Anda di halaman 1dari 6

DRAMA NUSANTARA

NAMA :I Pande Made Wisnu Indra Kusuma


NIM :212009057
KELAS :1B
PRODI :Pendidikan seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia Denpasar


Tahun Ajaran 2021
Judul : Manik Angkeran
Tema : Prilaku Serakah
Sinopsis :
Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang
benama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Sanghyang Widya atau
Batara Guru menghadiahinya harta benda dan seorang istri yang cantik. Sesudah
bertahun-tahun kawin, mereka mendapat seorang anak yang mereka namai
Manik Angkeran.
Meskipun Manik Angkeran seorang pemuda yang gagah dan pandai namun dia
mempunyai sifat yang kurang baik, yaitu suka berjudi. Dia sering kalah sehingga
dia terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, malahan berhutang
pada orang lain. Karena tidak dapat membayar hutang, Manik Angkeran meminta
bantuan ayahnya untuk berbuat sesuatu. Sidi Mantra berpuasa dan berdoa untuk
memohon pertolongan dewa-dewa. Tiba-tiba dia mendengar suara, "Hai, Sidi
Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga yang
bernarna Naga Besukih. Pergilah ke sana dan mintalah supaya dia mau mernberi
sedikit hartanya."
Sidi Mantra pergi ke Gunung Agung dengan mengatasi segala rintangan.
Sesampainya di tepi kawah Gunung Agung, dia duduk bersila. Sambil
membunyikan genta dia membaca mantra dan memanggil nama Naga Besukih.
Tidak lama kernudian sang Naga keluar. Setelah mendengar maksud kedatangan
Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat dan dari sisiknya keluar emas dan intan.
Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra mohon diri. Semua harta benda
yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkeran dengan harapan dia tidak
akan berjudi lagi. Tentu saja tidak lama kemudian, harta itu habis untuk taruhan.
Manik Angkeran sekali lagi minta bantuan ayahnya. Tentu saja Sidi Mantra
menolak untuk membantu anakya.
Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari Gunung
Agung. Manik Angkeran tahu untuk sampai ke sana dia harus membaca mantra
tetapi dia tidak pernah belajar mengenai doa dan mantra. Jadi, dia hanya
membawa genta yang dicuri dari ayahnya waktu ayahnya tidur.
Setelah sampai di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan
gentanya. Bukan main takutnya ia waktu ia melihat Naga Besukih. Setelah Naga
mendengar maksud kedatangan Manik Angkeran, dia berkata, "Akan kuberikan
harta yang kau minta, tetapi kamu harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu.
Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan hukum karma."
Manik Angkeran terpesona melihat emas, intan, dan permata di hadapannya.
Tiba-tiba ada niat jahat yang timbul dalam hatinya. Karena ingin mendapat harta
lebih banyak, dengan secepat kilat dipotongnya ekor Naga Besukih ketika Naga
beputar kembali ke sarangnya. Manik Angkeran segera melarikan diri dan tidak
terkejar oleh Naga. Tetapi karena kesaktian Naga itu, Manik Angkeran terbakar
menjadi abu sewaktu jejaknya dijilat sang Naga.
Mendengar kernatian anaknya, kesedihan hati Sidi Mantra tidak terkatakan.
Segera dia mengunjungi Naga Besukih dan memohon supaya anaknya dihidupkan
kembali. Naga menyanggupinya asal ekornya dapat kembali seperti sediakala.
Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra dapat memulihkan ekor Naga. Setelah Manik
Angkeran dihidupkan, dia minta maaf dan berjanji akan menjadi orang baik. Sidi
Mantra tahu bahwa anaknya sudah bertobat tetapi dia juga mengerti bahwa
mereka tidak lagi dapat hidup bersama.
"Kamu harus mulai hidup baru tetapi tidak di sini," katanya. Dalam sekejap mata
dia lenyap. Di tempat dia berdiri timbul sebuah sumber air yang makin lama
makin besar sehingga menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat
garis yang mernisahkan dia dengan anaknya. Sekarang tempat itu menjadi selat
Bali yang memisahkan pulau Jawa dengan pulau Bali.

Penokohan dan Perwatakan :


- Manik Angkeran = memiliki memiliki sifat yang angkuh , boros dan tidak
bisa menepati janjinya
- Naga Besukih = memiliki sifat dermawan , murah hati dan baik hati
Pembabakan dan Dialog :
BABAK I

Manik Angkeran adaIah putra seorang Brahmana bernama Sidhimantra.


Mereka tinggal di Kerajaan Doha, Bali. Waktu itu, Pulau Bali belum berpisah
dengan Pulau Jawa Manik Angkeran adalah anak yang cerdas. Sayangnya, ia
mudah dipengaruhi oleh teman-temannya. Suatu hari, Manik Angkeran melihat
orang-orang yang sedang berjudi dan menyabung ayam. Ia amat tertarik.

“Wah, tak perlu bekerja keras untuk bisa kaya. Cukup bermodalkan seekor ayam
saja!” pikirnya. Ia lalu pulang dan memecahkan celengannya untuk membeli
seekor ayam jago yang besar dan kuat.

“Ayam ini pasti akan menghasilkan banyak uang untukku,” katanya senang.

Keesokan harinya, Manik Angkeran mulai menyabung ayam. Ternyata benar,


ayamnya selalu menang. Ia mendapatkan banyak uang. Manik Angkeran puas
sekali. Esok ia akan kembali lagi menyabung ayamnya. “Jika begini terus, aku bisa
cepat kaya,” pikirnya.

Ternyata tidak semudah itu. Pada hari kedua dan seterusnya, ayamnya mulai
sering kalah. Apalagi banyak ayam-ayam baru yang muncul di arena sobung ayam.
Mereka mengalahkan ayamnya dengan mudah. Dalam sekejap, uang Manik
Angkeran pun ludes. Ia bahkan harus berutang untuk membayar kekalahannya.
Namun itu tidak membuatnya jera. Ia terus berjudi dan menyabung ayam.

Lama-kelamaan, Manik Angkeran mencuri harta ayahnya untuk membayar utang-


utangnya. Sidhimantra yang mengetahui hal itu berkata,

Sidhimantra : “Anakku, berjudi tak akan bisa membuatmu kaya, justru akan
membuatmu miskin. Berhentilah selagi belum terlambat.”

Namun Manik Angkeran tidak peduli. Lambat laun, harta ayahnya pun habis untuk
membayar utang. Ia lalu merengek

Manik Angkeran : “Ayah, tolonglah aku. Mereka akan membunuhku jika aku tak
membayar utang.”
Ayahnya mengheIa napas. Harta mereka sudah tak bersisa. “Apa yang harus
kulakukan untuk menolong anakku?” pikirnya. Ia tak mau anak semata
wayangnya itu mati sia-sia.

Sidhimantra berdoa memohon petunjuk pada Dewata. “Temuilah Naga Besukih di


Gunung Agung. Mintalah sedikit hartanya untuk membayar utang-utang
anakmu,” tiba-tiba terdengar bisikan gaib. Sidhimantra pun bergegas menuju
Gunung Agung untuk bertemu dengan Naga Besukih.

BABAK II

Sesampainya di Gunung Agung, Sidhimantra membunyikan genta seperti petunjuk


dalam mimpinya. Naga Besukih yang mendengarnya pun keluar.

Naga Besukih : “Siapa kau? Apa maksud kedatanganmu?”

Sidhimantra : “Aku Sidhimantra. Maksud kedatanganku adalah untuk meminta


bantuanmu membayar utang-utang anakku, Manik Angkeran.
Hartaku sudah ia habiskan. Anakku akan dibunuh jika tidak
melunasi utang-utangnya,”

Setelah berpikir sejenak, Naga Besukih menyanggupi permintaan Sidhimantra. Ia


masuk ke dalam guanya dan keluar dengan membawa sejumlah emas dan batu
permata. Sidhimantra mengucapkan terima kasih dan berpamitan pulang.

Sidhimantra menyerahkan semua harta itu pada anaknya. Namun Manik


Angkeran menggunakan harta itu untuk kembali berjudi. Ia terus berjudi sampai
harta itu terkuras habis. Ia kembali berutang untuk membayar kekalahannya dan
kembali dikejar-kejar orang.

Manik Angkeran bingung. Ia tak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi. Saat
melamun, tiba-tiba matanya terpaku pada sebuah genta kecil. “Genta? Untuk apa
genta ini? Apakah genta ini laku kujual?” tanyanya dalam hati.
Kostum / Properti :
- Kamen
- Udeng
- Selendang
- Selempod

Amanat :
Janganlah serakah karena prilaku serakah akan merugikan diri sendiri dan
orang lain. Patuhilah orang tuamu karena beliau telah merawat kita dari kecil
hingga dewasa. Dan juga hindari bermain judi dan taruhan karena perbuatan
tersebut dilarang oleh agama.

Anda mungkin juga menyukai