“Wah, tak perlu bekerja keras untuk bisa kaya. Cukup bermodalkan seekor ayam
saja!” pikirnya. Ia lalu pulang dan memecahkan celengannya untuk membeli
seekor ayam jago yang besar dan kuat.
“Ayam ini pasti akan menghasilkan banyak uang untukku,” katanya senang.
Ternyata tidak semudah itu. Pada hari kedua dan seterusnya, ayamnya mulai
sering kalah. Apalagi banyak ayam-ayam baru yang muncul di arena sobung ayam.
Mereka mengalahkan ayamnya dengan mudah. Dalam sekejap, uang Manik
Angkeran pun ludes. Ia bahkan harus berutang untuk membayar kekalahannya.
Namun itu tidak membuatnya jera. Ia terus berjudi dan menyabung ayam.
Sidhimantra : “Anakku, berjudi tak akan bisa membuatmu kaya, justru akan
membuatmu miskin. Berhentilah selagi belum terlambat.”
Namun Manik Angkeran tidak peduli. Lambat laun, harta ayahnya pun habis untuk
membayar utang. Ia lalu merengek
Manik Angkeran : “Ayah, tolonglah aku. Mereka akan membunuhku jika aku tak
membayar utang.”
Ayahnya mengheIa napas. Harta mereka sudah tak bersisa. “Apa yang harus
kulakukan untuk menolong anakku?” pikirnya. Ia tak mau anak semata
wayangnya itu mati sia-sia.
BABAK II
Manik Angkeran bingung. Ia tak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi. Saat
melamun, tiba-tiba matanya terpaku pada sebuah genta kecil. “Genta? Untuk apa
genta ini? Apakah genta ini laku kujual?” tanyanya dalam hati.
Kostum / Properti :
- Kamen
- Udeng
- Selendang
- Selempod
Amanat :
Janganlah serakah karena prilaku serakah akan merugikan diri sendiri dan
orang lain. Patuhilah orang tuamu karena beliau telah merawat kita dari kecil
hingga dewasa. Dan juga hindari bermain judi dan taruhan karena perbuatan
tersebut dilarang oleh agama.