PEMBUKAAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (mk3) ?
2. Bagaimana analisis faktor-faktor kebijakan dalam implementasi program
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit (k3rs) ?
3. Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan praktik perawat mengenai
keselamatan pasien (patient safety) ?
4. Bagaimana hubungan perilaku dengan kemampuan perawat dalam melaksanakan
keselamatan pasien (patient safety) ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja (MK3).
2. Untuk mengetahui bagaimana analisis faktor-faktor kebijakan dalam
implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit (K3RS).
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan praktik perawat
mengenai keselamatan pasien (patient safety).
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan perilaku dengan kemampuan perawat
dalam melaksanakan keselamatan pasien (patient safety).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pencegahan bahaya atau kecelakaan kerja juga dilakukan di Instalasi gawat Darurat agar
petugas terhindar dari kecelakaan yang terjadi pada saat memeriksa pasien.
Pencegahan bahaya atau kecelakaan kerja adalah keamanan petugas Instalasi Gawat
darurat terhadap bahaya kecelakaan fisik yang terjadi selama pemeriksaan dan selama
melakukan pekerjaan. Semua petugas wajib mengikuti prosedur atau pedoman yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian, upaya pencegahan bahaya atau kecelakaan kerja yang
terjadi di Instalasi Gawat Darurat antara lain :
Tersedianya alat pemadam kebakaran
Pelatihan penaggulangan bahaya kebakaran
Bed-bed pasien dilengkapi dengan pengaman
Pemeriksaan kesehatan secara berkala
Pemantauan aspek-aspek lingungan kerja seperti pengecekan suhu, kelembaban,
pencahayaan ruangan, kebersihan ruangan-ruangan (toilet, tempat cuci alat-alat)
d) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan Kesehatan Berkala adalah pemeriksaan kesehatan rutin yang dilaksanakan
pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. Pemeriksaan
kesehatan pada Instalasi Gawat Darurat dilakukan setahun sekali oleh TIM K3 dari Rumah
Sakit.
Pemeriksaan kesehatan berkala dapat meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus dan pemeriksaan kesehatan
penyakit umum. Pemeriksaan disesuaikan menurut keperluan guna menilai kondisi kesehatan
dan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan kesehatan sebelumnya untuk mengetahui sejauh
mana pekerjaan mempengaruhi kondisi kesehatan tenaga kerja.
e) Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program pelatihan K3 dilaksanakan oleh bagian pemeliharaan dan bagian diklat.
Program ini merupakan upaya untuk mengantisipasi setiap kecelakaan kerja dan bahaya yang
sering terjadi di Rumah Sakit khususnya dibagian Instalasi Gawat Darurat, materi yang
disampaikan juga sangat bervariasi.
4
2.2 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEBIJAKAN DALAM IMPLEMENTASI
PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT
(K3RS)
a) Pengetahuan terkait Isi dan Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS)
Hasil wawancara dengan informan utama dan informan triangulasi berdasarkan
penilaian yang dilakukan, pengetahuan informan tentang Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagian informan sudah mengetahui program tersebut yang terdiri dari
pengunaan APD, screening kesehatan petugas kesehatan, pengendalian limbah, pendidikan
dan pelatihan terkait K3. Walaupun masih ada beberapa informan yang belum
mengetahuinya. MenurutKMK1087/MENKES/SK/VIII/2010 Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang harus diterapkan yaitu pengembangan kebijakan K3RS, pembudayaan
perilaku K3RS, pengembangan SDM K3RS, pengembangan pedoman, petunjuk teknis dan
Standard Operational Procedure (SOP) K3RS, pemantauan dan evaluasi kesehatan
lingkungan tempat kerja, pelayanan kesehatan kerja, pelayanan keselamatan kerja,
pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair, dan gas, pengelolaan
jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya, dan pengembangan manajemen
tanggap darurat.
b) Komunikasi
Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai media baik
lisan maupun tulisan. Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yaitu efektifitas
komunikasi, informasi harus mudah diingat oleh penerima. Disamping untuk menyampaikan
perintah dan pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan, komunikasi keselamatan dan
kesehatan kerja digunakan untuk mendorong perubahan perilaku, sehingga pekerja
termotivasi untuk bekerja dengan selamat.5 Masih ada informan utama yang tidak
mendapatkan infromasi terkait program K3RS dari rumah sakit, dan masih ada yang belum
tahu tentang program tersebut. Sosialisasi terkait program K3RS memang jarang karena
program sudah terjadwal jadi jarang disosialisasikan secara mendetail lagi. bahwa Informan
utama belum semuanya mengetahui tentang sistem pelaporan penyakit akibat kerja di IGD
RSUD Kota Semarang.
c) Sumber Daya
Ketersediaan sarana dan prasarana seperti alat pelindung diri bagi petugas kesehatan
menunjukkan bahwa di IGD RSUD Kota Semarang sudah mencukupi dan mudah dalam
memperoleh alat pelindung diri seperti masker, apron, handscoon, sepatu booth, kacamata
5
google, dan topi. Kondisi dari alat pelindung diri yang disediakan dalam kondisi yang layak
pakai. Terkait pemeriksaan sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala. Sebagian besar
informan sudah mendapatkan pemeriksaan kesehatan baik sebelum bekerja maupun secara
berkala. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum bekerja meliputi foto rontgen,
pemeriksaan darah, cek laboratorium, pemeriksaan fisik, dan narkoba. Namun pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan berkala masih tidak merata atau tidak rutin
karena masih ada yang belum mendapatkan pemeriksaan tersebut dan waktu pelaksanaannya
yang berbeda-beda. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 1087 Tahun 2010 tentang
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan
fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium
rutin, serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu dan pemeriksaan kesehatan
berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurangkurangnya 1 tahun.4 Terkait pelatihan K3 hampir
semua informan mendapatkan pelatihan K3 seperti pelatihan bencana, kebakaran,
penggunaan APAR, pencegahan infeksi, perilaku hidup bersih, safety patient. Namun
pelaksanaan pelatihan tersebut berbeda-beda sehingga pelatihan yang didapat pun berbeda
karena waktu pelaksanaan pelatihan tersebut dibuat bergelombang agar tidak menggangu
pelayanan.
d) Lingkungan kerja beresiko terjadi Penyakit Akibat Kerja atau Kecelakaan Akibat
Kerja
Faktor lingkungan ini meliputi hal yang berhubungan dengan proses kerja secara
langsung, seperti tekanan yang berlebihan terhadap jadwal pekerjaan, peralatan keselamatan
kerja yang tidak memadai, kurangnya pelatihan dan kurangnya pengawasan. Faktor-faktor
fisik dalam perusahaan antara lain kebisingan, penerangan, tekanan udara, dan aroma di
tempat kerja. Terkait resiko lingkungan kerja di IGD sebagian besar informan mengatakan
lingkungan kerjanya beresiko terhadap PAK ataupun KAK dikarenakan banyak resiko
kerja dan jika tidak ditanggulangi akan menyebabkan penyakit akibat kerja atau kecelakaan
akibat kerja yang dialami oleh petugas kesehatan. Resiko yang dapat terjadi misalnya
penyakit TBC karena di IGD sendiri belum ada ruangan khusus untuk pasien TBC, sehingga
penularan melalui droplet dapat terjadi.
e) Standar Operasional Procedure (SOP)
Sebagian besar Informan sudah mengetahui adanya Standar Operasional Prosedur kerja
di IGD mulai dari SOP penerimaan pasien, melakukan tindakan, SOP penggunaan APD.
Standar Operasional Prosedur dibutuhkan agar karyawan mengetahui prosedur kerja yang
harus dilakukan, sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan
6
pekerjaannya, mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugas, meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individual pegawai dan organisasi secara keseluruhan.
Hasil wawancara terkait standart operasional prosedure di IGD. Standart Operasional
Prosedur (SOP) Kerja sudah ada di IGD, dan sudah didokumentasikan sehingga Standar
Operasioanl Prosedur kerja dapat dilihat setiap saat karena sudah tersusun rapih namun
Standar Operasional Prosedur terakhir tahun 2009 sehingga belum ada pembaharuan lagi.
f) Komitmen
Komitmen dan kebijakan K3RS di wujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis,
jelas, dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit. Hasil
wawancara petugas kesehatan masih ada yang tidak memakai APD, pengetahuan terkait
Program K3RS belum semuanya mengetahui dengan jelas, dan tidak mengikuti pemeriksaan
kesehatan.
7
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dapat
dipahami oleh pasien akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien.
c) Meningkatkan keamanan dari high-alert medication
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) merupakan obat yang
sering menyebabkan kesalahan atau kesalahan serius. Kesalahan dapat terjadi bila
perawat tidak mendapatkan orientasi yang baik dan dalam situasi darurat.
d) Memastikan benar tempat, benar prosedur dan benar pembedahan pasien
Salah lokasi, salah prosedur, pasiensalah pada operasi, adalah sesuatu yang sangat
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit.
e) Mengurangi infeksi dari pekerja kesehatan
Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (bloodstream infections) dan
pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
f) Mengurangi terjadinya risiko jatuh pada pasien
Jumlah kasus jatuh pada pasien cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi
pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan
yang disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien
jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Perlunya keselamatan pasien (patient safety) diterapkan pada tindakan medis,
dikarenakan kompleksnya rangkaian tindakan medis yang kerap dilakukan. Dimulai dengan
diagnosa, pertolongan pertama, pemeriksaan laboratorium, pemberian obat hingga tindakan
pembedahan yang memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan medis.
b) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Namun sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Terdapat berbagai macam cara
yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu:
1) Cara Coba Salah (Trial and Error). Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yanglain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi
sampai didapatkan hasil yang mencapai kebenaran.
8
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas. Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada
otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin
agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang
dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara
tersebut.
4) Melalui Jalan Pikiran. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikiran.
5) Cara baru atau modern. Dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :
1) Usia
Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia seseorang, akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2) Pendidikan
Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasardasar pengetahuan,
teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisis serta pengembangan
kepribadian.
3) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan.
4) Informasi
Media komunikasi adalah media yang digunakan pembaca untuk mendapatkan
informasi sesuatu atau hal tentang pengetahuan.
5) Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
c) Praktik
Praktik atau perilaku adalah tindakan atau aktivitas manusia yang memiliki bentangan
yang sangat luas. Perilaku merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
9
diamati secara langsung, maupun yang tidak diamati dari pihak luar. Setiap individu memiliki
perilakunya sendiri yang berbeda dengan individu lain. Namun, secara minimal jika didasari
oleh pengetahuan yang cukup, perilaku positif akan terbentuk relatif lama.
Perilaku seseorang atau masyarakat mengenai kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan.
Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan juga mendukung
dan memperkuat terbentuknya perilaku.
d) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Instalasi Gawat Darurat adalah salah satu bagian dari rumah sakit yang menyediakan
penanganan awal bagi pasien yang sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan
hidup pasien tersebut. Pada Instalasi Gawat Darurat terdapat dokter dari berbagai spesialisasi,
sejumlah perawat dan asisten dokter.
e) Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau
memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit. Sebagai tenaga kesehatan,
perawat memiliki sejumlah peran di dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan
kewenangan yang dimiliki. Peran perawat yang utama adalah sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik dan peneliti. Perawat IGD merupakan seorang tenaga keperawatan yang
bertanggung jawab dan diberi wewenang memberikan pelayanan keperawatan di Instalasi
Gawat Darurat.
Adapun hasil dari jurnah ini adalah :
Pengetahuan : Pengetahuan dikategorikan baik apabila memenuhi skor 80% dalam
pengisian kuesioner pengetahuan keselamatan pasien (patient safety).
Praktik : beluk maksimalnya pelayanan/ praktik yang diberikan.
Hubungan Pengetahuan dan Praktik Keselamatan Pasien (Patient Safety) : Terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan perawat mengenai keselamatan pasien (patient
safety) dengan praktik perawat terkait keselamatan pasien (patient safety
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang antara pengetahuan dan
praktik, dalam hal ini terkait dengan keselamatan pasien (patient safety). Terdapat hubungan
positif yang ditunjukkan oleh hasil uji statistik dimana hasil tersebut menggambarkan bahwa
semakin tinggi nilai skor yang diperoleh untuk tingkat pengetahuan perawat mengenai
10
keselamatan pasien, maka semakin tinggi pula nilai skor yang diperoleh untuk praktik
penerapan keselamatan pasien oleh perawat.
Terdapatnya hubungan antara tingkat pengetahuan perawat mengenai patient
safety dengan praktik atau pelaksanaan program patient safety sejalan dengan teori perilaku
Lawrence Green yang menyebutkan bahwa pengetahuan termasuk dalam faktor predisposisi
yang akan mempengaruhi praktik kesehatan seseorang.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (MK3) yaitu dengan
pemeliharaan kesehatan petugas IGD, pemakaian alat pelindung diri , pencegahan bahaya
atau kecelakaan kerja , pemeriksaan kesehatan berkala dan pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Analisis faktor-faktor kebijakan dalam implementasi program keselamatan dan
kesehatan kerja rumah sakit (K3RS) yaitu pengetahuan terkait isi dan tujuan program
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit (K3RS), komunikasi, sumber daya, lingkungan
kerja beresiko terjadi penyakit akibat kerja atau, kecelakaan akibat kerja, standar operasional
procedure (SOP), dan komitmen.
Hubungan tingkat pengetahuan dan praktik perawat mengenai keselamatan pasien
(patient safety) yaitu tingkat pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien masih rendah,
masih ad perawat yang melakukan praktik yang kurang baik terkait keselamatan pasien, serta
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan perawat mengenai keselamatan pasien (patient
safety) dengan praktik perawat terkait keselamatan pasien (patient safety).
Hubungan perilaku dengan kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan
pasien (patient safety) yaitu Berdasarkan Umur, Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan Masa
Kerja, Perilaku, Kemampuan dalam melaksanakan keselamatan pasien (patient safety)
tentang mengidentifikasi pasien, pengurangan resiko infeksi, pengurangan resiko pasien
jatuh, Hasil Analisa Hubungan Perilaku Perawat dengan Kemampuan Perawat dalam
melaksanakan keselamatan pasien (patient safety).
3.2 SARAN
Pentignya penerapan K3 dan keselamatan pasien dalam lingkup kesehatan harus dapat
menejadikan hal tersebut motivasi bagi tenaga kesehatan maupun menejemen rumah sakit
akan hal mingkatkan upaya pemeberian kualitas K3 dan keselamatan pasien. Karena itu
untuk menunjang kesembuhan pasien lebih cepat dan mengurangi ataupun menghilangkan
adanya kejadian tidak diinginkan (KTD).
14
DAFTAR PUSTAKA
15