Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit adalah bagian paling luar dari jaringan tubuh kita,lapisan terluar tubuh manusia.Kulit
membungkus tubuh kita.Pada saat kulit terkelupas,rasa perih menyengat.Hal itu menunjukkan
betapa kulit memberikan perlindungan bagi jaringan-jaringan di bawahnya.Salah satu
penyakit kulit yang menyerang manusia yaitu Dermatitis Seboroik. Dermatitis seboroik
merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati,
2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea yaitu kulit
kepala, wajah dan badan. Penyebaran lesi dermatitis seboroik dimulai dari derajat ringan,
misalnya ketombe sampai dengan bentuk yang berat yaitu eritroderma (Djuanda A et al.,
2015). Insiden dermatitis seboroik mencapai puncaknya pada bayi usia tiga bulan pertama
dan puncak kedua pada usia 30-60 tahun. Berdasarkan jenis kelamin dikatakan bahwa
dermatitis seboroik lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini
berkaitan dengan produksi hormon androgen yang lebih banyak pada laki-laki (Djuanda A et
al., 2015). Terjadinya dermatitis seboroik dikaitkan dengan tiga faktor penyebab yaitu,
metabolisme mikroba (Malassezia), produksi sebum dan kerentanan individu terhadap suatu
penyakit (Mokos et al., 2012). Kemajuan dalam bidang mikrobiologi meyakini bahwa
keterlibatan mikroba lebih dipikirkan menjadi penyebab utama terjadinya dermatitis seboroik
(Gayatri L, 2011). Munculan awal dari dermatitis seboroik berupa papul berwarna merah
muda dan diikuti dengan terbentuknya plak dengan skuama atau krusta kekuningan (Pratomo,
2003). Keadaan tersebut menyebabkan penderita dermatitis seboroik sering mengeluh gatal-
gatal pada lokasi lesi sehingga dapat mengganggu kenyamanan dalam beraktivitas. Selain itu,
penderita dapat mengalami trauma psikologis karena malu dan merasa kehilangan harga diri
akibat penyakitnya. Hal tersebut dapat berdampak buruk pada kualitas hidupnya (Schwartz et
al., 2006). Kejadian dermatitis seboroik berkaitan dengan beberapa faktor risiko yang
dimiliki oleh masing-masing individu seperti, faktor genetik, usia dan jenis kelamin
(Dessinioti C et al., 2013). Dermatitis seboroik merupakan suatu penyakit kulit yang bersifat
kronik residif, artinya penyakit menahun dan mudah kambuh (Dessinioti C et al., 2013).
Kekambuhan dermatitis seboroik berkaitan dengan beberapa faktor pencetus, seperti variasi
musim, konsumsi obat-obatan dan stres (Gayatri, 2011). Kekambuhan merupakan

1
bergantinya periode remisi dengan periode kambuhnya penyakit yang ditandai dengan
munculnya kembali klinis dari dermatitis seboroik.

BAB II
PEMBAHASAN
DERMATITIS SEBOROIK

2.1 Definisi

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang
dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi
dan aktif termasuk wajah, kulit kepala, telinga, badan bagian atas dan fleksura (inguinal,
inframma dan aksila).Dermatitis seboroik juga merupakan dermatosis papulosquamous
kronis umum yang mudah dikenali.Penyakit ini dapat timbul pada bayi dan dewasa dan
seringkali dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (sebaseus atau seborrhea) kulit
kepala dan daerah folikel kaya sebaseus pada wajah dan leher.Kulit yang terkena berwarna
merah muda, bengkak, dan ditutupi dengan sisik berwarna kuning-coklat dan
krusta(Fitzpatrick, 2010).

2.2 Etiologi
Meskipun banyak teori yang ada, penyebab dermatitis seboroik masih belum diketahui secara
pasti. tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur Malassezia, kelainan immunologi,
aktivitas sebaseus yang meningkat dan kerentanan pasien.Spesies Malassezia dan
Propionibacterium acne juga memiliki aktivitas lipase yang menghasilkan transformasi

2
trigliserida ke dalam asam lemak bebas. Ketujuh spesies Malassezia adalah lipofilik kecuali
spesies zoofilik, Malassezia pachydermatis. Asam lemak bebas dan radikal oksigen reaktif
yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang merubah flora kulit normal.Sebagian
penulis meyakini bahwa gangguan dalam flora, aktivitas lipase dan radikal oksigen bebas
akan berhubungan erat dengan dermatitis seboroik dibandingkan dengan perubahan respon
kekebalan.Hormon dan lipid kulit, pasien dengan dermatitis seboroik memeperlihatkan kadar
lipid permukaan kulit yang tinggi trigliserida dan kolesterol, tetapi level yang rendah dari
asam lemak bebas dan squalene.Penderita dermatitis seboroik biasanya mempunyai kulit
kaya sebum dan berminyak. Seperti yang telah disebutkan di atas, lipid sebum penting untuk
proliferasi Malassezia dan sintesa faktor-faktor proinflamasi sehingga menciptakan kondisi
yang sesuai untuk perkembangan dermatitis seboroik. Lesi dermatitis seboroik sering
dijumpai pada bagian-bagian kulit yang kaya kelenjar sebum.Dermatitis seboroik paling
umum terjadi pada masa pubertas dan remaja, selama periode ini produksi sebum paling
tinggi, hal ini berhubungan dengan hormonal yang meningkat pada masa pubertas, oleh
karena itu dermatitis seboroik lebih umum pada laki-laki daripada perempuan, yang
menunjukkan pengaruh androgen pada unit pilosebum.Dermatitis seboroik merupakan
kondisi inflamasi, yang sebagian besar disertai dengan keberadaan jamur Malassezia dan
diduga bahwa reaksi kekebalan yang tidak tepat bisa memberi kontribusi kepada patogenesis
dermatitis seboroik. Walaupun mekanisme imunopatogenik yang terlibat dalam
perkembangan dermatitis seboroik belum diketahui dengan jelas. Studi yang dilaksanakan
Bergbrant et al. menunjukkan secara langsung gangguan fungsi sel-sel T dan peningkatan
sel-sel NK (natural killer) dalam darah perifer pasien dermatitis seboroik dibandingkan
dengan kelompok kontrol.Studi yang sama menunjukkan peningkatan konsentrasi total
antibodi IgA dan IgG serum pada pasien penderita dermatitis seboroik, yang juga ditegaskan
oleh beberapa studi lainnya, peningkatan produksi imunoglobulin terjadi sebagai reaksi
terhadap toksin jamur dan aktivitas lipase.Faergemann et al. menemukan infiltrasi sel-sel NK
(natural killer) dan makrofag pada bagian-bagian kulit yang terpengaruh , dengan aktivasi
lokal yang bersamaan dari komplemen dan pemicuan sitokin proinflamasi, yang semuanya
bisa menyebabkan kerusakan pada epidermal.Berdasarkan hasil penelitian Gupta AK pada
tahun 2004 menunjukkan adanya imunodefisiensi sebagai faktor penyebab prevalensi
dermatitis seboroik lebih tinggi secara signifikan (34%-83%). Valia RG menyatakan pasien
positip-HIV, dermatitis seboroik yang terjadi gambaran klinisnya lebih berat (bahkan sering
mempengaruhi anggota gerak).Faktor-faktor neurogenik, kejadian dermatitis seboroik pada
pasien penderita penyakit parkinson sudah lama diamati secara klinik, terutama pada pasien

3
penderita dermatitis seboroik yang sudah lama dan berat, menciptakan kondisi yang sesuai
terhadap proliferasi Malassezia.Dermatitis seboroik dapat terjadi pada pasien dengan
parkinson, tampak perubahan dalam konsentrasi sebum yang dipicu secara endokrinologik
bukan secara neurologik.Hal ini didukung oleh temuan-temuan tentang peningkatan
konsentrasi hormon α Melanocyte Stimulating Hormon (α-MSH) plasma pada pasien
penderita penyakit parkinson, mungkin disebabkan ketiadaan faktor penghambat-MSH
sebagai akibat dari aktivitas neuronal dopaminergik yang tidak cukup.Berdasarkan penelitian
Mokos ZB dkk pada tahun 2012 dijumpai pengobatan dengan L-dopa berhasil memulihkan
sintesa faktor penghambat-MSH dan mengurangi sekresi sebum pada pasien penderita
penyakit parkinson. Efek sebostatik dari L-dopa ini terbatas hanya pada pasien penderita
penyakit parkinson, sementara pada kondisi seborea lainnya seperti jerawat, L-dopa tidak
mempunyai efek pada produksi sebum.Lebih jauh lagi, immobilitas wajah pasien penderita
penyakit parkinson (wajah seperti-masker) bisa secara sekunder menyebabkan peningkatan
akumulasi sebum, yang dengan demikian memberi kontribusi tambahan kepada
kecenderungan perkembangan dermatitis seboroik.
Beberapa laporan menyatakan faktor fisik seperti perawatan PUVA (Psoralen Ultraviolet A)
pada wajah juga dapat memicu dermatitis seboroik.Efek mikrobial, patogenesis dermatitis
seboroik masih kontroversial sejak dahulu, kehadiran atau ketidakseimbangan flora berperan
dalam penyakit ini, meskipun beberapa pasien memiliki kultur yang menunjukkan Candida
albicans, Staphylococcus aureus, Propionobacterium acnes dan bakteri aerob lainnya, tetapi
tidak berhubungan dengan patogenesis dermatitis seboroik. Beberapa obat yang dikenal dapat
memicu dermatitis seboroik dari laporan beberapa penelitian seperti laporan dari Picardo M
dan Cameli N pada tahun 2008 seperti griseofulvin, simetidin, lithium, metildopa, arsenik,
emas, auranofin, aurothioglukose, buspiron, klorpromazin, etionamid, baklofen, interferon
fenotiasin, stanozolol, thiothixene, psoralen, methoxsalen, dan trioxsalen.Gangguan
proliferasi epidermis, pasien dengan dermatitis seboroik menunjukkan hiperproliferasi
epidermis atau diskeratinisasi yang terkait dengan peningkatan aktivitas kalmodulin, yang
juga terlihat pada psoriasis. Ini menjelaskan mengapa pasien dengan dermatitis seboroik yang
diterapi dengan sejumlah obat sitostatik menunjukkan perbaikanFaktor genetik, riwayat
keluarga dari dermatitis seboroik seringkali telah dilaporkan, tetapi hanya beberapa tahun
terakhir yang memiliki mutasi (ZNF750) yang menguraikan protein finger zinc (C2H2) yang
telah dijelaskan dan mengakibatkan terjadinya dermatosis menyerupai dermatitis seboroik.
Beberapa laporan juga menyatakan stres oksidatif yang muncul sebagai akibat dari over
produksi oksigen radikal atau mekanisme pertahanan antioksidan tidak memadai dapat

4
memicu dermatitis seboroik. Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk Faktor-faktor lainnya
yang dapat mencetuskan dermatitis seboroik yaitu aspek musiman; kekambuhan penyakit
lebih umum pada musim gugur dan musim dingin.Kondisi ini dipicu oleh stres emosional dan
dahulu dijumpai angka kejadian dermatitis seboroik yang tinggi dilaporkan pada pasukan
perang di masa perang. Dari beberapa penelitian kejadian dermatitis seboroik juga sering
diamati pada penyakit depresi dan down syndrome, tetapi ini bisa terkait dengan
kecenderungan pasien penderita depresi tetap berada di ruangan tertutup, dan higiene yang
buruk.

2.3 Patofisiologi
Meskipun banyak teori yang ada, penyebab dermatitis seboroik masih belum diketahui secara
pasti. Namun ada tiga faktor yang berkaitan dengan munculnya dermatitis seboroik, yaitu
aktivitas kelenjar sebaseus, peran mikroorganisme, dan kerentanan individu (De Angelis
dkk., 2005; Fitzpatrick, 2010)

1. Aktivitas Kelenjar Sebaseus (Seborrhea)


Kelenjar sebaseus terbentuk pada minggu ke-13 sampai minggu ke-16 dari
kehamilan.Kelenjar sebaseus menempel pada folikel rambut, mensekresikan sebum ke kanal
folikel dan ke permukaan kulit. Kelenjar sebaseus berhubungan dengan folikel rambut di
seluruh tubuh, hanya pada telapak tangan dan telapak kaki yang tidak memiliki folikel rambut
dimana kelenjar sebaseus sama sekali tidak ada. Kelenjar sebaseus yang terbesar dan paling
padat keberadaannya ada di wajah dan kult kepala.Rambut yang berhubungan dengan
kelenjar sebaseus yang ukurannya besar, sering memiliki ukuran yang kecil.Terkadang pada
daerah tersebut, tidak disebut dengan folikel rambut, tapi disebut dengan folikel sebaseus.
Kelenjar sebaseus mensekresikan lipid dengan cara mengalami proses disintegrasi sel, sebuah
proses yang dikenal dengan holokrin. Aktivitas metabolik sel dalam kelenjar sebaseus
bergantung status differensiasi.Sel bagian luar terdiri atas sel membran basal, ukuran kecil,
berinti dan tidak mengandung lipid. Lapisan ini mengandung sel yang terus membelah
mengisi kelenjar sebagai sel yang dilepaskan pada proses ekskresi lipid. Selama sel ini
bergerak ke bagian tengah kelenjar, sel mulai menghasilkan lipid dan membesar mengandung
banyaklipid sehingga inti dan struktur sel lain hancur. Sel ini mendekati duktus sebaseus,
sehingga sel akan mengalami desintegrasi dan melepaskan isi. Sebum adalah cairan kuning
yang terdiri dari trigliserid, asamlemak, wax ester, sterol ester, kolesterol dan squalene. Saat

5
disekresi, komposisi sebum terdiri dari trigliserid dan ester yang dipecah menjadi
digliseid,monogliserid dan asam lemak bebas oleh mikroba komensal kulit dan enzim
lipase.Sebum manusia mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh, dengan kandungan
asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi. Belum diketahui secara pasti apa fungsi sebum,
namun diduga sebum mengurangi kehilangan air dari permukaan kulit sehingga kulit tetap
halus dan lembut (Fitzpatrick, 2010).Sebum juga punya efek ringan bakterisidal dan
fungistatik.Hormon androgen, khususnya dihidrotestoteron menstimulai aktivitas kelenjar
sebaseus. Kelenjar sebaseus manusia mengandung 5α-reductase, 3α- dan 17α-hydroxysteroid
dehydrogenase,yang merubah androgen yang lebih lemah menjadi dihydrotestosteron,yang
akan mengikatkan dirinya pada reseptor spesifik di kelenjar sebaseus kemudian
meningkatkan sekresinya (Hunter, 2002).Kelenjar sebaseus mempunyai reseptor
dehidroepiandrosteron sulfas (DHEAS) yang juga berperan dalam aktivitas kelenjar
sebaseus. Level DHEAS tinggi pada bayi baru lahir, rendah pada anak usia 2-4 tahun dan
mulai tinggi pada saat ekskresi sebum mulai meningkat (Layton, 2010).Seborrhea merupakan
faktor predisposisi dermatitis seboroik,namun tidak selalu didapatkan peningkatan produksi
sebum pada semua pasien.Dermatitits seboroik lebih sering terjadi pada kulit dengan kelenjar
sebaseus aktif dan berhubungan dengan produksi sebum.Insiden dermatitis seboroik juga
tinggi pada bayi baru lahir karena kelenjar sebaseusyang aktif yang dipengaruhi oleh hormon
androgen maternal, dan jumlah sebum menurun sampai pubertas (Fitzpatrick, 2010).

2. Efek Mikroba
Unna dan Sabouraud, adalah yang pertama menggambarkan penyakit dermatitis seboroik
melibatkan bakteri, jamur, atau keduanya.Hipotesis ini kurang didukung, meskipun bakteri
dan jamur dapat diisolasi dalam jumlah besar dari situs kulit yang terkena. Malassezia
merupakan jamur yang bersifat lipofilik, dan jarang ditemukan pada manusia.Peranan
malassezia sebagai faktor etiologi dermatitis seboroik masih diperdebatkan.Dermatitis
seboroik hanya terjadi pada daerah yang banyak lipid sebaseusnya, lipid sebaseus merupakan
sumber makanan malassezia.Malassezia bersifat komensalpada bagian tubuh yang banyak
lipid.Lipid sebaseus tidak dapat berdiri sendiri karena mereka saling berkaitan dalam
menyebabkan dermatitis seboroik (Schwartz, 2007;Fitzpatrick, 2010).

3. Kerentanan Individu
Kerentanan atau sensitivitas individu berhubungan dengan respon pejamu abnormal dan tidak
berhubungan dengan Malassezia.Kerentanan pada pasien dermatitis seboroik disebabkan

6
berbedanya kemampuan sawar kulit untuk mrncegah asamlemak untuk penetrasi.Asam oleat
yang merupakan komponen utama dari asam lemak sebum manusia dapat menstimulasi
deskuamasi mirip dandruff. Penetrasi bahan dari sekresikelenjarsebaseus pada stratum
korneum akan menurunkan fungsi dari sawar kulit, dan akan menyebabkan inflamasi serta
squama pada kulit kepala. Hasil metabolit ini dapat menembus stratum korneum karena berat
molekulnya yang cukup rendah(<1-2kDa) dan larut dalam lemak (Gemmer, 2005).

2.4 Perubahan Makroskopis dan Mikroskopis


Pada Bayi :
 Kulit kepala (cradle cap)
 Tubuh (termasuk daerah fleksor dan popok)
 Penyakit Leiner

Pada Dewasa :
 Kulit kepala
 Wajah (termasuk blepharitis)
 Tubuh :Petaloid,Pityriasiform,Fleksural,Plak eksematous,Folikuler
 Generalisata ( berupa eritroderma)

2.5 Gejala Penyakit


Penyakit ini suka muncul di bagian-bagian yang kaya kelenjar sebum, seperti kulit kepala,
garis batas rambut, alis mata, glabela, lipatan nasolabial, telinga, dada atas, punggung, ketiak,
pusar dan sela paha. Pasien sering mengeluhkan rasa gatal, terutama pada kulit kepala dan
pada liang telinga.pada kulit kepala dapat menyebar ke kulit dahi dan membentuk batas
eritema bersisik yang disebut “corona seborrheica”. Dermatitis seboroik juga dapat
mengenai liang telinga yang gambarannya seperti dermatitis kronis. Gejala yang umum
lainnya dari dermatitis seboroik adalah blefaritis dengan kerak-kerak berwarna kekuningan
sepanjang pinggir kelopak mata. Bila hanya manifestasi ini yang ada, maka diagnosis
tidaklah sulit.Varian serius dari penyakit kulit ini adalah exfoliative erythroderma (seborrheic
erythroderma).

7
2.6 Diagnosis
Dermatitis seboroik mempunyai ciri-ciri unik tergantung pada kelompok usia yang
terpengaruh, bentuk anak sifatnya dapat sembuh sendiri, sementara pada orang dewasa
penyakit ini sifatnya kronis.Lesi terdiri dari plak eritema, bersisik dengan tingkat keparahan
dan intensitas yang bervariasi.Pada masa bayi, dermatitis seboroik sering dijumpai dalam tiga
bulan pertama kehidupan berupa sisik pada kulit kepala.Gambaran khas yang berupa sisik-
sisik kekuningan yang muncul segera setelah lahir.Kondisi ini juga bisa berkembang pada
wajah dan pada lipatan-lipatan tubuh seperti pada daerah retroaurikular, leher, ketiak dan
daerah paha. Pada orang dewasa, dermatitis seboroik adalah dermatosis kronis berulang yang
dimulai dari eritema ringan sampai moderat hingga lesi papular, eksudatif dan bersisik,
semakin memburuk jika disertai stres atau kurang tidur.Dengan tingkat puritus bervariasi.Lesi
terutama berkembang pada daerah yang produksi sebumnya tinggi seperti kulit kepala, wajah,
telinga eksternal, daerah retroaurikular dan daerah pra-sternal, kelopak mata dan lipatan-
lipatan tubuh.Lesi pada kulit kepala dimulai dari pengelupasan ringan hingga kerak-kerak
berwarna kekuningan yang melekat pada kulit kepala dan rambut, yang bisa memicu atau
tidak terjadinya daerah alopesia (pseudo tinea amiantacea).Pada wajah, keterlibatan daerah

glabela dan malar, lipatan nasolabial dan alis mata merupakan ciri khas. 2-8 Keterlibatan
kelopak mata menyebabkan blefaritis, pada pria daerah kumis juga bisa terpengaruh dengan
lesi dermatitis seboroik. Dalam lipatan-lipatan kulit (ketiak, pusar, inguinal, daerah
anogenital), bentuk lesi berupa maserasi, lembab dengan dasar eritema pada sekitar lesi.

Diagnosis Banding
Dijumpai sejumlah penyakit yang serupa dengan dermatitis seboroik. Psoriasis pada kulit kepala
(scalp psoriasis) muncul sebagai plak bersisik pada kulit kepala dengan batas yang tegas mungkin
sulit dibedakan dari dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik pada kepala juga bisa mirip dengan
tinea kapitis untuk membedakannya dilakukan pemeriksaan kerokan KOH 20% dan kultur jamur.
Rosasea dan sistemik lupus eritematosus bisa menimbulkan eritema pada wajah yang mirip
dengan dermatitis seboroik.Dermatitis seboroik pada lipatan nasolabial mirip dengan dermatitis
perioral, dermatitis seboroik pada daerah dada dan punggung yang mirip dengan ptiriasis rosea
dan ptiriasis versikolor, dermatitis seboroik pada daerah paha bisa mirip dengan dermatofitosis,
psoriasis inversa, kandidiasis dan kadang-kadang histiositosis sel langerhans.
Tabel Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik Berdasarkan Lokasi Lesi

8
Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik
Scalp Psoriasis, dermatitis atopi, tinea kapitis
Wajah Rosasea, dermatitis kontak, diskoid lupus ,
fotosensitifitas terhadap obat
Liang Telinga Dermatitis kontak
Dada dan Punggung Ptiriasis rosea, tinea versikolor, lupus kutaneus
subakut
Paha dan Bokong Kandidiasis, eritrasma
Lipatan-lipatan Psoriasis inversa, dermatitis kontak, kandidiasis,
langerhans cell histiocytosis

2.7 Penatalaksanaan
Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik meliputi obat anti-inflamasi,immunomodulator,
obat keratolitik, antijamur dan tea tree oil. Beberapa obat telah dilaporkan untuk
menghasilkan lesi mirip dermatitis seboroik seperti arsenik, emas, metildopa, cimetidine, dan
neuroleptik. Dermatitis seboroik wajah diamati pada 8% dari 347 pasien yang menerima
terapi Psoralen Plus Ultraviolet A (PUVA) untuk psoriasis dan terjadi dalam beberapa hari
sampai 2 minggu setelah awal pengobatan. Lesi dihindari dengan menutupi wajah selama
iradiasi(Fitzpatrick, 2010).
A. Anti Inflamasi
Pengobatan konvensional untuk dermatitis seboroik pada kulit kepala dewasa diawali dengan

steroid topikal.1-12 Terapi ini bisa diberikan sebagai sampo, seperti flusinolon (Synalar),
larutan steroid topikal, losion yang digunakan pada kulit kepala, atau krim yang digunakan
pada kulit.
Orang dewasa penderita dermatitis seboroik biasanya menggunakan steroid topikal satu atau
dua kali sehari dan menggunakan sampo sebagai tambahan. Steroid topikal potensi rendah
efektif mengobati dermatitis seboroik pada bayi atau dewasa di daerah fleksural atau
dermatitis seboroik yang rekalsitran pada dewasa.

B. Immunomodulator
Inhibitor kalsineurin topikal (misalnya, salep takrolimus atau ®Protopic), pimekrolimus krim
atau ®Elidel) memiliki sifat-sifat fungisidal dan anti-inflamasi tanpa risiko atrofi kulit, yang
disebabkan oleh steroid topikal, inhibitor kalsineurin juga merupakan terapi yang baik
padawajah dan telinga akan tetapi penggunaan setiap hari selama satu minggu baru terlihat
manfaatnya.

9
C. Keratolitik
Modalitas lama untuk pengobatan dermatitis seboroik memiliki sifat-sifat keratolitik tetapi
tidak memiliki sifat-sifat antijamur.Keratolitik yang digunakan secara luas untuk mengobati
dermatitis seboroik meliputi tar, asam salisilat dan sampo zinc pyrithione.Zinc pyrithione
memiliki sifat-sifat keratolitik dan antijamur nonspesifik dan bisa digunakan dua atau tiga
kali per minggu.Pasien harus membiarkan sampo di rambut setidaknya selama lima menit

untuk menjamin agar bahan mencapai kulit kepala. 8 Pasien juga bisa menggunakannya di
tempat yang lainnya, seperti wajah. Dermatitis seboroik pada kulit kepala bayi mengharuskan
penanganan yang hati-hati dan lembut (misalnya, sampo ringan tanpa-obat).

D. Antijamur
Sebagian obat antijamur menyerang Malassezia yang terkait dengan dermatitis seboroik
Penggunaan gel ketokonazol sekali sehari yang dikombinasikan dengan desonide sekali-
sehari selama dua minggu, dapat berguna untuk dermatitis seboroik pada wajah.Sampo yang
mengandung selenium sulfide atau azole sering digunakan digunakan dua atau tiga kali per
minggu.Ketokonazole (krim atau gel foam) dan terbinafine oral juga bisa bermanfaat.Obat
antijamur topikal lainnya seperti siklopiroks dan flukonazole juga dapat bermanfaat untuk
penderita dermatitis seboroik.

E. Tea tree oil ( pengobatan alami/alternatif)


Terapi alami semakin popular seperti Tea tree oil (Melaleuca oil) adalah minyak esensial dari
tumbuhan semak asli Australia. Terapi ini ternyata efektif dan ditoleransi dengan baik bila
digunakan setiap hari sebagai sampo 5%.
Jenis-Jenis Terapi Pada Dermatitis Seboroik
Terapi-terapi untuk penatalaksanaan dermatitis seboroik
Terapi Dosis
Anti Inflamasi
Sampo Steroid
Flusinolon 2 x seminggu
Steroid Topikal
Flusinolon Setiap Hari
Lotion betametason valerate Setiap Hari
Krim desonide Setiap Hari
Inhibitor kalsineurin topikal
Salep takrolimus setiap hari

10
Krim pimekrolimus setiap hari
Keratolitik
Sampo asam salisilat 2xseminggu
Sampo tar 2xseminggu
Sampo zinc pyrithione 2xseminggu
Anti jamur
Sampo ketokonazole 2xseminggu
Sampo selenium sulfide 2xseminggu
Pengobatan alternatif
Sampo tea tree oil setiap hari

BAB III
PENUTUP

11
Simpulan :
- Dermatitis seboroik merupakan penyakit yang bersifat kronis dan rekuren yang dapat
menyerang berbagai golongan usia. Pengobatan pilihan non terapeutik banyak
dibutuhkan, khususnya untuk menghindari efek samping maupun interaksi obat yang
mungkin terjadi. Pelembab atau produk kosmetik dengan bahan aktif yang sesuai
dapat menjadi pilihan tatalaksana DS jangka panjang.
- Meskipun banyak teori yang ada, penyebab dermatitis seboroik masih belum
diketahui secara pasti. tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur
Malassezia, kelainan immunologi, aktivitas sebaseus yang meningkat dan kerentanan
pasien.Spesies Malassezia dan Propionibacterium acne juga memiliki aktivitas lipase
yang menghasilkan transformasi trigliserida ke dalam asam lemak bebas.
- ada tiga faktor yang berkaitan dengan munculnya dermatitis seboroik, yaitu aktivitas
kelenjar sebaseus, peran mikroorganisme, dan kerentanan individu (De Angelis dkk.,
2005; Fitzpatrick, 2010)
- Gejala yang umum lainnya dari dermatitis seboroik adalah blefaritis dengan kerak-
kerak berwarna kekuningan sepanjang pinggir kelopak mata.
- Dermatitis seboroik mempunyai ciri-ciri unik tergantung pada kelompok usia yang
terpengaruh, bentuk anak sifatnya dapat sembuh sendiri, sementara pada orang
dewasa penyakit ini sifatnya kronis.Lesi terdiri dari plak eritema, bersisik dengan
tingkat keparahan dan intensitas yang bervariasi.Pada masa bayi, dermatitis seboroik
sering dijumpai dalam tiga bulan pertama kehidupan berupa sisik pada kulit kepala.
- Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik meliputi obat anti-
inflamasi,immunomodulator, obat keratolitik, antijamur dan tea tree oil. Beberapa
obat telah dilaporkan untuk menghasilkan lesi mirip dermatitis seboroik seperti
arsenik, emas, metildopa, cimetidine, dan neuroleptik.

DAFTAR PUSTAKA

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatitis
Seboroik...Repository(USUPDFrepository,usu.ac.id>bitstream,handle
beoagustin42-kulit.blogspot.com/2012/10/pengertian-kulit.html?m=1
https://encryptedtbn3.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcQcHrKMuUYpOmfS3ofb5rW7UMsnqATaSYn81sB46Vrds4ue4YHd
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatitis Seboroik 2.1.1 Definisi
Dermatitis...PDFdigilib.unila.ac.id › ...
Tinjauan Pustaka - perdoskiPDFwww.perdoski.or.id › doc › mdvi › fulltext

13

Anda mungkin juga menyukai