Muhammad Rapi
pokok yang selalu menjadi perhatian bersama kita, yaitu masalah regulasi/perundang-
implementasinya. Juga disadari bahwa masih banyak hal lain diluar dari ketiga hal
tersebut di atas, terutama menyangkut hal teknis yang sering dijumpai di daerah atau
masyarakat.
Perlu pula dikemukakan di sini bahwa persoalan pemertahanan bahasa itu lebih
pemertahanan bahasa daerah itu lebih banyak ditentukan oleh regulasi yang
mendukung serta keinginan bersama para pejabat terkait untuk saling bekerja sama.
sesungguhnya sumber daya peneliti yang ada masih perlu pembinaan dalam dalam hal
inventarisasi, juga masih ditemukan beberapa kelemahan dalam hal pendataan serta
pendokumentasiannya.
Selain hal tersebut di atas, program pemertahanan bahasa daerah juga sudah
waktunya disusun dalam program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang. Program pemertahanan seperti ini mestilah disusun bersama oleh Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/ Kota serta Balai Bahasa dan Perguruan Tinggi peneliti dan
1
Selain hal yang dikemukakan di atas, tentunya juga diperlukan dukungan yang
kuat dari Badan Bahasa Pusat dalam hal regulasi, program kerja, serta pendanaan yang
memadai untuk pelaksanaan kegiatan pemertahan bahasa daerah di daerah. Selain itu,
Badan Bahasa Pusat serta Balai Bahasa di daerah juga masih perlu menambah pegawai
pada tahun 2007 di Hotel Grand Clarion Makassar, merupakan momentum kebangkitan
bahasa daerah yang memiliki penutur terbesar. Kebangkitan yang dimaksud adalah
dalam kaitan dengan usaha pemertahanan dimana sebelum Kongres tersebut belum ada
pijakan yang kuat serta tindakan kongkrit dalam usaha melakukan berbagai kegiatan
untuk pelestarian dan pengembangan bahasa Bugis dipandang dari sudut regulasi dan
menyadarkan berbagai pihak terkait pada saat itu, mengenai pentingnya pemertahanan
bahasa Bugis yang perlu segera dilakukan demi pelestarian serta pengembangannya.
antaranya ditujukan kepada Pemerintah Pusat (Badan Bahasa Pusat), dan sebagian dari
rekomendasi itu juga ditujukan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Segera
menindaklanjuti dengan membentuk Tim Penyusun Perda Kebahasaan, dan pada waktu
2
yang sama juga di bentuk kerja sama antara Pemerintah Provinsi/Pemerintah
oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Kota. Usaha dalam bentuk kerja
sama tersebut juga diikuti oleh kesepakatan bersama bahwa sarjana bahasa Bugis yang
atau Pegawai Daerah dalam dua bidang, yaitu sebagai Pamong Budaya dan sebagai Guru
kerja sama ini telah berlangsung sejak tahun 2008 hingga saat ini.
Meskipun Program kerja sama tersebut di atas telah berlangsung lebih kurang 9
tahun, namun tantangan yang dihadapi tentu tidaklah mudah. Hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain: 1) di bidang regulasi hingga saat ini Peraturan Daerah
tentang bahasa daerah di Sulawesi Selatan belum disahkan; yang dilaksanakan hingga
saat ini masih dalam bentuk kerja sama antar Pemerintah Daerah dan pihak Perguruan
Pelaksanaannya yang memerlukan biaya yang tidak sedikit juga untuk waktu yang lama
membutuhkan perhatian khusus dari Pemerintah Daerah dan Institusi terkait; 3) proses
dan Universitas Negeri Makassar juga membutuhkan sumberdaya dosen yang memadai
3
dan juga dengan waktu yang lama ; 4) Usaha pemertahanan yang dilakukan oleh Balai
Bahasa Sulawesi Selatan melalui penelitian dan pembinaan bahasa Bugis dalam bentuk
kerja sama antara Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi yang ada, juga
membutuhkan dukungan sumber daya manusia serta dana yang lebih maksimal ; dan 5)
proses pengangkatan para sarjana yang sudah selesai kuliah tidaklah serta-merta dapat
ditampung begitu saja karena terkait dengan regulasi yang berlaku di masing-masing
daerah serta Pemerintah Pusat, meskipun kesepakatan antara Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota semua alumni yang sudah selesai akan langsung diangkat
bahasa Bugis dan mungkin bahasa daerah lain yang ada masih membutuhkan perhatian
Di balik tantangan yang masih akan terus dihadapi dalam upaya pemertahanan
bahasa Bugis dewasa ini, ada pula sejumlah peluang yang dapat dijadikan dasar yang
kuat untuk terus berjuang dalam usaha pemertahanan, antara lain: 1) adanya dua
Jurusan/ Program Studi Bahasa Bugis yang berbeda. Universitas Hasanuddin yang
sudah cukup lama mengembangkan Jurusan/Program Studi Bahasa Bugis dalam ilmu
Studi Pendidikan Bahasa Bugis. Dengan demikian, sarjana yang dihasilkan memperoleh
dua ijazah yaitu ijazah Sarjana Bahasa Bugis (UNHAS) dan ijzah Sarjana Pendidikan
4
Perlu diketahui bahwa UNHAS dan UNM terus-menerus melakukan penelitian
bahasa dan sastra Bugis serta pengajarannya baik berupa skripsi, tesis, maupun
disertasi; selain dua institusi tersebut Balai Bahasa Sulawesi Selatan juga secara intensif
melakukan inventarisasi dan penelitian bahasa dan sastra Bugis serta pembinaan dan
perhatian khusus terhadap pemertahanan bahasa Bugis, meskipun masih dalam bentuk
kerja sama. Peraturan daerah mengenai perlindungan bahasa Bugis perlu segera
disahkan agar mengikat pelaksanaannya dan pendanaannya, salah satu contoh penting
diajarkan di jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jika hal seperti ini bisa
Selama ini bahasa Bugis lebih banyak diajarkan dalam mata pelajaran Muatan
Lokal; hal ini tentu tidak dapat diharapkan hasil yang maksimal; 3) Sekali lagi,
meskipun belum disahkan, tetapi dalam bentuk Kerja Sama antara Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta Perguruan Tinggi dan Balai Bahasa Sulawesi
Hasil dari kerja sama tersebut adalah, sepuluh tahun terakhir telah dibuka
Program Strata Satu Bahasa Bugis dan hingga saat ini sudah menghasilkan ratusan
orang sarjana bahasa Bugis dan sarjana pendidikan bahasa Bugis, dan tentu yang cukup
masing-masing. Ada yang diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil untuk tugas pamong
budaya, ada yang diangkat sebagai Pegewai Daerah, dan ada pula yang diangkat sebagai
guru bahasa Bugis; 4) Kegiatan pemertahanan juga terus-menerus dilakukan oleh Balai
5
Bahasa Sulawesi Selatan, dalam pengamatan saya, ada bidang bidang yang dominan
dilakukan, yaitu kegiatan inventarisasi, penelitian bahasa dan sastra Bugis, dan
penerbitan buku. Bahkan tahun ini, Balai Bahasa Sulawesi Selatan juga sudah mulai
melakukan pembinaan bagi guru bahasa Indonesia dan guru bahasa daerah di Sulawesi
Selatan.
atas, maka sesungguhnya kondisi seperti yang ada saat ini memerlukan bentuk
penanganan yang menyeluruh dan terpadu dari pihak-pihak yang ikut bertanggung
Bahasa Pusat serta Pemerintah Daerah yang secara kuat melindungi bahasa Bugis dan
inventarisasi, sosialisasi, penelitian, serta penerbitan buku dalam bahasa Bugis perlu
pemertahanan perlu dibicarakan antara Pemerintah Pusat melalui Badan Bahasa Pusat
dengan Pemerintah Daerah, agar dapat terpenuhi sesuai kebutuhan. Kerja sama
anatarinstitusi saat ini, juga masih perlu lebih diintensifkan dan juga perlu ada
pembagian kerja yang lebih jelas dengan pempertimbangkan sumber daya manusia
masing.
6
III. PENUTUP
berlangsung efektif sepuluh tahun terakhir ini. Dalam proses pelaksanaannya, tampak
peran serta dukungan Pemerintah Daerah cukup besar. Meskipun demikian, Peraturan
Daerah mengenai Bahasa Daerah Bugis belum disahkan hingga saat ini. Pelaksanaannya
masih didasarkan pada Program Kerja Sama antara Pemerintah Daerah, Perguruan
Dalam proses kegiatan pemertahanan bahasa Bugis yang dilaksanakan selama ini,
masih dirasakan berbagai kendala serta hambatan yang harus ditangani dengan baik
agar kegiatan bisa lebih efektif. Hingga kini pemertahanan dalam bentuk
pendokumentasian serta penelitian dalam bidang bahasa dan sastra Bugis terus
dilakukan, baik di Balai Bahasa Sulawesi Selatan maupun di Perguruan Tinggi yang
REFERENSI
Program Kerja Sama antara Perguruan Tinggi, Balai Bahasa Sulawesi Selatan, dan
Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan. 2007.
UU No. 24 Thn 2009. Tentang bendera, bahasa, dan lambang negera serta lagu
kebangsaan.