DAN
Disusun oleh:
144012018109
FAKULTAS KESEHATAN
2020
STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA K3RS
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 Rs perlu disusun strategi antara lain
:
Beberapa peraturan yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan Rumah Sakit antara
lain diatur dalam :
• Kepmen KLH 58/1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit;
I. Kategori B3
1. Memancarkan radiasi
2. Mudah meledak
4. Oksidator
5. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius
6. Korosif
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/ tahun dengan temperatur uji 55 0C, mempunyai pH
sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa).
7. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan
tubuh.
8. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.
9. Teratogenik
10. Mutagenik
makin kecil nilai LD50 atau LC50 B3 menunjukkan makin tinggi daya
racunnya
dalam tubuh bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 M 2 selama 8
jam kerja dan sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
3. Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam- macam B3 dengan sifat dan
daya racun yang berbeda, menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau
pengobatan.
4. Kerentanan calon korban paparan B3, karena masing- masing individu mempunyai
daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh bahan kimia.
1. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri
dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh
petugas yang ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil identifikasi diberi label
atau kode untuk dapat membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi
didapatkan dari MSDS.
c. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman.
e. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan
mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja
yang aman.
f. Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat
melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan
g. Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai prosedur dan
petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai
dan jelas.
1. Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertulis dalam
kontrak kerjasama.
2. Kualitas dan garansi
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai dengan spesifikasi
yang sudah disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis
garansi yang diberikan.
3. Persyaratan K3 dan lingkungan
a. Menyertakan MSDS.
b. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001.
c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan.
d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di Rumah Sakit.
4. Sistem mutu
a. Metodologi bagus.
b. Dokumen sistem mutu lengkap.
c. Sudah sertifikasi ISO 9000
5. Pelayanan
d. Memberikan layanan purna jual yang memadai dan dukungan teknis disertai
sumber daya manusia yang handal.
a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan.
3. Penanganan administratif
A. Kriteria Tenaga K3
1. Rumah Sakit Umum kelas A dan Rumah Sakit Khusus kelas A
a. S3/S2 K3 minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS;
b. S2 kesehatan minimal 1 orang, yang mendapatkan pelatihan tambahan yang
berkaitan dengan K3 secara umum serta mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS;
c. Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2 Kedokteran Okupasi
minimal 1 orang. (optional);
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1 minimal 2 orang dan
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;
e. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/ dokter gigi minimal 1 orang
dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS;
f. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal) yang
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal 1
orang;
g. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS minimal 2 orang;
h. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang
mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS minimal 1
orang;
b. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/ dokter gigi minimal 1 orang
dengan sertifikasi dalam bidang K3 dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3RS;
4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua SDM Rumah
Sakit di bidang K3.
Di Rumah Sakit komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas,
dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan Rumah Sakit. Manajemen
Rumah Sakit mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya seperti pendanaan,
tenaga K3, dan sarana untuk terlaksananya program K3 di Rumah Sakit. Kebijakan K3 di
Rumah Sakit diwujudkan dalam bentuk wadah K3RS dalam struktur organisasi Rumah Sakit.
Strategi dalam pelaksanaan komitmen dan kebijakan K3 Rumah Sakit antara lain :
Rumah Sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan
meliputi:
1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor resiko : Rumah Sakit
harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta pengendalian
faktor risiko yang berada di lingkungan Rumah Sakit.
a. Identifikasi sumber bahaya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
2) Jenis kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja yang mungkin dapat terjadi
b. Penilaian faktor risiko artinya proses untuk menentukan ada tidaknya risiko
dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko
kesehatan dan keselamatan
c. Pelaksanaan pengendalian faktor risiko dimulai melalui 4 tingkatan pengendalian
risiko yakni menghilangkan bahaya, mengganti sumber risiko dengan sarana/
peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah / tidak ada, administrasi dan alat
pelindung diri (APD)
2. Membuat peraturan : Rumah Sakit harus membuat peraturan, menetapkan dan
melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan,
perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP tersebut harus
dievaluasi, diperbarui dan harus dikomunikasikan serta disosialisasikan kepada
karyawan dan pihak yang terkait.
3. Tujuan dan sasaran : Rumah Sakit harus mempertimbangkan peraturan perundang-
undangan, tentang bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan / indikator
pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian.
4. Indikator kinerja : indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3
yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian Strategi
Manajemen K3 di Rumah Sakit.
5. Program K3 : Rumah Sakit harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS,
untuk mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan pencatatan serta
pelaporan
1) Tahap Persiapan
a) Menyatakan komitmen : komitmen harus dimulai dari direktur utama/ direktur
RS (manajemen puncak). Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak
hanya dalam kata-kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat
diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas
Rumah Sakit.
b) Menetapkan cara penerapan K3 di Rumah Sakit: menetapkan cara penerapan
K3RS dapat menggunakan jasa konsultan atau tanpa menggunakan jasa
konsultan jika Rumah Sakit memiliki personil yang cukup mampu untuk
mengorganisasikan dan mengarahkan orang.
c) Pembentukan organisasi/ unit pelaksana K3RS.
d) Membentuk kelompok kerja penerapan K3 : anggota kelompok kerja sebaiknya
terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja, misalnya manajer unit kerja.
Peran, tanggung jawab dan tugas anggota kelompok kerja perlu ditetapkan.
Sedangkan mengenai kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja
disesuaikan dengan kebutuhan Rumah Sakit.
e) Menetapkan sumber daya yang diperlukan : sumber daya disini mencakup orang
(mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan dana.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Penyuluhan K3 ke semua petugas Rumah Sakit.
b) Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di
dalam organisasi Rumah Sakit. Fungsinya memproses individu dengan perilaku
tertentu agar berperilaku sesuai dengan
c) yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dan pelatihan.
d) Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya sebagai
berikut :
1) Pemeriksaan kesehatan petugas
2) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatam kerja
3) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
4) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan
5) Pengobatan pekerja yang menderita sakit
6) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
7) Melaksanakan biological monitoring
8) Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja.
b. A : Arahkan ==> Arahkan ke dasar api, jangan lupa yang dipegang adalah
daerah di dekat ujung noozle
d. A : Ayunkan ==> Ayunkan searah gerakan angin, tujuannya adalah agar arah api
dan isi APAR tidak mengenai kita jika kita searah gerakan angin.
5. Mengetahui Pintu darurat, jalur evakuasi, atau titik kumpul jika ada bencana.
III.3 Simbol Keselamatan Kerja
Gamb
ar 3.2 Simbol-simbol yang umumnya ada di laboratorium.
Simbol ini harus diperhatikan dan dipahami supaya Anda mengetahui bahaya yang ada
pada suatu benda atau zat kimia.Berikut adalah penjelasan simbol-simbol tersebut.
1) Animal hazard adalah bahaya yang berasal dari hewan. Mungkin saja hewan itu
beracun karena telah disuntik bermacam-macam zat hasil eksperimen atau dapat
menggigit dan mencakar Anda.
2) Sharp instrument hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang tajam.
Benda itu jika tidak digunakan dengan benar maka dapat melukai Anda.
3) Heat hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang panas. Tangan Anda akan
kepanasan jika menyentuh benda tersebut dalam keadaan aktif atau menyala.
4) Glassware hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah pecah.
Biasanya berupa gelas kimia.
5) Chemical hazard adalah bahaya yang berasal dari bahan kimia. Bisa saja bahan
kimia itu dapat membuat kulit kita gatal dan iritasi.
6) Electrical hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang mengeluarkan
listrik. Hati-hati dalam menggunakannya supaya tidak tersengat listrik.
7) Eye & face hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang dapat
membuat iritasi pada mata dan wajah. Gunakan masker atau pelindung wajah sebelum
menggunakan bahan tersebut.
8) Fire hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah terbakar. Contohnya
adalah kerosin (minyak tanah) dan spiritus.
9) Biohazard adalah bahaya yang berasal dari bahan biologis. Bahan tersebut bisa dapat
menyebabkan penyakit mematikan seperti AIDS. Contohnya adalah tempat
pembuangan jarum suntik.
10) Laser radiation hazard adalah bahaya yang berasal dari sinar laser.
11) Radioactive hazard adalah bahaya yang berasal dari benda radioaktif. Benda ini
dapat mengeluarkan radiasi dan jika terpapar terlalu lama maka akan menyebabkan
kanker.
12) Explosive hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah meledak.
Jauhkan benda tersebut dari api.
HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja merupakan suatu kondisi yang bebas dari gangguan secara fisik dan
psikis yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan dapat terjadi karena adanya
faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan
dan lingkungan yang menimbulkan stress atau gangguan fisik.
Kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan kesehatan karyawan agar dapat bekerja
secara aktif dan produktif. Ruang lingkup kesehatan kerja mencakup pengobatan preventif
untuk menjaga kesehatan dan pengobatan atau penyembuhan untuk meningkatkan kesehatan
dan melindungi dari resiko akibat proses produksi yang dapat mempengaruhi pada
produktivitas kerja. Sedangkan keselamatan kerja bertujuan untuk meningkatkan usaha-usaha
keselamatan dan pencegahan kecelakaan kerja, penyakit kerja, cacat dan kematian.
Kemudian pada abad ke-17 Belanda datang ke Indonesia dengan pendaratan V.O.C di
Jakarta.Dinas kesehatan yang diadakan oleh Belanda pada permulaannya adalah Dinas
Kesehatan Militer, yang kemudian beralih menjadi Dinas Sipil.Higeneperusahan dan
kesehatan Belanda ini ditujukan untuk memberikan kesehatan sekedarnya pada para pekerja
Indonesia agar para pekerja Indonesia tersebut cukup sehat dan mampu untuk memproduksi
bahan-bahan yang diperlukan oleh Belanda.Dan pada abad ke-20 dibuatlah undang-undang
mengenai kebersihan, keselamatan serta kesehatan yang isinya sangat sederhana, karena
disesuaikan dengan keprluan pada saat itu.
Pada zaman Perang Dunia II sedang berlangsung Jepang sama sekali tidak memberikan
dorongan atau pemikiran-pemikiran tentang higene perusahaan dan kesehatan kerja.Setelah
Indonesia merdeka higiene perusahaan dan kesehatan kerja dapat diwujudkan yaitu dimulai
beberapa tahun sejak proklamasi kemerdekaan dengan munculnya undang-undang kerja dan
undang-undang kecelakaan yang kemudian dipraktekkandiperusahaan -perusahaan.
Ditahun yang sama buku pertama tentang Ilmu Kesehatan Buruh diterbitkan. Pada
tahun 1966 dengan reorganisasi Kabinet Ampera, Higiene Perusahaan dan Kesehatan kerja
ini diresmikan yaitu dengan didirikannya Dinas Higiene Perusahan Sanitasi Umum dan Dinas
Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen Kesehatan dan Lembaga Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja di Departemen Tenaga Kerja dan selain itu dibentuk pula Yayasan Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja di Surabaya. Dan setahun kemudian pada tahun 1967 berdiri
di Bandung, Badan Pembina dan konsultasi Higiene Perusahaan yang sekaligus juga
merupakan suatu Badan Usaha serta didterbitkannya buku yang kedua dengan judul Ilmu
Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
Seminar Nasional II Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja serta Kongres ke-1
Ikatan Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatn Kerja berlangsung di Jakarta pada
tahun 1972 dengan tema Akselerasi Pertumbuhan Profesi dalam Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja untuk Menunjang Modernisasi. Pada seminar ini juga ditetapkan program
untuk 3 tahun Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dan dalam Kongres ditetapkan
Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan serta ditetapkan pula Dr. H. Ibnu
Sutowo sebagai Ketua Kehormatan Ikatan dan di tahun 1972 ini pula Dr. Suma’mur P.K
diangkat menjadi anggota “PannelAdvisoryExpert”, WHO. Geneva.Dan untuk tahun 1973
merupakan usaha pembinaan laboratorium Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di
Jakarta, bandung, Medan dan Ujung Pandang.
Hasil dari pengukuran ini dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta bila perlu pemecahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap derajat
kesehatan setinggi-tingginya.Sasaran dari higiene perusahaan adalah lingkungan kerja dan
higeneperusahan juga bersifat teknik.
Kesehatan kerja adalah spesialis dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehataan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial dengan melakukan usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum lainnya. Sasaran
dari adanya kesehatan adalah manusia dan sifatnya medis.
Higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai suatu istilah yang memiliki satu
kesatuan pengertian adalah terjemahan dari “OccupationalHealth” yang cenderung diartikan
sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh dari
seorang tenaga kerja. Menyeluruh disini berarti melakukan usaha kuratif, preventif,
penyesuaian faktor manusiawai terhadap pekerjaan, higene dan lain-lain.
Hakikat dari Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:
Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya,
baik itu buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pun pekerja-pekerja bebas, dengan
maksud untuk kesejahteraan tenaga kerja.
Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya
effisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi
Untuk efisiensi kerja yang optimal, maka sebaiknya pekerjaan harus dilakukan
dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Lingkungan kerja yang dimaksud yaitu tekanan panas, penerangan ditempat kerja, udara,
sikap badan, penserasian manusia dan mesin, dan pengekonomisan upaya. Lingkungan
kerja inipun perlu disesuaikan dengan tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja
yang bersangkutan.
Biaya kecelakan dan penyakit yang ditimbulkan akibat kerja, serta penyakit umum
lainnya oleh karena pengaruh yang memburukan keadaan sangat mahal harganya
dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya kuratif yang mahal seperti itu
meliputi pengobatan, perawatan, rehabilitasi, kerusakan mesin, peralatan dan bahan
akibat kecelakan, terganggunya pekerjaan dan cacat.
Kecelakaan
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh
karena dibelakang itu tidak ada unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminildiluar ruang lingkup kecelakaan
yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian
material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.
Bennet Silalahi
Menjelaskan bahwa penyebab kecelakan kerja adalah adanya gejala yaitu perbuatan atau
kondisi tidak selamat. Dimana gejala tersebut berakar pada kebijakan manajemen jika
ditelusuri, maka sebab musabab dapat ditemukan dan kemungkinan adanya kerusakan
atau luka-luka dapat diramalkan atau analisis resiko (Risk Analisis) dapat dilakukan
dengan baik secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut
Perilaku tidak aman menurut Silalahi disebabkan oleh tiga hal yaitu;
1. Tidak tahu tata cara kerja yang aman atau tidak tahu perilaku yang berbahaya
2. Tidak mampu memenuhi persyaratan kerja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
3. Tahu seluruh peraturan dan persyaratan kerja, namun tidak mau memenuhi atau
mematuhinya. Perilaku ini kemungkian disebabkan oleh adanya persepsi resiko dan
atau persepsi terhadap kualitas pelaksanaan program kesehatan keselamatan kerja
yang kurang tepat, sehingga cenderung mengabaikan petunjuk kesehatan dan
keselamatan kerja yang telah diberikan oleh pihak manajemen.
Suatu kecelakan kerja yang terjadi disuatu lokasi kerja terlebih dahulu diawali oleh
beberapa kali kejadian nyaris kecelakaan kerja. Kecadian nyaris tersebut disebabkan oleh
penyebab langsung (immediatecauses) berupa banyaknya kondisi kerja yang tidak aman
(unsafecondition) dan banyaknya perilaku karyawan yang tidak aman (unsafeact) dilokasi
kerja tersebut (Tjondro.1999). Kondisi yang tidak aman meliputi kondisi lingkungan yang
fisik tempat kerja berupa pengaturan sirkulasi udara, pengaturan penerangan, peralatan kerja
dan pemakaian peralatan pengamanan kerja, sedangkan perilaku tidak aman meliputi;
1. Kondisi fisik karyawan yang kurang baik misalnya gangguan atau kerusakan alat
indera dan stamina tubuh yang tidak stabil
2. Kondisi psikis karyawan berupa emosi yang tidak stabil, kepribadian rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi kurang baik, motivasi kerja kurang, sikap yang ceroboh
atau kurang cermat serta kurang pengetahuan dalam menggunakan fasilitas kerja terutama
yang membawa resiko.
Bambang B. Hantoro
Menerangkan bahwa umumnya penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan, yaitu;
5. Sanitasi Perusahaan
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mencapai persyaratan hiperkes.Sanitasi termasuk
usaha-usaha dan tindakan yang dilakukan untuk mengubah secara langsung maupun tidak
langsung pengaruh lingkungan yang buruk bagi kesehatan manusia menjadi lingkungan yang
menguntungkan. Sanitasi Perusahaan adalah tindakan-tindakan menciptakan kebersihan,
menjaga kesehatan dan memelihara kenyamanan lingkungan kerja di dalam perusahaan yang
memenuhi persyaratan Hiperkes
Dengan melaksanakan sanitasi: faktor-faktor buruk yang dapat menimbulkan penyakit
dapat dicegah dan dihilangkan. Program sanitasi antara lain:
1. Dilakukan untuk mendapatkan hasil yang efektif.
2. Melibatkan seluruh jajaran personel di dalam perusahaan.
7. Higiene Perorangan
Titik sentral kegiatan perusahaan adalah manusia sebagai tenaga kerja, higiene perusahaan
dapat dimulai dari Higiene Perorangan. Higiene Perorangan merupakan salah satu upaya
untuk mencapai persyaratan hiperkes. Usaha-usaha Higiene Perorangan :
1. Kebersihan Badan,
2. kebersihan mulut,
3. Kebersihan tangan,
4. Kebersihan rambut,
5. Pakaian,
6. dll.
8. Tindakan Pencegahan
Ditujukan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan di dalam perusahaan. Untuk
meningkatkan produktivitas kerja. Tindakan Pencegahan yang dilakukan :
1. Teknis :
a. Mematuhi Hiperkes dengan baik.
b. Kerjasama dengan tenaga akhli Hiperkes,
c. Pendidikan dan Penyuluhan tentang Hiperkes,
d. Menjaga Kebersihan lingkungan kerja,
e. Mengetahui dan mentaati peraturan-peraturan didalam perusahaan,
f. Mengadakan penelitian statistik mengenai produktivitas TK
g. Mengenakan pakaian pelindung dan pakaian kerja pada waktu bekerja,
h. dll
2. Medis,
a. Pemeriksaan kesehatan rutin,
b. Perawatan dan pengobatan buat karyawan yang sakit,
c. Peningkatan gizi karyawan,
d. melengkapi fasilitas perusahaan di bidang kesehatan,
e. Mengadakan evaluasi terhadap gangguan kesehatan,
f. Pemeriksaan kesehatan terhadap tenaga kerja yang memperlihatkan gejala-gejala sakit
akibat kerja,
g. Pemberantasan penyakit menular
Program Kesehatan Kerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program K3 pada
umumnya.Dengan demikian penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja dirintegrasikan
dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Elemen-elemen audit
SMK3 untuk penerapan norma kesehatan kerja harus dipenuhi sebagaimana elemen-elemen
audit norma keselamatan dan kesehatan kerja lainnya.
1. Monitoring
Monitoring penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja antara lain meliputi
pemantauan hasil pelaksanan pelayanan kesehatan kerja, kegiatan pencatatan dan
pelaporan serta kegiatan pendukung lainnya.
o Pemantauan hasil pelaksanan pelayanan kesehatan kerja
Teknis Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dapat dipantau secara
langsung dan tidak langsung. Pemantauan secara langsung dapat dilakukan
dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan pengukuran kondisi
kesehatan tenaga kerja maupun lingkungan kerja. Pemantauan secara tidak
langsung dilakukan dengan cara melihat data dan pelaporan yang sudah ada.
o Kegiatan pencatatan dan pelaporan.
Pencatatan dan pelaporan sangat penting dilakukan untuk mendapatkan data
hasil pelaksanakan kegiatan dari waktu ke waktu. Pencatatan dan pelaporan
juga dapat digunakan untuk umpan balik (feed back) dalam beberapa
kasus/masalah kesehatan kerja, baik yang bersifat individu maupun kelompok.
Pencatatan yang diperlukan antara lain meliputi hasil pemantauan, prevalensi,
insidens penyakit dan angka kecelakaan akibat kerja.
2. Evaluasi
o Data hasil monitoring pencatatan tersebut di atas dilakukan analisa dan
evaluasi terhadap kasus-kasus penyakit dan kecelakaan yang sering terjadi
dikaitkan dengan faktor-faktor bahaya di tempat kerja dan data-data lainnya.
o Hasil analisa dan evaluasi tersebut digunakan sebagai dasar untuk penyusunan
program pengendalian terhadap faktor bahaya kesehatan serta penetapan
metode/cara kerja yang lebih sehat dan aman, sehingga produktifitas
perusahaan tetap tinggi/meningkat.
o Analisa dan evaluasi data kesehatan kerja dapat dilakukan dengan cara
membuat matriks/tabel.
Sumber :