pola pikir dan pola perilaku teguh pada janji-janji publik dan
yang mencerminkan dasar pertimbangan menghormati martabat individu sebagai
keputusan/tindakan berlandaskan kompetensi tanggung jawab moral berdasarkan
etikasebagaimana dimaksud. Dengan demikian prinsip universal seperti keadilan,
kompetensi etika sebenarnya dapat dipelajari, persamaan, demokrasi, kejujuran, dan
dilatih, dididik dan dibudayakan melalui lain-lain. Tuntutan perilaku birokrat yang
pembiasaan lingkungan sekitar. Kemampuan bermoral bukan berdasarkan aturan
manajemen nilai tentu saja tidak terlepas organisasi, atau kode etik profesi,
daritahap perkembangan kesadaran moral tiap melainkan karena pemahaman dan

358
kesadaran adanya prinsip moral konsekuensi bentuk hubungan
universal. Meskipun dihadapkan pada interpersonal, seperti: rasa hormat, rasa
situasi dilema etis dan konflik terimakasih, dan golden rule. Keinginan
kepentingan yang bertentangan dengan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada
kepentingan pribadi, kelompok, atau hanya untuk membantu peran sosial yang
organisasi, namun apabila keputusan dan stereotip. Oleh karenanya dasar
tindakannya sesuai dengan prinsip moral pengambilan keputusan/tindakan yang
universal, administrator publik dituntut dilakukan individu tidak semata
untuk bersikap “berani bertindak dan berlandaskan kepentingan pribadi,
mengambil resiko”. Tentu menjadi suatu namun melihat perspektif kepentingan
keprihatinan apabila keberanian kelompok. Tahap empat, sudah terbentuk
bertindak dan pengambilan resiko adanya kesadaran dan kepentingan
administrator publik hanya berlandaskan mematuhi aturan hukum, keputusan, dan
kepentingan pribadi, kelompok atau konvensi sosial dengan tujuan
golongan untuk jangka pendek yang memelihara fungsi keteraturan
bersifat pragmatis dan praktis. kehidupan masyarakat. Dalam tahap ini,
kebutuhan masyarakat melebihi
2) Psikologi moral (moral phsycology) menurut kebutuhan pribadi. Oleh karenanya
Kohlberg (1971) ada tiga tahap orientasi otoritas dan pemeliharaan
perkembangan moral individu yang terbagi aturan sosial menjadi ciri tahap
dalam enam orientasi nilai. perkembangan moral konvensional.
a) T i n g k a t p e n a l a r a n m o r a l p r a - Keputusan dan tindakan individu
konvensional. Keputusan/tindakan yang diarahkan pada harmonisasi dan
diambil berdasarkan konsekuensi keselarasan kelompok.
langsungdan cenderung bersifat c) Tahap perkembangan moral pasca-
egosentris. Terdapat dua tahap konvensional. Orientasi kontrak sosial
perkembangan moral pra-konvensional. dan prinsip etika universal menjadi
Tahap pertama, berorientasi pada rujukan nilai pengambilan keputusan/
kepatuhan dan hukuman. Pertimbangan tindakan. Tingkatan pasca konvensional,
mendasar diarahkan pada upaya dikenal sebagai tingkat berprinsip.
melaksanakan perintah/kewajiban dan Individu memiliki hak otonomi yaitu
menghindari sanksi/hukuman kenyataan bahwa individu adalah entitas
berdasarkan kepentingan pribadi tanpa yang terpisah dari masyarakat. Perspektif
memperhitungkan sudut pandang orang seseorang harus dilihat sebelum
lain. Hal ini menunjukkan kecenderungan perspektif masyarakat. Bahwa 'hakekat
otoriterisme. Tahap dua, keputusan/ diri mendahului orang lain'. Hal
tindakan diambil berlandaskan orientasi inimembuat tingkatan pasca-
minat pribadi. Pertanyaan yang muncul konvensional sering tertukar dengan
adalah “apa untungnya buat saya”, tanpa perilaku pra-konvensional. Dalam tahap
berpikir pihak lain yang akan dirugikan. lima, individu diyakini memiliki
b) T i n g k a t a n p e r k e m b a n g a n m o r a l pendapat dan nilai yang berbeda,
konvensional. Orientasi nilai dalam sehingga penghormatan dan
pengambilan keputusan/tindakan penghargaan terhadap hak individu atau
berdasar pada keserasian interpersonal dikenal sebagai hak azasi manusia
dan konformitas. Tahap tiga individu menjadi penting. Bahwa tidak ada pilihan
memasuki kehidupanmasyarakat dengan yang pasti benar atau absolut, sehingga
menyadari adanya peran sosial. Individu hukum dilihat sebagai kontrak sosial,
mau menerima persetujuan/ bukan sebagai keputusan kaku. Aturan
ketidaksetujuan dari orang lain karena yang tidak mengarah pada kesejahteraan
merefleksikan persetujuan masyarakat sosial harus diubah guna memenuhi
terhadap peran yang dimilikinya. prinsip kebaikan terbesar untuk
Individu mencoba menjadi seorang anak sebanyak-banyaknya orang. Hal tersebut
baik untuk memenuhi harapan tersebut. dapat diperoleh melalui kompromi dan
Penalaran tahap tiga menilai moralitas pemerintahan yang demokratis. Tahap
dari suatu tindakan dengan mengevaluasi enam, penalaran moral berdasar

359
penalaran abstrak, berpijak pada prinsip mengembangkan potensi diri sehingga memiliki
etika universal. Hukum hanya valid kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
apabila berdasar pada prinsip keadilan. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
Dengan demikiankomitmen terhadap serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya,
keadilan menyertakan keharusan untuk masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan
tidak mematuhi hukum yang tidak adil. holistik integral mencakup proses penanaman
Tindakan diambil berdasarkan nilaiyang berorientasi pada pembangunan
konsensus, dimana tindakan tidak pernah karakter (character building) dalam rangka
menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; pembangunan nasional (nation building)
seseorang bertindak karena hal itu benar, mensyaratkan sinergitas berbagai aspek dan
dan bukan karena ada maksud pribadi, sektor. Dalam konteks birokrasi, upaya tersebut
sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui tertuang di dalam agenda reformasi birokrasi
sebelumnya. yang menanamkan pentingnya manajemen
pengetahuan di lingkungan organisasi publik
Merujuk pada tiga tahap perkembangan melalui program investasi staf guna
kesadaran moral seperti dikemukakan di meningkatkan kompetensi aparatur secara
atas, pejabat publik dan administrator public menyeluruh.
dituntut dapat mencapai kesadaran moral
pasca-konvensional yang ditandai dengan
pola pikir dan pola perilaku yang E. PENUTUP
menghormati nilai-nilai sosial, mempunyai Korupsimerupakan penyakit akut yang
komitmen menjamin hak asasi manusia serta menyerang sendi-sendi penyelenggara negara
setia pada konsensus yang dibuat meskipun sebagai suatu kasus (event) berdasarkan Teori
bertentangan dengan kepentingan kelompok Gunung Es (Iceberg Theory), menuntut tindakan
maupun pribadi (www.wikipedia.com). dan pemikiran yang bukan sekedar bersifat
3) Moral action yaitu aplikasi atau tindakan reaktif atau responsif.Lebih dari itu kasus
nyata dari pemahaman dan kesadaran moral korupsi yang berulang telah membentuk pola
yang dibentuk berdasarkan moral philosophy perilaku (pattern of behavior), perlu dilihat sebagai
dan moral phsycology. Moral action struktur sistemik yang membutuhkan tahap
mencerminkan konsistensi berbentuk pemikiran reflektif untuk melihat dan
integritas moral yang terlihat dari pola pikir mengubah mental model yang menjadi
atau pola perilaku yang ditampilkan. bangunan fundamental dari keseluruhan sistem
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
Kemampuan memutuskan sesuatu hal, bernegara. Sebagaimana dinyatakan dalam
termasuk keputusan untuk bertindak beberapa literatur bahwa upaya pemberantasan
tergantung pada kemampuan individu korupsi bukanmerupakan jalan yang mudah
mengambil sikap pada situasi dilema moral untuk ditempuh,oleh karenanya berbagai
berdasarkan keyakinan dan pertimbangan nilai strategi perlu terus disusun, diimplementasikan,
yang dianut. Keyakinan dan keberanian untuk dievaluasi dan dikaji ulang.
mengambil keputusan/tindakan berdasarkan Penegakan hukum sebagai salah satu
kebenaran hakiki, berbasis kepentingan orang pendekatan eksplisit yang menjadi tumpuan
banyak dan kemanfaatan dalam jangka panjang harapan berbagai kalangan, acapkali hanya
dengan memperhatikan prinsip-prinsip moral bersifat kuratif dan gagal mencegah penyebaran
universal mencerminkan kemampuan penyakit korupsi di dalam sistem kehidupan
manajemen nilai yang terangkum dalam berbangsa dan bernegara. Berdasarkan
kompetensi etika. Pada akhirnya keberanian kenyataan tersebut maka upaya preventif
yang didasari kesadaran, keyakinan, dan melalui pendekatan implisit berpijak pada
pemahaman nilai moral yang benar keberadaan hukum tidak tertulis berupa
membutuhkan proses pembelajaran penguatan etika, moral, dan integritas yang
berkesinambungan dalam bentuk pendidikan terangkum dalam infrastruktur etika meliputi
sepanjang hayat (long- life education). Pendidikan pedoman, sistem pengendalian dan pengelolaan
sebagaimana disebutkan dalam UU No. 20 tahun menjadi penting untuk ditelaah dan diperkuat
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional proses implementasinya.
merupakan usaha sadar dan terencana untuk Infrastruktur etika yang dijabarkan dalam
mewujudkan proses pembelajaran aktif guna bentuk agenda reformasi birokrasi menjadi salah

360
satu upaya konkrit pemerintah dalam rangka Dwiputrianti, Septiana. 2009. Memahami Strategi
pencegahan korupsi dan meningkatkan kualitas Pemberantasan Korupsi di Indonesia. JIA Vol. VI
pelayanan. Pelaksanaan reformasi yang No. 3 hal 241-253.
Hendrawan, Sanerya. 2009. Spiritual Management:
mengintegrasikan bidang finansial, birokrasi,
From Personal Enlightenment Towards God
dan pelaksanaan otonomi dimaksudkan untuk
Corporate Governance. Bandung: PT Mizan
memenuhi kewajiban dan tanggung jawab Pustaka
Menteri, Pimpinan Lembaga dan Kepala Daerah Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Etika Administrasi
untuk meningkatkan kinerja sebagaimana Negara. Jakarta: Penerbit Rajawali Pres.
diamanatkan dalam Pembukaan Undang- LAN. 2002. Kajian Strategi Pengembangan Etika Dalam
Undang Dasar 1945. Reformasi mendorong Pemerintahan. Jakarta
terjadinya perubahan, antara lain kebijakan Maani, K.E. & Cavana, R.y. 2000. Systems Thinking &
pemerintah harus mempunyai standar Modelling Understanding Change & Complexity.
New Zealand: Prentice Hall
pertanggungjawaban (accountability) yang dapat
Mary E, Guy. 1990. Ethical Decision Making in Everyday
diandalkan implikasinya. Pertanggungjawaban
Work Situations. USA: Quorum Books.
yang bersifat multi dimensi, tidak hanya Saefullah, Djadja. 2010. Pemikiran Kontemporer
akuntabilitas adminsitratif, namun mencakup Administrasi Publik. Bandung: LP3AN FISIP
akuntabilitas publik dan akuntabilitas spiritual. UNPAD
Praktiknya, aspek akuntabilitas masih Sedarmayanti. 2011. Membangun dan Mengembangkan
diimplementasikan secara spasial sehingga Kepemimpinan serta Meningkatkan Kinerja untuk
memerlukan proses pemahaman dan Meraih Keberhasilan. Bandung : PT Refika
penyadaran yang bersifat kontinyu melalui Aditama
Sekretariat Wapres RI. 2012. Menuju Manajemen Publik
pendidikan holistik integral. Dalam konteks
Kelas Dunia untuk Reformasi Birokrasi di Indonesia.
birokrasi upaya tersebut didorong melalui Jakarta.
program investasi staf yang menekankan Suhendra. 2009. Handout Etika Birokrasi. Program
pentingnya manajemen pengetahuan. Pascasarjana STIA LAN Bandung.
Akhirnya, setiap kebijakan yang diambil oleh Widjaja, H.A.W. 1997. Etika Pemerintahan, Penerbit
aparatur harus dipertanggungjawabkan sesuai Bumi Aksara, Jakarta.
ketentuan yang berlaku berlandaskan etika
pelayanan publik yang baik. Pertanggung- Makalah
Dwiyanto, Agus. Civil Service Academy: Membentuk
jawaban merupakan bagian integral dari
Aparatur Sipil Nasional yang Profesional, Imparsial,
pelaksanaan tugas profesional yang harus dan Mampu Menjadi Pemersatu Bangsa.
dilaksanakan oleh aparatur. Selain kompetensi Disampaikan pada Stakeholders Meeting STIA
teknis dan kepemimpinan, pelayan publik LAN Bandung 7 November 2012.
dituntut memiliki kompetensi etika yang di Effendi, Sofian. Perkembangan dan Hambatan Reformasi
dalamnya mencakup manajemen nilai, Administrasi di Indonesia. Disampaikan pada
penalaran moral, moralitas individu, publik dan Seminar nasional XXIV AIPI Evaluasi Kritis
etika organisasional. Dengan demikian strategi Reformasi Birokrasi di Indonesia, Bandung 23-25
penguatan etika dan integritas birokrasi dalam Mei 2012.
------------------. Model Manajemen Sumber Daya Manusia
rangka pencegahan korupsi dan meningkatkan
dalam RUU ASN. Disampaikan pada
kualitas pelayanan perlu ditunjang sistem Stakeholders Meeting STIA LAN Bandung 7
pendidikan holistik integral yang mengarah November 2012.
pada pembangunan karakter (character building) Haryatmoko. Etika Publik dalam Organisasi Pelayanan
dalam rangka pembangunan bangsa (nation Publik: Dasar untuk Membangun Integritas dan
building) berlandaskan ideologi Pancasila yang Profesionalisme. Disampaikan pada Seminar
dilandasi sumber etika utama yaitu ajaran agama Nasional XXIV AIPI Evaluasi Kritis Reformasi
dengan menciptakan budaya spiritualitas di Birokrasi di Indonesia, Bandung 23-25 Mei 2012.
Peserta Diklatpim II Angkatan XXXIII Kelas E
lingkungan birokrasi.
Sumedang, 2012, Kertas Kerja Tema
“Optimalisasi Penguatan Etika dan Integritas
Birokrasi Dalam Rangka Mencegah Korupsi Guna
DAFTAR PUSTAKA Meningkatkan Pelayanan Yang Berkualitas”.
Buku Rasyid, M. Ryas. Membangun Pemerintahan yang baik
Bowman, J.W.2010. Achieving Competencies in Public Melalui Reformasi Adminsitrasi dan Birokrasi.
Services: Professional Edg. New York: Armonk. Disampaikan pada Seminar Nasional XXIV AIPI
Denhardt, B. Robert. 1995. Public Administration an Evaluasi Kritis Reformasi Birokrasi di Indonesia,
Action Orientation. United States of Bandung 23-25 Mei 2012.
America:Harcourt Brace College Publishers.

361
Said I, 2012, Penguatan Etika dan Integritas Birokrasi http://djkd.depdagri.go.id/?jenis=news&p=detail_
Dalam Rangka Pencegahan Korupsi. Bahan berita&id=774&kd=b
Presentasi Diklatpim II Angkatan XXXIII Kelas E http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?
2012. storyid=3272

Peraturan Perundangan
TAP MPR RI NO XI/MPR/1998 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi
TAP MPR No. VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi
Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan
KKN
UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi
dan Nepotisme
UU No. 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU No.
31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
UU No. 20 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
UU No. 22 tahun 2005 tentang Pembentukan Komisi
Yudisial
UU No. 7 tahun 2006 tentang ratifikasi Konvensi PBB
tentang Anti Korupsi
UU No. 46 tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi
UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,
menggantikan UU No. 25 tahun 2002
UU No. 12 tahun 2011 tentang Peraturan
Pembentukan Perundangan
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2004 tentang
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik
Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Inpres No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi
Inpres No. 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Permenpan No. 49 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Pakta Integritas di Lingkungan
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
Permenpan No. 20 Tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Pembangunan Zona Integritas Menuju
Wilayah Bebas dari Korupsi
Kepmenkopolhukam No. KEP-54/Menko/
Polkam/12/2004 tentang Tim Terpadu Pencari
Terpidana dan Tersangka Tindak Pidana
Korupsi

Lain-lain
http://www.bkn.go.id.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tahap_perkembanga
n_moral_Kohlberg
http://www.divinecaroline.com/22188/109356-
integrity
http://www.oecd.org.
http://www.indonesiamedia.com/2012/11/29/peja
bat-korupsi-jumlahnya-terus-melonjak/

362

Anda mungkin juga menyukai