Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum Wr. Wb...

Selamat pagi/siang/sore warga Indonesia Sebangsa Tanah, Sebangsa Air...

Saya ................... seorang siswa SMAN 4 Sukabumi. Saya asli Indonesia,


besar di Indonesia, dan saya tidak ada di negara lain. Saya cinta sekali Indonesia.
Saya cintanya hanya sekali, tidak dua kali karena kita tahu bahwa yang kedua itu
tidak enak ! Oke... Saya akan buktikan betapa saya cinta Indonesia. Saya nih, pernah
sekali jalan-jalan ke Singapura, Malaysia, dan Thailand. Saking besar cinta saya
terhadap Indonesia, pergi ke singapura saya memakai bahasa Indonesia, pergi ke
malaysia, saya memakai bahasa Indonesia, dan bahkan ke Thailand pun, saya tetap
memakai bahasa Indonesia. Kenapa? Biar semua orang tahu... Bahwa saya Cuma bisa
Bahasa Indonesia !
Sebagai seorang pelajar Indonesia, saya resah. Karena bicara soal orang-orang
Indonesia hususnya para pelajar yang menjuluki dirinya kaum milennials, saya jadi
suka bertanya-tanya, kenapa ya mereka semua itu kadang lebih suka memperhatikan
hal kecil yang lebih tidak penting daripada tugasnya di sekolah, yaitu belajar.
Contohnya begini, mereka tuh lebih suka menghitung tanggal jadian daripada
menghitung waktu menuju ujian nasional. Mereka juga lebih suka memperhatikan
masa lalunya ketika diputusin mantan dan tenggelam didalam penderitaannya,
daripada menjadi giat belajar dan memperhatikan masa depan pendidikannya. Dan
terakhir nih yang paling ngeselin tau ngga apa? Mereka lebih sering memperhatikan
durasi waktu istirahat, daripada durasi waktu belajar. Ini tuh kenapa ya? Why gitu
loh...
Bicara soal hal kecil, kalau dipikir-pikir pelajar jaman sekarang itu
kebalikannya dari ibu-ibu di pasar. Gini loh... ibu-ibu di pasar kalau belanja nih ya,
kalau timbangannya kurang, dia langsung protes dan mengeluarkan teori-teori
ekonomi dan pembahasannya, mulai dari tokoh ekonomi lokal, tokoh ekonomi
Indonesia, sampai tokoh ekonomi dunia. Tapi ketika timbangannya lebih, dia bakal
diem aja tuh sambil senyum-senyum sok imut kaya lisa blackpink. Nah pelajar di
Indonesia tuh justru kebalikannya. Kalau guru mengajar dan jamnya kurang dari
waktu yang ditentukan, kita nih pasti diem. Tapi kalau guru sedang mengajar dan jam
mengajarnya lebih... kita pasti langsung berontak, ada yang kode-kode liat jam, ada
yang mulai lirik-lirik ke luar, malah ada siswa yang tadinya pendiam pun dia jadi
teriak-teriak... kebakaraaaan, kebakaraaaaaan !!!
Masih soal pelajar zaman now. Kalau dipikir lagi meraka itu mahluk yang
aneh. Loh kok aneh? Soalnya, anak zaman sekarang itu kadang mereka sering
bersikap seolah-olah paling memiliki masalah yang paling rumit di seluruh alam
semesta, dan sering merasa dirinya paling benar.
Kita bahas satu-satu. Pertama, kenapa saya bilang anak jaman sekarang suka
bersikap seolah-olah paling memiliki masalah yang paling rumit di seluruh alam
semesta. Contohnya sederhana... ketika guru yang mengajar di jam pertama memberi
mereka satu tugas, maka mereka akan merasa tidak sanggup bila harus diberi tugas
oleh guru yang mengajar di jam kedua dan jam jam selanjutnya. Dan ketika mereka
tetap diberi tugas di jam kedua, maka yang akan terjadi setelahnya adalah, mereka
akan mengeluh karena banyaknya tugas, kemudian mereka akan update status yang
bertemakan tugas menumpuk, dan tahap terakhir mereka akan merasa sisa hidup
mereka tidak akan bisa mereka nikmati lagi karena harus mengerjakan tugas yang
hanya dua itu... Hemh, Drama !
Hal yang kedua... Kenapa saya bilang anak jaman sekarang suka ngerasa
paling benar. Gini deh ya... ketika anak zaman sekarang pertama kali punya gadget,
itu tuh pasti langsung jadi “love of my life” nya dia, pokonya kemana-mana dibawa
dan diliatin, tiap 10 menit diliatin, ada debu dikit ditiupin, ada menu yang warna
iconnya ga sama, cepet-cepet diganti... gitu terus sampai main gadget itu jadi kegiatan
wajibnya dia setelah bernafas. Jadinya malah norak, tiap ada notif sms papa minta
pulsa cepet-cepet dibales, ada notif spam iklan cepet-cepet dibuka, sampai-sampai ada
notif low battery pun di screenshot saking cintanya. Makin hari akan semakin update
dia dengan gadgetnya, mulai belajar instagram, whatsapp, line, bbm, belajar hapus
history di browsernya, dan belajar komentar di postingan orang. Hal ini berakibat...
akan ada masanya dimana dia akan coba-coba hate comment terhadap postingan
orang lain. Mulai dari berkomentar gaya orang lain yang kurang simetris lah, kurang
matching lah, kurang provokatif lah, pokonya gitu-gitu lah. Mulai berkomentar soal
ekonomi dunia lah. Malah sok sok’an komentar politik lah, padahal masang poto
presiden dan wakil presidennya aja masih ketuker, “ni presiden tuh di pasang di
kanan apa di kiri ya?”, ditanya berapa jumlah bulu sayap garuda aja belum tentu
bener. Nah ini yang bahaya, ketika dia mulai hobi hate comment, dia akan ketagihan
dan jika terus menerus maka dia akan sampai kepada satu titik dimana dia jadi orang
buta dan tuli. Dia buta, tidak akan melihat siapa yang dia comment, yang penting...
hate comment. Dia tuli, dia tidak akan mendengar comment orang lain yang mengajak
dia kepada kebaikan. Inilah yang dimaksud kidz zaman now, kaum milennial yang
merasa paling benar ! Dan mirisnya, kita semua tahu bahwa hate comment itu... enak
banget !

Anda mungkin juga menyukai