Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


(K3RS)

RUMAH SAKIT MITRA HUSADA


2019
I. PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan industri yang padat modal, padat teknologi, padat tenaga keija
dari berbagai profesi yang tentunya mempunyai risiko yang tinggi terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja dalam melaksanakan pelayanan kepada pasien. Keselamatan kerja adalah upaya
yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelaka白n, kerusakan dan segala bentuk kerugian
baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat
bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung. Kesehatan kerja adalah
adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan
dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengacfaptasi antara pekerjaan
dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
Rumah Sakit Mitra Husada (RSMH) berkomitmen untuk mengimplementasikan
keselamatan dan kesehatan keija rumah sakit (K3RS) dan memenuhi standar peraturan dan
perundangan yang berlaku di wilayah hukum Republik Indonesia dengan melakukan perbaikan
kinerja secara berkesinambungan, menggunakan sumber daya secara efisien dan berkeinginan
untuk tidak membahayakan manusia dan lingkungan sekitamya yang diimplementasikan ke
dalam kegiatan Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit (SMK3RS).

II. LATAR BELAKANG


Rumah sakit merupakan lingkungan kerja yang mengandung bahaya potensial dan dapat
mengakibatkan kecelakaan keija (KAK) dan gangguan kesehatan (PAK) bila tidak didukung oleh
lingkungan keija yang selamat, baik dan aman.
Untuk rtu setiap individu perlu memelihara dan meningkatkan kepedulian terhadap
kegiatan rumah sakit yang berkaitan dengan program keselamatan keija, kebakaran dan
kewaspadaan bencana yang diimplementasikan ke dalam kegiatan K3RS.
Dasar Hukum:
1. Undang-undang No.1 th 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-undang No.23 th 1992 tentang Kesehatan.
3. Undang-undang No. 13 Th.2003 tentang Ketenagakerjaan.
4. Undang-undang No.24 th.2007 tentang Bencana.
5. Undang-undang No. 36 th.2009 tentang Kesehatan.
6. Undang-undang No. 44 th.2009 tentang Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 66 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan No.876/Menkes/SK/VHI/2001
tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
8. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/MenKes/SK/X/2001 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan . No.1405/MenKes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
9. Keputusan Menteri Kesehatan . No.432/MenKes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Keija di Rumah Sakit.
10. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit.

III. TUJUAN
Tujuan Umum
Tercapainya cara kerja, lingkungan keija yang selamat, sehat, aman dan nyaman bagi
pegawai, pasien, kontraktor, mitra usaha, pelanggan, pengunjung dan masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas kerja pegawai di rumah sakit.

Tujuan Khusus
1. Memelihara dan meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial pegawai pada semua jenis
pekerjaan dan juga untuk meningkatkan kapasitas kerjanya.
2. Mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit pada pegawai yang disebabkan
kondisi yang tidak sehat.
3. Melindungi pekerja dari resiko akibat lingkungan kerja yang berdampak kepada keselamatan
pegawai.
4. Penempatan pegawai dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan
psikologisnya.
5. Mengembangkan organisasi dan budaya kerja yang mendukung keselamatan kerja yang
tercermin dari sistem manajemen pengembangan sumber daya manusia dan manajemen mutu
RS.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan pokok disesuaikan dengan standar keselam 白tan dan kesehatan keija di rumah
sakit yang tertuang dalam Peraturan Menteri kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Instrumen
Akreditasi RS. Program Keselamatan, Kesehatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana
(K3) Rumah Sakit meliputi area :
1. Manajemen risiko K3RS; (Penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi
risiko, pengendalian risiko, komunikasi dan konsultasi, pemantauan dan telaah ulang);
2. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit;
3. Pelayanan Kesehatan Kerja;
4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5. Pencegahan dan pengendalian kebakaran;
6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja;
7. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan
8. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
Dalam melaksanakan program-program tersebut Panitia K3 RS bekerjasama secara aktif
dengan Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS), Komite Keselamatan Pasien (KP) /
Patient Safety RS Mitra Husada dan mitra kerja yang ada di rumah sakit

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Program - progran di atas dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan di bawah ini
1. Advokasi dan Sosialisasi Kebijakan beserta Program K3 kepada seluruh pekerja
Advokasi dilakukan dengan tujuan agar semua stakeholder terkait dapat mendukung
pelaksanaan K3RS terutama untukjajaran manajemen dan direksi.
Sosialisasi dilakukan dengan tujuan agar seluruh pegawai menyadari, tertarik, mengevaluasi
dan mengadopsi perilaku selamat dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Metoda sosialisasi
dapat menggunakan berbagai cara, antara lain:
a) Penyampaian pesan Keselamatan di setiap ada pertemuan (misalnya: morning meeting,
rapat manajemen dan rapat-rapat lainnya);
b) Kampanye Bulan K3;
c) Memasang Pesan-pesan keselamatan di lingkungan tempat kerja;
d) Penyuluhan K3 atau seminar K3 untuk pekeija;
e) Role Model K3.

2. Melaksanakan Manajemen Risiko K3RS


Manajemen Risiko bertujuan untuk meminimalkan risiko keselamatan dan kesehatan di
RSMH sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan kesehatan SDM
RSMH , pasien, pendamping pasien, dan pengunjung.
Manajemen Risiko dilakukan secara menyeluruh meliputi:
1) Penetapan Konteks;
2) Identifikasi 尺isiko;
3) Analisa Risiko;
4) Evaluasi Risiko;
5) Pengendalian Risiko;
6) Pemantauan dan Telaah Ulang.

A. Penetapan Konteks
Penetapan konteks dilakukan dengan menetapkan parameter (baik parameter internal
maupun ekstemal) yang akan diambil dalam kegiatan manajemen risiko.
Penetapan konteks proses manajemen risiko K3RS meliputi:
1) Penentuan tanggung jawab dan pel白ksana kegiatan manajemen risiko yang terdiri dari
pegawai, kontraktor dan pihak ketiga.
5
2) Penentuan ruang lingkup manajemen risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3) Penentuan semua aktivitas (baik normal, abnormal maupun emergensi), proses, fungsi,
proyek, produk, pelayanan dan aset di tempat kerja.
4) Penentuan metode dan waktu pelaksanaan evaluasi manajemen risiko keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

B. Identifikasi Risiko
Identifikasi bahaya adalah proses pencarian adanya sesuatu atau kondisi yang berpotensi
di lokasi/daerah keqa dengan atau tan pa interaksi bisa menyebabkan kematian, kerugian
atau cidera, dengan cara mengidentifikasi potensi bahaya kesehatan yang terpajan pada
pegawai, pasien, pengantar dan pengunjung yang meliputi:
1) Fisik, contohnya kebisingan, suhu, getaran dan lantai licin;
2) Kimia, contohnya formaldehid, alkohol, ethiline oxide, bahan pembersih lantai dan
desinfectan serta clorine;
3) Biologi, contohnya bakteri, virus, mikroorganisme, tikus, kecoa, kucing dan
sebagainya;
4) Ergonomi, contohnya posisi statis, manual handling dan mengangkat beban;
5) Psikososial, contohnya beban keija, hubungan atasan dan bawahan, hubungan antar
pekerja yang tidak harmonis;
6) Mekanikal, contohnya tefjepit mesin, tergulung, terpotong, tersayat dan tertusuk;
7) Elektrikal, contohnya tersengat listrik, listrik statis, hubungan arus pendek dan
kebakaran akibat listrik;
8) Limbah, contohnya limbah padat medis dan non medis, limbah gas dan limbah cair.

C. Analisa Risiko
Proses Analisa dan Evaluasi Risiko mengikuti pedoman yang telah ditetapkan secara
umum oleh RSMH . Evaluasi risiko K3RS meliputi:
1) Inspeksi periodik serta monitoring aspek keselamatan dan higiene industri;
2) Wawancara nonformal dengan pegawai;
3) Pemeriksaan kesehatan;
4) Pengukuran pada area lingkungan kerja;
5) Pengukuran sampel personal.

D. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko K3RS dilakukan melalui engineering control, administrative control
dan Personal Protectif Control atau Alat Pelindung Diri (APD), Risk Transfer (melalui
asuransi) dan Investigasi K3RS.

6
E. Komunikasi
Komunikasi internal dan eksternal yang efektif penting untuk meyakinkan pihak
pengelolaan sebagai dasar pengambilan keputusan. Persepsi risiko dapat bervariasi karena
adanya perbedaan dalam asumsi dan konsep, isu- isu, dan fokus perhatian kontributor
dalam hal hubungan risiko dan isu yang dibicarakan. Kontributor membuat keputusan
tentang risiko yang dapat diterima berdasarkan pada persepsi mereka terhadap risiko.
Karena kontributor sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan maka sangat penting
bagaimana persepsi mereka tentang risiko sama halnya dengan persepsi keuntungan-
keuntungan yang bisa didapat dengan pelaksanaan pengelolaan risiko.

F. Pemantauan
Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu dilakukan untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu
ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan. Pemantauan
dilaksanakan melalui inspeksi K3RS.
Hasil temuan inspeksi dilaporkan kepada Direktur Utama RSMH dan dipresentasikan
didepan struktural agar semua unit terkait mengetahui dan bersama-sama dicarikan solusi.
Hal-hal yang perlu di inspeksi:
a. Hazard di tempat kerja;
b. Kondisi APD;
c. Kondisi Jalur evakuasi;
d. Kondisi alat fire protection dan fire prevention;
e. Kondisi sarana pengolahan limbah (padat, cair, gas);
f. Renovasi dan konstruksi baru;
g. Kondisi lingkungan kerja.
Hasil inspeksi harus ditindaklanjuti dengan menentukan penanggung jawab, jangka waktu
perbaikan, progress report, dan penyelesaiannya.

3. Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan Kesehatan Kerja dilakukan secara komprehensif melalui kegiatan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
2) Kegiatan yang bersifat promotif meliputi pemenuhan gizi keija (Makanan Penambah
Daya Tahan Tubuh), kebugaran, dan pembinaan mental dan rohani.
3) Kegiatan yang bersifat preventif meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan, surveilans
lingkungan kerja, dan surveilans medik.
4) Imunisasi dilakukan bagi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan serta SDM Rumah
Sakit lainnya yang berisiko.
7
5) Pemeriksaan kesehatan dilakukan bagi SDM Rumah Sakit yang meliputi:
a. pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja;
b. pemeriksaan kesehatan berkala;
c. pemeriksaan kesehatan khusus; dan
d. pemeriksaan kesehatan pasca bekerja.
6) Jenis pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat disesuaikan berdasarkan
risiko pekerjaannya.
7) Kegiatan yang bersifat kuratif meliputi pelayanan fata laksana penyakit baik penyakit
menular, tidak menular, penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, dan
penanganan pasca pemajanan (post exposure profilaksi^).
8) Kegiatan yang bersifat rehabilitatif meliputi rehabilitasi medik dan program kembali
bekerja (return to work).
4. Keselamatan Dan Keamanan Di Rumah Sakit Dibuat program tersendiri.
5. Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Dari Aspek Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja
Melaksanakan Manajemen Risiko meliputi:
1) Identifikasi dan inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit;
2) menyiapkan dan memiliki lembar data keselamatan bahan (material safety data sheet);
3) menyiapkan sarana keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
a. lemari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
b. penyiram badan (body wash);
c. pencuci mata (eyewashes
d. Alat Pelindung Diri (APD);
e. rambu dan simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); dan
f. spill kit.
4) pembuatan pedoman dan standar prosedur operasional pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) yang aman; dan
5) penanganan keadaan darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
6. Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran Dibuat program keija tersendiri.
7. Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit Dari Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Keija
Dibuat program tersendiri secara terpadu.
8. Pengelolaan Peralatan Medis Dari Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dibuat
Program tersendiri secara terpadu.
9. Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat Atau Bencana Dibuat Program tersendiri
secara terpadu.
10. Pelatihan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pelatihan ini ditujukan agar pegawai mengetahui cara kerja yang aman, material yang
berbahaya, gejala-gajala akibat terpajan hazard, cara pengoperasian alat kerja yang spesifik
8
9
10

Anda mungkin juga menyukai