Anda di halaman 1dari 4

RESUME MATERI BAPUS

AKUALISASI SPIRIT PROFESIONAL QUR'ANI DALAM DUNIA KERJA

DISUSUN OLEH

NAMA : silvia Yesi Elfariani


NIIM : 144012018109
KELOMPOK : 25

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
T.A 2020/2021
Materi : 4

Akualisasi Spirit Profesional Qur'ani dalam Dunia Kerja

Profesionalisme biasa diartikan secara sederhana adalah suatu pandangan untuk selalu berfikir,
berpendirian, bersikap dan bekerja sungguh-sungguh, dengan disiplin, jujur, dan penuh dedikasi
untuk mencapai hasil kerja yang memuaskan. Sebagai sebuah konsepsi masyarakat modern,
profesionalisme paling tidak memiliki dua karakteristik. Karaketeristik pertama meniscayakan adanya
pengetahuan dan ketrampilan spesifik yang terspesialisai, sedang karakteristik kedua bersumber dari
integritas moral dan budaya.

Ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus terspesialisasi menjadi prasyarat mutlak yang harus
dimiliki oleh para profesionalis. Kemampuan individual ini masih perlu didukung oleh sistem
manajemen dan organisasi kerja yang tepat, yang dapat menempatkan individu pada posis yang
tepat. Jelasnya, individu yang memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus terspesialisasi
hanya akan menjadi profesional jika ditempatkan pada tugas (job) atau posisi yang tepat (the right
man on the right place). Dalam Al Qur’an Allah berfirman yang artinya katakanlah setiap orang
bekerja menurut keadaan masing-masing, maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya (QS. Al Isra’).

Sedangkan karakteristik kedua tentang integritas moral dan budaya, mencakup kejujuran, disiplin,
rajin, tepat waktu dan lain-lain. Meruapakan kode etik dan pedoman setiap para profesional dalam
bekerja. Kurang lebih lima belas abad yang lalu Islam telah mengajarkan umatnya tentang integritas
moral atau kode etik. Berikut butir-butir penting dalam Al Qur’an dan Hadist yang menyuruh bekerja
secara profesional:

Bekerja sesuai dengan kemampuan atau kapasitasnya (QS. An’am: 135, Az Zumar: 39 dan Huud: 93)

Bekerja dengan hasil terbaik (QS. Al Mulk: 2)

Bekerja sesuai dengan bidang keahlian (QS. Al Isra’: 84)

Jika suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya maka tunggulah kehancurannya (HR. Bukhari)

Bekerja sesuai dengan patut dan layak (QS. An Nahl: 97, Al Anbiya’: 94, dan Al Zalzalah: 7)

Selanjutnya pada ayat yang lain Islam mendorong umatnya agar:

Memiliki kejujuran (QS. Al Ahzaab: 23-24)

Kerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan (QS. Al Maidah: 2)


Bekerja dengan penuh tanggung jawab karena selalu diawasi Allah, Rasul dan masyarakat (QS. At
Taubah: 105)

Sederhana dan tidak berlebih-lebihan (QS. Al A’raaf: 13, Al Israa’: 29, Al Furqaan: 67, dan Ar Rahman:
7-7)

Rajin dan bekerja keras (QS. Al Jumu’ah: 10)

Disiplin (QS. Al Hasyr: 7)

Hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan (QS> Al Hujurat: 6)

Berlomba-lomba dalam kebaikan (QS. Al Baqarah: 148, Al Maidah: 48)

Jujur dan dapat dipercaya (QS. An Nisa’: 58, Al Baqarah: 283, Al Mu’minun: 8)

Etos kerja dan semangat seorang muslim sangat tinggi, serta tidak pernah berputus asa karena Allah
melarang hal itu. Dalam suatu hadist (riwayat Ahmad) Rasulullah SAW telah bersabda: “Apabila salah
seorang kamu menghadapi kiamat sementara di tangannya masih ada benih hendaklah ia tanam
benih itu”.

Demikianlah, Islam memiliki ajaran yang menjunjung tinggi nilai dasar kerja dan mendorong
umatnya bersikap profesional. Sejarah membuktikan tatkala masyarakat Barat dan Eropa
menempatkan kelas pendeta dan militer pada kedudukan tinggi, Islam justru menghargai orang-
orang berilmu, para pedagang, petani, tukang, dan pengarajin. Sebagai manusia biasa, mereka tidak
diunggulkan dari yang lain, karena Islam menganut nilai persamaan diantara sesama manusia.
Ketinggian derajat manusia semata-mata diukur dari ketakwaanya kepada Allah, yakni derajat
keimanan dan amal salehnya.

Semua petunjuk yang ditemukan dalam Al Qur’an tersebut menjadi landasan etis-telogis kerja dan
pengembangan etos profesionalisme setiap muslim, sehingga kaum muslimin diharapkan memiliki
semangat kerja dan etos profesionalisme yang lebih tinggi dibanding umat lainnya.

Profesionalisme tuntunan ibadah

Semangat kerja dan etos profesionalisme seorang muslim tidak hanya berkembang karena ada
tuntutan realitas empirik masyarakat modern, melainkan dilandasi oleh semangat keberagaman
sebagai bagian dari amal saleh yang menjadi prasyarat ketakwaannya. Dengan kata lain, dalam
melakukan suatu karya atau pekerjaan, seorang muslim tidak hanya demi memenuhi kebutuhan
hidupnya semata, melainkan karena agama mendorongnya, dan oleh karenanya merupakan salah
satu bentuk pengabdian (ibadah) kepada Tuhannya.
Namun disayangkan, landasan telogis kerja dan etos profesionalisme yang dimiliki umat Islam
tersebut di atas tidak sepenuhnya membumi dan membudaya di kalangan masyarakat muslim.
Terjadi kecenderungan kemerosotan semangat kerja dan etos profesionalisme di dunia Islam,
sehingga fakta menunjukkan sebagian besar negeri-negeri mayoritas umat Islam dalam keadaan
terpuruk dan terbelakang.

Dari para pakar sejarah menemukan antara lain penyebab merosotnya etos profesionalisme adalah
akibat pemerintahan feodal yang dzalim. Pada masa itu para elit bangsawan yang hidup bermewah-
mewah dan otoriter, menyebabkan motivasi umat untuk bekerja menjadi merosot. Dalam keadaan
tertindas, rakyat menjadi pasrah dan tak berdaya, yang akhirnya menempuh kehidupan “tasawuf”
atau sufi dan menjadi seorang “zahid” yang menghindari kehidupan dunia (lebih berorientasi pada
kehidupan akhirat) sampai yang bersikap apatis terhadap dunia. Walaupun kebenaran alasan sejarah
tersebut masih banyak diperdebatkan, namun paling tidak dapat menjadikan suatu peringatan agar
sikap keberagaman umat Islam telah benar-benar sesuai dengan semangat Al Qur’an dan Sunnah.

Islam adalah agama yang menekankan penghayatan atau realisasi ajarannya dalam kehidupan,
mengutamakan pengungkapan pengalaman keagamaan (religious experience) pada para
pemeluknya. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah
nasib mereka sendiri (QS. Ar Ra’du: 11). Tepat seperti dikatakan Ismail al Faruqi (Al Tawhid: Its
Implication for Thought and Life, 1995) bahwa Islam lebih merupakan a religion of action dari pada a
religion of faith. Sejarah peradaban Islam yang bertahan berabad-abad (abad ke-9 s/d ke-13) adalah
bukti profesionalisme masyarakat Islam dalam menjalankan roda kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

Pada sisi lain dalam kehidupan sehari-hari sering dipertentangkan antara bekerja dengan keikhlasan
dengan kerja secara profesional. Kerja ikhlas atau lillahi ta’ala mempunyai konotasi kerja dengan
kemampuan seadanya, minimalis dan tidak produktif. Sebaliknya kerja yang profesional identik
dengan kerja yang efisien dan produktif serta serba uang. Pandangan atau pengertian begini tidak
benar dan menyesatkan. Seorang Muslim yang seluruh hidupnya untuk ibadah pada Allah, dimana
Allah selalu mengawasi dan meminta pertanggungjawaban dikelak hari kiamat, maka dia akan selalu
bekerja dengan ikhlas dan sungguh-sungguh dengan segenap kemampuannya.

Anda mungkin juga menyukai